Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133191 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Dalam sistem Kepemimpinan senantiasa terdapat dua pihak atau dua komponen dasar yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi, yaitu antara Pemimpin dengan yang Dipimpin, di mana keduanya sama-sama mempunyai kedudukan, fungsi dan peranan strategis dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara."
IKI 5:26 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini menerangkan pola berpikir masyarakat yang terkendali oleh pihak lain tanpa sepengatahuan atau ijin dari pihak yang dikendalikan. Dengan mengambil contoh pemilihan umum, dijelaskan bahwa seseorang peserta pemilihan umum ketika pada saat mencoblos menjatuhkan pilihannya pada calon legislative (caleg) yang berbeda antara caleg menurut kata hatinya dengan calon menurut pikirannya yang dikendalikan oleh orang lain misalnya pimpinan organisasi yang tinggi. Pikiran dan kata hati sering "berdebat" dalam otak pemilih. Pimpinan yang menguasai atau mengendalikan pikiran sesorang berusaha memenangkan kemauannya dengan memperhatikan masalah-masalah besar yang besar serta memperhatikan pengalaman hidupnya sendiri. Dalam Pemilu itu yang menang adalah partai yang berhasil menyuarakan masalah-masalah besar itu dan yang tidak henti-hentinya mengulangi sampai orang yang "dikuliahi" itu yakin sendiri atas kebenarannya (by framing issues and controoling minds). Dalam proses meyakinkan orang-orang yang di-"brainwashed" langkah-langkah yang dilakukan harus mengikuti jalur persuasi koersif yang halus. "Coercive persuasion" ini dapat berujung pada risiko bahwa organisasi dibawa menyimpang dari tujuan semula yang murni. Inilah "cost" yang besar yang dihadapi pengikut-pengikut. Rakyat yang dalam hal ini pengikut sang pemimpin tertinggi yang dikultuskan tidak ada pilihan lain selain menerima konsekuensi mengikuti sang kultus dan menanggung beban. Salah satu contoh penyimpangan dari tujuan semula adalah kultus Adolf Hitler yang memimpin rakyatnya dari masa hancur lebur karena kalah perang, bangkit kembali menjadi negara Jerman dan jaya, sampai tiba pada masa menyimpang dari tujuan murni suci mengorbankan orang-orang Jahudi di negaranya."
330 ASCSM 25 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyusunan nomenklatur kementerian dalam Pemerintahan Joko Widodo menunjukkan adanya desain kepemimpinan yang didasarkan pada suatu rasionalitas. Jika dalam pemerintahan sebelumnya ada tiga koordinator maka kini terdapat empat menteri koordinator sebagai poros dalam pemahaman kepemimpinan Joko Widodo, yakni politik, ekonomi, budaya, dan maritim. Poros itu akan ditinjau melalui perspektif Daniel Bell tentang ekonomisasi masyarakat dan semiotika post-Marxisme yang diangkat dari teks legal-formal dan konteks masyarakat kontemporer. Hasilnya menunjukkan adanya semangat materialisme-pragmatis dalam kepemimpinan Joko Widodo. Rasionalitasnya mengutamakan penghematan, penyederhanaan, dan pengaturan pola hidup pribadi sehingga menguak motif untuk mencapai kesejahteraan material tapi melupakan pengembangan nilai-nilai idealisme kebangsaan."
330 ASCSM 29 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniana
"Penelitian ini membahas tentang perkembangan pola dan gaya kepemimpinan politik di Iran yang cukup fluktuatif dimulai dari pra dan pasca revolusi Iran 1979. Hal itu berkaitan dengan gagasan Imam Khomenei tentang Wilayah Al-Faqih yang menggantikan sistem monarki menjadi teo-demokrasi. Penelitian ini berfokus pada dua variabel penelitian yakni pola kepemimpinan politik dan gaya kepemimpinan politiknya pada pemimpin tertinggi di negara Iran yakni Imam Khomenei dan Sayyid Ali Khamenei. Penelitian menggunakan metode deskriptif analisis dan metode pengumpulan data studi pustaka.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Imam Khomenei dan Ali Khamenei cenderung menggunakan gaya kepemimpinan transformasional diukur dari kriteria kepribadian keterbukaan, kesadaran, ekstraversi dan kesesuaian. Keduanya juga ditopang oleh modal spiritual (Spiritual Capital) yang cukup sehingga mempengaruhi kinerjanya dalam mengarahkan pengikut. Namun, Khomenei memiliki kelebihan pada sifat ekstraversi, keterbukaan dan kesesuaian disebabkan oleh kondisi natural krisis. Meski demikian, mereka juga menerapkan gaya kepemimpinan transaksional dalam situasi tertentu namun dengan intensitas yang rendah.

This research discussed the development of patterns and styles of political leadership in Iran which are quite fluctuating starting from the pre and post-1979 Iranian revolution. That was related to Imam Khomenei's idea of ​​the Wilayah Al-Faqih which replaced the monarchy system into a theo-democracy. This study focused on two research variables, the pattern of political leadership and the style of political leadership on the highest leaders in Iran, namely Imam Khomenei and Sayyid Ali Khamenei. The research used descriptive analysis method and literature study data collection method.
The results of this study indicated that Imam Khomenei and Ali Khamenei tend to use transformational leadership styles measured by the personality criteria of openness, awareness, extraversion and agreebleness. Both are also supported by sufficient spiritual capital (Spiritual Capital), which affects their performance in directing followers. However, Khomenei has the advantage of extraversion, openness and agreebleness due to the natural conditions of the crisis. However, they also applied transactional leadership styles in certain situations but with low intensity."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ogi Ahmad Fauzi
"Tesis ini dilatarbelakangi oleh Kepemimpinan Partai Golkar era transisi mampu mempertahankan Partai Golkar ditengah desakan pembubaran pasca jatuhnya orde baru. Tidak hanya bertahan, Golkar mampu meraih suara yang signifikan pada pemilu tahun 1999 dengan peringkat kedua setelah PDIP. Pada pemilu 2004 Partai Golkar mampu memenangkan pemilihan umum mengalahkan partai-partai lainnya. Oleh karena itu, penellitian ini dilakukan untuk mencari jawaban bagaimana model kepemimpinan yang dijalankan Partai Golkar pada masa transisi menuju demokrasi. Penelitian ini menggunakan teori Kepemimpinan, Kepemimpinan Transformasional, perilaku Kepemimpinan Transformasional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Hasil penelitian dilapangan memperlihatkan bahwa kepemimpinan Partai Golkar era transisi mampu bertahan ditengah desakan pembubaran disebabkan sosok pemimpin Partai Golkar di bawah kepemimpinan Akbar Tandjung memiliki kharisma dimana kharisma ini membuat para kader dan simpatisan bersedia melakukan sesuatu sesuai dengan visi pemimpinnya. Sosok pemimpin memberikan perhatian yang personal kepada para kader dan simpatisan yang membuat kader dan simpatisan merasa diakui keberadaannya di Partai serta merasa dekat dengan pemimpinnya. Kemudian kepemimpinan Partai Golkar era transisi dengan kebijakan dan program yang dijalankannya memberikan stimulasi kepada para kader sehingga mendapatkan ruang yang lebih besar untuk berkontribusi di partai dalam upaya membangun kemandirian Partai Golkar. Yang terakhir adalah, sosok pemimpin yang dalam menjalankan roda organisasi pantang menyerah dan terus bekerja sehingga para kader Partai Golkar menjadi termotivasi untuk melakukan lebih baik lagi.

This thesis is motivated by the Golkar Party leadership in transition era which is able to maintain the Golkar Party dissolution amid insistence after the fall of the New Order. Even after facing dissolution notion, Golkar also able to achieve a significant vote in the 1999 election, only behind PDIP. During 2004 election, Golkar Party was able to win the general election. Therefore, this research was conduct to find the model of Golkar Party leadership during democracy transition period. The study uses the theory of leadership, transformational leadership, transformational leadership behaviors. The method used in this study is qualitative method.
The results of field studies showed that the survival of Golkar Party during transition era came from leadership figure of the Golkar Party, Akbar Tandjung. The Golkar Party leader had certain quality of charisma which makes the cadres and sympathizers willing to obey in accordance with Akbar Tandjung visions. In Golkar Party case, a leader gives personal attention to cadres and sympathizers which made the cadres and sympathizers felt acknowledged within the party and felt close, strong bonded to the leaders. The Golkar Party leadership in transition era stimulated the cadres with policies and programs that provide a more space to build independence of Golkar Party. Lastly, Akbar Tandjung who was running the organization never gave up the party and continued to work.With this model of leader, Golkar Party cadres were motivated to contribute more toward party.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
"Sejarah politik Cina periode 1955 sampai 1965 dapat dikatakan sebagai sejarah konflik. Dalam periode tersebut serangkaian konflik yang terjadi lebih disebabkan oleh adanya perbedaan poly kepemimpinan antara Mao Zedong dan Liu Shaoqi. Selain daripada itu, konflik tersebut menimbulkan juga banyak peristiwa yang hampir tidak masuk akal terjadi. Konflik infra elite yang terjadi dalam kurun waktu itu, cenderung berakibat pads pergeseran sifat ke arah antagonistis. Perseteruan antara kelompok Mao dan kelompok Liu Shaoqi dalam kurun waktu tersebut makin memburuk. Hal tersebut tidak terjadi begitu saja melainkan berlangsung beberapa tahap. Dalam tahap pertama antara tahun 1949 sampai 1956, hubungan antara Mao dengan Liu masih belum menunjukkan hal-hal yang negatif. Periode pertama itu ditandai dengan beberapa kerja sama yang dilakukan dan kerja sama itu masih memperlihatkan kecendrungan yang baik, walaupun di dalam kebijaksanaan yang dilahirkannya itu, di dalamnya sebenarnya mengandung perbedaan yang mendasar. Gerakan Land Reform merupakan contoh paling tepat. Keadaan mulai berubah memasuki tahap antara tahun 1957-1958. Liu tampak sudah tidak pasif lagi. Antara tahun itulah, tahapan ini memasuki periode transisi. Periode setelah tahun 1958, merupakan periode keras dalam hubungan antara Mao dan Liu. Konflik kedua pemimpin itu sudah makin terbuka. Gerakan Lompalan Jauh ke Depan ditandai dengan pembentukan Komune Rakyat tahun 1958, menjadi batas dimulainya konflik yang bersifat antagonistis. Antara tahun 1961-1962, Mao kembali ke panggung politik dan mendapat sambutan di daerah-daerah pedalaman. Tampilnya kembali Mao ke panggung politik itu, kemudian melahirkan gagasannya mengenai Revolusi Kebudayaan. Sejak tahun 1958 itulah, konflik antara Mao dengan Liu sudah menjadi antagonis dengan korban-korban yang mulai berjatuhan. Konflik yang makin keras dari tahun ke tahun dalam kurun waktu tersebut, menjadi semakin brutal karena pendukung kepemimpinan model Mao yang lebih cenderung emosional dan irasional ikut terlibat langsung. Sementara pendukung Liu bukanlah massa yang mudah dibangkitkan emosinya, apalagi dikerahkan. Pendukung Liu lebih benyak berasal dari kalangan formal, kader-kader partai serta kaum terdidik yang lebih rasional. Akibat emosi yang dibangkitkan dan dimanfaatkan oleh Mao sendiri, massa pendukung tersebut akhirnya justru sulit dikendalikan. Akibatnya, Pengawal Merah yang merupakan massa yang membentuk organisasi, menjadi tidak terkontrol dan memakan banyak korban. Akhirnya hanya militer yang mampu menghentikan kerusuhan setelah Liu Shaoqi sendiri bersama-sama dengan kawan dan pendukungnya termasuk Deng Xiaoping menjadi korban."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T37247
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rohman Nitiwijaya
"The change of state leadership/succession can be normally/conventionally and abnormally/non-conventionally. Normally, succession according to applicable law procedure (constitutional). While on the contrary of succession happened midway of necessity or unconventional.
Commutation of government from Orde Baru by Soeharto power to BJ Habibie instead September 21st 1998 has done abnormally, its happened by mass disturbances effect of May 1998 to be political violence so that induce to leadership of state terminating Orde Baru era.
Mass disturbances and political hardness May 1998 believed by the existence interference abroad which handling the important things of monetary area and together with movement domestic country with demonstration of student assisted by element of society wishing the happening of reformation from socio-political condition of Indonesia as before Orde Baru 32 years, going to new era of Indonesian living (reformation era) overseas interference in fact didn't too ugly as a result, if economic fundamental of Indonesia was strong. Economic fundamental of Indonesia was weak for example overseas debt, Corruption, Collusion and Nepotism (KKN) added by case of Aid of Licuiditas of Indonesia Bank (BLBI). BLBI equal to Rp 144,5 trillion came out July-December 1997 by Indonesia Bank to make healthy national banking, but a lot to be credit stuck, so that when monetary crisis knock over Indonesia, economics of Indonesia was broken.
Succession of Leadership of Indonesia which non-conventional was very disturb to national resilience of Indonesia because outside planning, happened was very sudden so that disturb to economic activity, national development and security stability."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T18713
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Kliwon Zainudin
"ABSTRAK
Indonesia dihadapkan dengan sistem demokrasi yang belum mampu berjalan dengan semestinya. Sumber daya manusia yang tidak dipersiapkan berdampak pada realitas demokrasi tersebut. Mahasiswa adalah sumber daya manusia yang memiliki potensi besar dalam membawa Indonesia ke arah perubahan, sehingga perlu dipersiapkan generasi penerus dalam pendekatan kepemimpinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui bagaimana pemimpin KAMMI Wilayah Jawa Barat menjalankan kepemimpinan transformasional dalam versi Bass kepada pengikutnya. Metode deskriptif analisis digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara dan studi leteratur. Hasil analisis menemukan bahwa KAMMI Wilayah Jawa Barat menjalankan kepemimpinan dengan memunculkan tiga dimensi yang dibawakan oleh Bass yaitu individual considerational, inspirational motivation serta idealized influence. Hasil penelitian menunjukan perlunya penerapan dimensi kepemimpinan transformasional secara seimbang, serta memberanikan untuk membudayakan kepemimpinan transformasional dalam organisasi baik di tingkat pemimpin dan bidang-bidang, harapanya mampu memberikan pengaruh positif bagi iklim organisasi.

ABSTRACT
Indonesia is faced with a democratic system that has not been able to walk properly. Human resources are not prepared impact on the democratic reality. Students are resources that have great potential in bringing Indonesia to the direction of change, so the need to prepared in the next generation of leadership approach. This study aims to determine how leaders in KAMMI Jawa Barat practice transformational leadership in Bass version of his followers. Descriptive analysis method used in this study with a qualitative approach, the data was gathered with interviews and studies leteratur. The analysis finds that KAMMI Jawa Barat practice leadership appear to have three dimensions presented by Bass, that is Individual consideration, inspirational motivation and idealized influence. The results showed the need for the implementation of transformational leadership dimensions in a balanced way, and encouraged to cultivate transformational leadership in organizations both at the level of leadership and fields, hopes able to positively influence the climate of the organization."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Sujatno, 1944-
Jakarta: Lembaga Ketahanan Nasional, 2013
320.959 8 ADI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ryaas Rasyid
Jakarta: Yarsif Watampone, 1997
350.001 MUH m (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>