Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47264 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) melibatkan masyarakat desa sekitar hutan untuk mengelola hutan secara berkelanjutan. Tujuan penulisan artikel adalah menganalisis potensi tegakan sebagai indikator keberhasilan program PHBM. Populasi penelitian adalah semua tegakan pohon yang ditanam oleh petani pada hutan PHBM di Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Sukabumi, tepatnya di Desa Buniwangi, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Sampel penelitian adalah tegakan pohon yang ditanam oleh 20 orang petani terdiri atas 10 petak lahan yang dirawat secara intensif dan 10 petak yang tidak intensif. Satu petak lahan berukuran 0,1 ha. Data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu lingkar batang pohon, tinggi pohon, jenis dan jumlah pohon, diameter pohon, dan luas bidang dasar. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah pohon di lahan yang dikelola dengan intensif dan tidak intensif. Distribusi pertumbuhan pohon di antara kedua lahan cenderung sama. Jumlah jenis pohon hanya berbeda 1 pohon. Struktur vegetasi mempunyai perbedaan, terutama pada tanaman masyarakat. Indeks keragaman pohon mempunyai nilai yang hampir sama, yaitu 0.36 dan 0,35. Keduanya menunjukkan heterogenitas yang hampir sama, meskipun jumlah pohon lebih banyak pada lahan yang dikelola dengan intensif. Tanaman yang dominan mempunyai kecenderungan yang hampir sama, yaitu pinus pada tanaman pokok dan karet pada tanaman masyarakat. Rata-rata diameter pohon lebih besar pada lahan yang tidak dikelola dengan intensif. Program PHBM yang dikelola dengan intensif lebih menguntungkan dbandingkan dengan program PHBM yang tidak dikelola dengan intensif, dari sisi jumlah pohon, keragaman jenis pohon, dan manfaat yang dapat diambil oleh petani dalam jangka pendek."
JMSTUT 15:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) dibentuk oleh perhutani untuk lebih melibatkan masyarakat dalam mengelola hutan di Pulau Jawa. Partisipasi aktif dalam program ini menjadi kunci utama keberhasilan program PHBM. Tulisan ini menganalisis pengaruh karakteristik petani hutan terhadap tingkat partisipasinya dalam program PHBM yang berlokasi di Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Riset menggunakan metode kuantitatif dengan analisis regresi dan deskriptif. Sebagian besar petani hutan berpartisipasi dalam rapat perencanaan PHBM, pelaksanaan dan evaluasi PHBM. Umur petani hutan berpengaruh signifikan terhadap partisipasi petani hutan dalam perencanaan dan evaluasi program PHBM."
MIMBAR 28:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Inhutani I, 1986
634.9 SEM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sumardi
Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2002
634.9 SUM b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pramono Dwi Susetyo
Bogor: IPB Press, 2023
634.9 PRA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pramono Dwi Susetyo
Bogor: IPB Press, 2021
634.9 PRA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Neli Triana
"ABSTRAK
Saat ini, manusia hidup di masa Antroposen. Masa Antroposen adalah masa ketika semua manusia dihadapkan pada dampak dari perilakunya selama ini yang telah memodifikasi lingkungan, nyaris seluruh bumi. Sungai dan daerah alirannya bagian dari ruang kota turut terdampak. Dibutuhkan strategi, salah satunya keterpaduan antara peran aktif komuniti lokal dan kebijakan pemerintah dalam mengelola sungai. Hal ini agar sungai tetap lestari demi kebutuhan manusia kini dan nanti. Penelitian dilakukan di Hutan Kota Sangga Buana, Karang Tengah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Pengelolaan kawasan bantaran tersebut dilakukan masyarakat setempat, yaitu Kelompok Tani Lingkungan Hidup KTLH Sangga Buana. Masalah penelitian adalah menelusuri proses muncul dan berkembangnya hutan kota, pola relasi antara KTLH dengan pemerintah setempat dalam menerangkan keberadaan komuniti pengelola hutan kota. Selanjutnya, mengungkap pola pembentukan jaringan dan aktor, pembagian kerja dan sistem nilai, serta tanggungjawab dalam pola-pola hubungan tersebut. Penelitian ini penelitian kualitatif. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam. Data sekunder dari buku, jurnal, artikel koran, laporan penelitian, dan lainnya. Kesimpulannya faktor human dan nonhuman memiliki andil besar dalam pembentukan hutan kota. Dalam kasus ini, keberlangsungan, dan pengelolaan hutan kota menunjukkan pola relasi yang terbentuk antara KTLH, pemerintah dan pihak lain. Namun, relasi itu baru sebatas saling memanfaatkan. Pengelolaan sungai dalam konsep Antroposen belum terwujud. Kata kunci: pengelolaan sungai, Antroposen, komuniti, hutan kota, konsep kekuasaan dan penguasaan, teori jejaring aktor actor network theory/ANT

ABSTRACT
Currently, humans are living in the Antropocene period. It is a time when all human beings are faced with the impact of their behavior that has modified the environment, almost the whole earth. Rivers and stream areas are part of urban space that is affected. Strategy is needed. One of which is the integration between the local community and government policy in managing river. The research was conducted in Hutan Kota Sangga Buana, Karang Tengah, Lebak Bulus, South Jakarta. Local community, Kelompok Tani Lingkungan Hidup KTLH Sangga Buana, is believed to be the main actor behind the hutan kota. The research problem is to explore the process of emergence and development of urban forest, the relation pattern between KTLH and local government, explaining the existence of forest management. Furthermore, it discloses the pattern of network formation and actors, the division of community and the value system, as well as the responsibilities in those relationship patterns. This research is qualitative research. Primary data was obtained through field observation and in depth interviews. Secondary data is obtained from books, journals, newspaper articles, research reports, and more. In conclusion the human and nonhuman factors have a big share in the process. In this case, the sustainability, and management of the Sangga Buana City Forest shows the pattern of relationships established between KTLH, the government and others. However, the relationship is only limited to utilize each other. River management in Antropocene concept has not yet materialized. Keywords river management, anthropocene, community, urban forest, power and mastery, actor network theory ANT "
2018
T51001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arifin
"ABSTRAK
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pengelolaan sumber daya hutan
berlangsung dengan pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi sebagai
kerangka utama. Sementara itu, masyarakat yang tinggal di dalam atau sekitar hutan
memanfaatkan berbagai sumber daya hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka
sehari-hari. Persinggungan antara kedua hal tersebut memicu sebuah pertanyaan terkait
bagaimana praktik mata pencaharian lokal berlangsung di Kampung Sangar pada saat
itu. Melalui metode kualitatif dengan pendekatan etnografi, skripsi ini menunjukkan
bahwa berbagai bentuk pengelolaan hutan di sekitar Kampung Sangar berdampak
signifikan terhadap mata pencaharian lokal baik yang bersumber secara langsung dari
ekosistem hutan maupun yang tidak. Lebih jauh, mata pencaharian lokal di Kampung
Sangar secara dominan dipengaruhi oleh berbagai faktor determinasi eksternal seperti
kebijakan negara, perubahan lingkungan ekologi, dan permintaan terhadap produk
hasil hutan dari masyarakat sekitar

ABSTRACT
During the New Order of President Soeharto the management of forest resources
occurred with national development and economic growth as main framework.
Meanwhile, the people who lives in and around the forest utilize various forest
resources for their daily living needs. The interface between those statement above
comes out with question on how the practices of local livelihood exist in Kampung
Sangar in the meantime. Through qualitative method within ethnographic approach,
this thesis shows that various forms of forest resource management around Kampung
Sangar has significant impact to the local livelihood whether those are obtained directly
from the forest ecosystem or not. Moreover, The local livelihood in Kampung Sangar
dominantly influenced by various external determination factors such as state policies,
agro-ecological changes, and demand to forest products from the people around."
2016
S64912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyanto
"Berdasarkan penjelasan Undang-undang nomor 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan pokok kehutanan, dinyatakan bahwa luas hutan diperkirkan kurang lebih 30 persen dari luas daratan. Sementara kawasan hutan di Pulau Jawa hanya sekitar 23 persen dari luas daratannya, khusus di Jawa Tengah hanya 20 persen saja. Karena itu, berpegang pada Peraturan Pemerintah nomon 36 tahun 1986, terutama yang rnenyangkut maksud dan tujuan pendirian Perum Perhutani, ditetapkan kebijakan. Bahwa Perum Perhutani agar dapat rnernperluas kawasan hutan atau sekurang-kurangnya ruenjaga kelestarian hutan yang telah ada.
Pada hal masyarakat sekitar hutan juga mempunyai kepen tingan terhadap hutan sebagai sumber mencari nafkah. Karenanya, bagaimana pengelolaan hutan dapat dilaksana kan tanpa merugikan kedua kepentingan. Dalam pengelola an hutan ini Perhutani menerapkan pendekatan agrosilvi kultur. Pendekatan ini tidak saja mempunyai tujuan un tuk kepentingan ekonomi ( pendaatan ) tetapi juga da pat merangsang partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan sekaligus daiam pelestarian hutan.
Ternyata pesanggem yang terlibat berpartisipasi dalam pengelolaan hutan adalah dan golongan buruh tani atau pun petani berlahan pertanian sempit dan sebagai petanì subsisten. Karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan mereka berpartisipasi disebabkan adanya sempit nya lapangan kerja di pedesaan, lahan pertanian yang dimiliki sempit dan tidak memiliki keahlian lain selain keterikatan dengan tanah pertaniannya saja.
Meskipun demikian, pengelolaan agrosilvikultur ini 85 persen dikerjakan secara sambilan dan hanya 15 persen saja sebagai matapencarian pokok.
Sedangkan keberhasilan tanaman pokok jati antara 80-100 persen, tetapi tidak demikian dengan keberhasilan panen tanaman palawija. Hal ini terbukti bahwa partisipasì pe sanggem dalam pengelolaan hutan khususnya agrosilvikul tur belum merubah keadaan sosial ekonomi pesanggem.
Namun secara ekologi pesanggen telah membantu menjaga hutan dan kerusakan, karena mereka merasa terlibat dalam proses daur ulang hutan. Dengan demikian partisipa si pesanggem tidak hanya pada pelaksanaan pengelolaan agrosilvikultur saja, tetapi berlanjut pada partisipasi dalam menjaga kelestarian hutan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>