Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162985 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pada sistem komunikasi digital, keakuratan informasi yang dikirimkan dengan yang diterima menjadi parameter utama untuk mengukur kinerja sistem. Salah satu cara yang dilakukan untuk memenuhi persyaratan ini adalah dengan menerapkan teknik pengkodean dan pendekode. Salah satu teknik pengkodean yang telah banyak dikenal adalah pengkodean konvolusi dengan pendekode menggunakan algoritma Viterbi. Pada penelitian ini dilakukan perancangan dan implementasi pengkode konvolusi dan pendekode Viterbi dengan teknik soft decision untuk sistem dengan menggunakan skema QPSK. Perancangan blok-blok encoder dan decoder dilakukan dengan penurunan dari level makro ke level mikro yang selanjutnya semua blok diintegrasikan dan diprogram dengan bahasa pemrograman VHDL."
JURTEL 17:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Teknik multicarrier dan Multiple Input Multiple Output-Space Time Code (MIMO-STC) sangat efektif untuk mengatasi permasalahansistem komunikasi dengan laju data tinggi, pada implementasinya dapat digunakan teknik Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dan Space Time Blok Code (STBC). Salah satu tahapan untuk menghasilkan suatu rancangan prototype Integrated Circuit (IC) sistem tersebut dapat dilakukan dengan implementasi pad Field Programmable Gate Array (FPGA) yang dideskripsikan menggunakan bahasa VHSIC Hardware Description Language (VHDL). Pada penelitian ini disimulasikan OFDM 512 subcarrier dengan teknik FFT/IFFT 512 titik yang menggunakan pendekatan algoritma radiks-8, artinya sistem FFT/IFFT 512 titik akan disusun atau dibentuk dari blok-blok FFT 8 titik. Teknik STBC yang digunakan menggunakan skema Alamouti dengan dua pemancar. Teknik FFT/IFFT, STBC, dan integrasinya dideskripsikan pada bahasa VHDL kemudian dilakukan simulasi secara software menggunakan Modelsim 6.3 untuk dilakukan verifikasi terhadap nilai keluarannya."
JURTEL 17:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Setiawan
"ABSTRAK
Dengan memperhatikan dampak Mobile Broadband yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial bagi negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia, maka pemanfaatan spektrum Digital Dividend dan LTE memungkinkan pembangunan broadband paling efisien, khususnya untuk menjangkau wilayah-wilayah yang sulit dijangkau. Implementasi LTE di pita frekuensi Digital Dividend menyediakan solusi paling ideal untuk mempercepat ketersediaan akses Broadband yang terjangkau secara universal kepada seluruh masyarakat dalam rangka memenuhi target cakupan dan kapasitas Perencanaan Broadband Nasional.
Akan tetapi penggunaan frekuensi Digital Dividend untuk Mobile Broadband hanya dapat diimplementasikan setelah proses Digital Switchover selesai dilakukan. Permasalahan utama di Indonesia adalah lambatnya proses migrasi TV analog ke TV Digital serta keengganan industri TV untuk melakukan migrasi tersebut.
Pada penelitian ini dikembangkan suatu model tekno ekonomi mengenai percepatan migrasi analog ke digital dengan memanfaatkan potensi pendapatan negara dari Biaya Hak Penggunaan (BHP) Frekuensi untuk Digital Dividend LTE untuk membantu biaya-biaya dibutuhkan penyelenggara TV dalam masa transisi dari analog ke digital, yaitu insentif set-top-box, biaya operasional sewa kapasitas Multiplex TV Digital dan modal infrastruktur Multiplex TV Digital Terrestrial di Indonesia.
Berdasarkan model yang dikembangkan ini dilakukan perhitungan Present Worth relatif terhadap kebijakan eksisting menunggu Digital Dividend tahun 2018 untuk 3 skenario subsidi biaya sewa kapasitas TCDTV yaitu skenario A (subsidi sewa kapasitas TV Digital selama masa simulcast), skenaro B (subsidi sewa kapasitas TV Digital saat Digital Switchover) dan skenario C (tanpa subsidi sewa kapasitas TV Digital) dengan asumsi variabel-variabel lain seperti BHP Frekuensi Digital Dividend LTE, insentif set-top-box dan biaya infrastruktur Multiplex TV Digital bernilai tetap. Didapatkan hasil penelitian bahwa Skenario A tidak layak dilakukan, Skenario B layak dilakukan pada tahun 2014, sedangkan Skenario C layak dilakukan pada tahun 2014 dan 2015. Ditemukenali pula bahwa sensitivitas model akselerasi Digital Dividend ini terdapat pada variabel BHP Frekuensi dan subsidi set-top-box.

ABSTRACT
By taking into account the effect of Mobile Broadband which is very important for socio-economic development in developing countries, including Indonesia, the utilization of Digital Dividend spectrum and LTE technology will enable most efficient broadband development, especially to cover unreachable rural areas. LTE implementation in Digital Dividend spectrum provides most ideal solution to accelerate the availability of affordable and universal broadband access to whole society in order to fulfill the coverage and capacity target of National Broadband Plan.
However, the utilization of Digital Dividend spectrum for Mobile Broadband is only be realized after complete Digital Switchover process. The main problem in Indonesia is the very slow progress of migration of Analog TV to Digital TV and the reluctance of Broadcaster to proceed the migration.
In this research, the techno economy model to accelerate the Digital Switchover process is developed, by involving the potential of Digital Dividend LTE Spectrum Fees and providing incentive to reduce necessary cost of Broadcaster in Digital Switchover process such as set-top-box incentive, Digital TV leasing capacity operational expenditure and capital expenditure of Multipex Digital TV in Indonesia.
Based on the developed model, the Relative Present Worth of three scenarios toward current policy postponing Digital Dividend until year 2018 are calculated; i.e. scenario A is Digital TV leasing capacity subsidy during simulcast period, scenario B is such subsidy only during Digital Switchover and scenario C is no such subsidy; while other parameters such Digital Dividend LTE Spectrum Fees, set-top-box incentives and Capex of Digital TV infrastrucutre are fixed. The results of the calculation are that scenario A is not feasible, scenario B is feasible only in year 2014, while scenario C is feasible in year 2014 and 2015 only. It is found also that the most sensitive variables in this model are Digital Dividend LTE Spectrum Fees and set-top-box incentive.
"
2013
D1378
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhyando Anggoro Adi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang rancang bangun sistem receiver pada payload komunikasi IiNUSAT (Indonesian Inter University Satelite) yang mempunyai orbit LEO (low earth orbit) sun synchrounous dengan ketinggian 700 Km, payload komunikasi dengan jenis regenerative, sistem receiver dengan jenis superheterodyne, dan frekuensi kerja 145.95 MHz. Pembahasan akan dilakukan lebih spesifik pada low noise amplifier (LNA) dan bandpass filter (BPF).
LNA dan BPF disimulasikan dengan menggunakan perangkat lunak advanced design system (ADS). LNA mempunyai spesifikasi kelas A dengan menggunakan komponen aktif bipolar transistor junction (BJT) 2SC5006 yang dirancang dengan menggunakan smith chart dan mempunyai hasil simulasi gain 22.8 dB serta noise figure 1.2 dB pada frekuensi 145.95 MHz. Hasil fabrikasi LNA menunjukan pergeseran frekuensi kerja menjadi 70.279 MHz. Bandpass filter mempunyai tipe butterworth orde lima yang dirancang dengan metode insertion loss dan mempunyai nilai bandwidth 20 MHz serta insertion loss dB pada frekuensi 145.95 MHz. Hasil fabrikasi BPF menunjukan pergeseran frekuensi kerja menjadi 120.264 MHz.
Adanya perbedaan hasil simulasi dan hasil fabrikasi disebabkan oleh bentuk dan deviasi komponen pasif serta saluran transmisi dan diskontinuitas saluran transmisi yang menyebabkan pengaruh pada respon frekuensi yang dihasilkan karena terdapat reaktansi parasitik berupa komponen pasif induktor dan kapasitor pada rangkaian ekuivalen keduanya.
Hasil simulasi untuk rangkaian gabungan LNA dan BPF menunjukan nilai gain 22.6978 dB yang menunjukan LNA dapat menanggulangi loss pada sistem receiver termasuk insertion loss pada BPF.

ABSTRACT
Receiver system on payload communication of IiNUSAT (Indonesian Inter University Satelite) has sun synchrounous LEO (low earth orbit) with 700 Km altitude, regenerative payload communication, superheterodyne receiver, and 145.95 MHz operating frequency. Study will be done specifically on low noise amplifier (LNA) and bandpass filter (BPF).
Advanced design system (ADS) software is used to simulate LNA and BPF. Low noise amplifier (LNA) with class A specification and 2SC5006 bipolar junction transistor (BJT) active component is designed with smith chart and shows simulation results of 22.8 dB gain and 1.2 dB noise figure at 145.95 MHz operating frequency. Fabrication result of LNA showed a shift in operating frequency of 70.279 MHz. Bandpass filter (BPF) with five orde butterworth type is designed with insertion loss method and shows simulation results of 20 MHz bandwidth and dB insertion loss at 145.95 MHz operating frequency. Fabrication result of BPF showed a shift in operating frequency of 120.264 MHz.
The difference on simulation and fabrication result are caused by not only the shape and deviation of passive components but also transmission lines and discontinuity of transmission lines which has parasitic component of inductor and capacitor in their equivalent circuit.
Simulation result on combination of LNA and BPF circuit is 22.6978 dB gain which show that LNA can compensate loss in receiver system, including insertion loss in BPF."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1091
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Mahdi
"Penggunaan teknologi serat optik berkembang dengan pesat. Salah satu sistem yang memanfaatkan penggunaan serat optik adalan jaringan lokal akses fiber (Jarlokaf), DLC (Digital Loop Carrier) adalah salah satu jenis teknologi jarlokaf. Apabila suatu sistem DLC gagal (fail) maka akan berakibat hilangnya pemasukan bagi penyelenggara jasa telekomunikasi, kehi1angan pemasukan ini dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Probabilitas kegagalan suatu sistem DLC dapat diperkirakan secara kuantitatif dengan menggunakan metoda Reliability Engineering. Reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu ukuran frekuensi kegagalan alat dalam fimgsi waktu. Reliabilitas akan mempengaruhi biaya perawatan dan kesinambungan perbaikan. Prediksi reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk membantu memutuskan jenis pro duk dalam penmilihan sistem DLC.
Pada penelitian ini akan dilakukan penentuan fungsi reliabilitas sistem DLC serta mean time between failure (MTBF)-nya sebagai fungsi berbagai jumlah unit komponen cadangan. Sistem DLC yang dianalisis adalah merupakan hasil disain untuk memenuhi kebutuhan wilayah Cengkareug-Jakarta. Selanjutnya dari konfigurasi lengkap tersebut dibuat model reliabilitasnya dengan metoda tertentu. Tabel keadaan dapat dibuat dari hasil model reliabilitas tersebut, kemudian analisis secara rinci dapat dilakukan dengan memanfaatkan tabel keadaan sehingga didapatkan fungsi reliabilitas dan nilai MTBF sistem DLC: yang diamati."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S38264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Godhot Prakosa
"Channel Coding merupakan bagian penting dalam teknologi komunikasi wireless. Pada bagian tersebut fungsi error correction dilakukan. Error yang terjadi pada kanal transmisi dapat diperbaiki oleh fungsi error correction ini. Namun, umumnya sistem error correction yang ditampilkan tidak dapat mengatasi error yang disebabkan oleh burst error. Penggunaan error correction bersama interleaver akan dapat mengatasi permasalahan ini. Prinsip interleaver secara sederhana adalah melakukan permutasi terhadap sinyal coded. Standar IEEE 802.16-2004 pada section 8.3.3.3 mendefinisikan proses interleaving untuk WirelessMAN OFDM PHY atau biasa yang dikenal dengan nama WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access). Pada skripsi ini dilakukan simulasi penggunaan beberapa jenis interleaver yang berbeda dari standar. Jenis interleaver yang disimulasikan yaitu, helical scan interleaver, random interleaver, dan convolutional interleaver. Pemodelan pada skripsi ini merujuk kepada model IEEE 802.16-2004 OFDM PHY Link yang terdapat di dalam program MATLAB & Simulink (Communication System Toolbox). Modifikasi interleaver dilakukan di dalam tiap-tiap modulation & coding block. Simulasi dilakukan dengan kondisi tanpa burst error dan dengan burst error. Hasil yang didapatkan dari simulasi yang dilakukan memperlihatkan bahwa convolutional interleaver menampilkan kinerja BER (Bit Error Rate) yang lebih baik dibanding interleaver standar maupun helical scan interleaver dan random interleaver, baik pada kondisi tanpa burst error maupun dengan burst error.

Channel coding is one of important in wireless communication technology, which is error correction is performed. Errors occured in transmission channel can be repaired by error correction. However, most error correction not able to repair errors caused by burst errors. Using error correction together with interleaver can overcome this problem. Simple idea behind interleaver is doing permutation to the coded signal. The IEEE 802.16-2004 Std. in section 8.3.3.3 defines interleaving for WirelessMAN OFDM PHY or commonly known as WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access). In this thesis, several types of interleaver different from standard were simulated. They are helical scan interleaver, random interleaver, and convolutional interleaver. Model used in this thesis refer to IEEE 802.16-2004 OFDM PHY Link model on MATLAB & Simulink (Communication System Toolbox). Modification of interleaver occur on modulation & coding block. Simulation performed with and without burst errors. The results obtained from simulation then showed that convolutional interleaver have better BER (bit error rate) performance than others interleaver in condition with and without burst errors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Nurhidayat
"Abstract. Tesis ini mencoba menunjukkan metode perancangan berbasis material dengan mendefinisikan parameter materialitas suatu material untuk menghasilkan bentuk (form-generation). Kesimpulan dari Tesis ini adalah membuat susunan parameter materialitas yang akan digunakan sebagai form-generation dalam generative design. Melalui metode ini material yang umumnya hanya dianggap sebagai pelengkap, mampu menjadi inspirasi utama atau pertimbangan dasar utama dalam proses desain. Yaitu dengan mengintegrasikan material, bentuk dan struktur dalam prosesnya sebagai Generative Design. Mencari integrasi antara ketiganya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan Material-Based Design. Pendekatan material-based design dilakukan sebagai pencarian untuk menemukan dan membongkar sehingga materialitas suatu material dapat diterjemahkan sebagai parameter sebagai form generation dalam Genetaive Design. Bahan yang dipilih dalam percobaan makalah ini adalah tebu. Untuk menerjemahkan materialitas tebu menjadi parameter desain dalam Material-based design dapt dilakukan melalui proses Materializing dan Morfogenesis untuk menemukan Material System dari maerial tebu tersebut. Materializing adalah pemberian nilai-nilai materialitas yang secara faktual dideskripsikan atau dapat disebut sifat material dari suatu material, dalam kasus tebu, contoh sifat bahan tebu adalah tinggi, berat, kekuatan, warna dan sebagainya. Sedangkan Morphigenesis adalah proses menerjemahkan perilaku yang didefinisikan dari materi menjadi nilai-nilai. Dalam kasus tebu, contoh bahan perilaku adalah respon dari tekstur dan warna kulit tebu terhadap suhu dan kelembaban. Kondisi suhu dan kelembaban dengan nilai yang berbeda membuat tekstur dan warna tebu menjadi beragam, respons ini disebut material behaviour. Tetapi yang penting adalah, karena metode ini didasarkan pada materialitas, bagaimana proses menggambarkan materialitas tebu sangat penting. Saya menggunakan teori dari Tim Ingold (2007) tentang bagaimana materialitas harus didefinisikan. Konsep sederhana materialitas yang ia jelaskan adalah bahwa untuk mengetahui materialitas sesuatu, apa yang diperlukan untuk menggambarkan apa yang membuat sesuatu menjadi sesuatu. Maka menjadi penting untuk melihat tebu, dan bagaimana tebu bisa menjadi tebu. Oleh karena itu, percobaan dan pengamatan kisah di balik tebu menjadi tebu didefinisikan dan kemudian diterjemahkan ke dalam Material-Based Design
Abstract.

This thesis tries to show the material-based design method by defining the materiality parameters of a material to produce form (generation). The conclusion of this thesis is to make materiality parameter arrangement that will be used as form-generation in generative design. Through this method material which is generally only considered as a complement, is able to be the main inspiration or the main basic consideration in the design process. Namely by integrating materials, forms and structures in the process as Generative Design. Looking for integration between the three can be done using the Material-Based Design approach. Material-based design approach is carried out as a search to find and dismantle so that materiality of a material can be translated as parameters as form generation in Genetaive Design. The material chosen in this paper experiment is sugar cane. To translate sugarcane materiality into design parameters in Material-based design can be done through the process of Materializing and Morphogenesis to find the Material System of the sugarcane maerial. Materializing is the giving of materiality values that are factually described or can be called the material properties of a material, in the case of sugarcane, examples of the properties of sugarcane material are height, weight, strength, color and so on. Whereas Morphigenesis is the process of translating behavior that is defined from matter into values. In the case of sugar cane, an example of behavioral material is the response of the texture and color of sugarcane skin to temperature and humidity. Temperature and humidity conditions with different values make the texture and color of sugarcane become diverse, this response is called material behavior. But what is important is, because this method is based on materiality, how the process of describing sugarcane materiality is very important. I use a theory from the Ingold Team (2007) about how materiality must be defined. The simple concept of materiality which he explains is that to know the materiality of something, what is needed to describe what makes something becomes something. Then it becomes important to see sugar cane, and how sugar cane can become sugar cane. Therefore, the experiment and observation of the story behind sugar cane to sugar cane is defined and then translated into Material-Based Design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mimi Silvia
"Tesis ini membahas resiliensi content creator di bidang komunikasi digital. Profesi content creator terancam dengan berbagai tantangan yang dialami berupa kecemasan sosial, inferioritas individu, kredibilitas, ketakutan tidak otentik karena tidak menjadi diri sendiri. Permasalahan penelitian ini berfokus pada apakah kerangka Resiliensi dan Manajemen Strategi Content Creator dapat terbukti pada konteks Indonesia yang diadaptasi dari Johnson et al. (2015). Tujuan penelitian ini mengeksplanasi cara meningkatkan resiliensi content creator di tengah tekanan dan kompetisi content creator di media sosial sehingga bisa bermanfaat dalam bermedia sosial. Penelitian ini memiliki lima variabel yaitu variabel eksogen berupa Sosok Model Resiliensi, Penyemangat Resiliensi, Resiliensi serta variabel endogen berupa Manajemen Strategi Content Creator dan Peningkatan Jumlah Pengikut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif terhadap 83 responden yang berprofesi sebagai content creator. Analisis data yang digunakan yaitu menggunakan Structural Equation Model (SEM) pada Smart PLS. Hasil penelitian adalah kerangka Resiliensi dan Manajemen Strategi Content Creator tidak terbukti di konteks Indonesia. Kerangka terakhir penelitian ini berkontribusi pada literatur teoritis mengenai pentingnya resiliensi dalam industri content creator. Sementara itu, penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi pelaku industri content creator dan pelaku kebijakan agar industri content creator terus berkembang.

This thesis discusses the resilience of content creators in the field of digital communication. The content creator profession is threatened with various challenges experienced in the form of social anxiety, individual inferiority, credibility, and fear of being inauthentic for not being yourself. The problem of this research focuses on whether the Resiliency and Strategy Management Content Creator framework can be proven in the Indonesian context, adapted from Johnson et al. (2015). The purpose of this research is to explain how to increase the resilience of content creators amid pressure and competition for content creators on social media so that they can be useful in social media. This study has five variables, namely exogenous variables in the form of Resilience Model Figure, Resilience Encouraging, Resiliency, and endogenous variables in the form of Strategy Management Content Creator and Increasing Number of Followers. This study uses a quantitative approach to 83 respondents who work as content creators. The data analysis used is using the Structural Equation Model (SEM) on Smart PLS. The result of the research is that the Resiliency and Strategy Management Content Creator framework is not proven in the Indonesian context. The final framework of this research contributes to the theoretical literature on the importance of resilience in the content creator industry. Meanwhile, this research is expected to be a reference for content creator industry players and policy makers so that the content creator industry continues to grow."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sito Dewi Damayanti
"

Beberapa tahun belakangan ini proses digitalisasi telah diadopsi oleh banyak institusi baik pemerintahan, dan perusahaan besar maupun kecil. Mereka telah menyadari manfaat digitalisasi untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi. Termasuk di antaranya adalah pemanfaatan Internet of Things (IoT) untuk berbagai segmen bisnis mulai dari transportasi, manufacturing, logistic, maupun agriculture. Sudah banyak kisah sukses implementasi IoT di bisnis, tetapi banyak juga masalah yang terjadi di lapangan setelah implementasi tersebut, terutama yang berkaitan dengan performansi sistem, kemudahan penggunaan, maupun user experience. Penelitian ini mengambil fokus pada studi kasus PT X yang telah menerapkan smart poultry di beberapa kandang ayam milik mereka di Cimaung, Serang sejak 2019. Studi penelitian ini membahas tentang pengukuran keberhasilan implementasi IoT (smart poultry) di peternakan ayam PT X, yaitu dari sisi Quality of Experience (QoE), untuk memperoleh gambaran seberapa sukses implementasi ini dari sudut pandang penggunanya sendiri. Tahap awal dilakukan in-depth interview kepada pimpinan perusahaan untuk menentukan key performance index (KPI) yang ingin diukur, kemudian dilanjutkan dengan interview ke berbagai unit di PT X untuk mendapatkan feedback terkait QoE, dan analisis menggunakan Absolute Category Rating with Hidden Reference (ACR-HR) untuk memperoleh skor differential mean opinion score (DMOS) sebagai tolok ukur QoE. Pengukuran Quality of Service (QoS) pada beberapa parameter teknis juga dilakukan untuk melengkapi data secara obyektif. Hasil analisis menunjukkan bahwa smart poultry yang diimplementasi bisa dianggap cukup baik dibandingkan sistem konvensional, walaupun masih ada beberapa perbaikan yang direkomendasikan terutama di sisi user experience.


In recent years the digitalization process has been adopted by many institutions including government and large/small enterprises. They are already aware that the digitalization will increase productivity and efficiency. This is including the use of the Internet of Things (IoT) technology in various business segments from transportation, manufacturing, logistics, and agriculture. There are many success stories in IoT implementations, but many problems have occurred though after the implementation, mostly related to system performance, ease of use, and user experience. This study discusses the measurement of IoT implementation (smart poultry) focus in PT X chicken farms, in terms of the Quality of Experience (QoE), to obtain the success level of implementation from the perspective of the users. PT X has implemented smart poultry in some of their chicken coops located in Cimaung, Serang since 2019. The study was conducted with in-depth interviews with company leaders to determine the main performance index (KPI) to be assessed, then continued with interviews to various units at PT X to get feedbacks related to QoE, and analysis using Absolute Category Ratings with Hidden References (ACR-HR ) to get differential mean opinion score (DMOS) as a QoE benchmark. This study also includes the measurement of service quality (QoS) on several technical parameters to complement the data objectively. The results show that the smart poultry can be considered comparatively better than the previous conventional system, although there are still some improvements needed, especially in terms of user experience.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>