Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Timbulnya aliran Mu'tazilah merujuk kepada peristiwa diskusi antara Wasil Ibn Atho' dengan Hasan al-Basri di Basrah, pada suatu hari datang seseorang kepada Hasan al-Basri, lalu menanyakan pendapatnya tentang orang-orang yang telah berbuat dosa besar (murtakib al-kabair/capital sinners), sebagaimana diketahui kaum khawarij memandang mereka telah kafir, sedang kaum Mur'jiah memandang mereka masih mukmin, ketika Hasan al-Basri masih berpikir, Wasil mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai hal itu dengan mengatakan : "Saya berpendapat bahwa orang yang telah berbuat dosa besar itu sudah bukan mukmin, tetapi juga bukan kafir, akan tetapi menempati posisi antara keduanya, tidak mukmin dan tidak kafir (al-manzilah baina al-manzilatain). Tumbuhnya teologi Mu'tazilah pada abad pertengahan sebagai pengabdian pada kepentingan doktrin atau teologi dialektik retorik, merupakan dialektika yang terjadi dalam proses penghadapan antagonis antara satu doktrin dengan doktrin yang lainnya, maka dialektika teologi yang bersifat populis itu bersifat empiris yang merupakan dialektika dari proses penghadapan kritis antara realitas kehidupan dengan pesan-pesan universal."
KONSTAIN 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Chaidir
"Penelitian dilakukan terutama berpedoman pada buku-buku perpustakaan berdasarkan sumber-sumber primer dan sekunder, dengan metode deskriptif, analisis kritis dan komparatif. Ibn Khaldun adalah seorang sarjana terkenal dengan karyanya yang bernama Muqaddimah pada abad ke 14 M. Cakupan pembahasan Muqaddimah Ibn Khaldun demikian luas, sehingga penulis membatasi pembahasan ini hanya dalam masalah pemikiran sosialnya. Ternyata pada abad ke 19 M. terdapat pula pemikiran Barat dari Perancis bernama Auguste Comte yang membahas masalah pemikiran sosial. Sekarang ilmu pengetahuan ini menjadi ilmu tersendiri yang dinamakan sosiologi. Dengan adanya pemikiran-pemikiran di bidang pengetahuan sosial ini, ada yang mengatakan bahwa pelopor ilmu pengetahuan sosial adalah Auguste Comte dan ada pula yang mengatakan Ibn Khaldun. Di dalam Muqaddimah, Ibn Khaldun membahas pemikiran sosialnya bertitik tolak dari pengalaman, gejala-gejala dan fakta fakta yang diamati, kumpulan fakta-fakta itu dianalisis dan akhirnya diambil kesimpulan dan dijadikan rumus atau dalil. Ibn Khaldun juga membahas perbedaan antara ilmu pengetahuan absah dan ilmu pengetahuan yang tidak absah. llmu pengetahuan yang absah ialah apabila didasarkan pada eksperimen dan empiri, kemudian setelah dianalisis dan disimpulkan baru dijadikan hukum. Sedangkan ilmu pengetahuan yang tidak absah ialah yang hanya berdasarkan kesimpulan akal. Pendapat Ibn Khaldun tersebut ada kesamaan dengan pendapat filosof Jerman Immanuel Kant pada abad ke 19 M yang menyelidiki batas-batas kemampuan akal manusia, Immanuel Kant berpendapat, bahwa di dalam etika ada yang tidak bisa diselidiki oleh akal, yaitu kebebasan kehendak, immortalita jiwa dan adanya Tuhan. Menurut Immanuel Kant, kita harus menerimanya sebagai keyakinan, dan dijadikan postulat dalam etika. Menurut Ibn Khaldun, akal manusia tidak bisa menyelidiki hakikat yang tidak bisa diindra, seperti masalah hakikat Tuhan, hakikat kenabian, kehidupan akhirat dan sebab paling akhir dari sebab-sebab. Untuk hal-hal tersebut, kita harus menerima dari ajaran-ajaran agama. SeteIah dilakukan kajian sesuai dengan pengertian kriteria ilmu dan filsafat, maka ternyata pemikiran sosial Ibn Khaldun adalah ilmu pengetahuan dalam pengertian modern. Hal ini berdasarkan pada kriteria ilmu pengetahuan, yaitu: adanya pengamatan indra, pengumpulan fakta-fakta, deskripsi fakta, pemilhan kajian, analisis kritis, kesimpulan dan perumusan. Dengan demikian Ibn Khaldun adalah sebagai pelopor pertama dalam bidang ilmu pengetahuan sosial atau sosiologi, dan bukan Auguste Comte. Auguste Comte adalah salah seorang penerus dalam bidang sosiologi."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S15998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Watt, William Montgomery
Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantrean dan Masyarakat (P3M), 1987
297.2 WAT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Alatas, Syed Farid
"Abstract:
On the life and works of Ibn Khald¿±n, 1332-1406, Arab Muslim historiographer and historia"
Bandung: PT. Mizan, 2017
922.97 ALA i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ebstein, Michael
"Muslim Spain gave rise to two unusual figures in the mystical tradition of Islam: Ibn Masarra (269/883-319/931) and Ibn al-Arabi (560/1165-638/1240). Representing, respectively, the beginning and the pinnacle of Islamic mysticism in al-Andalus, Ibn Masarra and Ibn al-Arabi embody in their writings a type of mystical discourse which is quite different from the Sufi discourse that evolved in the Islamic east during the 9th-12th centuries.
In Mysticism and Philosophy in al-Andalus, Michael Ebstein points to the Isma ili tradition as one possible source which helped shape the distinct intellectual world from which both Ibn Masarra and Ibn al-Arabi derived. By analyzing their writings and the works of various Isma ili authors, Michael Ebstein unearths the many links that connect the thought of Ibn Masarra and Ibn al-Arabi to the Isma ili tradition. "
Leiden: Brill, 2014
e20497969
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Mamiek S. Utami Chandrayani
Depok: Ulinnuha Press , 2001
297.22 JUH i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Enan, M.A.
Lahore : Ashraf, 1946
922.97 ENA i (1);922.97 ENA i (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Harun
Jakarta: Universitas Indonesia, 1987
297.01 NAS m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Harun, 1919-
Jakarta: Penerbit UI,
297.01 NAS m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Naupal
"ABSTRAK
Buku ini sebenarnya adalah jawaban atas kegelisahan akademis penulis, setelah melihat bagaimaan sejarah filsafat Barat, khususnya pada masa modern yang tidak mampu melihat perbedaan antara realitas ontis dengan realitas ontologis, sehingga akhirnya hanya menerima
realitas yang dapat diukur, diobservasi, dan verifikasi secara indewari, Puncaknya adalah sikap negatif terhadap metafisika. Fenomena ini dapat dijumpai dalam banyak aliran filsafat, seperti dalam aliran positivistik, dan neopositivistik. Menurut aliran pemikiran ini, hanya pernyataan yang dapat diverifikasi secara positif boleh disebut pernyataan yang bermakna. Pernyataan-pernyataan dalam bidang teologi, etika, dan metafisika dengan sendirinya dianggap tidak bermakna, karena tidak dapat diverifikasi secara inderawi. Di sisi lain, pandangan dunia modern juga bersifat dualistik, memisahkan jiwa dan tubuh, jasmani dan rohani. Pandangan dualistik telah merusakkan pandangan manusia yang otentik, yang
terbagi menjadi -corpus, anima, dan spiritus? citra yang sedemikian lengkapnya dikemukakan di dalam tradisi Hermetik, dan Islam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
P-Pdf
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>