Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132490 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tuan Guru Lopan, adalah salah seorang tokoh perintis pembaharuan Agama Islam di Pulau Lombok. Beliau dianggap tokoh kharismatik dan memiliki berbagai aktivitas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan pemahaman ajaran Agama Islam. Kiprahnya dalam kehidupan masyarakat Sasak di Lombok membawa pengaruh terhadap pola kehidupan dan perilaku masyarakat. Sebagai bentuk penghormatan masyarakat Sasak, saat ini makam Tuan Guru Lopan digolongkan sebagai salah satu makam keramat di Pulau Lombok yang sering didatangi masyarakat dari berbagai daerah untuk berziarah, memohon berkat, membayar kaul, dan sebagainya. Berdasarkan realitas demikian, figur ketokohan Tuan Guru Lopan mempengaruhi perilaku masyarakat Sasak sampai saat ini."
JNANA 18:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sabirin
"Seiring runtuhnya rezim Orde Baru dan dimulainya Era Reformasi yang ditandai dengan terbukanya kran kebebasan, proses sosialisasi, penetrasi, dan penyebaran wahabisme semakin gencar. Proses ini ditandai dengan menjamurnya pengajian-pengajian wahabi, pendirian lembaga pendidikan maupun lembaga dakwah yang berbasis dan menganut secara langsung paham wahabi, pembangunan masjid, dan merebaknya komunitas-komunitas wahabi di kampung-kampung. Penyebaran ini juga mengarus dikalangan pemerintah, organisasi kemasyarakatan, dan dunia bisnis. Dampak nyata dari mengarusnya ajaran wahabi ini di tengah etnik Sasak Lombok adalah munculnya eksklusivisme, keterbelahan secara sosial, dan penampakkan kekhasan identitas kelompok, seperti pakaian ?resmi?, jubah, peci putih untuk laki-laki, kerudung besar dan cadar untuk perempuan, serta pembatasan interaksi perempuan mereka dengan masyarakat sekitar menimbulkan keresahan ideologis yang cukup meluas. Sementara cara-cara dakwah yang provokatif dan konfrontatif dalam memerangi ajaran yang berseberangan dengan paham maupun praktik ritual keagamaan mereka, tidak segan-segan mereka cap sebagai ahlul bid?ah, lebih-lebih kepada mereka (masyarakat) yang telah nyaman dengan tradisi Islam a la Sasak-nya. Dan pada level tertentu cara-cara tersebut menimbulkan kemarahan masyarakat yang berujung tindak kekerasan fisik berupa pengerusakan dan pengusiran seperti yang terjadi di Jembatankembar dan Sesele Lombok Barat dan di tempat-tempat lain. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius, seperti apa sebenarnya pandangan masyarakat Sasak terhadap wahabi? Apakah reaksi masyarakat tersebut merupakan bagian dari pemikiran tuan gurunya dalam merespon ajaran-ajaran wahabi? Pertanyaan ini berangkat dari kenyataan bahwa orang Sasak selalu patuh terhadap tuan guru. Ungkapan ?ape basen wayah? (apa pun kata tuan guru) menjadi salah satu gambaran pernyataan kepatuhan tersebut. Hal ini terjadi karena pertama, otoritas tuan guru sebagai pengawal tradisi keagamaan, kedua fungsinya sebagai penerjemah dan tempat masyarakat Sasak menyerap informasi agama yang tidak bisa mereka akses, dan yang ketiga kapasitasnya sebagai figur yang digugu dan ditiru. Ketiga alasan menjadi landasan penting untuk melihat pandangan masyarakat Sasak secara umum yang diwakili oleh respon pemikiran tuan guru terhadap penetrasi ajaran wahabi di Pulau Lombok. Dan dalam tesis ini akan diketengahkan hal tersebut, terutama respon tuan guru yang melihat penetrasi ajaran wahabi pada era reformasi.
As long as the collapse of ?Orde Baru? regime and starting of Reformation Era those marked/signed by legalization of freedom, socialization process, penetrating, and spreading of wahabism progressively. The Process marked by many recitations of wahabi, founding of education institute and also mission institute based on and embracing of wahabi, building up of mosque, spreading of wahabi communities in villages. The spreading happens also among government, social organization, and business world. The real effect of ?streaming? of wahabi?s doctrine among Sasak Ethnic is appearance of exclusivist, social disruption, and specification of group identity such as formal clothes, jubah, white cap for men, big veil and cowl for women, and also demarcation of interaction woman with people among them. Those will appear wide ideological disquiet. Whereas the ways of instruction those are provocative and contradiction against opposite way of teaching and their religious ritual, they will consider them as ahlul bid?ah, moreover to those who where felt comfortable with Sasak Islamic Tradition.. And in any certain level, the ways will arise society?s enragement that will cause physical compulsion such destroying and driving away as well as happened in Sesele and Jembatankembar West Lombok any other places. This matter generate serious question, what sort of society?s view of Sasak people to wahabi? Is the reaction of the society representing the part of idea of Tuan Guru to respond of wahabi? This question shows that Sasak community obedient to Tuan Guru is real. The Expression ?ape basen wayah? (what Tuan Guru said) become one picture of the statement. This happened because; firstly, The Tuan Guru authority as the guard of religious tradition. Secondly, his function as translator and where society absorbs religion information which they cannot access, and the third as the important base of communities view commonly that represented by the respond of idea of Tuan Guru to penetration of wahabi?s teaching in Lombok Island. This thesis will discuss it especially the respond of Tuan Guru who saw penetration of Wahabi?s doctrine in reformation era."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Imam Purwadi
"Dari sejarah hukum dapat diketahui bahwa sistem hukum Indonesia bersifat majemuk. Disebut demikian karena sampai kini dalam negara Republik Indonesia berlaku beberapa sistem yang mempunyai corak dan sistem sendiri. Yang dimaksud disini adalah sistem hukum Adat, hukum Islam, dan hukum Barat. Ketiga sistem hukum itu berlaku di Indonesia. Hukum Adat telah lama ada dan berlaku di Indonesia, kendati baru dikenal sebagai sistem hukum pada permulaan abad XX. Untuk jangka waktu yang cukup lama, sistem hukum adat memainkan peranannya dalam berbagai kehidupan masyarakat Indonesia.
Sekitar abad VII sampai awal abad VIII, agama Islam mulai penyebarannya di Indonesia melalui Sumatera. Dalam waktu relatif singkat agama Islam diterima dan berkembang ke seluruh pelosok Indonesia. Agama Islam dianut dan dilaksanakan oleh umat Islam Indonesia dengan sungguh-sungguh. Proses Islamisasi di Indonesia melalui para saudagar yang berdagang dan mengadakan perkawinan, (peranan hukum Islam) sangat besar.
Hal itu dapat dilihat dari kenyataan bahwa kalau seorang saudagar muslim hendak menikah dengan seorang wanita pribumi, misalnya, wanita itu diislamkan lebih dahulu dan pernikahannya kemudian dilangsungkan menurut ketentuan hukum Islam. Kalau salah seorang anggota keluarga itu meninggal dunia, harta peninggalannya dibagi menurut hukum kewarisan islam. Hukum islam berkembang dan dilaksanakan sampai kini oleh sebagian besar rakyat Indonesia."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1997
T5450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mozeea Kiara Anisa
"Babad Praya merupakan naskah klasik Lombok yang menceritakan perjuangan suku Sasak Praya untuk lepas dari kekuasaan Karangasem Bali. Tokoh penting dalam cerita ini adalah Tuan Guru Bangkol. Penelitian ini membahas Tuan Guru Bangkol sebagai representasi tokoh pejuang suku Sasak dalam Babad Praya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peran Tuan Guru dalam kehidupan sosial masyarakat suku Sasak, serta berfokus pada perlawanan Tuan Guru Bangkol sebagai panglima perang Praya II pada 1891—1894. Sumber data utama penelitian ini berupa transliterasi naskah Babad Praya oleh Lalu Gde Suparman. Selanjutnya dalam mengkaji teks digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan teori representasi dari Jacob Sumardjo dan Stuart Hall. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Tuan Guru Bangkol berperan penting dalam membebaskan masyarakat Sasak Lombok dari kekuasaan Karangasem. Tuan Guru Bangkol merupakan representasi pejuang yang mempunyai peran utama dalam perlawanan rakyat Sasak terhadap Karangasem. Beliau berperan sebagai panglima perang sekaligus pemimpin tarikat qadiriyah wa naqsabandiyah bagi kelompoknya.

Babad Praya is a classic Lombok manuscript that tells the struggle of the Sasak Praya tribe to escape the rule of Karangasem Bali. An important character in this story is Tuan Guru Bangkol. This study discusses Tuan Guru Bangkol as a representation of Sasak tribal warrior figures in Babad Praya. This study aims to describe the role of Tuan Guru in the social life of the Sasak people and focuses on the resistance of Tuan Guru Bangkol as the warlord of Praya II in 1891-1894. The main source of data for this research is the transliteration of the Babad Praya manuscript by Lalu Gde Suparman. Furthermore, in reviewing the text, descriptive qualitative research methods are used with the representation theory approach of Jacob Sumardjo and Stuart Hall. The results of this study show that Tuan Guru Bangkol played an important role in liberating the Sasak community of Lombok from the rule of Karangasem. Tuan Guru Bangkol is a representative of fighters who have a major role in the resistance of the Sasak people against Karangasem. He acted as a warlord as well as the leader of the qadiriyah wa naqsabandiyah tarikat for his group."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Team Research
Surabaya: Proyek Pelita, 1974
297.4 BEB
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Letha Fitriana
"Arsitektur dapat memiliki arti lebih dari sekedar bangunan tempat tinggal karena merupakan pengekspresian ruang-ruang simboiik dalam kehidupan. Terbentuknya arsitektur masyarakat ash dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang menj adi kannya memiliki karakteri sti k yang mudah dikenali, dari tahun ke tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan arsitektur vernakular, antara lain faktor bahan, konstruksi, iklim, lahan dan sosial budaya telah dipakai sebagai dasar tinjauan pada permukiman asli suku Sasak di Lombok. Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan di permukiman ash suku Sasak di Lombok pads bulan Mei I997, memberikan gambaran bahwa permukiman suku Sasak memiliki ciri yang khas, mempunyai susunan yang teratur dan merupakan lingkungan tempat tinggal yang terdiri dari perulangan tiga bangunan utama. Cara pembangunannya berbeda dan unik karena menggunakan bahan-bahan alami berupa tanah, kotoran kerbau, kayu, bambu dan alang-slang. Masyarakat suku Sasak memiliki cara tersendiri dalam mengatur dan menggunakan permukiman mereka, karena mereka memiliki suatu model. Model terwujud membentuk karakteristik dalam pola permukimannya, berkaitan Brat dengan kebudayaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1991
306 UPA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Riset ini secara keseluruhan mengikuti kerangka kerja bidang linguistis-antropologis,kimia dan biologi....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ken Bimo Sultoni
"Konflik antar kelompok berpotensi menjadi ancaman menjelang Pilpres 2024, terutama ketika menggunakan politik identitas. Politik identitas digunakan oleh Komunitas Islam Wahabi sebagaimana kemudian memuncak dalam kasus Penghinaan Makam TGH Ali Batu di Lotim. Peneliti ingin mengidentifikasi dan menganalisis potensi ancaman yang muncul akibat politiik identitas yang terjadi. Salah satunya yaitu konflik yang terjadi antara kelompok masyarakat Adat dengan kelompok Islam Wahabi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi atau memetakan konflik yang terjadi serta menganalisis potensi ancaman pada ketahanan nasional.
Penelitian ini menggunakan konsep politik identitas dan konflik serta ancaman dan ketahanan nasional. Sementara Pendekatan dalam penelitian adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumen. Wawancara dilakukan pada pemuka adat dan agama setempat dan pemangku kepentingan yang menangani konflik serta dilengkapi dengan data dari informan yang menangani konflik.
Temuan menunjukkan bahwa perbedaan pemahaman terjadi diakibatkan oleh Komunitas Islam Wahabi yang secara terstruktur dan sistematik melakukan dakwah pemurnian Islam yang menolak keberadaan ritual tradisi dan adat seperti selametan, ziarah kubur, dll. Dakwah dilakukan disertai dengan tindakan mengolok-olok kebiasaan tersebut.
Konflik yang berulangkali terjadi membutuhkan pendekatan yang tidak hanya bersifat sosio-kultural, melainkan juga pendekatan berupa regulasi yang dapat mencegah penetrasi secara kelembagaan dari Komunitas Islam Wahabi.

Conflict between groups has the potential to become a threat ahead of the 2024 presidential election, especially when using identity politics. Identity politics was used by the Wahhabi Islamic Community as later culminated in the case of the Humiliation of the Tomb of TGH Ali Batu in Lotim. Researchers want to identify and analyze potential threats that arise due to identity politics that occur. One of them is the conflict between the Indigenous people group and the Wahhabi Islam group. This study aims to identify or map conflicts that occur and analyze potential threats to national security.
This study uses the concepts of identity politics and conflict as well as threats and national security. While the approach in research is qualitative with case study method. Data collection techniques used are interviews, observation and document study. Interviews were conducted with local traditional and religious leaders and stakeholders who handle conflicts and are complemented by data from informants who handle conflicts.
The findings show that the difference in understanding occurs is caused by the Wahhabi Islamic Community which is structured and systematic in carrying out Islamic purification da'wah which rejects the existence of traditional and customary rituals such as salvation, pilgrimage to the grave, etc. Da'wah is carried out accompanied by making fun of these habits.
Conflicts that occur repeatedly require an approach that is not only socio-cultural in nature, but also an approach in the form of regulations that can prevent institutional penetration of the Wahhabi Islamic Community.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>