Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191294 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmat Hidayat
"Bekisting merupakan bagian yang menjadi unsur penting dalam suatu proyek konstruksi gedung bertingkat karena menghabiskan biaya terbesar dalam pekerjaan struktur bertingkat yang tipikal. Metode Block Out merupakan inovasi yang dimiliki PT. PP yang menjadi pilihan dalam pekerjaan bekisting. Pada penelitian ini akan dianalisa bagaimanakah perbandingan antara Metode Block Out yang dimiliki PT. PP dengan Metode Bekisting Konvensional ditinjau dari segi biaya dan waktu pada pekerjaan kolom. Data yang akan dianalisis didapatkan dari narasumber yang menjadi praktisi di bidang konstruksi. Hasil dari penelitian ini adalah metode out lebih murah dibandingkan metode konvensional dengan penghematan Rp 567.721.928,19 atau Rp 113.544.385,64 / lantai sehingga efisiensi biaya yang dapat dilakukan sebesar 20,6%. Metode block out lebih cepat dibandingkan dengan metode konvensional dengan durasi 12 hari.

Formwork is one part of high rise building construction that becomes an important element of a project because it consumes the largest cost in a typical multi-storey structural job. Block Out is a method innovated by PT. PP that can be used as an option in doing formwork. This research will analyze the comparison between Block Out Method and Conventional Formwork Method in cost and time’s prespective when working on column installation. The data that will be analyzed are obtained from sources who are practitioners in construction project. The hypothesis of this study is that Block Out Method, compared to Conventional Formwork Method, is cheaper in its construction cost and faster in its execution time. The goal of this report is Block Out Method is cheaper than Conventional Metode with thrift IDR 576.721.928,19 or IDR 113.544.385,64 / floor. So, efficiently cost that could to apply is 20,6%. And, Block Out Method is faster than Conventional Method that have 12 days duration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Novita
"Penentuan metode bekisting yang akan digunakan dalam suatu proyek faktor pertimbangan yang diperhitungkan. faktor yang paling menentukan adalah biaya dan waktu pelaksanaan. Murah dari segi biaya dan cepat dari segi waktu, inilah yang menjadi tujuan setiap pemborong kerja dalam menentukan metode kerjanya.
Penelitian ini membandingkan antara 2 (dua) buah metode bekisting yaitu sistem PERI dan Konvensional. Hal ini ditujukan untuk mencari metode bekisting yang paling optimal dari segi waktu dan biaya. Studi kasus yang diambil pada proyek Apartement Salemba Residence. Jenis bekisting yang ditinjau adalah bekisting balok, plat lantai, kolom dan dinding.
Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu melakukan analisa perbandingan terhadap biaya dan waktu. Analisa perbandingan tersebut terdiri dari perencanaan komposisi material dan alat bekisting, desain gambar bekisting, perhitungan pemakaian material dan alat, analisa harga material, alat, dan upah harian pekerja, analisa waktu efektif pekerjaan, analisa upah borong pekerjaan, parameter pendukung analisa harga satuan, analisa harga satuan pekerjaan bekisting, biaya total pekerjaan bekisting, dan perbandingan biaya dan waktu pekerjaan.
Dari analisa didapatkan beberapa perbedaan antara bekisting metode konvensional dengan sistem PERI. Biaya pekerjaan bekisting pada proyek Apartement Salemba Residence untuk metode konvensional sebesar Rp 3.161.568.136,- dengan waktu pelaksanaan 216 hari. Sedangkan untuk metode sistem PERI sebesar Rp 3.150.662.945,- dengan waktu pelaksanaan 185 hari. Perbedaan biaya dan waktu pelaksanaan pada kedua metode itu disebabkan material dan alat yang digunakan. Sehingga mengakibatkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih besar. Kemampuan tenaga kerja juga mempengaruhi perbedaan biaya dan waktu tersebut. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dalam menentukan metode atau sistem kerja sebaiknya memperhatikan tingkat efisiensi serta kemudahan yang diperoleh dalam pelaksanaan dengan metode tersebut. Serta untuk pemeliharaan dan sistem pemasangan serta pembongkaran bekisting harap diperhatikan sehingga material dapat awet dan dapat digunakan secara optimal.

To definite a work method of formwork tht will be used on a current project have many certain factors which should be considered. Main certain factors are ; cost and construction time. Low on cost and fast from time factor is the main idea of labour foremen and the constructor to pick their choise on a work method.
This experiment had compare between 2 (two) formwork methode which as PERI system and conventional. The idea is to find which method is more optimal from the cost and time factor. The object of the experiment is on Apartement Salemba Residence. Kinds of formworks examined are; beam, slab, column and wall formworks.
Method of the experiment by analizing the comparity on cost and working time. This analysis start from planning the formworks compotition of material and tools ; design the shop drawing; calculating of materials and tools volume ; Materials, tools, and labour sallary analysis ; formworks unit price analysis, total construction cost of formwork and compare of total cost and construction time.
Analysis contains many difference of conventional and PERI system. Total cost of forwork on Apartement Salemba Residence project of conventional method values Rp 3.161.568.136,- and total construction time of 216 days. On the other side, Total cost of PERI system values Rp 3.150.662.945,- with total construction time 185 days. The difference of cost and time on those two types of formwork caused by the used materials and tools. Until produced the longer work time and more expencive cost. Ability of the labours also take a part of causing those difference. With the existance of this experiment hoped that we should have more aware of the efficiency and workability on certaining a formwok method. Also on maintenance , setting and stripping the formwok panels must be carefull in order to optimalize the use of materials.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S38700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Toddy Diasnato
"Proyek Rusunawa adalah sebuah proyek rumah susun yang ditujukan untuk kalangan menengah.yang berlokasi di daerah Cimahi, Bandung - Jawa Barat. Konstruksi bangunan ini mengunakan konstruksi beton bertulang yang terdiri dari 5 lantai. Dalam proses pembangunannya, pelaksana proyek mempergunakan metode pracetak untuk konstruksi kolom, balok, pelat lantai dan tangga. Adapun yang dimaksud konstruksi beton pracetak adalah pengerjaan komponen-komponen tersebut di cor di tempat fabrikasi, baik dipabrik maupun dilapangan yang bukan merupakan posisi akhir dari komponen tersebut dalam suatu struktur. Pada proyek Rusunawa fabrikasi dilakukan di lapangan. Hal yang menarik dari pembuatan rumah susun sewa sederhana (Rusunwa) bandung adalah proyek ini menggunakan sambungan baut untuk menyatukan kolom-kolom dan balok yang ada di struktur bangunan. Metode konstruksi yang berbeda berarti mempunyai cost structural atau alokasi biaya yang berbeda pula. Perbedaan cost structural yang terjadi antara lain disebabkan karena adanya perbedaan alat, metode kerja, overhead lapangan, formwork, upah tenaga kerja, yang akan berdampak langsung terhadap durasi proyek, sehingga akan mempengaruhi biaya. Dalam penulisan tugas akhir ini penyusun mencoba meninjau tentang perbandingan struktur atas antara pembuatan rumah susun sewa sederhana (Rusunwa) dengan menggunakan metode precast dengan sambungan, dan metode konvensional dari segi biaya, sehingga dapat diketahui variablevariable yang berpengaruh agar biaya dapat lebih dioptimalkan.

Rusunawa project was a construction project that built a building for middle class people or below which live in Cimahi, Bandung-Jawa Barat. This Construction used a rainforced concrete for 5-floor building. This project used the precast method for coloumn, slab, beam and stairs modul. Precast concrete method means that modul was made before it erection in the place where it installed. Fabrication for this construction was an onsite fabrication There was an interesting involving connection in Rusunawa project.
In this project they were using bolt to connecting column and slab in the structure. Because of the method differences between conventional and precast concrete, so there were different cost structure. This cost structure difference is ther because the different method, tools, field overhead, formwork, and man power that influence time and cost. In this paper, writer try to find the cost structure difference between conventional and precast concrete in Rusunawa project, so the variables that involve can be known. When the variables are known, cost structure can be optimalized.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35342
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Yuris K.
"Industri konstruksi di Indonesia saat ini terus berkembang, sehingga konsumsi akan material pun kian bertambah. Salah satu material yang sangat banyak digunakan dan terus bertambah permintaannya pada konstruksi adalah semen, khususnya semen tipe 1 (Ordinary Portland Cement). Padahal dari tahun ke tahunnya produksi klinker, yaitu campuran utama pembuat semen, semakin menurun seiring bahan baku yang berkurang. Permasalahan ini coba dipecahkan oleh produsen semen dengan membuat berbagai semen dengan campuran bahan-bahan baru, seperti semen pozzolan, semen dengan silica fume, semen komposit dan lainnya.
Portland Composite Cement (PCC) salah satu dari semen tadi merupakan produk yang saat ini telah beredar dan banyak digunakan. PCC dianggap memiliki karakter yang mirip, bahkan lebih baik dibandingkan dengan OPC. Akan tetapi, pada penggunaanya mix design untuk PCC masih sama dengan OPC. Selain itu, belum diketahui pasti karakteristik beton yang dihasilkan dengan menggunakan PCC.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui salah satu karakteristik beton dengan semen PCC yaitu kuat lentur (modulus of rupture) dan susut, dimana mix design yang digunakan tetap menggunakan aturan ACI yang berlaku bagi beton dengan OPC. Jika benar PCC mempunyai kualitas yang lebih baik dibanding OPC, seharusnya kuat lentur (modulus of rupture) juga lebih baik. Kekuatan lentur atau tarik beton akan dipengaruhi oleh perubahan volume, yang dapat mengakibatkan retak. Penggunaan material tambahan seperti fly ash, pozolan dan lainnya, akan mempengaruhi terhadap perubahan susut beton, dimana penggunaan fly ash seharusnya akan mengurangi penyusutan.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa kuat lentur beton PCC mengalami kenaikan yang lebih lambat dibanding beton OPC, trend yang dihasilkan berupa grafik logaritma yang setelah lewat 28 hari lambat laun menjadi asimtotis. Nilai kuat lentur beton PCC pada umur 28 hari dan setelahnya, lebih tinggi dibanding beton normal. Penggunaan PCC tidak terlalu berpengaruhi terhadap nilai susut beton dibanding beton normal.

Indonesia construction industry growing fast, that is why the needs for construction material keep growing. One of them is cement that used a lot for many construction applications and its demand increase from time to time, especially for Ordinary Portland Cement (OPC). On the other side, clinker productivity had been decreasing every year. To solve this problem, cement producer making many variation of composite cement, such as, pozzolan cement, cement with silica fume, PCC, etc.
Portland Composite Cement (PCC) is one of the product that used by many people and project. PCC have similar characteristic and even better quality than OPC. Even PCC used the same way with OPC, but the true characteristic of PCC not known yet.
This research has objective to study flexural strength and shrinkage of concrete using PCC. If PCC has better quality, its flexural strength should be better than OPC. Flexural strength influenced by volume alteration that cause concrete crack. Fly ash in PCC has property that influencing concrete volume alteration. Fly ash should be able to reduce concrete shrinkage.
The research shows that PCC concrete flexural strength increasing slower than OPC concrete. The graph of PCC concrete flexural strength increasing on logarithmic equation those after 28 days by degrees become asymptotic. The PCC concrete flexural strength after 28 days is higher than OPC concrete. Using PCC in concrete does not give significant effect for the concrete shrinkages.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35323
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mardal
"Pada bangunan yang bertingkat banyak seperti bangunan Apartemen, Hotel dan lain-lain yang memiliki bentuk struktur yang tipikal tiap lantainya, biasanya sirkulasi perpindahan bekisting akan lebih teratur karena kondisi pekerjaan yang cenderung sama tiap lantainya. Pada pelaksanaan pekerjaan bekisting untuk struktur gedung yang besar, biasanya area pekerjaan dibagi menjadi beberapa area atau zona kerja akibat faktor-faktor yang mempengaruhi seperti : keterbatasan lahan untuk mobilisasi material dan alat, schedule pekerjaan, bentuk sturktur yang dikerjakan, ketersediaan sumberdaya dan sebagainya. Sehingga dengan pembagian zona yang berbeda pada satu struktur yang sama akan mempengaruhi bentuk sirkulasi perpindahan bekisting.
Penelitian ini memfokuskan tinjauan terhadap pengaruh pembagian zona dan waktu penyelesaian pekerjaan tiap lantai pada sturktur bangunan bertingkat banyak dengan bentuk lantai yang tipikal pada pekerjaan bekisting, Studi kasus yang diambil adalah pada proyek Shangri-la Hotel Condominium Jakarta. Jenis bekisting yang ditinjau adalah bekisting balok dan pelat.
Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mensimulasi berbagai metode pekerjaan dengan melakukan pembagian zona-zona pekerjaan dan waktu penyelesaian tiap lantai yang berbeda-beda. Adapun pembagian zona yang dibuat adalah 4 zona, 2 zona dan 1 zona pekerjaan untuk tiap lantainya dengan waktu penyelesaian tiap lantai yaitu 10 hari, 8 hari dan 5 hari. Dari masing-masing model yang dibuat, direncanakan schedule pekerjaan kemudian dilakukan perhitungan dan optimalisasi terhadap biaya dan waktu pekerjaan.
Dari hasil pengolahan data dan analisa diperoleh bahwa untuk struktur bangunan seperti Shangri-la Hotel Condominium Jakarta, metode yang efisien adalah dengan pembagian 2 zona pekerjaan dengan 8 hari waktu penyelesaian tiap lantainya dilihat dari segi biaya pekerjaan dan waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan.

In high rise building like Apartment, Hotel and others that have typical structure form in every its floor, usually cycle of formwork will be more regular because of work condition which equal in every its floor. In execution of formwork for the structure of high rise building, usually work area divided into some of work area due to factors influencing like : space limitation for the mobilization of material and tool in site, schedule of work, form of structure, availability of resource. With the result that different work area dividing in one same structure will influence the formwork cycle.
This research focussed the evaluation to influence of work area dividing and completion time of work for every floor in high rise building structure with have the typical shape, Case study taken at Shangri-La Hotel Condominium Jakarta Project. Type of formwork evaluated is formwork for slab and beam.
Approach at this research is with make a simulation of various work method by dividing zone of work and different finishing time for each floor. The zone dividing made are 4 zona, 2 zona and 1 zone of work for each floor with the finishing time for each floor are 10 day, 8 day and 5 day. From each model, planned schedule of work then calculated and optimise expense and working time.
From the result of data processing and analyse obtained that for the structure of building same like Shangri-La Hotel Condominium Jakarta, most efficient method is with dividing 2 zone of work and 8 days of finishing time for each floor seen from expense of work and completion time of work overa.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35733
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iting Shofwati
"Sebagai negara yang terletak pada pertemuan lempengan-lempengan dunia, Indonesia merupakan negara beresiko tinggr terhadap ancaman gempa. Oleh karena itu studi mengenai perilaku struktur bangunan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga dapat ""mengontrol "" perilaku bangunan akibat gaya gempa yang kemungkinan akan dialaminya selama masa pemakaiannya. Pengetahuan perilaku penampang dari suatu bagian struktur sangat dibutuhkan dalam desain struktur, terutama bila analisa dilakukan tidak hanya pada daerah elastis, tetapi juga pada daerah plastis, bahkan sampai keruntuhan bagian struktur tersebut. Analisa fiber model ini dilakukan pada penampang komposit baja beton (Rectangulat Hollow Stell ) yaitu dengan membagi penampang balok tersebut menjadi serat-serat atau fiber. Kemudian pada serat tersebut diberikan sifat nonlinear ini didapat dari pemodelan hubungan tegangan regangan beton dan baja. Dengan mengkombinasikan sifat-sifat nonlinear material beton dan baja ini, analisa fiber model menghasilkan penyelesaian analitis berupa hubungan nonlinear momen-kurvatur yang menggambarkan perilaku dari balok komposit tersebut. Analisa tersebut dilakukan dengan suatu pemodetan numerik dan diterjemahkan kedalam bahasa pemograman yaitu bahasa Matlab 5.3., dimana optimasi pengaruh fungsi material ini ditinjau dengan membandingkannya lendutan yang terjadi dengan hasil eksperimen. Hasil simulasi dari progam tersebut menunjukkan bahwa peningkatan mutu beton tidak terlalu berpengaruh dalam menyumbangkan kekuatan pada struktur komposit baja beton. Dari analisa ini akan didapatkan Optimasi analisa ini dilihat dari besarnya beban ultimate untuk masing-masing model. Dari analisa ini disimpulkan bahwa pemodelan yang mendekati hasil eksperimental adalah model Tommi Sakino."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S35016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35227
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Putri Nurindra
"Proyek konstruksi merupakan sektor berisiko tinggi dan kecelakaan kerja yang terjadi bernilai hampir tiga kali lipat dari rata-rata sektor lainnya. Penggunaan BIM atau Building Information Modeling ke dalam perencanaan konstruksi dapat membantu dan meningkatkan keselamatan konstruksi menjadi lebih efisien dan efektif. Namun, menurut beberapa penelitian terdahulu, tingkat implementasi BIM di Indonesia masih tergolong rendah akibat beberapa faktor. Oleh karena itu, pengembangan perencanaan keselamatan konstruksi berbasis BIM pada pekerjaan jembatan beton precast akan dilakukan pada penelitian ini. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa pada pekerjaan struktur atas, perkerasan, drainase, dan aksesoris jembatan beton precast memiliki 180 potensi bahaya serta 269 potensi risiko. Adapun potensi bahaya dengan tingkat risiko tinggi, antara lain jatuh dari ketinggian, girder terjatuh atau runtuh, putusnya sling crane maupun segment terjatuh dari crane, serta tertimpa material dan alat selama proses konstruksi. Perencanaan keselamatan konstruksi yang dilakukan pada penelitian ini, akan diintegrasikan ke dalam BIM berupa safety plan dengan tujuan penyedia informasi perencanaan K2 dan mengidentifikasi kebutuhan K2 serta safety visual dengan tujuan mengidentifikasi kebutuham sumber daya APK dan mengestimasi jumlah kebutuhan maupun lokasi penempatannya. Pengembangan perencanaan keselamatan konstruksi berbasis BIM ini dapat meningkatkan kinerja keselamatan konstruksi pada jembatan beton precast.

Construction projects are high-risk sectors, and the rate of workplace accidents is nearly three times higher than the average in other sectors. The use of BIM or Building Information Modeling in construction planning can help improve construction safety to be more efficient and effective. However, according to several previous studies, the level of BIM implementation in Indonesia is still relatively low due to several factors. Therefore, the development of BIM-based construction safety planning for precast concrete bridge work will be carried out in this research. The method used in this research is a qualitative method. The results of the study found that in the work on the superstructure, pavement, drainage, and accessories of precast concrete bridges, there are 180 potential hazards and 269 potential risks. High-risk potential hazards include falling from heights, falling or collapsing girders, broken crane slings, segments falling from cranes, and being hit by materials and tools during the construction process. The construction safety planning carried out in this research will be integrated into BIM in the form of a safety plan aimed at providing Safety Construction planning information and identifying Safety Construction needs as well as safety visuals aimed at identifying the need for PPE resources and estimating the amount needed and their placement locations. The development of BIM-based construction safety planning can improve construction safety performance in precast concrete bridges."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Andra Margusano
"ABSTRAK
Beton adalah salah satu bahan yang sering digunakan di dalam kebanyakan struktur dan keperluan lainnya, terutama di bidang sipil. Seiring dengan majunya jaman, penggunaan dan keperluan beton semakin meluas. Oleh karena itu pengetahuan tentang beton diharapkan mampu menangani kebutuhan akan beton yang semakin berkembang ini. Diharapkan banyak penemuan baru di dalam hal material, teknologi maupun pada metode pelaksanaannya.
Salah satu kelemahan beton adalah beton tidak dapat menahan tarik yang menyebabkan terjadinya retak secara mudah. Hal tersebut menjadi keinginan yang besar untuk dapat memonitor keretakan struktur beton dan mencegahnya dari perambatan kerusakan lebih lanjut. Usaha-usaha tersebut di atas penting untuk perbaikan berkala, keamanan dan ketahanan_dalam waktu yang lama dari struktur yang kritis. Evaluasi tak merusak seperti penempelan sensor pada struktur, telah banyak digunakan dengan bermacam-macam cara untuk dapat memenuhi kebutuhan yang ada, tetapi tes-tes tersebut masih sangat mahal.
Smart concrete merupakan beton dengan self sensing yaitu dengan membuat beton tersebut sensitif terhadap perubahan hambatan yang kemudian diketahui perubahan regangannya, untuk membuat beton bukan cuma sebagai material dari struktur tetapi juga sebagai sensor terhadap regangan, di dalam hal ini dilaksanakan penambahan campuran serbuk karbon. Perekayasaan yang dilakukan terhadap beton membuatnya dapat mensensor perubahan regangannya.
Beberapa keuntungan dengan penggunaan smart concrete antara lain: biaya yang lebih murah, struktur lebih kuat dibanding dengan beton konvensional serta pemonitoran dapat dilakukan pada real time dan dapat dilakukan terus-menerus.
Prinsip yang digunakan adalah hampir sama dengan strain gage, dimana rasio perubahan hambatan terhadap perubahan regangan dihubungkan dengan faktor yang disebut faktor gage F. Dengan menggunakan strain gage regangan kecil dapat dideteksi sehingga diperlukan hambatan yang kecil juga (umumnya sebesar 120 ohm).
Penelitian ini memanfaatkan karbon sebagai bahan yang diharapkan mampu memberikan sifat sensitif terhadap perubahan hambatan listrik pada beton, dengan kata lain beton diharapkan mempunyai hambatan listrik yang kecil sehingga perubahan hambatan yang terjadi lebih bisa diketahui perbedaannya. Salah satu sifat karbon yang dimanfaatkan adalah sifat listriknya yaitu sifat konduktivitas listrik.
Keretakan yang terjadi ada beton perlu dimonitor secara berkesinambungan sehingga saat keretakan telah mendekati batas keamanan, dapat dilakukan tindakan antisipasi yang lebih baik. Dengan smart concrete keretakan dicoba diidentifikasi dari perubahan hambatan listriknya.

"
2001
S34968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Novialdi
"Interaksi tanah struktur telah diteliti selama lebih dari 40 tahun, tetapi masih banyak kontroversi dalam pengunaannya. SNI Gempa yang baru SNI-1726-2012 telah mengakomodir analisa interaksi tanah-struktur dengan memperhitungkan interaksi tanah-struktur gaya geser gempa boleh dikurangi sampai 30 . Studi ini meneliti pengaruh interaksi tanah-struktur pada bangunan dengan tinggi 8, 12, 16, 20 lantai dengan dua lapis basement untuk dilihat besarnya reduksi gaya geser dasar dan pengaruhnya pemodelan interaksi tanah-struktur pada ductility demand dari struktur.Hasil studi menunjukan bahwa pengurangan gaya geser efektif untuk bangunan rendah 8 lantai dengan pengurangan sekitar 10 dan berkurang seiring dengan bertambahnya ketinggian atau periode struktur, sedangkan untuk ductility demand cenderung berkurang dengan berkurangannya kekakuan tanah Vs lebih kecil.

Soil structure interaction has been investigated more than 40 years, but there is still many controversy regarding the role of SSI in the seismic performance of structure founded in soft soil. Indonesian seismic design code SNI 1726 2012 has been accommodate soil structure interaction to account SSI effect, seismic base shear can be reduction to 30 .This study investivigate influence of soil ndash structure interaction on buildings with 8, 12, 16, 20 storey height with two layers basement. This study show building with short storey 8 storey building with reduction about 10 , the reduction decrease with increase the height of building or periode of fix structure. Meanwhile the ductility demand decrease with decrease the stiffness soil Smaller Vs "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T47140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>