Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135878 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Para sufi lazim menafsirkan teks-teks suci dengan kaidah hermeneutik, untuk mencari makna konotatif denotatif terutama sugestif. Hamzah Fansuri, sufi dan sastrawan besar yang hidup semasa kerajaan Aceh berlimpah materi dan mengalami dekadensi moral, memaknai kata faqr sebagai memerlukan dan kemiskinan. Keduanya khas manusia, sehingga karena kemiskinan manusia perlu Tuhan dan karena ke-Maha-Kaya-an-Nya Tuhan merdeka. Faqir adalah orang yang merdeka dari selain Allah. Sebagai maqam tertinggi faqir berkenaan dengan jiwa yang fana', lenyapnya jiwa yang rendah sebab yang ada hanya cinta Ilahi. Faqir berarti hidup zuhud dalam menggumuli, bukan menolak kehidupan duniawi. Sementara M. Iqbal filsuf dan penyair Pakistan yang hidup ketika peradaban Islam dalam kemunduran, memaknai kata faqr sebagai pribadi yang kuat karena cintanya pada Tuhan dan manusia merdeka, manusia unggul sebab kesadaran intelektualnya yang dalam dan jiwanya hidup. Hamzah Fansuri dan M. Iqbal memberikan makna yang hampir sama pada kata faqr. Juga kritik mereka terhadap penyimpangan-penyimpangan agama dan tasawuf tetapi juga sosial politik serta mengemasnya dengan jargon modern."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Para sufi menafsirkan teks-teks suci dengan kaidah hermeneuik, untuk mencari makna konot erlatif, denotatif, terutama sugestif. Hamzah Fansuri—sufi dan sastrawan besar yang hidup semasa kerajaan Aceh berlimpah materi dan mengalami dekadensi moral, memaknai kata faqr sebagai memerlukan dan kemiskinan. Keduanya khas manusia, sehingga karena kemiskinan manusia perlu Tuhan, dan karena ke Maha-kaya-an-Nya Tuhan merdeka. Faqir adalah orang yang merdeka dari selain Allah. Sebagai maqam tertinggi, faqir berkenaan dengan jiwa yang fana, lenyapnya jiwa yang rendah sebab yang ada hanya cinta ilahi. Faqir berarti hidup zuhud dalam menggumuli, bukan menolak, kehidupan duniawi. Sementara M.Iqbal-Fisuf dan penyair Pakistan yang hidup ketikka peradaban Islam dlam kemunduran, memaknai kata faqr sebagai pribadi yang kuat karena cintanya pada Tuhan dan manusia merdeka, manusia unggul sebab kesadaran intelektualnya yang dalam dan jiwanya hidup. Hamzah Fansuri dan M. Iqbal memberikan makna yang hampir sama pada kata faqr, juga kritik mereka terhadap penyimpangan-penyimpngan agama dan tasawuf. Perbedaannnya, M. Iqbal memberikan takwil baru dan memperluasnya hingga mencakup bukan hanya agama dan tasawuf tetapi juga sosial dan politik, serta dengan jargon modern."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini membicarakan secara umum perkembangan sejarah tasawuf dengan sebuah overview yang membahas dua"aliran' tasawuf yaitu sunni dan tasawuf falsafi (syi'i). Juga dikemukakan melalui permasalahan-permasalahan tematis atau pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh dari kedua aliran tasawuf tersebut. Ada perbedaan bendasar antara kedua tasawuf tersebut dari latar belakang sejarah dan karateristiknya. Tokoh utama tasawuf sunni adalah Al-Ghazali dan tokoh utama falsafi adalah Ibn'Arabi'. Kendati kedua macam"aliran" tasawuf ini memilikiperbedaan yang kadang-kadang prinsipal, namun keduanya masih tetap berada dalam Islam, karena sama-sama berlandasakan pada soal penafsiran antara yang literer(lafdzi) dan metafora(majazi).
"
[Arab, ], 2005
UI-ARABIA 7(14-15)2004/2005
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam perkembangan zaman yang semakin mengglobal ini, dinamika kehidupan berjalan secara antagonistik; keunggulan dunia modern yang semakin materialistik, hedonis, sekularis serta keterpurukan dunia tradisional yang serba spiritual. Sebagai akibat, maka hilanglah nilai-nilai spiritual yang pada gilirannya membuat manusia hidup pada kebingungan, hidup dengan kepura-puraan. Kekeringan batin yang diderita manusia modern tentu memerlukan upaya penyembuhan, demi kemaslahatan hidup manusia di sini saat ini dan di sana kelak. Sehubungan dengan itu, tepatlah kalau dimensi batiniah Islam (Tasawuf) ditawarkan sebagai solusi. Dalam bertasawuf yang terpenting adalah membuat dimensi spiritualitas manusia menjiwai, menerangi seluruh aspek kehidupannya, tidak terkecuali bidang sosial politik. Untuk keperluan itu, dalam dalam studi ini digunakan pendekatan historis kultural. Dengan pendekatan itu kita dapat memahami sejarah Nabi Muhammad SAW secara proporsional. Sufisme adalah bagian dari Islam bukan tradisi yang berdiri sendiri. Sufisme tetap menjadi sumber kehidupan batin manusia, yang menjiwai seluruh organisme keagamaan dalam Islam."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujauan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati bahkan rohnya dapat bersatu dengan Roh Tuhan. Filsafat yang menjadi dasar pendekatan diri itu adalah, pertama, Tuhan bersifat Roh, maka bagian yang dapat mendekatkan diri dengan Tuhan adalah Roh, bukan jasad. Kedua, Tuhan adalah Maha Suci, maka yang dapat diterima Tuhan untuk mendekatiNya adalah roh yang suci. Tasawuf adalah ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui penyucian rohnya. istilah tasawuf muncul pada abad ke-2, yakni penghayati dan menjalankan syariat sepenuhnya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan meninggalkan hal-hal yang dilarang-Nya. Selanjutnya mulai berkembang ajaran tentang berbagai cara dalam mendekatkan diri kepada Tuhan yang dikenal dengan istilah maqam dan ahwal, hal ini dikembangkan oleh para sufi, diantaranya oleh Abu Yazid al-Bustami."
Arab, 2005
050 ARI 7 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tasawuf adalah ajaran Islam yang bertujuanmembentuk watak dan kehidupam pribadi kaum Muslimin dengan cara melaksanakan sejumlah peraturan, tugas, kewajiban dan keharusan lain yang tidak boleh ditinggalkan oleh siapa pun. Inti ajaran tasawuf adalah menahan diri dan membebaskan diri dari nafsu-nafsu dan segala macam pikiran kecuali hanya Allah. Dalam sejarahnya tasawuf adalah ilmu Islam tradisional yang telah membentuk sisi esoteris dan spiritual Islam. Dalam kehidupan modern tampaknya teme-tema spiritualitas semacam inilah yang telah menjadi alternatif bagi kehidupan modern yang materialistik. Tulisan ini mencoba memfokuskan pada Tasawuf al-Quran (dimensi spiritualitas Islam). Di samping dengan melihat alam pemikiran tasawuf, juga digali dari al-Quran."
[Arab, Universitas Indonesia], 2005
UI-ARABIA 7(14-15) 2004/2005
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika menulis bukunya yang terkenal, “Tasawuf Modern” Hamka sesungguhnya telah meletakkan dasar-dasar sufisme baru di tanah air. Dalam buku itu terdapat alur pemikiran yang memberi penghargaan yang wajar kepada penghayatan esoteris Islam yang tetap dalam kendali ajaran-ajaran standar syariah dan menekankan perlunya pelibatan diri dalam masyarakat. Berbeda dengan “Sufisme Klasik” yang menganut paham isolatif (i'tizaliyah) yang menjauh dari masyarakat. Jadi sufisme modern yang dianut Hamka menekankan pada perbaikan akhlak dan keterlibatan langsung pada masyarakat secara permanen. Karena itu, tegas Hamka, tasawuf diperlukan oleh masyarakat. Pemikiran tasawuf Hamka berbeda dengan paham tradisionalis. Dalam paham tasawufnya Hamka tidak memisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Bentuk tasawuf pembaruan Hamka yang ada dalam “Tasawuf Modern” berbeda dengan yang lain. Tasawuf modern Hamka sebenarnya sama dengan Neo-Sufisme. Beliau perintis Neo-Sufisme di Indonesia."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Filsafat empirik John Lock dan fisika Newton menjadi jiwa Eropa dalam membangun sains dan teknologi. Produk-produknya mempermudah kehidupan, Sehingga manusia semakin yakin bahwa hanya fenomena empirik yang layak dijadikan pijakan untuk memaknai kehidupan. Maka dunia modern hidup dengan jiwa yang mengandung dua unsur berlawanan. Manusia modern enggan ke Gereja yang dianggap penuh mitos, sementara positivisme-materialisme tidak punya visi filosofis yang bisa mencerahkan rohani. Dilema itu coba dipecahkan eksistensialisme, dengan menyangkal eksistensi Tuhan dan menagungkan kebebasan. Akibatnya manusia modern menjadi penguasa tunggal dunia, tanpa punya visi metafisis. Hidupnya berkutat seputar materi, dengan jeritan rohani yang kian nyaring mengeksperesikan kehampaan makna hidup. Negara kita juga mengalami krisi spiritual, ditunjukan dengan meningkatnya kuantitas, kualitas dan modus operandi tindak kemunkaran mereka tidak mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang menghancurkan martabat kemanusiaannya, sebab hatinya sudah tertutup dari nur illahi. Selama ini Tuhan hanya di dengar dengan telinga, dipelajari dengan otak dan disebut dengan lisan tanpa pernah singgah dalam hati. Sebab itu, kaum sufi mengajak kita untuk menghidupkan kembali visi metafisis dan mistis."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika menulis bukunya yang terkenal, "Tasawuf Modern", Hamka sesungguhnya telah meletakan dasar-dasar sufisme baru di tanah air. Dalam buku ini terdapat alur pemikiran yang memberi penghargaan yang wajar kepada penghayatan esoteris Islam yang tetap dalam kendali ajaran-ajaran standar syariah dan menekankan perlunya perlibatan diri dalam masyarakat. Berbeda dengan "Sufisme Klasik" yang menganut faham isolatif (i'tizaliyah) yaitu menjauh dari masyarakat. Jadi, "Sufime modern" yang dianut Hamka menekankan pada perbaikan akhlak dan keterlibatan langsung pada masyarakat secara permanen. Karena itu, tegas Hamka, tasawuf diperlukan oleh masyarakat. Pemikiran tasawuf Hamka berbeda dengan faham tradisionalis. Ada pikiran dan gagasan baru dalam tasawuf yang dibaewa Hamka. Dalam faham Tasawufnya, Hamka tidak pernah memisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Hamka termasuk ulama yang mengkritik keras faham tasawuf yang anti dunia dan cenderung menjauhkan diri dari persoalan yang dihadapi masyarakat. bentuk tasawuf pembaharuan Hamka yang ada dalam :Tasawuf Modern" berbeda dengan yang lain. Tasawuf Modern Hamka sebenarnya sama dengan Neo-Sufisme. Beliau perintis Neo-Sufisme di Indonesia"
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alhamdany, H.S.A.
Bandung Al-Ma'arif 1972
297.4 ALH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>