Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9652 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masykur Wahid
"Summary:
ABSTRACT This research wants to show the basic and epistemology structure of Paul Ricoeur's interpretation theory and to showed his critics on Romantic hermeneutics and structuralism. The research is a library research that made Paul Ricoeur's interpretation theory in the middle of conflict of Romantic hermeneutics and structuralism as material object and epistemology as formal object. The theme of study will be analyzed in the twor of epistemology-hermeneutical sketch based on the textuality characters and the interpretation method. The research uses the method model of factual-historical of figure that consist of interpretation, internal coherency, historical continuity, description, and comparison as the methodical element. The research shows that Paul Ricoeur built his theory basic on discourse, text, and metaphor. His epistemological structure can be seen in the sketch of the text character with its structure and world and the dialectics of understanding and explanation method. His criticism orients to Romantic hermeneutic and structuralism attitudes that reduced the text status and simplifies the interpre"
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), 2015
194 MAS t (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Masykur
"Dewasa ini hermeneutika menjadi permasalahan yang menarik untuk dieksplorasi dan dianalisis. Hermeneutika pertama muncul berkaitan dengan kata hermeneia yang diungkapkan oleh Plato, Aristoteles, dan Philo. Signifikansi dan urgensi hermeneutika diperlukan sekali ketika ingin menjelaskan dan memahami realitas yang berkaitan dengan mitos dan agama. Untuk keperluan itu, interpretasi teks Ricoeur ini memberikan alternatif yang berbeda dengan hermeneutika Romantis dan hermeneutika ontologis-eksistensial.
Dengan permasalahan di atas, penulis mengambil judul Interpretasi Teks dalam Hermeneutika Paul Ricoeur. Dengan judul ini, ada tiga masalah dalam bentuk pertanyaan, yaitu: Pertama, apa yang dimaksud dengan interpretasi teks Ricoeur tersebut? Kedua, apa yang dimaksud dengan teks Ricoeur tersebut? Ketiga, bagaimana penerapan interpretasi teks Ricoeur dalam hubungannya dengan hermeneutika Romantis dan hermeneutika ontologis-eksistensial? Kerangka teori yang digunakan adalah bahwa teori interpretasi teks Ricoeur haaya dapat dipahami dengan memahami teks yang difiksasi dengan tulisan.
Tesis ini bersifat deskriptif-analitis yang tampak pada metode-metode yang digunakan. Tesis ini merupakan studi pustaka. Pustaka primer yang digunakan adalah The Conflict of Interpretations: Essays in Hermeneutics, Interpretation Theory: Discourse and the Surplus Meaning, dan From Text to Action: Essays in Hermeneutic. Sedangkan, pustaka sekunder yang digunakan adalah pustaka yang menjelaskan hermeneutika dan interpretasi teks Ricoeur. Persoalan interpretasi teks dalam hermeneutika Ricoeur dideskripsikan, dianalisis, dan diinterpretaslkan dengan metode deskripsi, metode pemahaman,dan metode hermeneutika Ricoeur yang didasarkan pada interpretasi teks.
Pada akhir pembahasan, penulis berefleksikan secara kritis dengan metode refleksi kritis. Inti sari dari tesis ini membahas pemikiran hermeneutika fenomenologis Ricoeur yang meletakkan interpretasi teks sebagai dasar metode hermeneutikanya. Interpretasi teks Ricoeur dapat digunakan untuk membaca makna yang tersembunyi dalam teks yang mengandung makna yang tampak. Interpretasi teks Ricoeur ini merupakan distingsi antara hermeneutika Romantis dan hermeneutika ontologis-eksistensial. Distingsi antara kedua hermeneutika itu tampak pada ontonomi teks dengan konsep apropriasi-distansiasi, erklaren-verstehen, dan tindakan penuh makna sebagai teks. Dengan demikian, sebagai refleksi kritis ada dua temuan dalam tesis ini. Pertama, bahwa interpretasi teks Ricoeur merupakan mediasi antara hermeneutika Romantis sebagai kutub obyektif dan hermeneutika ontologis-eksistensial sebagai kutub subyektif. Kedua, bahwa hermeneutika fenomenologis Ricoeur merupakan mediasi antara fenomenologi Husserl dan strukturalisme Saussure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirda Wirdiyana
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang uang digital sebagai bentuk uang baru yang sebelumnya hanya dimiliki
bentuk fisik. Dengan menggunakan hermeneutika Paul Ricoeur, penulis mencari implikasi sosial
dari uang digital pada konsumsi pola individu di dunia sosial. Dengan melihat tiga aspek;
relasi kuasa, relasi kelas, dan kesadaran individu. Tesis ini akan menunjukkan perubahan
uang fisik menjadi uang digital tidak hanya berubah pada tingkat materi. Uang digital tidak terbatas
hanya dengan fungsi, seperti untuk membuat transaksi lebih mudah, tetapi juga ada makna lain, yang bisa dilakukan
memiliki implikasi yang mengubah konsumsi derai individu di dunia sosial.

ABSTRACT
This thesis discusses digital money as a new form of money that was previously only owned
physical form. By using Paul Ricoeur's hermeneutics, the writer looks for social implications
from digital money to the consumption of individual patterns in the social world. By looking at three aspects;
power relations, class relations, and individual awareness. This thesis will show change
physical money into digital money doesn't just change at the material level. Digital money is unlimited
only with functions, such as to make transactions easier, but there are also other meanings, which can be done
has implications that change the consumption of individual patter in the social world."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gaezza Trikas Frendianto
"Tulisan ini adalah kajian tentang interpretasi simbol omnipoten atau kemahakuasaan Tuhan dan kaitannya dengan evil atau kejahatan. Atribut omnipoten yang disematkan pada Tuhan merupakan sifat yang masih menimbulkan paradoks. Interpretasi konsep omnipoten atau kemahakuasaan yang tersedia masih banyak meninggalkan pertanyaan, terutama keraguan bahwa Tuhan dapat melakukan segalanya termasuk melakukan evil atau kejahatan. Manusia secara intuitif cenderung lebih percaya pada Tuhan yang Maha Baik daripada Tuhan yang jahat, tetapi alasan mengapa Tuhan meng'ada'kan kejahatan di dunia belum sepenuhnya dapat dijawab. Dengan menggunakan metode hermeneutika Paul Ricoeur, artikel ini menjelaskan konsep omnipoten dan definisi evil dengan refleksi kritis, supaya maknanya tidak hanya dipahami utuh sebagai makna literal, tetapi memberi kebermaknaan hidup bagi penafsir, karena interpretasi yang ada selama ini kurang menjelaskan keterhubungan konsep kemahakuasaan Tuhan dengan makna refleksi kritisnya. Sehingga Tuhan yang Mahakuasa tidak hanya dapat dipahami dalam ranah teologi dogmatis, namun filosofis. Evil yang selama ini disematkan kepada Tuhan dijawab jika evil merupakan kekurangan, bukan kelemahan Tuhan. Jika Tuhan Mahakuasa tidak mungkin Tuhan sekaligus tidak berkuasa, karena melanggar hukum logika yang konsisten. Lebih lanjut, pemaknaan pada kemahakuasaan Tuhan tidak hanya dimaknai dalam bentuk pengetahuan, tetapi refleksi kritis.

This paper is a study of the interpretation of the omnipotent symbol or the omnipotence of God and its relation to evil. The omnipotent attribute attached to God is a human trait that is constrained to cause paradoxes. The available interpretation of the concept of omnipotence still leaves many questions, especially doubts that God can do everything including evil. Humans intuitively tend to believe in a God who is good rather than God who is evil, but the reason why God creates evil in the world cannot be fully answered. Using Paul Ricoeur's hermeneutic method, this article explains the concept of omnipotence and the definition of evil with critical reflection, so that the meaning is not only fully understood as a literal meaning but gives meaning to life for interpreters because the existing interpretations so far do not explain the connection between the concept of God's omnipotence and meaning critical reflection. So that God Almighty can not only be understood in the realm of dogmatic theology but also philosophical. The evil thrown at God is answered if evil is a deficiency, not God's weakness. If God is all-powerful, it is impossible that He is not powerful simultaneously, because it violates the laws of consistent logic. Furthermore, the meaning of God's omnipotence is not only interpreted in the form of knowledge, but also in critical reflection."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ali
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012
340.01 ACH m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Renggo Astuti
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1993
928 REN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jeannette Regina Tani
"ABSTRAK
Interpretasi merupakan sebuah hal yang selalu terjadi dalam musik. Namun kerap kali tidak disadarin keberadaannya. Penulis mengangkat permasalahan ini dan berusaha untuk membedahnya menggunakan hermeneutika filsafat. Sumbangsih atas lima pemikir hermeneutika dijadikan penulis sebagai sumber yang dikaji secara mendalam melalui penulisan skripsi ini.

ABSTRACT
There are always an interpretation in musical works. But not realized the existence. In this thesis, the writer try to solve this problem using hermeneutic perspective in philosophy. Used five hermeneutic thinkers, as the foundation to established a new theory of creation in musical interpretation.
"
2016
S63418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Suriani Shiddiq
"Teks dengan media apapun sesungguhnya diam, tanpa sentuhan pembaca. Dari sinilah bermuara lahirnya interpretasi atau penafsiran. Setiap orang pasti berbeda-beda dalam memaknai suatu teks, ini disebabkan terdapat 'jarak' ruang dan waktu antara teks-bacaan dengan si penafsir (pembaca; interpretator). Apalagi jika teks yang dimaksud di sini adalah kitab suci, wahyu Tuhan, The Word of God yang diturunkan melalui perantaraan seorang "nabi" (interpretator) yang notabene sulit dilacak sumber awalnya. Hermeneutika dan tafsir Al- Qur'an adalah dua metode yang dipakai untuk dapat menjangkau aspek historis, pengalaman dan fenomena sosial yang melatarbelakangi lahirnya suatu teks.
Dalam kajian teks-teks kitab suci terutama lnjil, hermeneutika digunakan untuk memahami teks itu sendiri maupun relasi antara teks (inter-text) dengan sang penafsir dan problem sosial yang terjadi sewaktu teks tersebut lahir, yang selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Inilah yang kemudian melahirkan dua kecenderungan dalam hermeneutika yakni diachronic-subjective dan synchronic-objective.
Konsekuensi dari dua kecenderungan tersebut melahirkan tiga metode hermenutika, yakni: (1) Tradisional; (2) Dialektik; dan (3) Ontologis. Metode inilah yang kemudian rnemunculkan berbagai aliran hermeneutika, seperti hermeneutika pilologis-teologis (Wolf-Ast dan Schleirmacher), hermeneutika filosofis (Hans-Georg Gadamer), hermeneutika eksistensial-ontologis (Martin Heidegger), henneneutika fenomenologis (Paul Ricoeur) dan hermeneutika kritis (Karl Otto Apel).
Sebagai metodologi pemaknaan dan pemahaman terhadap teks, hermeneutika telah mengalami perubahan paradigma yang sangat signifikan. Pada awalnya problem hermeneutika hanya menyangkut problem pemaknaan teks kitab suci semata, maka pada era selanjutnya hermeneutika juga digunakan sebagai altematif metodologi pemahaman terhadap fenomena manusia, alam dan ragam sasial yang melatarinya.
Seperti halnya hermeneutika, kajian terhadap teks Al Qur'an juga terus mengalami perkembangan. Ini disebabkan terus berkembangnya metodologi penafsiran sepanjang waktu. Lahirlah, kemudian, dua kecenderungan penafsiran, yaitu penafsiran tekstual (tafsir bi al ma'tsur) yang secara teoritik menyangkut aspek teks dengan problem semiotika dan semantiknya, dan model penafsiran kontekstual-rasional (tafsir bi al ra'yi) yang secara teoritik menyangkut aspek konteks di dalam teks yang mereprentasikan ruang-ruang sosial budaya yang beragam di mana teks itu muncul. Konsekuensi dari dua kecenderungan tersebut melahirkan empat metodologi penafsiran yakni (1) Tahlili; (2) Ijmali; (3) Mugaran; dan (4) Maudlu'.
Keempat metodologi penafsiran tersebut menjadi sangat penting dibahas mengingat dari sinilah kemudian lahir berbagai problematika pemaknaan dalam memahami teks Al Qur'an termasuk di dalamnya adalah metodologi hermeneutika Al Qur'an yang hingga sekarang masih mengalami kontroversi. Kontroversi itu menyangkut adanya prosupposisi bahwa metode hermeneutika tidak dapat dipakaikan untuk menafsirkan at Qur'an.
Secara umum, antara hermeneutika dengan tafsir yang selama ini dikenal relatif hampir lama dari sisi penerapannya. Hanya saja, keduanya memiliki karakteristiknya sendirisendiri yang sangat khas. Hermeneutika yang berlatarbelakang teologi Kristen dan Al Qur'an yang berlatarbelakang Islam secara substansial sumbernya jelas berbeda.
Namun demikian, keduanya secara harfiah memiliki fungsi yang sarna, yakni memaknai, menterjemahkan atau menafsirkan. Akan tetapi secara historis keduanya memiliki rnakna yang relatif berbeda. Kalaupun ada persamaan semata menyangkut logika Bahasa dan pemaknaan terhadap fenomena yang melatarbelakanginya. Secara metodologis antara hermeneutika dan tafsir Al Qur'an juga tidak berbeda. Sebab, keduanya sama-sama dipakai dalam konteks untuk memahami teks yang secara historis berbeda jarak ruang dan waktunya. Keduanya bahkan dipandang dapat pula saling melengkapi."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuria Widyasari
"Edward T. Hall percaya bahwa perilaku merupakan 'bahasa' yang harus dimengerti terlebih dahulu sebelum seseorang memahami kata yang terucap. Kesalahan interpretasi atas perilaku dapat menyebabkan kegagalan komunikasi. Lebih jauh, Edward T. Hall menyadari bahwa pemahaman mengenai pengorganisasian seseorang terhadap ruang dan waktu adalah elemen utama keberhasilan komunikasi karena di dalamnya ada norma dan nilai-nilai kebudayaan yang menjadi basis penentuan perilakunya.
Namun di masa kini, perkembangan teknologi telah menampilkan ruang digital yang kemudian mengubah pemahaman konsep ruang dan waktu. Paul Virilio mengatakan bahwa di sini-di ruang digital-speed-space menggantikan time-space dan kecepatan tidak lagi dianggap sebagai suatu cara mencapai sebuah tempat melainkan telah menjadi tempat (milieu) itu sendiri.
'Kata' pun berubah menjadi tiang utama interaksi di ruang digital ini. Di dalam 'kata', norma dan nilai-nilai itu dilihat, dirasakan, ditanggapi, dan diinterpretasikan. Di dalam 'kata', pengorganisasian ruang dan waktu seseorang itu dilihat, dirasakan, ditanggapi, dan diinterpretasikan. Di dalam 'kata', perilaku itu dilihat, dirasakan, ditanggapi, dan diinterpretasikan.
'Kata' dibantu oleh program-program teknis elektromagnetis yang membangun alam digital masyarakat cyberspace, alam speed-space. Di sini, para pemilik ruang digial menjadi penguasa yang membentuk norma dan nilai-nilai yang harus dipatuhi dan ditaati oleh para anggota masyarakat cyberspace.
Secara singkat, bisa dikatakan bahwa di dalam masyarakat cyberspace yang mengandalkan teknologi sebagai basis interaksinya, mereka yang sanggup menjadi pemilik speed-space akan menguasai pembentukan aturan dan norma-norma di mana 'kata' menjadi tiang utama interaksi dan interpretasi perilaku dari masing-masing anggota masyarakatnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuntowijoyo, 1943-2005
Bandung: Mizan, 1999
297 KUN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>