Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3987 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Secara umum, kemunculan Gila-gila yang sebenarnya meniru konsep Mad dari Amerika pada 1 April 1978 telah menyemarakan penerbitan buku humor dalam bahasa Melayu. Daripada Gila-Gila inilah kebanyakan majalah humor yang lain diasakan. Namun begitu, sementara Gila-gila terus menjadi majalah humor yang paling utama dan teguh di pasaran, majalah-majalah yang lain masih terus mencari-cari ruang untuk bernafas karena majalah humor bersifat circulation based dan sukar menarik iklan."
JPMM 3:1 (2000)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Indra Rukmi
Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978
899.231 MAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Othman Puteh
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, 1983
899.283 09 OTH c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Junus
Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, 1976
899.28 UMA p
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Muhadjir
Jakarta: UI-Press, 1994
PGB 0456
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Eddie M. Nalapraya
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2009
796.8 EDD b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Susi Rosdianasari
"Penelitian ini mengenai perkembangan penerbitan majalah ilmiah sejak tahun kemerdekaan Republik Indonesia (1945) hingga perkembangannya saat ini (1998 - Okt.). Penerbitan yang dimaksud adalah penerbitan majalah ilmiah, baik yang dilakukan oleh lembaga pemerintah. lembaga pendidikan, organisasi profesi, Iembaga swasta dan Iembaga lainnya, sepanjang majalah yang diterbitkannya dianggap sebagai majalah ilmiah. yaitu majalah yang memuat artikel atau makalah ilmiah mengenai ilmu pengetahuan berdasarkan hasil penelitian yang tidak jarang mengandung uraian bersifat teknis. Penelitiannya sendiri dilakukan pada bulan Juli - September 1998 di Pusat Dakumentasi llmiah [ndonesia - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII - LIPI). Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui penelusuran literatur dan pengumpulan data melalui kardeks atau kartu pencatatan majalah di PDII-LIPI. Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi dan lembaran talli adalah sarana bantu penelitian yang digunakan. Dari penelitian ini diperoleh data bahwa adalah majalah ilmiah pertama kali terbit di Indonesia tahun 1779 yaitu majalah yang berjudul Verhandelingen van het bataviaasche Genootchap van kunsten en wetenschappen yang memiliki masa terbit kurang Iebih 171 tahun. Pada awal kemerdekaannya, Indonesia memiliki 24 judul majalah ilmiah. Sedangkan pencatatan majalah ilmiah telah dilakukan oleh OSR (Organization of Scientific Research) yang merupakan cikal bakal Pusat Dokumentasi lnformasi llmiah - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI) yang sekarang. OSR melakukan pencatatan majalah ilmiah dan menerbitkannya tahun 1948 dalam Buletin OSR no. 2, Oktober 1948 dengan judul Centrale Cataloqqus van de Centrale Natuurwetenschappeiijke Bibliotheek. Sampai saat ini PDII-LIPI masih merupakan satu-satunya lembaga yang melakukan dokumentasi majalah ilmiah segala bidang. Selanjutnya secara umum jumlah penerbitan majalah ilmiah di Indonesia terus mengalami peningkatan sejak tahun 1945 hingga kurun waktu 1985-1989. Anomali terjadi pada kurun waktu 1960-1964 dimana terjadi penurunan jumlah terbitan majalah ilmiah pada semua bidang. Penurunan kembali terjadi pada kurun waktu 1990-1994 dan kemudian mulai merangkak naik pada tahun berikutnya. Sedangkan kelompok penerbit yang pertama kali menerbitkan majalah ilmiah adalah kelompok organisasi profesi. Pada perkembangannya kemudian kelompok dan lembaga pendidikan adalah kelompok penerbit yang paling banyak memberikan andil pada penerbitan majalah ilmiah di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S15248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Indra Rukmi
"Dari penelitian ini kami dapat menarik beberapa kesimpulan tentang cerita Pak Belalang sebagai berikut. 1. Cerita Pak Belalang terdiri dari dua versi yaitu versi transkripsi dan versi pengolahan. Versi transkripsi (versi yang langsung dicatat dari peredaran lisan diwakili oleh naskah W. 212. Versi pengolahan (versi cerita yang telah mengalami pengolahan) diwakili oleh cerita W.S. dan cerita BR. V.D.W. Di pandang dari segi filologi naskah W. 212, dan cerita BR V.D.W. merupakan satu versi, sedangkan cerita W.S. merupakan versi lain yang agak berbeda. 2. Cerita Pak Belalang sebagai dongeng mempunyai fungsi sebagai berikut: a) Sebagai hiburan, b). Sebagai alat pendidikan. c). Sebagai alat untuk melakukan control social. 3. Cerita Pak Belalang ternyata tidak unik, tetapi universal. Selain terdapat di daerah Melayu dan Indonesia juga ada di Negara-negara lain. 4. Adanya persamaan cerita Pak Belalang dengan cerita0cerita di tempat lain, disebabkan oleh difusi (penyebaran), dan kemungkinan berasal dari India."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S10875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Rencana ini membincangkan perekembangan cerpen Melayu dari awal kemunculannya hingga ke zaman kegemilangan majalah Dewan Sastera 1985. Turut disentuh dengan kritis ialah konsep cerpen Melayu itu sendiri, perubahan, masyarakat melayu. faktor yang memunculkan cerpen dan sifat cerpen yang muncul, faktor yang mendorong perkembangannya serta tokoh-tokoh cerpenis penting yang telah menyumbangkan karya mereka."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ciciek Kemalasari
"CICIEK KEMALASARI. Perkembangan Teater Melayu Popular di Malaysia: Teater Bangsawan 1970 - 1990 (Di bawah bimbingan Kasijanto, M.Hum dan Linda Sunarti, M.Hum). Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005. Banyak sekali seni pertunjukan di Malaysia yang mencerminkan keragaman budaya dan perpaduan etnis yang menjadikan ciri khas yang unik di negara ini. Salah satunya adalah Teater Bangsawan yang berkembang di kota-kota besar Semenanjung Melayu dan mencapai masa kejayaannya di awal abad ke 20. Bangsawan dalam pertunjukannya menampilkan cerita-cerita klasik Melayu, dengan memadukan unsure komedi, tari dan musik, disajikan dalam bahasa Melayu. Seni pertunjukan ini menjadi sebuah hiburan bagi semua kelas sosial dari berbagai etnis di Malaysia. Teater ini disponsori oleh pengusaha Cina yang menyewakan gedung pertunjukannya. Perang Dunia II dan masa pasca perang menyebabkan penurunan pada Kapasitas Bangsawan hingga tahun 1960. Akhimya pada awal 1970 Teater Bangsawan bangkit kembali, antara Iain disebabkan oleh kebijakan Pemerintah Malaysia tentang Budaya Nasional dan hal ini sangat mempengaruhi bentuk Teater Bangsawan kemudian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S12124
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>