Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95087 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Latar Belakang: Penelitian tentang angka kematian sangat penting untuk memberikan informasi dasar tentang status kesehatan penduduk. Indonesia belum memiliki standart untuk pencatatan dan pelaporan penyebab kematian untuk setiap kematian yang terjadi di rumah sakit atau di rumah. Tujuan: mengetahui penyebab kematian di Kabupaten Gowa tahun 2011. Metode: Pelatihan dan sosialisasi kepada para dokter di setiap rumah sakit cara mengisi Formulir kematian dan penyebab kematian berdasarkan ICD-10. Sumber informasi untuk mengisi MCCD dari rekam medis dan autopsi kuesioner verbal. Autopsi verbal yang dikumpulkan oleh perawat dan paramedis diserahkan ke dokter untuk dibuat penyebab kematian dengan kode di MCCD. Analisis data penyebab kematian dasar berdasarkan ICD 10."
BULHSR 17:4 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Joice Evelyn Ariesabeth
"Wilayah pesisir merupakan salah satu bagian dari sumberdaya alam yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Kegiatan pembangunan di wilayah tersebut secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak merugikan. Ekosistem mangrove yang termasuk dalam wilayah pesisir dan pertambangan emas yang menggunakan merkuri sebagai salah satu aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup manusia adalah komponen lingkungan yang menjadi topik utama penelitan ini.
Pertambangan emas di Sulawesi Utara beberapa tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu daerah yang menjadi pusat kegiatan penambangan tersebut adalah Kecamatan Ratatotok, di mana terdapat penambang emas berskala besar dan kecil, yaitu PT. Newmont Minahasa Raya dan penambang tradisional tanpa izin. Penambangan emas yang dilakukan oleh penduduk setempat masih menggunakan cara tradisional. Merkuri digunakan pada proses ekstraksi emas dan sisa pengolahan yang tidak terpakai lagi langsung dibuang ke Sungai Totok yang bermuara di Teluk Totok. Ekosistem pesisir, khususnya ekosistem mangrove dan pertambangan emas berskala kecil merupakan dua hal penting bagi penduduk yang berada di Kecamatan Ratatotok. Oleh karena itu, perlu diperhatikan keseimbangan keduanya agar tidak merugikan penduduk setempat, salah satunya mengembangkan penelitian yang menunjang, mengenai kemampuan absorpsi atau penyerapan logam berat khususnya merkuri pada ekosistem mangrove. Adapun lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah ekosistem mangrove di Desa Ratatotok Timur, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah peran ekosistem mangrove dalam mengabsorpsi logam berat merkuri yang akan memasuki perairan laut. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Menganalisis konsentrasi merkuri pada air, sedimen, tumbuhan (akar dan daun) dan biota yang berada di ekosistem mangrove; 2) Mengetahui peran ekosistem mangrove dalam menyerap merkuri, terutama dalam hubungannya dengan sungai dan laut (khususnya pada air dan sedimen di ketiga lokasi). Bagian dari tumbuhan yang dijadikan sampel pada ekosistem mangrove adalah akar dan daun dari Rhizophora sp. dan Avicennia sp., dan biota (bivalvia: Polymesoda coaxans dan gastropoda: Telescopium mauritsi, T. telescoplum, Terebralia palustris) yang berasosiasi dan berada di sekitar tumbuhan tersebut. Data primer didapat dari analisis kandungan merkuri Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) tanpa nyala, sedangkan data yang dihasilkan dari analisis laboratorium akan dianalisis secara statistik menggunakan Uji Kruskal-Wallis dan Man-Whitney Test.
Pada ekosistem mangrove di Desa Ratatotok Timur, konsentrasi merkuri berturut-turut yang paling tinggi hingga yang paling rendah adalah biota, daun, sedimen, akar, air. Adapun kisaran konsentrasinya adalah sebagai berikut: biota (0,149-1,913 mg/kg), daun (0,086-0,121 mg/kg), sedimen (0,014-1,699 mg/kg) dan akar (0,008-0,018 mg/kg). Sedangkan dalam hubungannya dengan sungai dan laut (Sungai Totok dan Teluk Totok), ekosistem mangrove di Desa Ratatotok Timur tidak berperan dalam menyerap merkuri (khususnya pada air dan sedimen di ketiga lokasi). Konsentrasi merkuri pada sedimen berturut-turut dari yang tertinggi hingga terendah adalah di laut/Teluk Totok (1,147-19,549 mg/kg); di Sungai Totok (0,119-9,249 mg/kg); dan di ekosistem mangrove ((0,014-1,699 mg/kg). Sedangkan air, yang tertinggi ekosistem mangrove (1 μg/L), Sungai Totok (kurang dari 1-1 μg/L) dan Laut/Teluk Totok kurang dari 1 μg/L.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa biota merupakan komponen pada ekosistem mangrove yang menyerap atau mengabsorpsi merkuri paling banyak, diikuti oleh daun, sedimen, akar dan air. Merkuri yang terdapat pada ekosistem mangrove masuk melalui pasang surut air laut serta melalui deposisi dari atmosfer. Maka, ekosistem mangrove di Desa Ratatotok Timur tidak berperan dalam menyerap atau mengabsorpsi merkuri, karena masukan merkuri yang berasal dari sungai tidak secara langsung masuk ke dalam ekosistem mangrove melainkan terus ke laut.
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran untuk dijadikan pertimbangan yaitu: perlunya penelitian lanjutan untuk melihat dampak merkuri dalam jaringan, baik pada tumbuhan mangrove maupun pada biota lain. Selain itu, bagi masyarakat yang berada di lokasi penelitian agar mendapatkan informasi yang cukup mengenai merkuri dan bahayanya dalam kehidupan sehari-hari.

Coastal regions are among the natural resources most vulnerable to the effect of human activities. Development activities in a coastal region will directly or indirectly affect the environment in a harmful way. The mangrove ecosystem of the coastal area and gold mining utilizing mercury - a means of livelihood for the population - are the environmental components focused in this research.
Gold mining in North Sulawesi has developed rapidly in the past few years. Ne of the areas that became the centre for the mining activities is located in Ratatotok Sub regency, where PT. Newmont Minahasa Raya and illegal traditional miners conduct large and small-scale mining operations. Mining by the local population is still performed through traditional means. Mercury is used at the extraction process and the unneeded waste directly disposed into the Totok River, which flows to the Totok Bay. The coastal ecosystem, in particular the mangrove ecosystem and small-scale gold mining are two essential factors for the Ratatotok population. Consequently, consideration must be given o the proper balance between these two factors to prevent damage to the local population, one of which is by conducting a research to determine the ability of the mangrove ecosystem to absorb heavy metals, in particular mercury. The location chosen for this research is the mangrove ecosystem at the East Ratatotok village, Ratatotok Subregency, South Minahasa Regency, North Sulawesi.
The main problem addressed in this research I the functional extent the mangrove in absorbing mercury heavy metals flowing to the sea. This research aims to: 1) Analyze the concentration of mercury in the water, sediments, plants (roots and leaves) and biota found in the mangrove ecosystem; 2) To determine the function of the mercury in the function of the mangrove ecosystem in absorbing mercury, mainly relating to the river and sea (in particular in the water and sediment at the three locations). Parts of the plants taken as sample from the mangrove ecosystem are the roots and leaves of Rhizophora mucronata and Avicennia marina, while biota associated and found around the surrounding plants are bivalvia: Polymesoda coaxans and gastropoda: Telescopium mauritsi, T. telescopium, Terebralia pallustris. Primary data are obtained from the mercury concentration analysis using nameless Atomic Absorption Spectrophotometer (SSA), while laboratory analysis values will be statistically analyzed using the Kruskal-Wallis and Man-Whitney Test.
At the East Ratatotok mangrove ecosystem, the highest to the lowest levels of concentration of mercury are respectively biota, leave, sediment, roots, water. The range of concentration is as follows: biota (0,149-1,913 mg/kg), leaves (0,086-0,121 mg/kg), sediment (0,014.1,699 mg/kg) and roots (0,008-0,018 mg/kg). While in connection with mercury concentrations of the river and sea (Totok River and Totok Bay), the mangrove ecosystem in East Ratatotok village in East Ratatotok village has no function in absorbing mercury (specifically in water and sediment at the three locations). Mercury concentrations found in sediment by order of high to low levels: Totok Bay (1,147-19,549 mg/kg), Totok River (0,119-9,249 mg/kg) and mangrove ecosystem ((0,014-1,699 mg/kg). While mercury concentrations in water are: mangrove ecosystem (1 μg/L), Totok River (less than 1-1 μg/L) and Teluk Totok (less than 1 μg/L).
Based on the research result, biota is the component in the mangrove ecosystem with the highest mercury absorption ability, followed by leaves, sediment, roots and water. The mercury found in the mangrove ecosystem entered trough the tidal waters of the sea, and through deposits from the atmosphere. Hence the mangrove ecosystem in East Ratatotok village does not function in the absorption of mercury problem of the area, as the source of mercury from the river does not directly enter the mangrove ecosystem, but flows directly to the sea.
Based on the research findings, several suggestions can be forwarded for consideration, which are: a further research is required to study the effects of mercury in tissues, in the mangrove plants as well as in other biota. In addition, adequate information should be made available to the population living in the research area, so that they obtain knowledge on mercury and its hazards to daily life.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Mulyana
"Avian influenza adalah suatu kejadian luar biasa yang disebabkan oleh virus influenza subtipe H5N1, ditularkan oleh ternak liar atau domistik dan kemungkinan menyerang manusia. Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan
peningkatan pengetahuan masyarakat , perubahan sikap dan
partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanganan influenza di Kabupaten Bontonompo, Gowa. Desain riset adalah desain kuantitatif kuasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan pada 120 peternak unggas sebagai sampel yang dipilih dengan metode purposive sampling dan menggunakan
metoda analisis uji statistic T-Test. Penelitian membuktikan bahwa sebelum intervensi model pendidikan komunikasi informasi dilakukan, pengetahuan, sikap dan praktik pencegahan dan pengendalian avian influenza terbatas.
Setelah intervensi informasi, pendidikan dan komunikasi model pencegahan penyakit, ada perbaikan pengetahuan, sikap dan praktik peternak tentang pencegahan dan perawatan flu burung. Disarankan bahwa kelompok masyarakat tanggap terhadap pencegahan flu burung yang didukung oleh pihak terkait seperti dinas peternakan atau dinas kesehatan daerah melalui
pembinaan dan pengawasan."
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
KESMAS 5:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Thia Nuritayani
"Kabupaten Maros merupakan salah satu daerah yang sedang mengembangkan potensi objek wisatanya. Variasi wisatawan yakni asal jarak kedatangan wisatawan domestik maupun asing. Masing-masing objek wisata mempunyai variasi wisatawan berbeda. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui variasi wisatawan dengan motivasi dan fasilitas di objek wisata Kabupaten Maros. metode analisis yang di gunakan adalah metode analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi wisatawan domestik cenderung berasal dari jarak sedang dimana asal wisatawan dari luar Kabupaten Maros masih dalam Provinsi Sulawesi Selatan dan variasi wisatawan asing cenderung berasal dari jarak jauh Dimana asal wisatawan berasal dari Benua Eropa. Sebagian besar variasi wisatawan berkunjung termotivasi oleh alasan hiburan.
Kedatangan wisatawan domestik ke objek wisata Kabupaten Maros tidak di pengaruhi berdasarkan kelengkapan fasilitas dan aksesibilitas baik sedangkan kedatangan wisatawan asing di pengaruhi berdasarkan kelengkapan dan aksesibilitas baik yang terdapat pada masing-masing objek wisata di Kabupaten Maros.

Maros regency is one of the areas that is developing the potential of tourist objects. Variations of tourists is the origin of domestic and foreign tourist arrivals. Each tourist attraction has a variety of different tourists. The purpose of this study is to determine the variations of tourists with motivation and facilities in Maros Regency tourist attraction. the analytical method used is descriptive analysis method.
The results showed that the variation of domestic tourists tend to come from a moderate distance where the origin of tourists from outside Maros Regency is still in South Sulawesi Province and the variation of foreign tourists tend to come from a distance Where tourists come from Europe. Most of the variations of tourists visiting motivated by recreation reasons.
The arrival of domestic tourists to Maros regency attractions is not influenced by the completeness of facilities and good accessibility while the arrival of foreign tourists is influenced based on the completeness and accessibility of each of the attractions in Maros Regency.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984
393.598 4 IND u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2005
306 IND t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Syamsuddin
Jakarta: Departemen Agama RI, 2008
297.734 1 ARI j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Massiara Daeng Rapi
Jakarta: Lembaga penelitian dan pelestarian sejarah dan budaya Sulawesi Selatan, 1988
992.2 AHM m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi R.I., 2015
307.25984 TRA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>