Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169169 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Studi mengenai sebaran kelas ukuran dan hubungan morfometrik cangkang kerang Gafrarium tumidum dilaksanakan pada April-Juni 2013 di perairan Teluk Ambon, Maluku. Dimensi cangkang (panjang, tinggi, lebar) dan berat (daging, cangkang, total) ditelaah untuk mengetahui hubungan masing-masing karakteristik. Hasil menunjukkan seluruh ukuran dimensi cangkang dapat dibagi menjadi sepuluh kelas ukuran. Frekuensi tertinggi panjang cangkang pada ukuran 23,12-26,09 mm, tinggi cangkang pada ukuran 21,63-24,09 mm dan lebar cangkang pada ukuran 12,09-14,62 mm. Kepadatan tertinggi (4 individu/m2) terdapat pada ukuran 32,06-35,03 mm. Masing-masing dimensi cangkang dan berat kerang menunjukkan hubungan morfometrik yang sangat erat (r > 0.8) dengan sifat pertumbuhan allometrik (b ≠ 3)."
OLDI 40:3 (2014) (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jabang Nurdin
"Geographically, Kabung Bay coastal waters is located at 100° 22'24? - 100°20?79? EL and 01° 06?22?- 01° OT45? SL. This region consists of intertidal areas, shallow sea waters (mudflats, gravel-sandflats, and sandflats), mangrove ecosystem, and coral reef. In the vicinity of Kabung Bay, there are many small islands that have been used as ecotourism sites such as Pasumpahan, Sikuai and Serandah islands. In those areas, there are some clam species which are commonly consumpted by local people such as Anadara antiquate, Katalysia japonica, and Gafrarium tumidum. Gafranium tumidum, known as kerang Kopah, is the most abundant in those areas and has been the most utilized by communities. However, their population density may be decreased due to the recent open access for those islands especially the tourism purposes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
D1245
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Teluk Ambon merupakan ekosistem perairan yang unik, karena antara teluk luar dan teluk dalam dipisahkan oleh daerah ambang yang sempit. Topografi Teluk Ambon ikut mempengaruhi dinamika oseanografis perairan termasuk zooplankton yang hidup di dalamnya. Penelitian ini dilakukan selama tiga tahun mulai dari tahun 2007-2009 di perairan Teluk Ambon. Tujuan penelitian untuk mengetahui distribusi dan kelimpahan Cladocera Penilia avirostris di perairan Teluk Ambon. Pengambilan contoh zooplankton menggunakan jaring NORPAC. Sampling dilakukan secara vertikal dari kedalaman 10 meter ke permukaan. Distribusi Cladocera Penilia avirostris bervariasi, diduga berkaitan dengan kondisi hidrografi perairan Teluk Ambon. Distribusinya lebih terkonsentrasi di daerah pesisir Teluk Ambon bagian dalam, bila dibandingkan dengan di daerah ambang dan daerah Teluk bagian luar. Variasi kelimpahan ini merupakan respon terhadap faktor lingkungan di perairan Teluk Ambon, di mana absennya Penilia avirostris pada waktu tertentu sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan dengan membentuk spora yang dilengkapi membran luar yang resisten.
"
OLDI 37:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agus Sediadi
"ABSTRAK
Untuk mengetahui pengaruh kondisi lingkungan terhadap struktur komunitas fitoplankton pada musim kemarau di perairan Teluk Ambon telah dilakukan sampling harian selama 30 had dan bulan Januari-Februari 1996 dengan waktu yang tetap, yaitu antara 08.00-10.00 WIT di tiga titik stasiun pengamatan. Parameter lingkungan yang diamati adalah kandungan klorofil-a, suhu perairan, salinitas, fosfat, nitrat, nitrit, oksigen, pH dan turbiditas. Sampling pertama ini diambil pada kedalaman 5 m. Sampling kedua di lima titik pengamatan di perairan Teluk Ambon Dalam, sebanyak empat kali pengamatan dari permukaan sampai kedalaman 20 m.
Analisis data menggunakan statistik multivariabel, yaitu berdasarkan analisis komponen utama (Principal Component Analysis) dan analisis faktorial koresponden (Correspondent Analysis). Data sekunder diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika, a.l. curah hujan dan prosentase intensitas penyinaran matahari.
Pada saat pengamatan, faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi struktur komunitas fitoplankton di perairan Teluk Ambon adalah curah hujan. Fitoplankton yang mendominasi adalah dari kelompok diatom marga Chaetoceros. Struktur komunitas fitoplankton baik sebaran secara mendatar (horizontal distribution) dan sebaran tegak (vertical distribution) mempunyai keanekaragaman yang tinggi akibat dinamisnya pergerakan massa air karena pengaruh pasang-surut harian dari Laut Banda. Perairan Teluk Ambon Dalam sangat peka terhadap pengaruh sedimentasi dan pencemaran, untuk itu diperlukan suatu pencegahan pembuangan limbah dan pembukaan lahan secara rasional.

ABSTRACT
Ambon Bay is located in the Island of Ambon in the Molluccas. The Bay has a unique oceanographic environment. It has a shallow nentic inner bay (IAB) and a deep oceanic outer bay (0AB), which is strongly influenced by the Banda Sea. The OAB and The lAB are separated by a narrow sill of 15 m depth.
Multivariate Analysis of Community Structure of Phytoplankton And Related Environmental Factors in Ambon Bay. Daily sampling of phytoplankton and enviromental data were carried out at three stations from January to February 1996, between 08.00 to 10.00 p.m., at 5 m depth. The environmental parameters were observed, such as temperature, salinity, phosphate, nitrate, nitrite, dissolved oxygen, pH and turbidity. In dry season, the community structure of phytoplankton in the Ambon Bay water was dominated by diatoms, such as the genera of Chaetoceros, Nifszchia, Rhisozolenia and Bacteriastrum. The abundance of phytoplankton ranged from 1.0 x 102 to 61.350 x 103 cell L-'. Daily fluctuations of phytoplankton diversities were high and diversities among stations were significantly different (p<0.05).
Hydrological conditions in The Ambon Bay were varied. Water temperature ranged from 27.60 to 30.50 °C, salinity ranged from 30 to 32 %, dissolved oxygen ranged from 4.28 to 4.37 ml concentration of phosphate ranged from 0.5 to 1.0 µg at. P04 ?P concentration of nitrate ranged from 0.1 to 1.5 µg at. N03-N L', concentration of nitrite ranged from 0.1 to 0.7 µg at. N02 -N L'', and pH ranged from 6.2 to 7.2. The highest rain fall was recorded at first observation (43.1 mm). The percentage of sun shine ranged from 8 to 100 %. The turbidities ranged from 0.12 to 1.98 NTU. Multivariate analysis shows that rain, turbidity and temperature influenced the community structure of phytoplankton.
Spatial Distribution of Chlorophyll-a And Community Structure of Phytoplankton in Inner Ambon Bay. Weekly sampling of phytoplankton and chlorophyll-a were carried out from January to February 1996, from the surface, 5, 10, 15 and 20 m depth at five stations. The abundance of phytoplankton from the surface to 20 m depth, ranged from 4.5 x 102 to 40.140 x 103 cell Six species of phytoplankton were identified, namely Chaetoceros diversum, Dytilum sot, Liptocylidricus danicus, Nitszchia pacifrca, Plantoniella so! and Noctiluca scinti/ans. Vertical distribution of phytoplankton diversities were heterogeneous. Concentration of chlorophyll-a from the surface to subsurface ranged from 0.196 to 5.044 mg m'. It seems that vertical distribution of chlorophyll-a did not correspond with the abundance of phytoplankton. The abundance of phytoplankton in the Inner Ambon Bay was strongly influenced by the daily tide.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perairaan Teluk Ambon berdasarkan konfigurasinya dibedakan menjadi TAD (Teluk Ambon Bagian Dalam) dan TAL (Teluk Ambon Bagian Luar). Meningkatnya pembangunan dan pertambahan penduduk di sekitar perairan teluk akan mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem perairan sekitarnya. Penelitian fauna megabentos di perairan Teluk Ambon dilakukan pada bulan Juli dan Oktober 2009, di delapan lokasi meliputi Hunuth dan Halog, yang terletak di Teluk Ambon Bagian Dalam (TAD) serta Rmah Tiga, Kota Jawa, Hative Besar, Batu Capeu, Eri dan Liliboi, yang terletak di Teluk Ambon Bagian Luar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran jenis, kelimpahan individu, dan keanekaragaman jenis megabentos dengan menggunakan metode “Reef Check Benthos” (RCB). Sebanyak delapan megabentos yang terdiri dari kelompok karang satu jenis; ekhinodermata (tiga jenis); moluska (tiga jenis); dan krustase (satu jenis). Nilai indeks keanekaragaman yang didapat menunjukkan bahwa kondisi keanekaragaman jenis fauna megabentos di perairan Teluk Ambon berada pada tingkat yang rendah. "
OLDI 37:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Edward
"Perairan Teluk Ambon terletak di Pulau Ambon pada posisi 128°OO'00"BT--128°14'25"BT dan 03°37'55"LS-03°37'45' LS, terdiri atas dua bagian yaitu Teluk Ambon Bagian Dalam (TAD) dan Teluk Ambon Bagian Luar (TAL), keduanya dipisahkan oleh suatu celah yang sempit dan dangkal. Teluk Ambon Bagian Dalam relatif sempit, dangkal dan banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran sungai. Teluk Ambon Bagian Luar lebih luas, dalam dan berhubungan langsung dengan Laut Banda. Luas kedua Teluk ini sekitar 143,5 km2 dan panjangnya sekitar 30 km. Ekosistem yang ada di kedua Teluk ini adalah ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, rumput laut dan sebagainya.
Kondisi seperti di atas membuat perairan Teluk Ambon ini relatif subur dan kaya dengan keanekaragaman flora dan fauna.
Keadaan ini telah menimbulkan berbagai masalah, khususnya mengenai pencemaran laut. Berbagai tanggapan bermunculan di media masa mengenai kualitas perairan Teluk Ambon. Hal ini disebabkan karena semakin berkurang dan rusaknya beberapa potensi sumberdaya yang ada, seperti berkurangnya populasi ikan umpan, rusaknya terumbu karang, hutan mangrove dan sebagainya.
Untuk mengetahui dan mengevaluasi kondisi perairan Teluk Ambon, pada bulan Mei dan Juli 1995, telah dilakukan pemantauan pada kualitas perairan ini, yang meliputi beberapa parameter fisika (suhu, kecerahan dan zat padat tersuspensi), dan kimia (oksigen terlarut, salinitas, fosfat, nitrat dan pH).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memantau kualitas perairan Teluk Ambon, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasilnya diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah untuk penyusunan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi berbagai kepentingan dan analisis mengenai dampak lingkungan.
Untuk melihat kecenderungan perubahan kualitas perairan, posisi stasiun pemantauan ditetapkan secara purposive random sampling dengan mengacu kepada posisi stasiun pemantauan yang telah dilakukan sejak tahun 1973.
Contoh air laut diambil dengan menggunakan tabung Nansen pada lapisan permukaan. Suhu, kecerahan, salinitas, zat padat tersuspensi, dan pH berturut-turut ditentukan dengan termometer balik terlindung (protected reversing thermometer), piringan Secchi (Secchi disk), salinometer Beckman RS-7, timbangan analitik Sartorius secara gravimetri, dan Horiba Water Checker U-8. tat hara fosfat dan nitrat ditentukan secara kolorimetri menurut cara yang ditetapkan oleh Strickland dan Parsons (1958) dengan menggunakan spektronik-21 Shimadzu, sedang oksigen terlarut ditentukan dengan metode Winkler secara titrasi.
Untuk melihat perbedaan masing-masing parameter antar bulan pemantauan (Mai dan Juli), digunakan statistik uji t (pair observation) (Subiyakto, 1994), sedang untuk melihat perbedaan antar stasiun dan tahun pemantauan digunakan rancangan acak kelompok (Steel and Torrie, 1980).
Hipotesis dari penelitian ini adalah 1) Waktu (bulan dan tahun) dan posisi stasiun berpengaruh pada kualitas perairan Teluk Ambon (suhu, kecerahan, zat padat tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, dan pH), 2) Kualitas perairan Teluk Ambon (suhu, kecerahan, zat padat tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, dan pH) masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Baku Mutu Air Laut (KLH, 1988) untuk berbagai peruntukkan.
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa 1) Waktu (bulan dan tahun) berpengaruh pada kualitas perairan Teluk Ambon (suhu, kecerahan dan zat padat tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, dan pH), sedang stasiun hanya berpengaruh pada suhu, salinitas dan nitrat (Aei), suhu, salinitas dan fosfat (Juli)(P < 5%), 2) Kualitas perairan Teluk Ambon (suhu, kecerahan, zat padat tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, dan pH) masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Baku Mutu Air Laut (KLH, 1988) untuk berbagai peruntukkan, kecuali kecerahan untuk pariwisata dan rekreasi.
Jika perairan ini hendak digunakan sebagai lokasi budidaya perikanan, disamping parameter-parameter di atas, perlu dilakukan pemantauan yang mendalam dan terpadu pada parameter-parameter fisika dan kimia yang lain yang pada penelitian belum diamati. Selain itu faktor musim juga perlu dipertimbangkan.
Daftar Kepustakaan: 86 (1961-1995)

The Waters Quality of Ambon BayAmbon Bay waters is located in Ambon Island between 126°O0'00"E-128°14'25"E and 03°37'55"S-03°37'45"S. It consists of two bays namely the Inner and Outer Ambon Bay. These bays are separated by a narrow and shallow sill. The Inner Ambon Bay is rather narrow, shallow, semi-enclosed, and affected by the ,river flows. On the other hand the Outer Say is wide, deep and connected to Banda Sea directly. The area of this bay is about 143,5 km2, and length about 30 km. The ecosystems found in this water are mangrove, coral reefs, sea grass and seaweed.
The condition such above makes the water fertile and rich, especially with floral and faunal biodiversity.
In line with the increase of development activities in Ambon City, various types of waste also produced. This situation had caused much problem, such as marine pollution. This case is reflected by the reaction of the mass media on the quality of Ambon Bay waters. This is also due to the decline and damages of the marine resources, such as life bait fish, coral reefs, mangrove and so on.
To know and evaluate the condition of Ambon Bay waters, a study was carried out in May and July 1995 in this waters to monitor the physical and chemical parameters such as temperature, transparency, total suspended solid, salinity, dissolved oxygen, phosphate, nitrate, and pH of the sea water.
The purpose of this research is to know the waters quality of Ambon Bay according to physical, chemical and biology parameters and other factors which influence. The results is expected to give the information to the government in environmental management of Ambon Bay and environment impact analysis.
Surface Sea water samples for physical and chemical parameters analysis were taken by using Nansen Tube. Temperature, transparency, total suspended solid, salinity, pH determined by using protected reversing thermometer, Secehi disk, Sartorius analytical balance, salinometer Beckman-RS7, and Horiba Water Checker U-8 respectively. Nutrient (phosphate and nitrate) determined by calorimetric and measured their concentration with spectronic-21 Shimadsu, while dissolved oxygen determined by Winkler method with titration.
Monitoring station position stated based on monitoring stations position which had done since 1973 by purposive random sampling.
The hypothesis of this research are 1) Time (month and year) and station position have influence on the quality of Ambon Bay waters (temperature, transparency, total suspended solid, salinity, dissolved oxygen, phosphate, nitrate and pH), 2) The quality of Ambon Bay waters (temperature, transparency, total suspended solid, salinity, dissolved oxygen, phosphate, nitrate, and pH) still fulfill the criterion of Baku Hutu Air Laut for all purposes.
To know the difference among monitored months, statistical approach is used namely t test (pair observation) (Subiyakto, 1994), while among monitored station and years by using randomized block design (Steel and Torrie, 1980).
The results showed that 1) Time (month and year) have influence on the quality of Ambon Bay waters (temperature, transparency, total suspended solid, salinity, dissolved oxygen, phosphate, nitrate, and pH), while station position have influence on temperature, salinity, and nitrate (May), temperature, salinity, and phosphate (July) (P < 5%), 2) The quality of Ambon Bay waters (temperature, transfaran oxygen, phosphate, nitrate, and pH) still fulfill the criterion of Baku Mutu Air Laut (KLH, 1988) for all purposes, exception transparency for tourism and recreation.
If this water will be used for mariculture purposes, the other physical, chemical and biological parameters need to be observed. Beside that the moonson factors is also need to be consider.
Number of reference : 86 (1961-1995)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T1694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teluk Jakarta merupakan kawasan perairan pesisir yang terletak di utara kota
Jakarta. Kawasan pesisir merupakan tempat pemukiman padat penduduk yang
banyak menyumbang bahan pencemar dari kegiatan di daratan maupun di perairan
laut. Teluk Jakarta, khususnya Muara Kamal dan Cilincing banyak dijadikan
sebagai lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis L.). Tingginya tingkat
pencemaran dapat membahayakan manusia yang mengonsumsi kerang hijau dari
perairan tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi pencemaran
bakteri Escherichia coli dan koliform di kerang hijau pada musim peralihan I di
Muara Kamal dan Cilincing, Teluk Jakarta. Penghitungan bakteri dilakukan pada
sampel kerang hijau yang diambil pada bulan Mei 2010 di perairan Muara Kamal
dan Cilincing dengan metode membran filter. Hasil penghitungan bakteri E. coli
maupun koliform pada daging kerang menunjukkan bahwa perairan Muara Kamal
dan Cilincing tidak layak dijadikan lokasi budidaya kerang hijau. Kepadatan
bakteri E. coli dan koliform pada daging kerang yang berasal dari bagan budidaya
di kedua lokasi tersebut terbukti melebihi baku mutu berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan Malaysia Food Act and Regulations. Hasil analisis
bakteri di daging kerang menunjukkan bahwa rata-rata kepadatan bakteri E. coli
dari perairan Muara Kamal dan Cilincing masing-masing 28 ribu dan 665 ribu kali
lebih tinggi dari nilai yang diijinkan berdasarkan SNI. Sedangkan kepadatan
koliform pada daging kerang dari Muara Kamal dan Cilincing masing-masing 462
ribu dan 9,1 juta kali lebih tinggi dari nilai baku mutu Malaysia Food Act and
Regulations."
Universitas Indonesia, 2010
S31606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulki Irsyad
"ABSTRAK
Kerang hijau {Pema viridis L.) merupakan salah satu biota laut yang bersifat filter feeder, yaitu biota laut yang mengkonsumsi makanannya dengan cara menyaring partikel-partikel planktonis yang terdapat di dalam air. Partikel-partikel yang disarjng ini dapat berupa zooplankton kecil,
fitoplankton dan suspensi dari bahan-bahan organik yang melayang-layang di perairan, termasuk limbah logam berat seperti Pb, Cd, Cu dan Zn yang terlarut dalam suatu perairan, misalnya pada perairan Muara Angke dan Pantai Festival Ancol. Hal tersebut akan menyebabkan kerang hijau dapat mengakumulasi dan melakukan proses biomagnifikasi logam berat di dalam tubuhnya. Konsentrasi logam berat yang berada pada kerang hijau ini dapat diketahui dengan pengukuran menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom
(AAS). Hubungan antara panjang ukuran tubuh kerang hijau dengan konsentrasi logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn pada penelitian yang dilakukan ini menunjukkan bahwa pada logam Pb dan Cd memiliki korelasi negatif, sedangkan logam Cu dan Zn memiliki korelasi positif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Indro Buwono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>