Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165457 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Perkembangan ilmu pengetahuan di satu sisi memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan melahirkan berbagai teknologi yang membantu manusia, supaya lebih efektif dan efisien dalam bekerja dan menghasilkan berbagai produk. Namun di sisi lain, dampak dari perkembangan teknologi ini menyebabkan pencemaran lingkungan. Pencemaran yang berkelanjutan mengakibatkan kerusakan alam dan juga kehancuran hidup manusia. Dalam tulisan ini penulis ingin menganalisa kerusakan tanah pertanian yang disebabkan oleh pupuk kimia. Kajian filosofis dalam tulisan ini berangkat dari pemahaman akan alam berdasarkan konsep filsafat Plotinus. Plotinus memberikan teori tentang asal usul alam, dan sifat metafisisnya, yaitu keharmonisan dalam seluruh alam semesta. Kemudian, dari sudut pandang sains, Thomas Kuhn mengajak kita untuk merubah paradigma lama yang destruktif dan diganti dengan paradigma baru yang konstruktif. Sintesa dari kedua filsuf ini adalah paradigma metafisis yang menjadi solusi dalam menanggapi kerusakan alam. Penerapan dari paradigma metafisis dapat diwujudkan dalam pertanian organik."
JFW 2:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Ferzia
"Penelitian ini menganalisis mengenai peluang dan tantangan dalam penerapan kebijakan sistem faktur pajak elektronik (e-tax invoice system) di Indonesia. Faktur pajak elektronik adalah bukti pungutan pajak atas penyerahan jasa kena pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak dalam bentuk dokumen elektroniik yang ketentuan pembuatannya diatur  oleh peraturan Direktorat Jenderal. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa latar belakang kebijakan ini adalah sistem faktur pajak sebelumnya yang menggunakan dokumen berupa kertas menyebabkan terjadinya beberapa permasalahan tentang faktur pajak. Melalui analisis SWOT didapatkan isu-isu strategis yang dapat dihadapi Direktorat Jenderal Pajak untuk melancarkan jalannya kebijakan ini untuk jangka menengah dan jangka panjang.

This study analyzes opportunities and challenges in the application of electronic tax invoice policy in Indonesia.Electronic tax invoice is proof of witholding tax on the supply of Taxable Goods or Taxable Services made by Taxable in the form of electronic documents which is governed by the provisions of manufacture regulation Directorate General. This research is a qualitative descriptive research. The results of this research that description background the policy is previous tax invoice system using a paper document that caused some problems on the tax invoice. SWOT Analysis (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) will acquire strategic issues that can be faced by the Directorate General of Taxation to facilitate the policies for the medium and long term."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vashti Trisawati Abhidana
"Dengan berkembangnya media teknologi yang pesat, kehidupan kaum muda di berbagai belahan dunia pun cenderung berubah. Di Indonesia, dengan semakin menjamurnya televisi swasta, profesi pembawa acara (presenter) atau pun video jockey (VJ) juga mulai berkembang pesat. Mereka juga mulai diterpa dengan dunia internet, yang membawa mereka berkelana ke belahan dunia lainnya. Teknologi seakan-akan menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji: Peran teknologi media dalam Budaya Kaum Muda Jakarta Selatan. Ide meneliti masalah ini karena penulis terinspirasi dengan berbagai tulisan kaum muda urban di berbagai media massa lokal maupun internasional, ulasan mengenai "Gaya Jalanan" (Street Style) di Amerika berdasarkan pengamatan dan penelitian oleh Janine Lopian-Misdom dan Joanne De Luca, serta pemildran Marshall McLuhan dalam memandang media dan masyarakat di era globalisasi.
Tujuan penelitian ini adalah, ingin mengetahui budaya kaum muda Jakarta Selatan, pandangan dan pecan teknologi media dalam kehidupan mereka, serta melihat prediksi gaga hidup kaum muda, yang diungkapkan oleh Janine Lopiano-Misdom dan Joanne De Luca telah ditemui pada budaya kaum muda Jakarta Selatan. Untuk kajian pustaka, peneliti mendasari pada pemikiran Marshall McLuhan mengenai "Global Village" dan "Understanding Media", Budaya Cyber, Budaya Populer dan Teknologi buah pikiran John Fiske, James Lull, John V. Pavlik, dan Derrick de Kerckhove, serta konsep Uses and Gratification yang dikemukakan oleh J.G Blumler dan E.Katz.
Metode penelitian dalah kualitatif dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan di Kafe Regal, Mal Pondok Indah. Satuan Analisis adalah kelompok. Sampel dilakukan secara purposif, yaitu I kelompok pertemanan yang datang ke cafe tersebut dan diajak berdiskusi. Mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan usia 17-25 tahun. Penelitian dilakukan dari Juni sampai dengan Agustus 2000.
Sejumlah pertanyaan didiskusikan dan peneliti mengelompokkannnya pada data: (I) Demografi: Jati diri, pendidikan, penghasilan dan pengeluaran; (2) Sifat kelompok , alasan berkelompok dan hal-hal yang menyatukan mereka dalam kelompok; (3) Dimensi Gaya Hidup sesuai klasifikasi yang dikemukakan David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta. Dalam riset ini, peneliti menambahkan konsep Cool & Funky yang didiskusikan bersama para responden. Hal ini dilakukan, karena kedua konsep ini cenderung telah menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Peneliti berhasil mengumpulkan 8 kelompok pertemanan, terdiri 5 ski 10 orang, dengan karakteristik sbb: (I) Kelompok Konservatif, (2) Kelompok Volta!, (3) Kelompok Felksibel, (4) Kelompok Aspirasi Barat, (5) Kelompok Orientasi Barat, (6) Kelompok Pecinta Alam, (7) Kelompok Eksperimental, dan (8) Kelompok Pecinta Musik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para kaum muda memiliki berbagai karakter individual di dalam I kelompok. Ada diantara kelompok yang diteliti memiliki kesamaan "alasan berkelompok", meskipun "sifat kelompok" mereka berbeda-beda. Opini mereka terhadap kaum muda adalah lebih terbuka, cepat dewasa, ekspresif dan lebih babas. Konsep Cool, menurut mereka adalah orang yang kepribadiannya cuek (acuh), gayanya enak dilihat, tampil apa adanya tanpa harus menarik perhatian orang. Sedangkan funky, lebih kepada penampilan yang aneh ataupun tidak seperti orang pada umumnya. Namun kedua konsep tersebut bagi mereka masih ada kerancuan satu sama lainnnya. Sebagian dari mereka memandang optimis terhadap masa depan dan sebagian lagi pesimis. Tantangan terberat adalah menjelang pasar terbuka dan masa depan negara.
Mereka cenderung mengikuti berbagai isu yang terjadi dalam masyarakat, balk itu sosial, politik, bisnis, ekonomi, budaya dan lingkungan. Media yang mereka pilih untuk mengetahui isu pertama kali bukanlah internet, seperti yang diharapkan peneliti. Untuk isu-isu tertentu seperti sosial, politik, budaya dan lingkungan, televisi menjadi pilihan pertama, namun kecil sekali dibandingkan media cetak. Namun apabila ingin mengetahui isu lebih lanjut, penggunaan internet meningkat, sedangkan televisi menurun. Alasan kuat mereka menggunakan internet karena tidak adanya keberpihakan, meskipun tidak dapat dipercaya sepenuhnya.
Media televisi menurut pendapat mereka cenderung mempengaruhi gaga hid up mereka terutama dalam penampilan dan Tara bicara. Televisi merupakan media yang mampu memberikan hiburan dan informasi. Strategi kaum muda dalam memilih acara televisi masih tetap strategi 'kedalaman', meskipun hanya sebagian saja. I kelompok kadangkala mencari Koran terlebih dahulu. 5 dari 8 kelompok yang diteliti menyatakan acara televisi belum memberikan kepuasan meskipun telah memenuhi kebutuhan mereka.
Penggunaan media internet cenderung masih dalam tahap awareness dan perannya untuk berkomunikasi/chatting dengan teman atau orang baru (hubungan personal) dan mendapatkan informasi terkini. Mereka yang memiliki minat tertentu, cenderung melakukan strategi terbatas, yaitu membuka situs yang diinginkan saja. Sedangkan Permainan video game bukanlah kebutuhan primer, tapi sepenuhnya memberikan kepuasan bila dapat memenangkan/menyelesaikan permainan dan memberikan hiburan (diversion) untuk meluar dari kegiatan sehari-hari mereka.
Dari ketiga teknologi media yang diteliti, televisi merupakan bagian dari kehidupan kaum muda yang tidak dapat dipisahkan, karena sejak kecil televisi menjadi "pengasuh" mereka. Sedangkan internet dan video game, mereka menganggap cenderung belum menjadi bagian kehidupan mereka. Bagi mereka, tidak berinternet atau main video game, kehidupan mereka sebagai anak muda tetap dapat dijalaninya.

The Role of Media Technology in Urban Youth Culture of South Jakarta - A Qualitative Study of Describing The Youth Culture at Pondok Indah Mall and The Relationship with The Media TechnologyWith the rapid development of technology media, the young generation's lifestyle tends to change throughout the world. Since the emergence of private television channels in Indonesia, new profession such as presenters or Video Jockey (VJs) have taken places in the hearts of the young generations. The Internet world also has exposed them to travel the world and have technology as a part of their lives.
This new phenomena have interest me to research: The Role of Media Technology in Youth Culture at South Jakarta. This idea also has been inspired by several articles about the urban youth culture in the local and international media, and "Street Culture" research by Janine Lopiano-Misdom and Joanne De Luca, and Marshall McLuhan's point of views about the media and society in the globalization era.
This research objective is to explore the urban youth culture at South Jakarta, their opinions and the role of media technology towards their lives, and to discover whether there any similar prediction the future youth culture in Jakarta based on Lopiano-Misdom's and Joanne De Luca's point of view. The literatures are based on Marshall McLuhan's standpoint of "Global Village" and "Understanding Media"; the Popular Culture and Technological views by John Fiske, James Lull, John V. Pavlik, and Derrick de Kerckhove, with the Uses and Gratification concepts by J.G. Blumler and E. Katz.
The research method is a qualitative study, by developing Focus Group Discussion at Kale Regal, Pondok Indah Mall. The analysis unit is by groups and the sampling is purposive by taking peer groups who hang-out in this cafe and conduct a full discussion. Each group consists of male and female, between the age from 17 to 25. The research has been held from June to August 2000.
Several questions had been divided into three types of data: (I) Demography: Biodata, education, income and expenditure; (2) Group personal traits, the reason to form a group and attributes which relate between them to be in a one group; (3) Lifestyle Dimension based on David L. Loudon's and Albert J. Della Bitta's indicators. In this research, I add the "Cool" and "Funky" concept. The reason I added this variable because these terms has becomes a part of their lives.
Researcher has managed to gather 8 groups and each group between was between 5 to 8 persons, with the characteristics as follow: (I) Conservative Group, (2) Outspoken Group, (3) Flexible Group, (4) Western Aspiration Group, (5) Western Orientation Group, (6) Nature Lovers Group, (7) Experimental Group, and (8) Music Lovers Group. Among Groups, there are several groups who have the same "reason to be in a group", although "their group's personal traits" are different.
Their opinions about themselves are: young generations are more outspoken and expressive, become mature before time, and more have freedom in a relationship. "Cool" means a person who likes to be him or herself without anything "artificial" personality. He or she has a 'style' that people love to see and be with this individual. He does not need any attention from others_ "Funky" means their looks are awkward, dare to be different but try to the grab people's attention. But they said sometimes they are confused to see the difference between cool and funky. About the future, some say with: Optimistic (37,5%) and pessimistic (37,5%) and the rest has mentioned it depends on this country's situation. They would like to be entrepreneurs in entertainment business, arts, set-up television stations, become film producers, or to be film stars themselves and models.
They tend to be interested in issues, such as social, politic, business, economy, cultural and environment. To become aware on the issues for the first time, they do not use internet. Especially for social, politics, culture and environment issues, they watch television but the percentage is under 50%. if they want to know the further more issues, they browse the internet or watch television. They said the news in the Internet is neutral, although they did not believe in it 100%.
Watching television tends to influence their lifestyle, especially in their looks and conversations. Television provides news and entertainment 4 groups still use "exhaustive" strategy to find TV shows and I group check the newspaper to find the show. Mostly of the groups said that TV shows have not satisfied them although it already provides their needs.
Browsing sites throughout the Internet tend to be in an awareness stage. The roles of browsing in the internees are for chatting with friends or discovering new friends (personal relationship) and get the latest information. If they have any specific interest, they use "restricted" strategy by only browsing limited sites. Playing video games is not a primary needs, but it gives them full satisfactory when they can win or finished the game; provide them some entertainment and filling in their spare times.
From researching three different media technologies, television cannot be separated from their every day life, because since their childhood television has became their baby-sitter. For internet and video games, they tend no to be their lifestyle. For the urban youth culture, living without Internet or video game is not a big deal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T9148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jusneni
"Penelitian ini mengenai evaluasi aspek-aspek kebijakan yaitu Komunikasi, Sumber Daya, Sikap (Faktor disposisi) dan Struktur Birokrasi dalam implemetasi Kebijakan Standar Biaya Umum dalam Penyusunan Anggaran pada Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan HAM. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah : teori Kebijakan yang meliputi implementasi kebijakan, teori Anggaran yang meliputi proses penganggaran dan proses penyusunan anggaran dan teori Standar Biaya. Penelitiar, ini menggunakan metode deskriftif analisis dengan pendekatan kualitatif. lnfonnan dalam penelitian ini adalah pejabat struktural di Bagian Penyusunan Progran dan Pelaporan Kantor Wilayah staf bagian penyusunan program dan anggaran serta staf Biro Perencanaan yang menangani penyusunan program dan anggaran.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kajian pustaka, seda._"lgkan analisis mengacu pada teori dan konsep yang digunakan. Dari analisis wawancara, dapat disimpulkan Biaya Umum dalam penyusunan anggaran sudah berjalan dengan balk. Namun di sisi lain standar biaya khusus pada dasarnya tidak berdiri sebagai faktor tunggal dalam menentukan kebijakan penyusunan anggaran. Persoalan anggaran terbentur pada masalah pagu serta masih banyak kendala-kendala yang ada seperti : komunikasi yang belum maksimal, sumber daya yang belum memadai, implementasi kebijakan yangbelum konsisten.
Haisl penelitian ini menyarankan Biro Perencanaan agar meningkatkan kinerja sebagai koordinator dalam penyusunan anggarana dengan mengatasi hambatan-hambatan yang ada dengan mengacu kepada perencanaan dan pengendalian yang lebih optimal.

This research is to evaluate Implementation policy viewed from four aspects of variables Communication. Resources, Attitude, and Structure Of Bureaucracy which effects budgeting arrangement on the Planning Bureau of Indonesia's Ministry Of Law and Human Rights. Theories used on this research convey from Implementation Policy, Budgeting and Standard Budgeting. This research used analytical descriptive method with quaHtativc: approaches. Infonnants in this research varie-s from chief of officers in charge at Department of Programs Plan & Reports region office, officers in charge at Department of Program Plans & Budgeting Of Ministry Of Law And Human RighL,, Data Collected through in-depth interviews and literature studied review, while the analysis performed refers to the theories and concept that are used. From the inMdepth interview analysis can concluded the implementation policy of Common Standard Budgeting implemented optimally. On the other side of the implementation of common standard budgeting found it could not stand as the ultimate core of budgeting plans.
The result of this research suggest the planning bureau to improve it self as a coordinator on short and long tem budgeting and to overcome obstacless and to improve a better work environment of budgeting controls.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33482
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Ary Anthonius
"ABSTRAK
Kualitas layanan memiliki tiga elemen penting, yaitu kepuasan, kepercayaan dan komitmen. Untuk memberikan pelayanan yang berkualitas, marketing mix memiliki peran penting. Dalam penelitian ini, penulis berfokus pada strategi marketing mix yang diterapkan oleh Bank Sumsel Babel sebagai salah satu dari 26 bank daerah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur loyalitas sikap pelanggan Bank Sumsel Babel dan loyalitas perilaku masa depan dengan melihat hubungan antara relationship quality dan dimensi marketing mix untuk Perusahaan Jasa. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarluaskan kepada 280 nasabah Bank Sumsel Babel. Data kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua hubungan kualitas (kepuasan, kepercayaan dan komitmen) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas sikap dan perilaku. Selanjutnya, dari semua variabel marketing mix, kualitas produk ditemukan memiliki pengaruh terbesar pada kepuasan, sedangkan variabel tempat memiliki pengaruh terbesar pada kepercayaan. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi industri perbankan dalam menilai kinerja dan membuat keputusan manajemen untuk dapat merumuskan strategi perusahaan yang tepat.

ABSTRACT
The relationship quality of services has three important elements, namely satisfaction, trust and commitment. To provide the best quality service, the marketing mix has an important role. In this study, the authors focused on the marketing mix strategy applied by Bank Sumsel Babel as one of the 26 regional banks in Indonesia. This research aims to measure the attitudinal loyalty of customers of the Bank Sumsel Babel and future behavioural loyalty by looking at the relationship between relationship quality and dimensions of marketing mix for Services Company. The data was collected through the questionnaire that was disseminated to 280 customers of Bank Sumsel Babel. The data then processed and analysed using Structural Equation Modeling (SEM). The results of the research show that all the relationship quality (satisfaction, trust and commitment) have positive and significant influence on attitudinal and behavioural loyalty. Furthermore, from all marketing mix variables, product quality is found to have the biggest influence on satisfaction, while place has the biggest influence on trust. These results are useful as inputs for banking industry in assessing performance and making management decisions to be able to formulate the right corporate strategy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salfa Nafisa Nuha
"Di Lebanon, film series “Dollar” dikenal sebagai salah satu tayangan film favorit yang memiliki alur menarik dan berbagai nilai moral yang terdapat dari setiap adegannya. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah tentang moral. Penelitian ini membahas tentang nilai moral yang terdapat dalam film tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif karena bertumpu pada fenomenologi. Selain itu, metode yang digunakan lainnya yaitu metode strukturalisme sastra karena pendekatannya yang menekankan unsur intrinsik yang terdapat di dalam suatu karya. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa aspek moral yang paling banyak adalah nilai moral etika dan kesusilaan yang tidak baik yang menggunakan dollar sebagai objeknya.

In Lebanon, the film series "Dollar" is known as one of the favorite film shows that has an interesting plot and various moral values contained in each scene. Therefore, the purpose of this study is about morals. This study discusses the moral values contained in the film. The method used in this study is a qualitative method because it is based on phenomenology. In addition, another method used is the method of literary structuralism because of its approach which emphasizes the intrinsic elements contained in a work. From the results of this study it was found that the moral aspects that were most prevalent were ethical and decency moral values that were not good which used dollars as their object."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Oey-Gardiner, Mayling
"Profesionalisme datam penetitian ditandai oleh penelitian yang bertujuan menjawab pertanyaan untuk mengetahui keadaan tingkungan realita empiris, baik fisik maupun sosial. Dalam hal ini yang dimaksud dengan penelitian adaiah jenis penelitian ilmiah, karenanya harus mengikuti kaedah-kaedah ilmiah, termasuk sumber informasi yang dipilih secara ilmiah dan dianalisa secara ilmiah kemudian hasitnya dipertanggung jawabkan kepada pubtik meialui publikasi. Pentingnya publikasi adatah kemungkinan adanya tantangan reptikasi oteh pihak tain, syarat muttak dari penetitian ilmiah yang profesional."
2006
EBAR-II-April2006-87
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Febbiyanti Satyabudhi
"Program televisi berkontribusi dalam memberikan penggambaran terkait segala aspek realitas mengenai suatu ruang. Pada program Indonesia Bagus Episode Kehidupan di Atas Rawa, semua penggambaran terkait kehidupan pada Rawa Paminggir didasarkan pada persepsi pembuat dan masyarakat dalam mempersepsikan Rawa Paminggir sebagai suatu entitas ruang menggunakan metode hermeneutika. Fokus dalam penelitian ini menggunakan konsep representational of space yang mana ruang dinyatakan sebagai sesuatu yang ‘dibayangkan’ hasil ciptaan kelompok dominan. Melalui konsep representational of space, sebuah media dalam bentuk program televisi dianggap mampu menciptakan suatu citra ruang yang terbentuk oleh persepsi atau bayangan dan imajinasi si pembuatnya.. Konteks besar penelitian ini adalah mata pencaharian masyarakat.
Hasil intepretasi dalam Program Indonesia Bagus Episode Kehidupan di Atas Rawa menghasilkan 6 nilai lanskap yang tersebar di tujuh tempat pada Desa Bararawa dan Desa Sapala. 6 nilai lanskap tersebut diantaranya nilai kebudayaan, nilai rekreasi, nilai sosial, nilai subsisten, nilai ekonomi, dan nilai lingkungan. Nilai kebudayaan tersebar di seluruh elemen intangible dan tangible. Nilai rekreasi dan nilai sosial muncul di elemen intangible seperti pacuan kerbau, dan sebagian elemen tangible yakni kalang & tempat penumbuk purun. Nilai subsisten tersebar di seluruh elemen vernakular. Nilai ekonomi muncul sebagian besar pada elemen vernakular seperti sungai & rawa, padang purun, dan hutan dan sebagian pada elemen tangible yakni kalang. Nilai lingkungan muncul pada sebagian elemen vernakular yakni padang purun, sungai & rawa serta hutan. Identitas Rawa Paminggir dalam konteks nilai lanskap dimaknai sebagai suatu tempat menyambung hidup yang sarat tradisi, unik dan menarik, memiliki sumber daya yang makmur, namun secara bersamaan juga terbatas karena sifatnya yang rentan.

Television program can contribute to create an image of the space. In Indonesia Bagus Program Episode Kehidupan di Atas Rawa. All the image of the space related Rawa Paminggir’s livelihood are formed through author’s perception and people’s perceptions in interpreting Rawa Paminggir as a spatial entity. This research examines how place identity produced through those perceptions use representation of space concept used hermeneutics methods. This research always based on context, which the big context is about livelihoods. Intepretation of the narrations on Indonesia Bagus produced 6 landscape values that spread on 7 segment places in Desa Bararawa and Desa Sapala. There are 6 landscape values, it consists cultural value, recreation value, social value, economic value, subsistent value, and cultural value. Cultural value is spread all over intangible and tangible elements. Recreation value and social value are appearing on intangible element such as kerbau rawa races, and tangible elements such as kalang dan tempat penumbuk purun. Subsistent value is spread on vernacular elements. Economic value appears on tangible element such as kalang and vernacular elements such as padang purun, forest, river, and swamp. Cultural value appears on vernacular element such as padang purun, river, swamp, and forst. The identity of Rawa Paminggir produced based on those values are place to live in, full of tradition, unique, interested, prosperous but at the same time limited because the susceptibility to environments.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Genoveva Margi
"Demokratisasi sistem pemungutan pajak di Indonesia, Self-Assessment System, berpotensi meningkatkan kecurangan pajak. Akibatnya, salah satu upaya pemerintah mengoptimalisasi penerimaan pajak adalah dengan melakukan Joint Program, program sinergi antara Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Dalam Joint Program terdapat sebuah sistem terintegrasi, yaitu Joint Analysis, yang berguna mengawasi kepatuhan perusahaan penerima fasilitas kemudahan impor ekspor dan pelaku usaha di Kawasan Ekonomi Khusus terhadap ketentuan kepabeanan, cukai, dan perpajakan serta mendukung optimalisasi penerimaan negara dari pajak, bea dan cukai. Implementasi Joint Analysis harus menerapkan prinsip Good Governance. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis implementasi Joint Analysis di DJP dan DJBC serta menganalisis penerapan prinsip Good Governance pada implementasi Joint Analysis di DJP dan DJBC. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan paradigma post-positivist. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Joint Analysis yang pelaksana programnya adalah DJP dan DJBC telah optimal jika dilihat dari manfaatnya, seperti optimalisasi penerimaan negara, kepatuhan Wajib Pajak (WP), dan perbaikan Probis, dan perbaikan sistem. Adapun posisi pembuat keputusan adalah top-down. Strategi yang digunakan adalah mekanisme pengawasan dan tindak lanjut, seperti pemblokiran dari ABS serta PCA. dengan menggunakan sumber daya manusia, data beserta saluran pertukaran dan analisis datanya, Monev, serta aturannya. Penerapan Good Governance juga telah memenuhi semua asas kecuali rule of law, transparansi (rahasia data WP), efektivitas, dan efisiensi. Terdapat beberapa hal yang harus dibenahi seperti kerangka hukum yang tidak sesuai kondisi lapangan, tidak adanya instrumen efektif untuk menekan pengemplang pajak dan tax fraud, minimnya partisipasi unit kerja vertikal di daerah, dan perbaikan akses data

Democratization of the tax collection system in Indonesia, the Self-Assessment System,has the potential to increase tax fraud. As a result, one of the government's efforts to optimize tax revenue is to conduct a Joint Program,a synergy program between the Directorate General of Taxes (DJP) and the Directorate General of Customs and Excise (DJBC). In the Joint Program there is an integrated system, namely Joint Analysis, which is useful to oversee the compliance of companies receiving facilities for ease of export imports and business actors in the Special Economic Area to customs, excise, and taxation provisions and support the optimization of state revenues from taxes, customs and excise. Joint Analysis implementation must apply the principles of Good Governance. The purpose of this study is to analyze the implementation of Joint Analysis in DJP and DJBC and analyze the application of good governance principles in joint analysis implementation in DJP and DJBC. The research method used is quantitative with a post-positivistparadigm. The results showed that the implementation of Joint Analysis whose program implementation is DJP and DJBC has been optimal when viewed from the benefits, such as optimization of state revenues, Taxpayer compliance, and busineness process improvement, and system improvements. The decision-making position is top-down. The strategies used are surveillance and follow-up mechanisms,, such as blocking from ABS and PCA. using human resources, data and its data exchange and analysis channels, Monev, and its rules. The implementation of Good Governance has also fulfilled all principles except the rule of law,transparency (wp data secrets), effectiveness, and efficiency. There are several things that must be addressed such as legal frameworks that are not in accordance with field conditions, the absence of effective instruments to suppress tax evasion and tax fraud,the lack of participation of vertical work units in the area, and improvements in data access."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aquila Yoma Eradipa
"ABSTRAK
Internet memiliki peran penting dalam peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia. Dengan adanya internet masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan informasi akan solusi sebuah permasalahan, membentuk jejaring untuk berniaga, hingga melakukan pembelajaran jarak jauh. Selain memiliki manfaat yang positif, perkembangan internet ternyata juga banyak memberikan pengaruh buruk bagi kehidupan bermasyarakat.Salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah pornografi internet. Dewasa ini semakin banyak tindakan kriminal yang dipicu oleh pornografi yang diperoleh melalui media internet. Hal ini semakin diperburuk dengan adanya keterlibatan anak di bawah umur dalam kasus kriminal tersebut. Anak kini sudah tidak lagi menjadi korban kejahatan seksual namun sudah sebagai pelaku kehatan. Sistem penanganan internet bermuatan negatif yang ada saat ini agaknya kurang mampu membendung gempuran informasi negatif yang menyerang moralitas anak Indonesia. Penelitian ini mengkaji bagaimana strategi yang tepat dalam penanganan konten internet bermuatan negatif yang dapat merusak moralitas anak bangsa.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan Soft System Methodology SSM sebagai metodologi utama dalam melakukan pendekatan masalah. Penelitian dimulai dengan pemahaman akan situasi dunia nyata, penggambaran situasi problematik untuk mendapatkan strategi ideal dalam merumuskan sistem relevan. Setelah itu pemodelan konseptual pada sistem relevan yang sudah dirumuskan dan terakhir adalah membandingkan model konseptual dengan aktivitas dunia nyata.Penelitian ini mengungkapkan bahwa sistem penapisan yang ada saat ini tidak mampu menangani serangan konten internet bermuatan negatif secara maksimal. Setidaknya terdapat tiga komponen utama yang paling berpengaruh dalam kualitas sistem penanganan internet bermuatan negatif bagi anak Indonesia, sistem penapisan, sitem pengawasan, dan sistem sosialisasi dan edukasi. Untuk dapat menciptakan sebuah sistem penanganan internet negatif yang tepat, perlu adanya koordinasi yang kuat antara pemangku kepentingan dengan para pelaku industri internet, penguatan payung hukum, dan peningkatan prioritas permasalahan pada pemerintah pusat. Kata Kunci: Internet, pornografi, anak, moralitas, penapisan internet, soft system methodology.

ABSTRACT
Internet has a prominent role in improving the living conditions of the Indonesian community. By using the internet people can easily get the information for solving problems, forming a network to trade, or even having a distance learning courses. Besides the positive benefit, the internet could also gain a bad influence in the life of society.One of the frequent problems often faced is the internet pornography. Nowadays, a growing number of criminal actions are triggered by pornography that obtained through the internet. This was aggravated by the involvement of children in such cases. Children no longer become a victim of sexual crimes, but also become a perpetrator. Internet filtering system that controls the information flow is unable to hold the large number of improper information that 39 s coming to devastate child 39 s morality. This research examines the right strategy in handling the negative contents on the internet that could devastate Indonesian child 39 s morality.The research used qualitative methods with Soft System Methodology SSM as the main approach to the real world problems. The study start from understanding the current situation, drawing a rich picture as the expression of the problem situation, get the right strategy for relevant system, and building a conceptual model of relevant system that mention before. The last step is comparing the acquired conceptual model with the real world activities.This research reveals that the existing filtering system is inadequate to handle the improper information on the internet. There are at least three main components which most affect the quality of handling improper information, namely a filtering system itself, internet surveillance system, and the system for socialization and education. To be able to create a good system for tackling improper information on the internet we need to have the right coordination among stakeholders and industrial sector, strengthen the law, and increased priority problems on the Central Government. Keyword Internet, pornography, child, morality, internet filtering system, soft system methodology."
2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>