Ditemukan 14094 dokumen yang sesuai dengan query
"Survei yang dilakukan di Cagar Alam Kayan Mentarang, Kalimantan timur, pada bulan Januari-Maret 1992, menghasilkan koleksi beberapa jenis nematoda parasit dari tikus dan kelelawar. Koleksi diawetkan dalam alkohol 70%, dijernihkan dalam alkohol-gliserin dan diperiksa dengan menggunakan gliserin. Dua jenis yang ditemukan merupakan parasit yang umum dijumpai pada tikus, sedangkan 2 genus adalah parasit pada kelelawar (Capillaria Zeder, 1800 dan Rictularia Froelich, 1802) serta merupakan catatan baru untuk fauna parasit di Indonesia. Deskripsi singkat masing-masing jenis dikemukakan dalam tulisan ini. "
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Kalimantan Tengah merupakan salah satu propinsi penerima transmigrasi. Transmigrasi ini antara lain berasal dari Pulau Flores yang merupakan daerah endemik filariasis timori. Untuk mengetahui apakah ada dampak transmigrasi terhadap penyebaran penyakit filariasis, telah dilakukan survey di Desa Semanggang, kabupaten Waringin Barat, Kalimantan Tengah pada bulan Agustus 1992. Desa ini merupakan daerah transmigrasi yang penduduknya berasal dari Pulau Flores, Pulau Jawa, dan Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilakukan terhadap 558 penduduk dari 2 desa yang didapat secara random sampling. Selain pemerikasaan mikrofilia dalam darah tepi yang diambil pada malam hari, juga dilakukan tes periodisitas dan pengumpulan nyamuk dengan light trap dan landing collection. "
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Jimi Gunawan
"Tingginya kebutuhan lahan yang digunakan sebagai pemukiman dapat menekan tutupan vegetasi yang merupakan habitat bagi banyak hewan, salah satunya adalah kelelawar pemakan buah yang berkaitan dengan polinasi dan penyebaran biji. Pasirluyu merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah lahan pemukiman yang berbanding cukup jauh dengan vegetasi pepohonan yang ada. Penelitian mengenai korelasi kepadatan kelelawar pemakan buah dengan faktor tutupan vegetasi dilakukan di daerah pemukiman Pasirluyu, Bandung, Jawa Barat pada bulan April dan Mei 2021. Metode penelitian dilakukan dengan purposive sampling. Pada penelitian yang telah dilakukan didapatkan 1 jenis kelelawar buah, yaitu Cynopterus brachyotis yang tertangkap dengan menggunakan jaring kabut. Kepadatan kelelawar antara ketiga transek pengamatan berbeda signifikan (P = 0.016). Terdapat 6 jenis pohon yang tercatat dilalui oleh kelelawar saat pengamatan, yaitu Artocarpus heterophyllus, Canarium indicum, Ceiba pentandra, Ficus benjamina, Ficus aurea dan Musa paradisiaca. Korelasi antara kepadatan kelelawar pemakan buah dengan persentase tutupan vegetasi di ketiga transek pengamatan merupakan korelasi yang positif dan sangat kuat (r = 0.867). Korelasi yang positif dan sangat kuat menunjukkan adanya hubungan yang berbanding lurus antara kepadatan kelelawar pemakan buah dan tutupan vegetasi, yaitu semakin besar nilai dari tutupan vegetasi maka nilai kepadatan kelelawar pemakan buah akan semakin tinggi.
The high demand in the land used for the settlement area can supress the vegetation cover which is used for habitat for many animals, one of them is the fruit bats that associated with polination and seed dispersal. A study about the correlation of fruit bats density with the vegetation cover factor was carried out in the settlement area of Pasirluyu, Bandung, West Java in April and May 2021. The method of the research was using purposive sampling. In this study there was 1 type of fruit bat captured using a mist net, known as Cynopterus brachyotis. The density of bats between the three observation transects were significantly different (P = 0.016 ). There were 6 types of trees that bats passed during observation, they were Artocarpus heterophyllus, Canarium indicum, Ceiba pentandra, Ficus benjamina, Ficus aurea and Musa paradisiaca. The correlation between fruit bats density and vegetation cover in the three observation transects is a positive and very strong correlation (r = 0.867). A positive and very strong correlation indicates that there is a direct correlation between fruit bats density and vegetation cover, which means the greater value of the vegetation cover, the higher value of fruit bats density will be."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Iqbal Hariadi Putra
"Kelelawar pemakan buah memiliki peran penting dalam ekosistem sebagai penyerbuk dan penyebar biji tumbuhan. Beberapa jenis kelelawar pemakan buah diketahui merupakan hewan inang bagi sejumlah ektoparasit. Ektoparasit diketahui dapat menurunkan kesintasan inangnya, sehingga hubungan inangektoparasit merupakan salah satu komponen ekologi yang penting diketahui. Penelitian mengenai hubungan inang-ektoparasit pada kelelawar pemakan buah masih sangat terbatas di kampus Universitas Indonesia, Depok, sehingga terdapat kebutuhan penelitian mengenai subjek tersebut. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2014 pada 15 titik sampel untuk mengetahui hubungan inangektoparasit pada kelelawar pemakan buah di kampus UI. Sebanyak 42 dari 70 individu kelelawar yang ditemukan dalam penelitian ini terinfeksi ektoparasit.
Hasil penelitian menunjukkan kelelawar dari marga Cynopterus memiliki nilai prevalensi yang lebih tinggi daripada marga Macroglossus, dengan Cynopterus brachyotis sebagai jenis dengan nilai prevalensi tertinggi. Kelelawar betina remaja memiliki jumlah terinfeksi terbanyak dibandingkan dengan kelelawar betina dewasa, jantan dewasa, dan jantan remaja. Hasil tersebut berkaitan dengan perbedaan struktur dalam kelompok, serta perilaku roosting dan grooming. Kekhususan hubungan inang-ektoparasit teramati pada tingkatan marga inang, dimana Cyclopodia horsfieldii hanya ditemukan pada kelelawar dari marga Cynopterus, dan Leptocyclopodia ferrarii hanya ditemukan pada kelelawar dari marga Macroglossus.
Fruit bats have significant roles in the ecosystems as pollinators and seed dispersers. Some fruit bats are known as hosts for several ectoparasites. Ectoparasites can decrease the host’s fitness, which make host-ectoparasite relationship one of ecology components need to be known. The study about hostectoparasite relationship on fruit bats in Universitas Indonesia Depok is still limited, that there is a need to do the research. This study aimed to examine relationship of species of bats and their ectoparasites found in habitats around Universitas Indonesia. The study was conducted in March-April 2014 at 15 observation sites. Of 70 individuals captured, 42 individuals were infested by ectoparasites. The results showed Cynopterus bats had a higher prevalence than Macroglossus bats, and Cynopterus brachyotis was found as the highest prevalence species. Adult female bats were the most infested groups. These results might due to the differences in group structure, roosting, and grooming behaviour. Host-parasite specificity observed at the genus level. Cyclopodia horsfieldii was only found on Cynopterus bats, while Leptocyclopodia ferrarii was found only on Macroglossus bats."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58030
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Telah dilakukan pemeriksaan tinja warga negara asing yang bertugas dan menetap di Indonesia selama Juni 1989 sampai dengan Juli 1990 dengan gejala diare. Dari 370 sediaan, 8 mengandung telur cacing Ascaris lumbricoides, 9 mengandung telur cacing Trichuris trichiura, frekuensi protozoa adalah 8 Giarda lambia, 1 Entamoeba histolytica, 9 Entamoeba coli, 1 Iodamoeba butschlii, 1 Endolimax nana, dan 6 Blastocystis hominis. Tidak ditemukan infeksi cacing tambang. Presentase tersebar didapat pada mereka yang telah tinggal dan berdiam lebih dari 6 bulan dengan angka kesakitan 45,9% pada bangsa Amerika, Inggris 15,9% , dan Australia 14,2 %. "
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Pengecatan Giemsa yang merupakan prosedur rutin untuk deteksi Plasmodium, meskipun sederhana, dinilai memakan waktu dan interpretasinya diperlukan tenaga terlatih dan berpengalaman. Prosedur pengecatan Acridine Orange yang diharapkan bisa mengatasi kekurangan pengecatan Giemsa ternyata menghadapi kendala karena harus menyediakan mikroskop fluoresen atau mikroskop standar yang dimodifikasi sebagai mikroskop fluoresen. Oleh karena itu dikembangkan prosedur pengecatan Methylgreen-pyronin untuk deteksi Plasmodium. Sebagai model digunakan sediaan apus kultur vitro Plasmodium falciparum. Dengan prosedur ini DNA Plasmodium berwarna biru dan RNA berwarna merah cerah. Munculnya warna merah cerah ini memudahkan deteksi Plasmodium, lebih mudah dibedakan dengan artefact, dan memungkinkan untuk diterapkan pada sediaan darah tebal."
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Telah dilakukan penelitian mengenai kepadatan telur Aedes aegypti dan Aedes albopictus di desa Kutowinangun, Grabag, Ngasinan Tlogorejo, Getasan dan masing-masing mempunyai ketinggian 550, 600, 620, 700, dan 1000 meter di atas permukaan laut. Kepadatan telur Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang diperoleh dengan cara memasang perangkap telur Aedes (ovitrap), menunjukkan adanya perbedaan nyata antara ketinggian daerah pemukiman dengan kepadatan telur Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. "
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas menggigit nyamuk Aedes dan korelasi antara curah hujan dengan kepadatan populasi Aedes. Penelitian ini bersifat deskriptif dilaksanakan di Kompleks FK Unsri Palembang dengan sampel nyamuk ditangkap di dalam dan di luar bangunan kantor. Petugas lapangan duduk diam dengan celana digulung hingga lutut dan siap dengan aspirator dan cangkir tempat nyamuk. Penangkapan dilakukan tiap jam mulai pukul 05.00 sampai dengan pukul 19.00 , 3 kali dalam seminggu dari Januari sampai April 1990. "
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Hingga saat ini Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi malaria antara lain dengan penanggulangan vektor. Penggunaan kelambu sebagai alat proteksi terhadap gigitan naymuk telah lama dilakukan oleh masyarakat, karena kelambu dapat berperan sebagai sawar antara nyamuk dan manusia. Dalam perkembangan selanjutnya kelambu tersbut dikombinasikan dengan insektisida yaitu dengan mencelup kelambu dengan insektisida. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai aspek-aspek teknik, entomologi, epideomiologi dan sosio-ekonomi sehubungan dengan penggunaan kelambu celup insektisida dalam penanggulangan penyakit malaria."
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Telah dilakukan penyemprotan sistem Ultra Low Volume (ULV) dengan menggunakan insektisida lorsban 100 ULV, 150 ULV (dosis 250, 500, 1000 ml/ha) dan malathion 96 EC (dosis 500 ml/ha) terhadap Aedes aegypti. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan alat Fontan ULV di daerah pemukiman Kotamadya Salatiga pada tahun 1995. berdasarkan uji hayati (Air Bioassay) dosis yang paling efektif membunuh Ae.aegypti lebih dari 70% pada radius 0-15 meter dari rute penyemprotan adalah lorsban ULV dosis 500 ml/ha , 1000ml/ha dan malathion 96 EC dosis 500 ml/ha. "
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library