Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2643 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Istilah degradasi polimer digunakan untuk menyatakan perubahan fisik akibat reaksi kimia yang mencakup pemutusan ikatan dalam tulang punggung dari makromolekul. Dalam polimer linier, reaksi kimia menyebabkan turunnya berat molekul atau pemendekan panjang rantai.
Perubahan sifat fisik tentunya tidak hanya disebabkan oleh pemutusan rantai tulang punggung polimer saja, tetapi dapat pula disebabkan oleh reaksi kimia yang berlangsung pada gugus samping.
Namun demikian, reaksi pada gugus samping tak berpengaruh besar terhadap sifat fisik material dibandingkan dengan reaksi pada tulang punggung.
Perubahan sifat fisik dapat pula menyertai pembentukan ikatan kimia baru lewat ikatan silang antar partikel makromolekul. Pembentukan ikatan silang adalah kebalikan dari degradasi polimer karena disertai dengan bertambahnya ukuran molekul pada konversi lebih tinggi."
MPI 3:1 (2000)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Degradasi polimer oleh iradiasi UV disebut juga fotodegradasi. Apabila fotodegradasi terjadi tanpa oksigen disebut fotolisa, dan apabila fotodegradasi terjadi dengan adanya oksigen disebut fotookdiasi [1]. Fotodegradasi dari berbagai polimer telah banyak dipelajari, terutama untuk polimer yang banyak digunakan di dunia.
Degradasi polimer oleh iradiasi UV pada hakekatnya adalag terjadi karena proses fotooksidasi. Dalam kehidupan sehari-hari fotooksidasi ini terjadi dalam atmosfer di luar bangunan oleh iradiasi UV dari sinar matahari. Peristiwa ini disebut pelapukan polimer oleh cuaca (weathering) [1]."
MPI 1:2 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dissado, L.A.
London: Peter Peregrinus, 1992
620.192 DIS e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irkham
"Indonesia merupakan negara terbesar produsen minyak kelapa sawit. Dalam aktifitas agroindustri kelapa sawit tidak dapat dihindari pemakaian herbisida. Residu herbisida dari perkebunan kelapa sawit memiliki potensi mencemari air tanah disekitarnya. Salah satu herbisida yang dipakai pada perkebunan kelapa sawit dan berpotensi mencemari air tanah adalah paraquat, karenanya perlu dilakukan studi cara penghilangan paraquat dari air yang tercemar. Degradasi fotokatalitik merupaka salah satu cara potensial untuk eliminasi paraquat. Dalam penelitian ini dilakukan studi degradasi fotokatalitik paraquat diklorida dalam air menggunakan TiO2 nanotube (TiO2-NT) yang terimobilisasi pada permukaan logam titanium. Lapisan TiO2-NT dipreparasi dengan cara anodisasi logam titanium, dilanjutkan dengan kalsinasi pada suhu 500oC. Karakterisasi TiO2-NT dilakukan dengan spektrometri UV-Vis-DRS, XRD, dan SEM, serta cara fotoelektrokimia. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa TiO2 yang dipreparasi memiliki energi celah sebesar 3,3 eV (UV-Vis-DRS), berfasa kristal anatase dan ukuran kristalit sebesar 29,95 nm (XRD), dan menunjukkan morfologi highly ordered nanotube (SEM). Karakterisasi secara fotoelektrokimia menunjukkan bahwa iluminasi sinar UV pada lapisan TiO2-NT memberikan arus cahaya, yang mengindikasikan kemampuan TiO2-NT menghasilkan pasangan elektron dan hole positif (aktif sebagai fotokatalis). Uji kemampuan degradasi secara fotokatalitik TiO2-NT terhadap air yang mengadung paraquat, menunjukkan bahwa TiO2-NT yang dirangkai dalam reaktor fotokatalitik mampu mengurangi konsentrasi paraquat dalam larutan yang diuji. Untuk kondisi uji yang dilakukan dengan sistem batch (4 lembaran Ti/TiO2-NT vs volume larutan 200 ml) pada konsentrasi paraquat 5, 10, 20 ppm penurunan konsentrasi paraquat berturut-turut sebesar 7,62%, 19,42%, dan 15,98%. Sedangkan untuk system alir (40 lembaran Ti/TiO2-NT vs volume larutan 8L) pada konsentrasi paraquat 5, 10, 20 ppm penurunan konsentrasi paraquat berturut-turut sebesar 12,51%, 8,54%, dan 9,38%). Secara umum dengan kondisi uji yang dilakukan pada penelitian ini, baik untuk sistem batch dan sistem alir, Ti/TiO2-NT yang dipreparasi belum menunjukan kemampuan signifikan dalam mendegradasi paraquat. Rasio luas geometri (S) lembaran Ti/TiO2-NT dibanding volume larutan uji (V), S/V, yang sangat kecil, serta ketebalam lapisan (loading TiO2) yang kecil mungkin menjadi penyebab utama hasil tersebut.

Indonesia is the world’s first largest palm oil producer and in intensive culture areas of oil palm trees, the surface and groundwater is contaminated by pesticides used in plantations. One of the compound that can contaminated groundwater is paraquat, an active compound from herbicide. Photocatalytic degradation of organic compounds in water is a clean and promising technology for the treatment of a variety of polluted media. In this research the photocatalytic degradation of paraquat dichloride in water using TiO2 nanotubes (TiO2-NT) were immobilized on the surface of titanium metal is being studied. TiO2-NT prepared by anodizing titanium metal, followed by calcination at a temperature of 500oC. Characterization of TiO2-NT performed with UV-Vis spectrometry-DRS, XRD, and SEM, and photoelectrochemical. The characterization results showed that the prepared TiO2 has a band gap of 3.3 eV (UV-Vis-DRS), have anatase crystalline phase and crystallite size of 29.95 nm (XRD), and showed highly ordered nanotube morphology (SEM). Photoelectrochemical characterization showed that the UV light illumination on TiO2-NT layer provides curent of light, which indicates the ability of TiO2-NT produce pairs of electrons and positive holes (active as photocatalysts). Test the ability of TiO2-NT photocatalytic degradation of water, which contained paraquat, showed that TiO2-NT are strung together in a photocatalytic reactor capable of reducing the concentration of paraquat in the tested solution. For the test conditions are performed with batch systems (4 sheets Ti/TiO2-NT vs volume of the solution 200 ml) at a concentration of paraquat 5, 10, 20 ppm decrease in the concentration of paraquat in a row of 7.62%, 19.42%, and 15 , 98%. As for the flow system (40 sheets TiO2-NT/Ti vs 8L solution volume) at a concentration of paraquat 5, 10, 20 ppm decrease in the concentration of paraquat, respectively for 12.51%, 8.54%, and 9.38%). In general, the conditions of the tests conducted in this study, both for batch and flow systems, the prepared TiO2-NT/Ti not shown significant ability to degrade paraquat. Ratio geometry (S) TiO2-NT/Ti sheet compared to the volume of test solution (V), S / V, which is very small, as well as the thickness of the layer (TiO2 loading) that are small may be the main cause of these results.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Himpunan Polimer Indonesia (HPI), 2005
MPI 1:2 (1998)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Zamriya
"Tetraeter lipid (TEL) merupakan salah satu produk hasil ekstraksi Thermoplasma acidophilum yang bersifat stabil dalam suhu tinggi dan pH rendah. TEL dapat ditambahkan dalam kombinasi liposom untuk menambah kestabilan liposom. Salah satu kombinasinya adalah liposom yang dibuat dari lesitin / fosfatidil kolin kuning telur (Egg yolk Phosphatidyl Choline / EPC) dan TEL 2,5 mol % dari Thermoplasma acidophilum yang kemudian dinamakan liposom EPC-TEL 2,5. Pada liposom EPC-TEL 2,5 belum pernah diuji apakah TEL dapat didegradasi oleh tubuh (hepar) secara in vivo, sehingga perlu dilakukan uji untuk menilai hasil degradasi TEL dalam suspensi hepar mencit. Penilaian hasil degradasi TEL oleh hepar dilakukan dengan membandingkan retention factor (Rf) pada hepar kontrol yang diberikan TEL secara in vitro dan hepar mencit 1 jam setelah injeksi liposom intraperitoneal pada lembar kromatografi lapis tipis (KLT).
Pada hasil penelitian tampak bahwa, baik pada hepar kontrol dengan TEL maupun pada hepar 1 jam setelah injeksi liposom intraperitoneal tidak ditemukan bercak TEL pada lembar KLT. Oleh karena itu hasil penelitian ini belum dapat menyimpulkan ada atau tidaknya degradasi TEL di hepar, sehingga dibutuhkan penelitian lanjutan dengan menggunakan dosis TEL yang lebih tinggi, eluen yang tepat, lembar KLT yang lebih panjang, standar TEL dan metabolitnya, dan alat pendeteksi liposom yang lebih sensitif.

Tetraether lipid (TEL) is one of the extraction product from Thermoplasma acidophilum which is stable at high temperature and low pH. TEL can be added in liposome combinations to increase liposome's stability. One of the combinations is liposome made from lecithin / Egg yolk Phosphatidyl Choline (EPC) and 2.5 mol % TEL from Thermoplasma acidophilum, named EPC-TEL 2.5 liposome. Whether TEL in EPC-TEL 2.5 liposome can be degraded by liver within the body in vivo hasn't been tested, therefore the test to measure TEL degradation in mouse's liver cells suspension is needed. The measurement of degradation product is conducted by comparing retention factors (Rf) of control liver with TEL added in vitro and liver taken 1 hour after intraperitoneal liposome injection on thin layer chromatography (TLC) sheet.
The result shows, both for control liver with TEL added in vitro and liver taken 1 hour after intraperitoneal liposome injection, there are no TEL spots on TLC sheet. Thus, the result couldn't conclude TEL degradation in liver, hence further studies using higher TEL dosage, appropriate eluent, longer TLC sheet, standard for TEL and its metabolites, and device which could detects liposome more sensitive are needed."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S09127fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Krismayadi
"Memprediksikan jumlah bahan pengikat optimal dalam suatu formula berdasarkan daya ikatiiya adalah penting diketahui, karena sangat mempengaruhi kualitas granul dan tablet produksi. Pada penelitian ini telah dilakukan perbandingan daya ikat beberapa pengikat polimer terhadap sifat-sifat granul dan tablet yang dihasilkannya, yang dibuat dengan metode granulasi basah. Pengikat polimer tersebut adalah : Amilum Maydis dan Amilum Manihot sebagai sampel dari bahan pengikat alam, yang digunakan dengan konsentrasi 13%, 14%, dan 15% ; CMC dan PVP sebagai sampel dari bahan pengikat semi sintesis dan sintesis, yang digunakan dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4%. Sebagai zat berkhasiat digunakan parasetamol dengan dosis 600 miligram pertablet. Pengikat tersebut ditambahkan kedalam formula dalam bentuk gel atau larutan, dicampur dengan bahan lain, dibuat menjadi granul dan tablet, serta dievaluasi sifat-sifat keduanya. Dari sifat-sifat granul dapat diketahui bahwa gaya kohesi internal pengikat Amilum Manihot mempunyai nilai terbesar diikuti PVP, Amilum Maydis dan CMC, tetapi untuk keseragaman distribusi ukuran granul dan jumlah serbuk halus yang berimbang, maka pengikat PVP memberikan basil yang lebih baik diikuti Amilum Manihot, CMC, dan Amilum Maydis. Hasil penelitian sifat-sifat tablet menunjukkan bahwa pengikat PVP menghasilkan tablet dengan sifat terbaik, diikuti Amilum Manihot dan CMC, sedangkan granul dengan pengikat Amilum Maydis tidak dapat dicetak menjadi tablet.

Predicting the amount of optimal binder in a formula based on bonding force is important to know, because it has more influences on the quality of granule and tablet productions. This study is comparing the bonding force of some polymer binders to the granule and tablet characteristic which are produced by wet granulation method. The polymer binders are Maize starch and Manihot starch as natural binder samples, which are used in 13%, 14%, and 15% concentration. CMC and PVP as semi synthetic and synthetic binder samples, which are used in 2%, 3%, and 4% concentration. As the main drug, parasetamol is used with dosage of 600 mg for each tablet. Those binders are added into the formula in the form of gel or solution, then mixed with other ingredients, form into granule and tablet, and then evaluate both of their characteristic. From the granule characteristic, it can be seen that the internal cohesive force of Manihot starch binder has the highest grade, followed by PVP, Maize starch, and CMC, but for the uniformity of granule size distribution and the amout of fines, the PVP binder gives better result, followed by Manihot Starch, CMC, and Maize starch. The study of tablet characteristic shows that PVP binder produce the best tablet, followed by Manihot starch and CMC. Whereas granule with Maize starch binder can not be compressed to become tablet."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Foliatini
"Modifikasi grafit dengan mencangkokkan polimer sebelum
elektrodeposisi Cu-Co-heksasianoferrat (CuCoHCF) telah dilakukan untuk diaplikasikan sebagai sensor glukosa. Polimer yang digunakan adalah poliakrilamida, poli(asam akrilat), dan polianilin. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pencangkokan poliakrilamida dan poli(asam akrilat) dapat mengikat CuCoHCF secara lebih kuat pada permukaan grafit dibandingkan dengan grafit tanpa polimer, sehingga meningkatkan stabilitas sensor serta mengurangi jumlah siklik deposisi CuCoHCF, namun memberikan sensitivitas yang menurun. Grafit/CuCoHCF, grafit/ poliakrilamida/CuCoHCF, dan grafit/poli(asam akrilat)/CuCoHCF menunjukkan aktivitas elektrokatalitik terhadap oksidasi glukosa dan memiliki batas deteksi pengukuran glukosa berturut-turut sebesar 0,469; 0,394; dan 0,344 mM. Grafit/poli(asam akrilat)/CuCoHCF menunjukkan selektivitas yang baik terhadap gangguan asam askorbat dan asetaminofen. Ketiga jenis sensor menunjukkan rentang pengukuran yang linier pada 0,5 – 10 mM. Pengujian terhadap sampel nyata serum darah menunjukkan bahwa grafit/poli(asam akrilat)/CuCoHCF memberikan hasil yang mirip dengan yang diperoleh dengan metoda standar laboratorium klinis dengan % deviasi sebesar 2,37%, sedangkan grafit/CuCoHCF memberikan hasil yang cukup berbeda dengan % deviasi 9,14% yang disebabkan oleh pengaruh kestabilan sensor dan kestabilan sampel terhadap waktu."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Berat molekul polimer pada umumnya tidak seragam, terdiri dari polimer dengan berat molekul rendah, sedang sampai tinggi, dan jika disusun dari yang paling rendah sampai yang palig tinggi akan merupakan suatu sebaran atau distribusi berat molekul. Pengukuran berat molekul polimer tidak cukup ditentukan hanya oleh berat molekul rata-rata tetapi juga oleh distribusi berat molekulnya.
Tulisan ini bertujuan mengungkapkan hubungan antara istilah-istilah dalam pengukran berat molekul polimer dengan istilah-istilah statistika seperti varian dan koefisien variasi."
MPI 1:2 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemintalan membran serat berongga dari bahan polisulfon dengan variasi aliran larutan polimer saat pemintalan membran telah dilakukan, untuk mempelajari pengaruhnya terhadap sifat membran yang dihasilkan. Komposisi larutan polimer yang diamati adalah sebagai berikut : 18 % polisulfon : 18% Polivinilpirolidon : dan 64% Dimetilasetamida. Pemintalan dilakukan secara proses kering dan basah, di mana air dipakai sebagai larutan koagulan tengah pada suhu kamar. Polivinilpirolidon yang dipakai sebagai aditif adalah PVP yang berberat molekul 10.000. Kecepatan aliran larutan polimer yang diamati adalah 2,5 ml/menit, 5 ml/menit dan 7,5 ml/menit, sedangkan kecepatan aliran larutan koagulan tengah tetap 2,5 ml/menit dan kecepatan alat penggulungan serat membran yang dihasilkan tetap 10 putaran/menit (1000 cm/menit).
Viskositas larutan polimer yang akan dipintal diukur sebelum proses pemintalan dilakukan dengan peralatan Viskometer Brooksfield. Membran serat berongga yang diperoleh dites fluks dan rejeksinya terhadap larutan dekstran.
Hasil percobaan memperlihatkan bahwa, kecepatan aliran larutan polimer dapat mempengaruhi fluks membran yang dihasilkan, di mana membran yang diperoleh pada kecepatan aliran polimer yang lebih tinggi cenderung menurunkan harga fluks, tetapi sedikit menaikkan koefisien rejeksi. Pengamatan dengan loupe berskala memperlihatkan bahwa membran yang dipintal dengan kecepatan aliran polimer yang lebih tinggi memberikan diameter dan ketebalan yang lebih besar disbanding dengan yang lainnya.
Kecapatan laju alir larutan polimer dapat mempengaruhi molecular weight cut-off membran di mana membran yang dipintal dengan kecepatan laju alir polimer yang tinggi memberikan molecular weight cut-off yang rendah."
MPI 2:2 (1999)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>