Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109689 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Iradiator gamma buatan Institute of Isotop Co. Ltd. Hungaria merupakan jenis panorama kategori IV yang dapat beroperasi secara kontinyu dan batch. Kapasitas maksimum sumber gamma pada iradiator ini adalah 2 MCi. Kolam penyimpan sumber berukuran lebar 2,8 m, panjang 3,6 m dan tinggi 1 m. Jarak antara permukaan air kolam dan rak sumber menentukan fungsi air sebagai perisai radiasi. Konsep jarak ini digunakan untuk mengevaluasi keselamatan radiasi kolam iradiator. Pasal 8 dari SSG-8 IAEA digunakan sebagai referensi untuk analisis ini. Penentuan faktor build-up air menggunakan persamaan Taylor. Perhitungan laju dosis di atas kolam dilakukan untuk masing-masing tingkat permukaan air, yaitu pada tingkat air normal, dan untuk setiap 0,3 m penurunan permukaan air hingga penurunan sampai 1,5 m. Pada tingkat air normal sampai penurunan permukaan air 1,2 m, hasil perhitungan menunjukkan laju dosis sangat aman. Keadaan laju dosis radiasi mencapai tingkat tidak aman ketika penurunan tingkat air lebih dari 1,2 m. Hasil evaluasi ini memberikan gambaran bahwa desain kolam iradiator buatan izotop tersebut dapat memenuhi rekomendasi IAEA. Berdasarkan rekomendasi ini pada operasi normal iradiator gamma kategori IV, proses make up air harus dilakukan ketika permukaan air berada di batas normal bawah, sehingga kejadian tidak aman tidak terjadi."
PRIMA 11:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Irradiator yang dikaji adalah tipe kolam menggunakan sumber radiasi Cobalt-60 (Co-60) bentuk batang pensil yang tersusun sebagai rak papan pipih. Iradiator di desain untuk aktivitas 2 MCi. Namun untuk analisis keselamatan, aktivitas yang dipertimbangkan adalah 1,5 kali atau 3 MCi. Apabila iradiator sedang tidak beroperasi sumber radiasi tersimpan dan terendam dalam dasar kolam air yang mempunyai ukuran panjang 360 cm, lebar 280 cm dan kedalaman 600 cm. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui pada kedalaman berapa radiasi ,menggunakan program MCNP6. Dari hasil analisis didapatkan bahwa pada kedalaman 163 cm dosis radiasi di dalam air kolam sudah mendekati nol uSv/jam. Dapat disimpulkan bahwa jika pada saat iradiator tidak beroperasi dan sumber radiasi berada di dasar kolam, maka paparan yang dihasilkan di atas kolam masih dalam batas aman bagi operator sesuai dengan ketentuan keselamatan BAPETEN."
PRIMA 11:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Karyanta
"ABSTRAK
Produk pangan Indonesia yang melimpah sangat dibutuhkan oleh seluruh
masyarakat dan tujuan ekspor. Pendistribusian hasil pangan memerlukan waktu
yang cukup lama. Sering dijumpai produk pangan telah rusak atau membusuk
setelah sampai di tujuan. Pengawetan makanan secara konvensional belum
mampu mengatasi hal tersebut. Bahan pengawet makanan juga bercampur dan
masih berada dalam produk pangan tersebut. Pengawetan bahan pangan dengan teknik iradiasi diharapkan dapat mengatasi masalah pengawetan makanan yang lebih baik. Indonesia telah bergegas menerapkan teknologi iradiator gamma dengan langkah awal membuat suatu desain fasilitas iradiator gamma. Suatu hal penting dalam desain pengoperasian fasilitas iradiator adalah bagaimana membuat dosis radiasi pada produk secara seragam. Apabila produk menerima dosis radiasi rendah maka tujuan iradiasi tidak akan tercapai dan apabila produk menerima dosis radiasi lebih tinggi dapat mengakibatkan kerusakan produk. Keseragaman dosis radiasi disebut Dose Uniformity Ratio (DUR) yang merupakan perbandingan dosis serap maksimum dibanding dosis serap minimum yang diterima oleh produk di dalam wadah produk iradiasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai DUR pada fasilitas iradiator gamma ?merah putih? berkapasitas 300 kCi yang sedang dibangun di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan perbaikan nilai DUR pada proses iradiasi dengan pengosongan produk bagian tengah.

ABSTRACT
Indonesia abundant food products is needed by the whole community and for
export purposes. Distribution of food products requires quite a long time. Often some food products has been damaged or decayed after arriving at the
destination. Conventional food preservation has not been able to overcome it.
Food preservatives are also mixed and still be in the food product. Preserving
food with irradiation techniques are expected to solve the problem better food
preservation. Indonesia should immediately implement the gamma irradiator
technology with the first step to create a design of gamma irradiators facility. An important point in the operation design of the irradiators facility is how to make the radiation dose on the product uniformly. Irradiation purpose can not be achieved if the product receives a lower radiation dose and the product will be damaged if it receives a higher radiation dose. The uniformity of the radiation dose is called Dose Uniformity Ratio (DUR), which is a comparison of absorbed dose received by the product in a container product that maximum rather than the minimum absorbed dose. This study aims to estimate the value of DUR in gamma irradiators facility with a capacity of 300 kCi. Results of this study are expected to be used for operational design considerations on gamma irradiator "merah putih" are being built in Indonesia. The results showed DUR better with irradiation by emptying the product in the central part of the container products"
2016
T46177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Iradiator gamma 2 MCi dirancang khusus untuk proses pengawetan bahan pangan menggunakan sumber radioaktif Cobalt-60. Desain iradiator mengacu pada jenis iradiator yang dikembangkan oleh isotop Hungaria. Salah satu karakteristik dari iradiator ini adalah pintu masuk dan keluar produk melalui sebuah pintu tunggal. Ketika produk akan diradiasi, produk tersebut disusun dalam tote-tote. Selanjutnya tote-tote ini dimasukkan ke dalam ruang iradiasi dengan diangkut oleh box car. Di dalam ruang iradiasi tote-tote bergeser mendekati dan menjauhi sumber isotop Cobalt-60. Selesai iradiasi, tote kembali diangkut oleh box car melalui jalur yang sama. Proses masuk-keluar box car inilah yang menjadi bahasan dalam makalah ini. Pembahasan ini bertujuan menentukan spesifikasi teknis untuk komponen-komponen utama. Kegiatan diawali dengan mempelajari geometri lintasan rantai. Selanjutnya persamaan gaya dikembangkan dan diselesaikan. Dengan diperolehnya gaya yang dibutuhkan untuk menarik rantai, beberapa spesifikasi komponen utama berhasil diidentifikasi seperti motor, rantai, sproket dan gearbox. Berdasarkan perhitungan daya motor minimum adalah 1 HP. Rantai telah diidentifikasi dengan spesifikasi nomor rantai 40. Sproket terdiri dari dua jenis. Jenis pertama adalah sproket yang dipasang langsung pada motor dengan jumlah gigi 40. Sedangkan jenis lainnya adalah sproket 12 gigi yang berjumlah 103 buah. Untuk gearbox, rasio penurunan kecepatan yang ditetapkan adalah 1:96."
PRIMA 11:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kukuh Prayogo
"PENYELIDIKAN STRUKTUR DAN KARAKTERISTIK TANAH UNTUK DESAIN PONDASI
IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 2 MCi. Penyelidikan tanah telah dilakukan sebelum pekerjaan
disain struktur pondasi gedung iradiator. Pengambilan sample ditetapkan di beberapa titik bor di site
fasilitas Iradiator pada lapisan tanah terganggu maupun tidak terganggu. Dari hasil penyelidikan
tanah ini akan dipilih alternatif / jenis, kedalaman serta dimensi pondasi yang paling ekonomis tetapi
masih aman. Metode penyelidikan tanah yang digunakan adalah Deep Boring, Undisturbed dan
Disturbed Sampling, SPT (Standar Penetration Test), CPT (Cone Penetration
Test/Sondir). Pengetesan dilakukan di lapangan dan di laboratorium mekanika tanah untuk
mengetahui sifat mekanik, ketebalan lapisan tanah dan sifat-sifat fisis lainnya guna perhitungan daya
dukung pondasi. Hasil penyelidikan tanah di tiga titik bor didapatkan hasil rata-rata kedalaman tanah
keras -19,33 m dan daya lekat 3163,88 kg/cm?. Uji boring pada salah satu titik ditemukan lapisan
tanah keras pada kedalaman 32 m dengan nilai SPT maksimal 16. Maka dari data dapat ditentukan
jenis pondasi yang sesuai adalah bored pile. Dikarenakan pondasi merupakan penopang struktur
atas yang dapat mengakibatkan penurunan/ settlement jika daya dukungnya tidak mampu menahan
beban di atasnya.
INVESTIGATION OF STRUCTURE AND CHARACTERISTICS OF SOIL FOR FOUNDATION
DESIGN OF GAMMA IRRADIATORS CAPACITY 2 MCi. Soil investigation conducted before the
work of irradiator building structural foundation design is initiated. Intake of sample was set at some
point drill at Iradiator facility site to the disturbed soil layer or not disturbed. From the results of this
soil investigation will be selected as alternative / types, the depth and dimensions of the foundation
of the most economical but still safe. Soil investigation method used was Deep Boring, undisturbed
and disturbed sampling, SPT ( Standard Penetration Test ), CPT ( Cone Penetration Test / Sondir ).
Testing conducted in the field and in the laboratory of soil mechanics to determine the mechanical
properties, soil layer thickness and other physical properties for calculation of the bearing capacity
of the foundation. The results of the soil investigation at the three-point drill showed the average
depth of the bedrock -19.33 m and adhesion 3163.88 kg / cm?. Test boring at point BH1 found the
bedrock at a depth of 32 m with a maximum SPT value 16. from the data can be determined the
appropriate type of foundation is bored pile. The foundation is the upper structure support which can
lead to a reduction / settlement if its bearing capacity is not able to withstand the load on it."
Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN)-BATAN, 2016
621 JPN 10:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Rak sumber radiasi adalah salah satu perangkat irradiator gamma yang digunakan untuk meradiasi hasil pertanian yang berada di dalam carrier dengan berat 150 kg. Rak sumber radiasi dari dalam kolam ditarik ke atas permukaan kolam atau diturunkan ke dalam kolam dengan perantara tali sling baja tahan karat. Proses naik turunnya rak sumber dikendalikan dikendalikan oleh motor induksi dengan daya 2,5 kW yang dikopel oleh gigi redusi dan kopling tetap. Sistem transmisi ini juga mempertimbangkan aspek gagal listrik dan gagal UPS ketika gagal listrik solusinya adalah dengan menggerakkan motor induksi secar amanual. Adaun gerak rak sumber menuju posisi iradiasi dilakukan dengan kecepatan 1,57 m/s dengan dua pertimbangan yaitu agar diperoleh gerakan yang halus ketika rak sumber sampai pada teralis dan mencegah terjadinya shut down akibat terbentuknya teralis dengan rak sumber atau carrier."
PRIMA 7:13 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kukuh Prayogo
"

Iradiator gamma serbaguna kapasitas 2 Mci dibangun untuk mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Pada saat tidak dioperasikan sumber Co-60 disimpan di dalam kolam agar radiasinya tidak menyebar. Dalam kondisi tersimpan Co-60 memancarkan sinar gamma sehingga dapat menaikkan temperatur dan mengakibatkan terjadinya penguapan pada air kolam. Kedua keadaan tersebut harus dihindari agar level air kolam tidak berkurang dan Iradiator Gamma tetap dalam kondisi aman. Pada kasus station blackout (SBO) berkepanjangan dan menyebabkan sistem pendingin aktif gagal, decay heat yang terus dibangkitkan dari sumber radioaktif gamma harus didinginkan agar radiasi tetap dapat dikendalikan untuk tidak keluar ke lingkungan dan menjaga integritas sistem Iradiator Gamma. Penggunaan teknologi pendingin pasif dengan vertical straight wickless-heat pipe digunakan untuk menyerap kalor di dalam kolam yang dihasilkan oleh sumber radioaktif Co-60 dan dibuang ke lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi karakteristik, fenomena perpindahan kalor, dan unjuk kerja termal dari vertical straight wickless-heat pipe dalam menyerap pembangkitan kalor yang dihasilkan di dalam kolam berisi air panas. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan vertical straight wickless-heat pipe terbuat dari bahan tembaga dengan panjang total 1000 mm dengan diameter luar dan dalam 41,35 dan 39,35 mm serta menggunakan fin di bagian condenser. Fluida kerja yang digunakan adalah air demineral dan refrigerant R134a. Parameter yang divariasikan untuk air demineral adalah filling ratio 55, 65, 75, 85%, temperatur air kolam 60, 70, 80, 90oC, kecepatan udara yang ditiupkan pada fin sebagai pengambil kalor di bagian condenser 1, 1,5, 2,1, 2,8 m/s. Parameter yang divariasikan untuk R134a adalah filling ratio 25, 35, 45, 55%, temperatur air kolam 35, 40, 45, 50, 55oC, variasi kecepatan udara pendingin sama dengan air demineral. Tahanan termal terendah pipa kalor hasil eksperimen dengan fluida kerja air demineral sebesar 0,03 °C/W. Tahanan termal ini diperoleh pada saat pipa kalor dioperasikan pada temperatur kolam 90°C, filling ratio 55%, dan kecepatan udara pendingin 1 m/s. Sedangkan tahanan termal terendah pipa kalor hasil eksperimen dengan fluida kerja R134a sebesar 0,09 °C/W. Tahanan termal ini diperoleh pada saat pipa kalor dioperasikan pada temperatur kolam 55°C, filling ratio 45%, dan kecepatan udara pendingin 2,8 m/s. Hasil penelitian menunjukkan vertical straight wickless-heat pipe mampu menyerap dan membuang kalor dengan baik dari sumbernya ke lingkungan dalam jangka waktu yang lama serta dapat menjaga temperatur dan level air kolam pada kondisi operasi yang diijinkan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengetahuan mengenai vertical straight wickless-heat pipe yang akan diajukan sebagai pengambil panas sumber Co-60 di kolam iradiator gamma. Pengetahuan mengenai sistem pendingin pasif menggunakan vertical straight wickless-heat pipe ini diharapkan memiliki kontribusi terhadap manajemen termal kecelakaan nuklir di kolam iradiator gamma dan memberi tambahan pengetahuan secara umum terhadap sistem pendingin pasif di lingkungan nuklir.


Multipurpose capacity of 2 Mci gamma irradiator was built to support food security in Indonesia. When not operated the Co-60 source is stored in the pool so the radiation does not spread. In stored conditions Co-60 emits gamma rays so that it can raise temperatures and cause evaporation of pool water. Both of these conditions must be avoided so that the pool water level is not reduced and the Gamma Irradiator remains safe. In the case of prolonged station blackout (SBO) and causing the active cooling system to fail, decay heat that is continuously generated from a radioactive gamma source must be cooled so that radiation can still be controlled not to go out into the environment and maintain the integrity of the Gamma Irradiator system. The use of passive cooling technology with vertical straight wickless-heat pipes is used to absorb heat in the pool produced by radioactive sources of Co-60 and discharged into the environment. This study aims to investigate the characteristics, the phenomenon of heat transfer, and the thermal performance of vertical straight wickless-heat pipes in absorbing heat generation produced in a pool of hot water. The research was carried out experimentally using a vertical straight wickless-heat pipe made of copper with a total length of 1000 mm with an outer and inner diameter of 41.35 and 39.35 mm and using fin in the condenser section. The working fluid used is demineralized water and R134a refrigerant. The parameters varied for demineralized water are filling ratio 55, 65, 75, 85%, pool water temperature 60, 70, 80, 90oC, air velocity blown on the fin as heat takers in the condenser parts 1, 1.5, 2.1, 2.8 m/s. The parameters varied for R134a are the filling ratio of 25, 35, 45, 55%, the temperature of the pool water 35, 40, 45, 50, 55oC, the variation in the speed of cooling air is the same as demineralized water. The lowest thermal resistance of the heat pipe from the experimental results with the working fluid of demineralized water is 0.03°C/W. This thermal resistance is obtained when the heat pipe is operated at a pool temperature of 90°C, a filling ratio of 55%, and a cooling air speed of 1 m/s. While the lowest thermal resistance of the heat pipe from the experimental results with the working fluid R134a was 0.09°C/W. This thermal resistance is obtained when the heat pipe is operated at a pool temperature of 55°C, a filling ratio of 45%, and a cooling air speed of 2.8 m/s. The results showed that vertical straight wickless-heat pipes were able to absorb and dispose of heat well from the source into the environment for a long period of time and could maintain the temperature and water level of the pond in the permitted operating conditions. The results of this study can be used as a knowledge base for vertical straight wickless-heat pipes to be proposed as Co-60 source heat takers in gamma irradiator pools. This knowledge of passive cooling systems using vertical straight wickless-heat pipes is expected to contribute to the thermal management of nuclear accidents in gamma irradiator pools and provide general knowledge of passive cooling systems in the nuclear environment.

"
2019
T53198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini telah dilakukan untuk mendukunh kelengkapan daya ukuran pada desain dasar irradiator gamma ISG-500. Perhitungan ini dilakukan dengan memperhatikan layout dan gambar mekanik dari betuk fisik carrier pada desain dasar irradiator gamma ISG-500 serta menggunakan rumus-rumus aturan trigonometri di segitiga. Hal tersebut berfungsi sebagai acuan pengambilan data ukuran dan pembuatan sketsa gerak melingkar dua buah carrier yang berdekatan, sedangkan rumus-rumus trigonometri digunakan untuk menyelesaikan perhitungan jarak minimal antar carrier mengacu pada sketsa yang dibuat. Dari perhitungan ini diperoleh nilai ukuran jarak minimal antar carrier sebesar 184,8mm. Nilai ini diharapkan bisa melengkapi data perhitungan mekanis pada desain dasar irradiator gamma ISG-500."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Samsu Riza Wibowo
"Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir adalah penggunaan radiasi untuk mengiradiasi suatu bahan dengan tujuan sterilisasi, pengawetan atau polimerisasi dalam fasilitas iradiator. Peraturan BAPETEN terkait fasilitas iradiator telah diperbarui dari yang sebelumnya No. 11/Ka-BAPETEN/VI-99 menjadi No. 3 Tahun 2020. Dalam peraturan tersebut Budaya Keselamatan menjadi poin baru dalam Persyaratan Manajemen yang wajib diwujudkan oleh pemegang izin. Penelitian ini bermaksud untuk mengukur tingkat kematangan budaya keselamatan di sebuah fasilitas iradiator. Model budaya keselamatan akan menggunakan model yang dikembangkan IAEA yaitu 5 karakteristik budaya keselamatan yang terbagi menjadi 37 atribut budaya keselamatan. Tingkat kematangan budaya keselamatan yang digunakan pada penelitian ini mengacu dari tingkat perkembangan budaya keselamatan yang dikembangkan oleh BATAN. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) akan digunakan untuk menganalisis tingkat kematangan budaya keselamatan dan pendekatan skala likert akan digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik budaya keselamatan yang kuat dan karakteristik budaya keselamatan yang perlu untuk ditingkatkan. Dari hasil analisis dengan pendekatan AHP didapatkan hasil penilaian tingkat kematangan budaya keselamatan belum mencerminkan nilai yang sesungguhnya. Berdasarkan data-data penelitian, fakta lapangan dan membandingkan dengan penelitian serupa sebelumnya pada fasilitas instalasi nuklir serta penilaian dari inspektur keselamatan nuklir sebagai perspektif eksternal, peneliti menetapkan tingkat kematangan budaya keselamatan PT X masuk dalam kategori Tahap 2 yaitu Kinerja keselamatan yang baik menjadi tujuan organisasi. Dari hasil analisis dengan pendekatan skala likert diketahui bahwa Akuntabilitas Keselamatan menjadi karakteristik yang paling kuat dan karakteristik yang perlu untuk ditingkatkan diantaranya Kepemimpinan dalam keselamatan, Keselamatan terintegrasi pada seluruh kegiatan dan Keselamatan didorong pembelajaran. Peneliti merekomendasikan PT X untuk mulai mengembangkan SMK3 agar konteks keselamatan tidak hanya berfokus pada keselamatan radiasi tetapi bisa lebih luas menjadi keselamatan secara umum, perlu adanya dokumentasi pelaksanaan sharing session terkait keselamatan secara umum dan menyelenggarakan pelatihan soft skill.

The utilization of nuclear power in Indonesia has developed rapidly. One of the utilizations of nuclear power is the use of radiation to irradiate a material with the purpose of sterilization, preservation or polymerization in the irradiator facility. Bapeten regulations related to irradiator facilities have been updated from previously No. 11/Ka-BAPETEN/VI-99 to No. 3 of 2020. In that regulation the safety culture is a new point in management requirements that must be realized by the permit holder.

This study intends to measure the level of maturity of the safety culture in an irradiator facility. The cultural model of safety will use the model developed by IAEA, namely 5 characteristics of the cultural safety which is divided into 37 attributes of safety culture. The level of maturity of the safety culture used in this study refers to the level of safety culture developed by Batan. This research uses descriptive analysis methods. The Analytic Hierarchy Process (AHP) approach will be used to analyze the level of maturity of safety culture and the Likert scale approach will be used to identify the characteristics of a strong safety culture and the characteristics of a safety culture that needs to be improved. From the results of the analysis with the AHP approach, the results of the assessment of the level of safety culture have not reflected the actual value. Based on research data, field facts and comparing with previous research in nuclear installation facilities and the assessment of nuclear safety inspector as an external perspective, researchers set the level of maturity of PT X's safety culture into the category of stage 2, namely good safety performance becomes an organizational objective. From the results of the analysis with the likert scale approach it is known that "Accountability for safety” is the most powerful characteristics and characteristics that need to be improved including “Leadership for safety”, “Safety is integrated into all activities” and “Safety is learning driven”. Researchers recommend PT X to start developing SMK3 so that the safety context does not only focus on radiation safety but can be broader into general safety, the need for documentation of the implementation of sharing sessions related to safety and organizing soft skills training."

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2009
TA1022
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>