Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 281 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Salah satu cara penanganan limbah plastik adalah secara biodegradasi. Untuk mendapatkan polimer termoplastik yang dapat terbiodegradasi, telah dilakukan modifikasi dari pati yang hidrofil menjadi hidrofob, lewat kopolimerisasi cangkok dengan metilmetakrilat (s-g-PMMA). Sintesa dilakukan dengan inisiator garam Ce4+ dalam suasana N2. Data FITR, uji Benedict, dan analisa TGA menunjukkan terjadinya kopolimer dengan komposisi pati : PMMA = 35 : 65.
Kopolimer s-g-PMMA kemudian dibuat film dan dibiodegradasi sebagai fungsi waktu dengan jamur Aspergillus niger. Karakterisasi dilakukan secara FTIR, SEM, ESR, dan penentuan Mv. Data menunjukkan bahwa degradasi hanya membiodegradasi pati sebagai tulang punggung, sedangkan PMMA sebagai rantai samping tak terbiodegradasi."
MPI 2:2 (1999)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aniek Sri Handayani
"ABSTRAK
Agen bio-kopling adalah material berbasis bahan alam terbarukan yang digunakan sebagai aditif pengkompetibel pada modifikasi polimer sintetik dan serat alam.Modifikasi polipropilen dengan serat alam diperlukan agen kopling untuk meningkatkan kompatibilitas kedua bahan tersebut. Karena PP bersifat hidrofobik dan serat alam hidrofilik, maka diperlukan agen kopling yang bersifat amphifilik hybrid . Salah satu bahan yang dapat dimodifikasi sebagai bahan amphifilik adalah biopolymer. Biopolimer berbasis starch sebagai matrik yang mudah didegradasi secara biologis dan dimodifikasi dengan polimer sintetis telah banyak dikembangkan untuk berbagai aplikasi teknik. Starch yang sebagian besar merupakan komponen amilopektin merupakan padatan semi kristalin yang sangat mudah dimodifikasi menjadi berbagai produk teknik. Teknik modifikasi antara starch dengan polimer sintetik polyolefin banyak dikembangkan untuk memperbaiki sifat biodegradabilitas polimer sintetik. Teknik pencangkokan banyak dipilih untuk memodifikasi starch dengan monomer/polimer sintetik. Metode ATRP telah digunakan pada kopolimerisasi starch dengan polimer sintetik karena kemudahan dalam mengontrol polidispersitas PDI dan berat molekul. Disisi lain kedua bahan tersebut memiliki permasalahan yaitu keduanya tidak memiliki reaktifitas yang sama, sehingga untuk dapat dilakukan kopolimerisasi antar keduanya, maka baik propilen maupun starch dilakukan modifikasi terlebih dahulu. Substitusi amilopektin teraktifasi oleh inisiator ATRP, membuat amilopektin memiliki gugus radikal yang dapat melakukan transfer atom pada alkil metakrilat, sehingga alkilmetakrilat selain tercangkok langsung pada amilopektin juga terpolimerisasi menghasilkan kopolimer Ap-g-PAMA. Kopolimer Ap-g-PHMA selanjutnya dipilih sebagai agen kopling pada pencampuran PP/serat alam untuk meningkatkan compatibilitas PP sebagai matrik biokomposit. Sedangkan serat alam kenaf digunakan untuk meningkatkan sifat mekanik dan biodegradabilitas biokomposit berbasis PP. Kegiatan riset diawali dengan optimasi kondisi proses suhu dan rasio katalis/Amilopektin untuk aktivasi Amilopektin, dilanjutkan optimasi proses ratio AMA/Amilopektin, rasio pelarut dan katalis, serta suhu pada kopolimerisasi Amilopektin teraktifasi pada AMA Metil,Butil dan hexil-metakrilat sebagai pembanding. Produk terbaik yang dapat diuji kinerjanya adalah Ap-g-PHMA. Karakteristik agen biokopling Ap-g-PHMA dikaji terhadap sifat thermal, mekanik, morphologi, mikrostruktur, berat molekul, dan biodegradabilitasnya. Studi kasus aplikasi agen bio-kopling Ap-g-PHMA pada PP yang diperkuat serat alam Kenaf variasi rasio serat/PP, berat Ap-g-PHMA dan suhu .divariasikan pada rentang maksimum PP 70 -50 . Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan material biopolymer berbasis Amilopektin sebagai agen bio-kopling. Produk penelitian dapat berkontribusi bagi solusi langsung maupun tidak langsung sebagai material substitusi polipropilen biodegradabel.Hasil Penelitian berupa produk makroinisiator dan kopolimer Ap-g-PHMA yang dapat diaplikasikan sebagai agen pengkompetibel untuk produk biokomposit berbasis polipropilen yang diperkuat oleh serat alam. Karakteristik produk makroinisiator amilopektin Ap-EBiB memiliki DS 1.380 0,2735 merupakan produk MI yang dapat dikopolimerisasi melalui metode ATRP menghasilkan kopolimer Ap-g-PHMA. Produk kopolimer Ap-g-PHMA yang dihasilkan memiliki persen grafting sebesar 49,07 . derajad kopolimerisasi 2,2 dan berat molekul total 33.112 5212 gr/grmol, yang bersifat amorf dengan kestabilan thermal berkisar antara 265 ndash; 340oC. Tg. 50.58oC dan Tm 246.56oC. Kinerja agen biokopling pada pencampuran PP/SK menghasilkan produk PP/SK/Ap-g-PHMA 60/40 1 memiliki karakteristik Tg= 100,57oC,Tm = 166,57oC, dengan kekuatan 16,53 0.88 MPa, kuat mulur sebesar 6.85 0.29 . Produk agen kopling Ap-g-PHMA dapat meningkatkan kekuatan komposit PP/SK 60/40 sebesar 58 dengan 1 berat, lebih besar 21 dibandingkan dengan penggunaan agen kopling PPMA pada rasio yang sama.

ABSTRACT
Bio coupling agent based on natural material, renewable used as an compatibilizer between synthetic polymer and natural fiber modification. Polypropylene natural fibers modification required coupling agents to improve the compatibility of the materials. The main factor of incompatibility of PP is hydrophobic and natural fibers is hydrophilic, it is necessary coupling agents that are amphifilic hybrid materials . One of the materials that can be modified as amphifilic is a biopolymer material. Starch based biopolymers can be modified as matrices biodegradable from synthetic polymers. Some starch modification have been developed for a wide range of engineering applications to improve biodegradable properties of synthetic materials. Grafting technique was chosen to starch modification with synthetic polymers monomers. Atom transfer radical polymerization ATRP method has been used in copolymerization of starch with synthetic polymers due some advantages, include the ability to polymerize grafts with controlled graft density and length, and narrow molecular weight distribution MWD . In addition, homopolymer impurities are not formed in the polymerization. amylopectin can be converted to an ATRP macroinitiator by converting part of the hydroxyl groups of starch to halide containing groups that are able to initiate the polymerization. Ap g PHMA selected as a coupling agent to improve compatibility between PP matrix with kenaf fibers biocomposite. Kenaf fibers is used to improve the mechanical properties and biodegradability of biocomposites PP. Research activities begins with process conditions optimization ratio of Amylopectin radical groups and temperature of Amylopectin activation, continued to the process optimization of ratio of AMA amylopectin activated, ratio of solvents and catalysts, and temperature on the copolymerization amylopectin activated at AMA Methyl , Butyl and hexil methacrylate as a comparison. The best products that can be performance tested are Ap g PHMA. Characteristics biocoupling agent Ap g ndash PHMA assessed by thermal properties , mechanical , morphology , microstructure , molecular weight , and biodegradability. The case study of applications of bio coupling agent Ap g ndash PHMA, the natural fiber Kenaf reinforced PP variation of the ratio of fiber PP at a maximum range of 70 50 PP, wt of Ap g PHMA and temperature . This study aimed to obtain amylopectin based biopolymer material as bio coupling agent. Product research can contribute to the directly or indirectly solution as a substitution PP matrix as a biodegradable materials, copolymers Ap g PHMA which can be applied as compatible agent for polypropylene based biocomposite products reinforced by natural fibers. Product characteristics of makroinisiator amylopectin, Ap EBiB have DS 1.380 0.2735, copolymers Ap g PHMA produced has percent grafting of 49.07 . degree of copolymerization of 2.2 and a total molecular weight of 33 112 5212 g grmol, Ap g PHMA has the amorphous with the thermal stability between 265 340oC. Tg. 50.58oC and Tm 246.56oC. Performance biocoupling agent on PP KF composite with ratio PP KF Ap g PHMA 60 40 1 had Tg 100,57oC, Tm 166,57oC, with a specific strength of 16.53 0.88 MPa, elongation of 6.85 0.29 . Coupling agents product of Ap g PHMA can increase the specific strength of composite PP KF 60 40 by 58 to 1 by weight of Ap g PHMA, greater than 21 with the use of comercial coupling agents of PPMA at the same ratio."
2016
D1726
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faridah Tulhotimah
"ABSTRAK
Sampah plastik menjadi masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan, terutama di kota-kota besar yang padat penduduk. Kota Jakarta misalnya, produksi sampah plastic telah mencapai 1.870 m3/hari dan merupakan kandungan kedua terbesar setelah sampah kertas. Sedangkan plastik sulit didgradasi oleh mikroorganisme di dalam tanah.
Beberapa cara telah dilakukan untuk menangani limbah plastik, namun masih banyak menemui masalah. Akhirnya para ahli membuat plastik atau polimer yang dapat terdegradasi, dimana salah satunya adalah dengan memodifikasi pati. Penelitian ini bertujuan membuat kopolimensasi cangkok suatu polimer sintetik (metil akrilat) dengan polimer alam (pati singkong). Hasil kopolimerisasi tersebut diharapkan dapat menggantikan plastik petrokimia yang ramah Iingkungan..
Pembuatan kopolimerisasi cangkok dilakukan dengan cara inisiasi secara kirnia menggunakan inisiator ceric ammonium nitrat, dimana ion Cc akan mengoksidasi molekul pati melalui pembentukan kompleks yang stabil. Pada reaksi tahap lambat, kompleks tersebut akan membentuk radikal bebas pati. Radikal bebas molekul pati akan bereaksi dengan monomer metil akrilat membentuk kopolimer cangkok. .
Proses pembuatannya dilakukan dengan menggunakan dua metoda yang berbeda, yaitu pada penambahan inisiator. Untuk metoda A, inisiator ditambahkan sesudah monomer MA direaksikan dengan suspensi pati, sedangkan metoda B sebaliknya. Reaksi kopolimerisasi dengan metoda A berjalan sangat cepat, maka penambahan inisiator dilakukan secara bertahap. Untuk metoda B reaksinya lebih lambat dan menggunakan inisiator berlebih. Hasil kopolimerisasi dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif dengan mengidentifikasi menggunakan spektrofoto meter FT-1R serta pengujian sifat termal menggunakan DSC (Differential Sanning Calorimeter).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kopolimerisasi cangkok dengan metoda B menghasilkan persentase konversi metil krilat (MA) menjadi polimetil akrilat (PMA) lebih besar dari metoda A, yaitu di atas 70%, sedangkan untuk metoda A dibawahnya Begitu pula dengan persentase PMA yang tercangkok pada rantai molekul pati. Untuk homopolimer PMA yang tidak tercangkok, kedua memberikan perbedaan yang tidak berarti, yaitu sekitar 11% - 12%.
Pengukuran dengan Spektrofotometer FT-liR, kopolimer cangkok MA dan pati dan kedua metoda membenikan daerah serapan yang tidak berbeda. Daerah serapan yang muncul pada spektrum kopolimer menunjukkan perbedaan dengan daerah serapan spektrum pati awal clan PMA. Pengujian sifat termal menggunakan DSC, menunjukkan bahwa termogram dani hasil pengukuran tidak memberikan puncak. Hasil kopolimer baik dan metoda A maupun metoda B Iebih bersifat amorphous."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
S29742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"Isolasi α-selulosa dari jerami padi telah berhasil dilakukan, menghasilkan rendemen sebesar 26,95%, indeks kristalinitas 74,28% dan berat molekul relatif 28.517 g/mol. Selulosa kemudian dimodifikasi, dengan tujuan untuk menghasilkan serat penukar ion, dengan mencangkokkan monomer asam akrilat pada selulosa menggunakan teknik kopolimerisasi cangkok pra-iradiasi. Kondisi optimum reaksi pencangkokan diperoleh pada dosis radiasi 30 kGy, konsentrasi monomer 10% volum, suhu 60oC dan waktu reaksi 120 menit, dengan persen pencangkokan rata-rata sebesar 84,12 % dan berat molekul sebesar 45.295 g/mol. Kapasitas pertukaran ion selulosa-g-AA yang dihasilkan dari pencangkokan sebesar 3,54 mek/g. Selanjutnya, untuk meningkatkan ketahanan kimia dan termal dari selulosa-g-AA, dilakukan pengikatan silang menggunakan agen pengikat silang N,N?-metilenbisakrilamida (MBA).
Kondisi optimum pengikatan silang terdapat pada dosis radiasi 15 kGy dan konsentrasi MBA 5%, dengan fraksi terikat silang yang diperoleh sebesar 68,27%, swelling dalam air sebesar 346,42% dan kapasitas pertukaran ion sebesar 2,99 mek/g. Pengikatan silang dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam sebesar 3%, indeks kristalinitas sebesar 2,12%, suhu transisi gelas sebesar 20,43oC, dan suhu dekomposisi akhir sebesar 12,14oC. Selulosa terikat silang dapat digunakan sebagai penyerap ion logam Cu2+, dengan kapasitas adsorpsi sebesar 16,5 mg/g (konsentrasi awal Cu2+ 100 mg/L), yang diperoleh dengan dosis pengikatan silang 10 kGy dan konsentrasi MBA 3%.

Isolation of α-cellulose from rice straw has been successfully carried out having 26.95% yield, with 74.28% crystallinity index and relative viscosity average molecular weight 28,517 g/mol. The α-cellulose is then chemically modified to be a fiber ion exchanger, by grafting acrylic acid monomer onto cellulose using pre-irradiation graft copolymerization technique. The optimum condition for grafting is obtained at 30 kGy radiation dose, 10% monomer concentration, 60°C grafting temperature and 120 minutes reaction time, with 84.12% grafting average and relative viscosity average molecular weight 45,295 g/mol. The ion exchange capacity of cellulose-g-AA obtained from grafting is 3,54 meq/g. Furthermore, to improve thermal and chemical resistance of cellulose-g-AA, the sampel is crosslinked using N,N?-methylenebisacrylamide (MBA) crosslinking agent.
The optimum condition is obtained at 15 kGy radiation dose and 5% MBA concentration producing 68.27% crosslinked fraction, 346,42% swelling in water and 2,99 meq/g ion exchange capacity. The crosslinking process increases acids resistance by 3%, crystallinity index by 2.12%, glass transition temperature by 20.43°C, and final decomposition temperature by 12.14oC. Crosslinked cellulose-g-AA can be used as Cu2+ adsorbent having adsorption capacity of 16.5 mg/g (initial concentration of Cu2+ 100 mg/L). This capacity is achieved with crosslinking dose of 10 kGy and MBA concentration of 3%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T34799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviani
"Film selulosa bakteri telah berhasil dibuat dari air kelapa sebagai sumber mikronutrien menggunakan biakan Acetobacter xylinum. Film selulosa bakteri selanjutnya diiradiasi dengan mesin berkas elektron pada rentang dosis 15-120 kGy, laju dosis 15 kGy/ pass dan temperatur ruang. Setelah diiradiasi, selulosa bakteri tersebut dikopolimerisasi cangkok dengan monomer akrilonitril. Kondisi optimum untuk kopolimerisasi cangkok akrilonitril pada selulosa bakteri adalah pada dosis 75 kGy, temperatur 600C, waktu 3 jam, dan konsentrasi akrilonitril 30% b/b. Derajat pencangkokan tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 56,03 %. Selulosa bakteri tercangkok akrilonitril (SB tercangkok PAN) selanjutnya diamidoksimasi. Amidoksimasi dilakukan dengan penambahan hidroksilamin hidroklorida 6 % b/v dalam pelarut metanol : air = 50 : 50 v/v pada pH 7, dan diperoleh waktu optimum selama 2 jam dengan densitas gugus amidoksim yang diperoleh sebesar 5,425 mmol/ gram. Karakterisasi gugus fungsi film selulosa bakteri sebelum dan sesudah kopolimerisasi cangkok dengan akrilonitril, serta setelah diamidoksimasi dilakukan dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), analisis mikrostruktur dengan Scanning Electron Microscopy (SEM), analisa derajat kristalinitas menggunakan X-ray diffraction (XRD), serta uji ketahanan terhadap panas diukur dengan Thermal Gravimetry Analysis (TGA) dan Differential Scanning Calorimetry (DSC). Hasil karakterisasinya mengindikasikan bahwa SB tercangkok PAN dan selulosa bakteri teramidoksimasi (SB-Am) telah berhasil disintesis pada penelitian ini. Film tersebut selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap ion logam Cu2+ dan Pb2+. Nilai koefisien distribusi selulosa bakteri, SB tercangkok PAN, dan SB-Am pada pH 6 terhadap ion logam Cu2+ masing-masing sebesar 0,26, 0,23, dan 0,37 L/gram adsorben, sedangkan terhadap ion logam Pb2+ masing-masing sebesar 0,41, 0,405, dan 0,52 L/gram adsorben.

Bacterial cellulose films have been successfully synthesized from coconut water as a source of micronutrients using Acetobacter xylinum. Bacterial cellulose film irradiated using electron beam machine at a dose range of 15-120 kGy and dose rate 15 kGy/ pass in room temperature. After irradiated, the bacterial cellulose grafted with acrylonitrile monomer. The optimum conditions for graft copolymerization condition were at the dose of 75 kGy, temperature 600C ,3 hours time of reaction, and the concentration of acrylonitrile was 30 % w/w. The highest degree of grafting obtained was 56,03 % . Amidoximation then performed by the addition of hydroxylamine 6 % w/v in methanol : water = 50 : 50 v/v solvent under pH 7 and obtained the optimum time for amidoximation reaction was 2 hours. Amidoxime density obtained was 5.425 mmol/ gram. Characterization of functional groups in bacterial cellulose films before and after graft copolymerization with acrylonitrile, as well after amidoximation performed by Fourier Transform Infrared (FTIR), microstructure was analyzed by Scanning Electron Microscopy (SEM), analysis of the degree of crystallinity using X-ray diffraction (XRD), thermal resistance properties was measured by Thermal Gravimetry Analysis (TGA) and Differential Scanning Calorimetry (DSC) .The results show that bacterial cellulose-g-polyacrylonitrile (BC-g-PAN) and amidoximated bacterial cellulose films (Am-BC) have been synthesized successfully. Subsequently, Cu2+ and Pb2+ metal ion adsorption studies were conducted using those films. Coeficient distribution of bacterial cellulose, BC-g-PAN, and Am-BC under pH 6 toward Cu2+ions respectively were 0,26, 0,23, dan 0,37 L/gram of adsorbent, while toward Pb2+ions, respectively were 0,41, 0,405, and 0,52 L/gram of adsorben."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Puspitasari
"Diversifikasi barang jadi karet alam sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan konsumsi domestik produksi karet alam nasional. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan karet alam termoplastik hasil kopolimerisasi cangkok emulsi lateks karet alam dengan monomer termoplastik sebagai bahan aditif jenis peningkat indeks viskositas minyak pelumas. Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari pengaruh penambahan berbagai dosis karet alam termoplastik (kopolimer dari karet alam - stirena) ke dalam minyak lumas dasar golongan parafinik HVI 60 dan HVI 650 terhadap nilai indeks viskositas minyak pelumas baru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi kopolimerisasi cangkok emulsi yang dijalankan pada rasio karet alam terhadap monomer stirena sebesar 85:15, pada suhu 65oC selama 7 jam, dengan penambahan 1% insiator amonium peroksidisulfat dan 2% surfaktan sodium dodesil sulfat mampu menghasilkan karet alam termoplastik (TPNR, kopoli NR-ST) dengan efisiensi cangkok 56,48%. Pada dosis 5% TPNR terhadap minyak lumas dasar berfungsi dengan baik sebagai peningkat indeks viskositas karena memenuhi persyaratan indeks viskositas standar sesuai Surat Keputusan Ditjen Migas Nomor 85K/34/DDJM/1998, dan dapat bersaing dengan minyak pelumas komersial tipe 20W-50, 10W-40 dan 15W-40.

Diversification of rubber goods are highly needed to enhance natural rubber domestic consumption. One of the efforts is by using thermoplastic natural rubber that is synthesized from emulsion graft copolymerization of natural rubber latex with thermoplastic monomer as index viscosity improver of lubricating oil. The research aimed to study the effect of thermoplastic natural rubber (natural rubber?styrene copolymer) addition, at various concentration, into base paraffinic lube oil (HVI 60 and HVI 650) on index viscosity value of lubricating oil.
The result showed that emulsion graft copolymerization at composition ratio of natural rubber to styrene monomer 85:15, at 65oC for 7 hours, with addition of 1% ammonium peroxidisulfate as initiator and 2% sodium dodecyl sulfate as surfactant produced thermoplastic natural rubber (TPNR, copoly NR-ST) with grafting efficiency of 56,48%. The TPNR can be functioned properly as index viscosity improver at 5% concentration to base paraffinic lube oil either HVI 60 or HVI 650. The obtaining new lubricating oils could fulfill the index viscosity standard requirement refered to Decree of Directorat General of Oil and Gas No 85K/34/DDJM/1998, and could compete with the commercial lubricating oil type 20W-50, 10W-40, and 15W-40.
"
Bogor: Pusat Penelitian Karet ; Institut Pertanian Bogor. Departemen Fisika, 2016
530 KKP 32:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jayatin
"ABSTRAK
Pati adalah polimer alam yang memiliki sifat sebagai termoplastik. Kekurangan dari pati sebagai bahan plastik yaitu getas dan menyerap air. Guna meningkatkan sifat pati, dalam penelitian ini dilakukan proses grafting pati dengan methylacrylat, dengan inisiator ceric ammonium nitrat. Proses grafting dalam penelitian ini dilakukan pada konsentrasi inisiator 1x10-3, 3x10-3, 4x 10-3, dan 6x10-3, mol/L. Ekstraksi dan hidrolisa asam dilakukan pada hasil grafting untuk mengetahui prosentase polimethylacrylat homopolimer dan polimethylacrylat yang tergrafting.
Untuk mengukur berat molekul polimethylacrylat yang tergrafting digunakan GPC. Untuk menganalisa kualitas dari hasil grafting maka dilakukan beberapa pengujian antara lain spectra mapping dengan FTIR microspectroscopy, Uji tarik dengan alat uji tarik instron, dan sifat ketahanan terhadap air dengan uji sudut kontak. Proses grafting dilakukan dalam sebuah labu dengan 5 leher. Pati sebanyak 20 gram direaksikan pada temperatur kamar dengan 40 gram methylacrylat dalam 500 ml air dengan dialiri nitrogen dan digunakan ceric ammonium nitrat sebagai inisiator. Hasil grafting setelah dilakukan ekstraksi dan hidrolisa asam menunjukkan bahwa pada konsentrasi ceric ammonium nitrat yang meningkat menghasilkan meningkatnya persentase PMA homopolirner, sedangkan persentase PMA tergrafting, dan berat molekul dari PMA tergrafting menurun. Hasil ini berpengaruh terhadap sifat mekanik produk S-g-PMA, dimana untuk S-g-PMA yang dihasilkan dengan konsentrasi ceric ion 4x 10-3 mol/L memiliki sifat mekanik yang mirip elastomer. S-g-PMA yang dihasilkan pada konsentrasi ceric ion yang lain polimer yang dihasilkan merupakan plastik yang kuat dan ulet. Proses grafting jugs meningkatkan kwalitas pati dalam ketahanannya terhadap air, dari hasil uji sudut kontak menunjukkan bahwa pati setelah grafting pada kontak dengan air tidak mengalami penggelembungan (swelling).
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Onzi Aldi Ramaga
"Serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat rayon-g-
(PMAA-co-MBAAm) yang dibuat melalui pencangkokan (grafting) asam
metakrilat (MAA) dan penambahan Methylene bis-Acrylamide (MBAAm)
sebagai kopolimer cangkok serat rayon-g-PMAA. Serat rayon yang
digunakan diperoleh dengan variasi dosis iradiasi 20 KGy dan 28 KGy, dan
variasi waktu pencangkokan 30 menit dan 90 menit. Dosis iradiasi
berhubungan dengan kerapatan pusat aktif yang terbentuk pada serat rayon
dan waktu pencangkokan berhubungan dengan pertumbuhan panjang rantai
tercangkok. Untuk menggambarkan panjang rantai tercangkok dilakukan
pengukuran viskositas instrinsik larutan dari serat yang dihidrolisis dengan
asam kuat pekat (H2SO4 72 %) dan pengukuran FTIR untuk gel (serat yang
tidak terhidrolisis dengan asam kuat pekat). Uji aplikasi serat rayon-g-
(PMAA-coMBAAm) dilakukan terhadap penentuan kapasitas adsorpsi
penukaran, selektivitas, serta kinetika adsorpsi penukarannya terhadap
beberapa ion logam. Semua percobaan dilakukan dengan metode Batch
dengan menentukan kadar ion-ion logam sebelum dan sesudah penyerapan
dengan menggunakan AAS. Pengukuran spektrum IR terhadap gel hasil
hidrolisis serat rayon-g-PMAA oleh asam sulfat pekat menunjukkan naiknya
intensitas serapan terhadap serat rayon-g-PMAA yang mengalami waktu
pencangkokan lebih lama. Uji Kapasitas adsorpsi penukaran terhadap ion ion H" dan Na"", memberikan nilai kapasltas terbesar untuk serat rayon-g-
(PMAA-co-MBAAm) dengan dosis iradiasi 28 KGy waktu pencangkokan 90
menit. Keselektifan keempat sampel serat rayon-g-(PMAA-co-MBAAm)
menunjukkan kecenderungan yang sama terhadap ion logam dari pada
Co^'^dan Cd^* pada pH kisaran 4,0-7,0. Uji kinetika menunjukkan kesesuaian
dengan persamaan kinetika reaksi pseudo orde 1 untuk reaksi reversibel.
Serat dengan dosis 20 KGy-90 menit yang diperkirakan mempunyai
kerapatan pusat aktif tinggi dengan panjang rantai tercangkok panjang,
memberikan harga konstanta laju adsorpsi (K) yang lebih besar dibandingkan
dengan serat dosis 20 kGy-30 menit. Isoterm adsorpsi Freundlich yang
dipelajari pada serat dengan dosis 20 kGy-30 menit menunjukkan distribusi
energi penyerapan yang heterogen terhadap penyerapanlon logam Cu^^ dan
Co"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Polimerisasi emulsi stirena tanpa emulgator telah dilakukan dalam medium aseton-air dan methanol-air. Berbagai komposisi kedua medium ini dipelajari untuk membandingkan pengaruhnya terhadap kualitas produk lateks. Reaksi polimerisasi dilakukan dengan mencampurkan 20% monomer stirena bebas inhibitor, 0,3-0,7% kalium persulfat sebagai inisiator. Campuran tersebut dikocok pada kecepatan 180 rpm, suhu 80o C selama 1-8 jam. Konversi stirena sebesar 99% dengan berat molekul rata-rata Mv = 1,6 x 105 dan ukuran partikel rata-rata 0,4 um dapat dicapai pada kondisi reaksi di atas dalam medium aseton-air (40-60% vol.). Hasil SEM produk tersebut menunjukkan masih adanya sebagian partikel teraglomerasi. Pada kondisi reaksi yang sama, konversi sebesar 93 – 99% dengan berat molekul rata-rata Mv = 1,8 x 105 dan ukuran partikel rata-rata 0,4 um juga dapat diperoleh dalam berbagai komposisi methanol-air. Hasil SEM lateks produk ini menunjukkan bahwa partikelnya berbentuk bulat serupa dengan pembanding lateks yang diperdagangkan dan tidak terlihat adanya partikel yang teraglomerasi. Pengaruh penambahan inisiator, medium aseton dan metanol serta kondisi reaksi mempengaruhi ukuran dan distribusi partikel lateks."
MPI 1:1 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>