Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57184 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Polimerisasi emulsi stirena tanpa emulgator telah dilakukan dalam medium aseton-air dan methanol-air. Berbagai komposisi kedua medium ini dipelajari untuk membandingkan pengaruhnya terhadap kualitas produk lateks. Reaksi polimerisasi dilakukan dengan mencampurkan 20% monomer stirena bebas inhibitor, 0,3-0,7% kalium persulfat sebagai inisiator. Campuran tersebut dikocok pada kecepatan 180 rpm, suhu 80o C selama 1-8 jam. Konversi stirena sebesar 99% dengan berat molekul rata-rata Mv = 1,6 x 105 dan ukuran partikel rata-rata 0,4 um dapat dicapai pada kondisi reaksi di atas dalam medium aseton-air (40-60% vol.). Hasil SEM produk tersebut menunjukkan masih adanya sebagian partikel teraglomerasi. Pada kondisi reaksi yang sama, konversi sebesar 93 – 99% dengan berat molekul rata-rata Mv = 1,8 x 105 dan ukuran partikel rata-rata 0,4 um juga dapat diperoleh dalam berbagai komposisi methanol-air. Hasil SEM lateks produk ini menunjukkan bahwa partikelnya berbentuk bulat serupa dengan pembanding lateks yang diperdagangkan dan tidak terlihat adanya partikel yang teraglomerasi. Pengaruh penambahan inisiator, medium aseton dan metanol serta kondisi reaksi mempengaruhi ukuran dan distribusi partikel lateks."
MPI 1:1 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemintalan membran serat berongga dari bahan polisulfon dengan variasi aliran larutan polimer saat pemintalan membran telah dilakukan, untuk mempelajari pengaruhnya terhadap sifat membran yang dihasilkan. Komposisi larutan polimer yang diamati adalah sebagai berikut : 18 % polisulfon : 18% Polivinilpirolidon : dan 64% Dimetilasetamida. Pemintalan dilakukan secara proses kering dan basah, di mana air dipakai sebagai larutan koagulan tengah pada suhu kamar. Polivinilpirolidon yang dipakai sebagai aditif adalah PVP yang berberat molekul 10.000. Kecepatan aliran larutan polimer yang diamati adalah 2,5 ml/menit, 5 ml/menit dan 7,5 ml/menit, sedangkan kecepatan aliran larutan koagulan tengah tetap 2,5 ml/menit dan kecepatan alat penggulungan serat membran yang dihasilkan tetap 10 putaran/menit (1000 cm/menit).
Viskositas larutan polimer yang akan dipintal diukur sebelum proses pemintalan dilakukan dengan peralatan Viskometer Brooksfield. Membran serat berongga yang diperoleh dites fluks dan rejeksinya terhadap larutan dekstran.
Hasil percobaan memperlihatkan bahwa, kecepatan aliran larutan polimer dapat mempengaruhi fluks membran yang dihasilkan, di mana membran yang diperoleh pada kecepatan aliran polimer yang lebih tinggi cenderung menurunkan harga fluks, tetapi sedikit menaikkan koefisien rejeksi. Pengamatan dengan loupe berskala memperlihatkan bahwa membran yang dipintal dengan kecepatan aliran polimer yang lebih tinggi memberikan diameter dan ketebalan yang lebih besar disbanding dengan yang lainnya.
Kecapatan laju alir larutan polimer dapat mempengaruhi molecular weight cut-off membran di mana membran yang dipintal dengan kecepatan laju alir polimer yang tinggi memberikan molecular weight cut-off yang rendah."
MPI 2:2 (1999)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kopolimer radiasi lateks karet alam-metil metakrilat (LKA-MMA) dilarutkan dalam xilena, kemudian dilarutkan dalam 4 macam minyak lumas dasar pada konsentrasi 0,25%, 1%, 5% dan 10%. Larutan campuran tersebut kemudian ditentukan viskositas kinematik, indeks viskositas, titik nyala, kadar abu, kadar logam berat, angka basa total, densitas dan shear stabilitynya. Diperoleh hasil bahwa indeks viskositas contoh minyak lumas dasar meningkat dengan penambahan larutan kopolimer LKA-MMA. Minyak lumas dasar HVI 60 dan campuran HVI 60 : HVI 650 memberikan indeks viskositas optimal. Semakin besar kopolimer yang ditambahkan pada minyak lumas dasar, semakin meningkat indeks viskositasnya. Hasil uji shear stability menunjukan bahwa minyak lumas mengalami penurunan viskositas kinematik sebesar 6,5% setelah test perlakuan selama 60 menit."
MPI 8:2 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu cara penanganan limbah plastik adalah secara biodegradasi. Untuk mendapatkan polimer termoplastik yang dapat terbiodegradasi, telah dilakukan modifikasi dari pati yang hidrofil menjadi hidrofob, lewat kopolimerisasi cangkok dengan metilmetakrilat (s-g-PMMA). Sintesa dilakukan dengan inisiator garam Ce4+ dalam suasana N2. Data FITR, uji Benedict, dan analisa TGA menunjukkan terjadinya kopolimer dengan komposisi pati : PMMA = 35 : 65.
Kopolimer s-g-PMMA kemudian dibuat film dan dibiodegradasi sebagai fungsi waktu dengan jamur Aspergillus niger. Karakterisasi dilakukan secara FTIR, SEM, ESR, dan penentuan Mv. Data menunjukkan bahwa degradasi hanya membiodegradasi pati sebagai tulang punggung, sedangkan PMMA sebagai rantai samping tak terbiodegradasi."
MPI 2:2 (1999)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"[Formaldehid bebas yang terkandung dalam kain hasil penyempurnaan resin anti kusut berbahaya terhadap kesehatan manusia bila jumlahnya cukup besar, oleh karena itu perlu dikurangi. Salah satu cara pengurangan kadar formaldehid bebas dalam kain finish adalah dengan cara menambahkan akseptor formaldehid (scavenger) ke dalam larutan resin. Chitosan dapat digunakan sebagai scavenger formaldehid bebas, karena gugus amino yang dikandung oleh chitosan dapat mengikat formaldehid. Penelitian dilakukan menggunakan resin dimetiloldihidroksietilen urea (DMDHEU) dengan konsentrasi 60 g/l pada kain kapas, pada 3 macam suhu pemanas awetan : 140, 150, dan 160oC. Kemudian percobaan diteruskan pada suhu yang optimum dengan variasi konsentrasi chitosan yang dibuat dari limbah kepala dan kulit udang.
Pengaruh konsentrasi chitosan dibahas terdapat penurunan kadar formaldehid bebas, sudut kembali dari kekusutan, kekuatan tarik dan kekakuan lain. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar formaldehid bebas menurun 39% dari semula, pada pemakaian 12 g/l chitosan. Selanjutnya chitosan tidak mempengaruhi kekuatan tarik, sudut kembali dari lipatan, tetapi sedikit menambah kekakuan lain.;Formaldehid bebas yang terkandung dalam kain hasil penyempurnaan resin anti kusut berbahaya terhadap kesehatan manusia bila jumlahnya cukup besar, oleh karena itu perlu dikurangi. Salah satu cara pengurangan kadar formaldehid bebas dalam kain finish adalah dengan cara menambahkan akseptor formaldehid (scavenger) ke dalam larutan resin. Chitosan dapat digunakan sebagai scavenger formaldehid bebas, karena gugus amino yang dikandung oleh chitosan dapat mengikat formaldehid. Penelitian dilakukan menggunakan resin dimetiloldihidroksietilen urea (DMDHEU) dengan konsentrasi 60 g/l pada kain kapas, pada 3 macam suhu pemanas awetan : 140, 150, dan 160oC. Kemudian percobaan diteruskan pada suhu yang optimum dengan variasi konsentrasi chitosan yang dibuat dari limbah kepala dan kulit udang.
Pengaruh konsentrasi chitosan dibahas terdapat penurunan kadar formaldehid bebas, sudut kembali dari kekusutan, kekuatan tarik dan kekakuan lain. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar formaldehid bebas menurun 39% dari semula, pada pemakaian 12 g/l chitosan. Selanjutnya chitosan tidak mempengaruhi kekuatan tarik, sudut kembali dari lipatan, tetapi sedikit menambah kekakuan lain., Formaldehid bebas yang terkandung dalam kain hasil penyempurnaan resin anti kusut berbahaya terhadap kesehatan manusia bila jumlahnya cukup besar, oleh karena itu perlu dikurangi. Salah satu cara pengurangan kadar formaldehid bebas dalam kain finish adalah dengan cara menambahkan akseptor formaldehid (scavenger) ke dalam larutan resin. Chitosan dapat digunakan sebagai scavenger formaldehid bebas, karena gugus amino yang dikandung oleh chitosan dapat mengikat formaldehid. Penelitian dilakukan menggunakan resin dimetiloldihidroksietilen urea (DMDHEU) dengan konsentrasi 60 g/l pada kain kapas, pada 3 macam suhu pemanas awetan : 140, 150, dan 160oC. Kemudian percobaan diteruskan pada suhu yang optimum dengan variasi konsentrasi chitosan yang dibuat dari limbah kepala dan kulit udang.
Pengaruh konsentrasi chitosan dibahas terdapat penurunan kadar formaldehid bebas, sudut kembali dari kekusutan, kekuatan tarik dan kekakuan lain. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar formaldehid bebas menurun 39% dari semula, pada pemakaian 12 g/l chitosan. Selanjutnya chitosan tidak mempengaruhi kekuatan tarik, sudut kembali dari lipatan, tetapi sedikit menambah kekakuan lain.]"
MPI 3:2 (2000);MPI 3:2 (2000)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Istiawan
"ABSTRAK
Pembuatan alat-alat rumah tangga dengan memakai bahan polipropilen dilakukan dengan menggunakan alat "injection molding" pada suhu tinggi. Akibatnya bahan polimer tersebut akan mengalami proses degradasi termal dan metoda pencegahan yang dilakukan adalah dengan menambahkan aditif heat stabilizer.
Apabila polimer mengalami degradasi termal, maka akan berpengaruh terhadap sifat mekanik yang dimilikinya. Untuk melihat hubungan tersebut, telah dilaksanakan penelitian dengan cara melakukan proses daur ulang bahan polimer dan melakukan pengujian perubahan sifat mekanik yang ditimbulkannya.
Pembuatan bijih polimer dilaksanakan dengan mencampurkan bahan polipropilen pluff dengan 2 jenis aditif heat stabilizer yang berbeda dan dengan menggunakan konsentrasi aditif yang bervariasi mulai dari 0.00 % ; 0.03 % ; 0.05 % ; 0.08 % dan 0,10 %. Metoda pembuatan adalah dengan mencampur secara keying dengan alat henscle mixer dan kemudian dilakukan proses ekstruksi untuk dibuat pelet polipropilen. Masing-masing pelet yang dihasilkan dipisahkan untuk di uji sifat mekanik, struktur dan konstanta degradasi. Sedangkan sisanya di daur ulang sampai 5 kali, dengan sampel ke satu, ke tiga dan ke lima di sampling untuk diuji sifat mekanik dan uji struktur. Uji struktur dilaksanakan dengan alat Fourier Transform Infra Red dan uji konstanta degradasi dengan Differential Scanning Calorimetry.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemakaian konsentrasi aditif heat stabilizer yang bertambah besar akan menurunkan harga konstanta degradasinya, sedangkan perubahan sifat mekanik yang meliputi tensile strength, elongasi, impact strength dan sifat optik whiteness index menunjukan, bahwa apabila polimer mempunyai harga konstanta degradasi yang lebih kecil, kemudian dilakukan proses daur ulang, maka perubahan sifat mekanik dan optis yang ditimbulkan akan berlangsung lebih lambat. Sedangkan proses daur ulang polimer polipropilen, akan menyebabkan perubahan struktur kimianya, hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya pita serapan gugus karbonil pada bilangan gelombang v 1716."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meyda Nurluthfiany
"Dalam penelitian ini dilakukan sintesis polistirena-blok-poli(etil akrilat) dengan metode atom transfer radical polymerization (ATRP) untuk mempelajari pengaruh variasi konsentrasi inisiator terhadap berat molekul dan indeks polidispersitas (PDI) makroinisiator, serta mempelajari pengaruh variasi konsentrasi monomer terhadap sifat termal kopolimer blok. Dari hasil penelitian diperoleh semakin tinggi konsentrasi inisiator, berat molekul dan nilai indeks polidipersitas yang didapat semakin kecil. Komposisi optimum untuk sintesis makroinisiator polistirena didapat saat konsentrasi inisiator 1,6%, dengan rata-rata berat molekul sebesar 3613 g/mol dan diperoleh nilai indeks polidispersitas sebesar 1,07. Terbentuknya polistirena-blok-poli(etil akrilat) ditunjukkan oleh hasil karakterisasi dengan nuclear magnetic resonance (1H-NMR). Munculnya puncak kuartet pada 4,2 ppm menunjukkan serapan dari metil ester poli(etil akrilat). Hasil karakterisasi dengan gel permeation chromatography (GPC) juga menunjukkan bertambahnya berat molekul menjadi 4098 g/mol. Dengan demikian polistirena-blok-poli(etil akrilat) telah berhasil disintesis.

Within this research, polystyrene-block-poly(ethyl acrylate) synthesis is done by using the atom transfer radical polymerization (ATRP) method to study the effects of various initiator concentration towards the molecular weight and polydispersity index (PDI) macroinisiator, also to study the effects of various monomer concentration towards the thermal properties of block copolymers. The conclusion resulted from this research is that the higher the concentration initiator, the smaller the molecular weight and PDI number obtained. The optimum composition to synthesize polystyrene macroinisiator is obtained when the initiator concentration is 1,6% with the average molecular weight of 3613 g/mol and the polydispersity index number 1,07. The formation of polystyrene-block-poly(ethyl acrylate) is shown by the result of characterization with nuclear magnetic resonance (1H-NMR). The emergence of maximum quartet at 4,2 ppm indicates the uptake from methyl esters of poly(ethyl acrylate). The result of characterization with permeation chromatography (GPC) also shows the increase of molecular weight, becoming 4098 g/mol. Therefore, polystyrene-block-poly(ethyl acrylate) has successfully been synthesized."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dipelajari polimerisasi emulsi vinyl acetate-butyl acrylic- acrylic acid dalam 4,4’-diaminostilbene-2,2’-disulfonic acid. Dari pengukuran spektroskopi FT-IR diperoleh bahwa tidak ada ikatan kovalen DSD di dalam rantai polimer. Kestabilan termal dan pengaruh DSD pada polimerisasi juga dipelajari."
MPI 9:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pembuatan serat poliester kekuatan tinggi dengan cara modifikasi struktur supermolekuler telah diteliti dengan perlakuan pemanasan, penarikan, dan pendinginan mendadak. Serat yang diperoleh dengan cara pemanasan menggunakan variasi suhu, penarikan dengan variasi rasio penarikan (draw ratio), dan pendinginan mendadak untuk mendapatkan kristalinitas dan orientasi yang berbeda. Gabungan perlakuan pemanasan, penarikan dan pendinginan mendadak yang dilakukan secara berulang pada suhu yang lebih tinggi akan menghasilkan kristalinitas yang semakin tinggi. Makin tinggi kristalinitas, makin tinggi kekuatan dan kestabilan dimensinya, tetapi persen mulur cenderung berkurang. Kristalinitas dan orientasi serat poliester juga banyak berpengaruh terhadap titik leleh, entalpi pelelehan, dan sifat termomekanika."
MPI 2:1 (1999)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Wulandari
"Film cepat hancur dirancang untuk cepat hancur dan larut dalam saliva tanpa bantuan air sehingga dibutuhkan polimer pembentuk film yang cepat melarut. Tujuan penelitian ini adalah membuat maltodekstrin suksinat dari maltodekstrin DE 10-15 sebagai eksipien untuk film cepat hancur. Maltodekstrin suksinat (MDS) diperoleh dengan cara mengesterifikasi maltodekstrin dengan asam suksinat anhidrida pada kondisi basa dalam medium berair dan dikarakterisasi sifat kimia, fisik, dan fungsionalnya.
MDS yang dihasilkan memiliki derajat substitusi sebesar 0,177 ± 0,004, kelarutan dalam aquadest 1: 21, dan indeks mengembang 41,76 ± 1,71% dalam dapar fosfat pH 6,8. Evaluasi formula film cepat hancur menggunakan MDS sebagai eksipien menunjukkan yang baik sebagai film cepat hancur dengan waktu hancur in vitro 24,33 ± 5,86 detik, kekuatan tensil 9,77 kg/cm2 dan pelepasan obat metoklopramid HCl mencapai ± 80% dalam 2 menit. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa MDS dapat digunakan sebagai eksipien untuk film cepat hancur.

Fast dissolving film is designed to rapidly disintegrate and dissolve in saliva without need of water so that it takes the film-forming polymer that dissolves quickly. The aims of this study was to produce the maltodextrin succinate from maltodextrin DE 10-15 as the exipient for fast dissolving film. Maltodextrin Succinate (MDS) was obtained by esterification of maltodextrin using succinic acid anhydride in base condition of aqueous medium and characterized its chemical, physical, and functional properties.
The obtained MDS had 0.177 ± 0.004 as its substitution degree, solubulity in distilled water was 1:21 and swelling index was 41.76 ± 1.71% in phosphate buffer pH 6.8. Evaluation of the fast dissolving film formulas using MDS as exipient showed a good criteria as fast dissolving film with in vitro disintegration time 24.33 ± 5.86 seconds, tensile strength 9.77 kg/cm2 and metoklopramid HCl drug release reached ±80% in 2 minutes. Therefore, it can be concluded that the MDS can be used as the excipient for fast dissolving oral films.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>