Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83145 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tradisi perang api merupakan salah satu tradisi yang ada di Provinsi Bali. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat di beberapa desa di Bali, salah satu di antaranya, dilaksanakan di pura Luhur Duasem, desa Subamia,Kabupaten Tabanan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, serta teknik pengumpulan data berupa : observasi, wawancara, dan kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tradisi perang api yang dilaksanakan di pura Luhur Duasem, sudah dilaksanakan sejak jaman dahulu, dan merupakan warisan nenek moyang. Tradisi perang api, dilaksanakan pada hari anggara kasih tambir nuju purnama (perhitungan berdasarkan kalender Bali). Sebelum acara pelaksanaan, dilakukan persiapan terlebih dahulu, seperti : persiapan berbagai sarana dan prasarana, membentuk kelompok, serta mempersiapkan tempat untuk penyelenggaraan tradisi. Pelaksanaan tradisi perang api, mengandung makna bagi kehidupan bermasyarakat, khususnya bagi masyarakat pendukungnya. adapun makna pelaksanaan tradisi perang api, antara lain: makna kesejahteraan, makna sosial, dan makna budaya."
JNANA 19:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Upacara Dewa Meseraman merupakan salah satu upacara sakral yang dilaksanakan secara rutin setiap 6 (enam) bulan sekali oleh masyarakat Paksabali Kalungkung. Upacara ini dilaksanakan karena masyarakat menyadari bahwa kemampuan mereka dalam menembus dunia spiritual sangat terbatas, sehingga mengambil cara lain yakni dalam bentuk seperangkat upakara. Sarana-sarana persembahan ini dimaknai oleh masyarakat secara simbolis sebagai media penghubung menuju Tuhannya berdasarkan keyakinan yang dimiliki. Betapa pentingnya memahami simbul-simbul sebuah upacara sakral demi mehgindari penyimpangan makna yang terkandung dalam upacara tersebut. Upacara Dewa Meseraman secara simbolis berfungsi sebagai penunjuk lingkaran kehidupan manusia yang dijalani oleh masyarakat setempat menuju keseimbangan hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhannya. Setiap tahapan profesi upacara dan sarana-sarana yang dipergunakan mengandung makna tersendiri tentang jalan kehidupan yang patut dipahami oleh masyarkat setempat sebagai pengempon pura."
JNANA 18:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarauw, Elisabeth J.
"Dewasa ini perhatian kita ditujukan sepenuhnya pada perkembangan nasional Indonesia yang sedang giiat-giatnya dilaksanakan. Pembangunan nasional kita ini pada dasarnya lebih dititik beratkan pada pembangunan teknologi dan jugaMasyarakat Indonesia seperti yang kita ketahui, memiliki aneka warna adat istiadat, agama, bahasa, suku-bang_sa dan ciri-ciri geografis yang berbeda yang dalam masa kini turut mewarnai corak pembangunan pada kedua bidang tersebut di atas tads. Kenekaan warna ini bisa mempenga - ruhi jalannya pembangunan, bisa mendorong dan bisa pula menghambat tercapainya tujuan pembangunan. Keaneka warnaan hal-hal tersebut di atas itu termasuk dalam faktor-faktor yang non ekonomi. Karena itu seharusnyalah kita selain memperhatikan usaha dalam bidang ekonomi dan teknologi, harus pula memperhatikan faktor-faktor yang non"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S12773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Upacara Dewa Mesraman adalah salah satu bentuk upacara yang dilakukan oleh masyarakat Bali, khususnya yang tinggal di desa Paksabali, Kabupaten Klungkung, Bali. Penelitian upacara Dewa Mesraman menggunakan metode kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa upacara Dewa Mesraman, tergolong upacara dewa yadnya, serta pelaksanaannya dilakukan pada hari caniscara (sabtu), wuku Kuningan (berdasarkan kalender Bali). Pelaksanaan upacara Dewa Mesraman, perlu diadakan persiapan sebelumnya, di antaranya : (1) Persiapan mengenai sarana dan prasarana upacara. dan (2) Membersihkan halaman pura, dan menghias pelinggih (bangunan) pura. Selain itu, dalam pelaksanaan upacara Dewa Mesraman, sangat membutuhkan kerjasama dari semua pihak yang ikut terlibat. Upacara Dewa Mesraman pelaksanaannya berdasarkan atas tahapannya, yaitu : 1). upacara mesucian. 2) Mesolah dan mesraman. 3) Melakukan upacara piodalan. Ketiga rangkaian upacara Dewa Mesraman tersebut, dilaksanakan secara berurutan, dan penuh semangat."
JNANA 18:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Satu diantara identitas masyarakat desa adat Sidetapa yang masih dipertahankan saat ini adalah mitos-mitos kepercayaan. Mitos-mitos yang dimaksud yaitu 1). Mitos Rsi Markandeya, 2). Mitos Khayangan Batu Kerotok, 3). Mitos Parahyangan Kayuan, 4). Mitos Pura Petirtan, 5). Mitos Pura Rambut Unggahang (Tunggang), 6). Mitos Pura Munduk, 7). Mitos Pura Puseh. Fungsi dari mitos-mitos tersebut dijadikan jastifikasi untuk memohon perlindungan dan keselamatan. Karena selama ini tempat yang mereka tempati adalah wilayah angker (tenget). Masyarakat desa adat Sidetapa percaya bahwa mitos tersebut bukan buatan manusia melainkan Ida Penembahan sebutan lain dari Sang Hyang Widhi. Fenomena kepercayaan ini sangat penting untuk diaji dalam rangka untuk menyandingkan dalam kehidupan global dan mederenisasi serta pemurnian ajaran keagamaan besar manusia. Penelitian ini dikaji melalui konsep mitos, teori struktur dan dialektika dari Claude levis Strauss. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis mitos-mitos kepercayaan yang ada di desa adat Sidetapa, dan tujuan untuk mengetahui fungsi dari setiap mitos dan ritualnya. "
JNANA 19:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Purana di Bali memiliki peran yang sangat penting, karena di dalamnya memuat beberapa hal seperti awal mula terjadinya alam semesta, genealogis para Dewa, genealogis para raja dan keturunan keluarga, fungsi dan status pura Sena tradisi-tradisi yang ada. Kesemua hal-hal tersebut sangat berguna sebagai pedoman bagi generasi selanjutnya dalam melaksanakan bishama para leluhur agar tetap dapat dipertahankan. Oleh sebab itu banyak keinginan masyarakat di Bali agar memiliki purana di pura yang mereka empon (penanggungjawab). Salah satunya adalah Pura Luhur Pucak Bukit Gede yang terletak di Banjar Poyan Desa Luwus, Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan yang berstatus sebagai Pura Kahyangan Jagat (pura penyungsungan umum). Pura ini berfungsi sebagai pusat religius dalam konsep catursala yang dikelilingi oleh beberapa pura sebagai sala (mahkota), diantaranya Pucak Bukit Buwung, Pucak Melangki, Pucak Sari dan Pucak Hyang Api. Berdasarkan tinggalan arkeologinya pura Luhur Pucak Bukit Gede merupakan pura peninggalan abad ke-11 sampai 12 tempat stananya Dewa Siwa Gana yang memiliki fungsi sebagai tempat memohon kekuatan (taksu) bagi masyarakat."
JPSNT 20:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mudjijono
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2017
621.323 MUD m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Kabupaten Bangli merupakan salah satu dari delapan kabupaten yang ada di Bali banyak memiliki keunikan budaya yang diwadahi oleh desa asli tradisional atau yang sering juga disebut dengan Desa Bali Aga maupun Desa Pegunungan sepeni Desa Pekraman Pengotan. Keunikan yang dimaksud salah satu diantaranya adalah perang papah. Perang papah merupakan permainan tradisional yang sering juga disebut dengan tari persembahan yaitu para pemainnya saling memukul satu sama lain dengan menggunakan batang dari daun pisang. Tradisi ini diadakan di Pura Bale Agung Pengotan. Jadwal penyelenggaraan tradisi perang papah ini pada purnama sasih keenam sesuai dengan penanggalan Bali atau sekitar bulan Desember tahun Masehi. Oleh karena perang papah diwadahi upacara tradisional keagamaan maka, pesan yang dikandung oleh tradisi tersebut diantaranya mengenai kehidupan keagamaan dan spiritual, kemudian hubungan antar manusia dengan manusia yang diwujudkan dalam kebersamaan. Juga tradisi ini akan membemuk jiwa kesatria kemudian penghormatan terhadap leluhur dan para dewa yang beristana di Bukit Airawang (Gunung Abang) yang disimbolkan melalui Pura Tuluk Biyu,pengendalian sosial dan resolusi konflik."
JPSNT 20:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Sudharma Putra
"Tradisi Marebu Mala merupakan salah satu tradisi yang terdapat di desa adat Beraban. Marebu Mala sangat terkait dengan suatu ritual yang berkenaan dengan pembersihan atau pensucian buana agung atau pembersihan terhadap alam semesta dalam ruang lingkup yang lebih kecil adalah lingkungan tempat pakraman desa adat setempat. Tradisi Marebu Mala diselenggarakan pada saat-saat tertentu tatkala adanya suatu kejadian atau peristiwa wabah penyakit atau hal lain yang mengancam keharmonisan hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan, wawancara, dan perpustakaan. Sedangkan, teori yang digunakan adalah teori neofungsional dan semiotik. Adapun perumusan masalahnya adalah apa fungsi dari tradisi Marebu Mala dan yang kedua bagaimana prosesi tradisi Marebu Mala dilakukan. Adapun pembahasannya yakni. Marebu Mala merupakan suatu tradisi yang telah ada dan dilakukan secara turun-menurun oleh masyarakat setempat. Ritual ini sangat sakral karena berkaitan dengan religi atau kepercayaan masyarakat. Fungsi dari Marebu Mala adalah melakukan penetralisiran terhadap energi-energi negatif baik yang disebabkan oleh alam maupun oleh ulah manusia sehingga keadaan yang buruk itu dapat dikontrol dan diredam, tidak menimbulkan impek yang buruk terhadap lingkungan kehidupan manusia. "
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>