Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79623 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Keberhasilan mengembangkan varietas terhadap toleransi suatu cekaman dalam program pemuliaan tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan keragaman genetik, ketepatan menerapkan metode seleksi dan kemampuan pemulia dalam mengidentifikasi genotipe yang memperlihatkan ketahanan terhadap cekaman tertentu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik mutan gandum hasil seleksi generasi M3 yang toleran terhadap cekaman suhu tinggi pada ketinggian tempat (elevasi) yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penampilan tanaman di elevasi > 1000 m dpl lebih baik dibanding elevasi < 400 m dpl. Populasi M3 yang memiliki perubahan nilai tengah tinggi adalah M3Kasifbey, M3Rabe dan M3Basribey. Populasi M3Oasis merupakan populasi yang mampu beradaptasi terhadap cekaman suhu tinggi berdasarkan karakter jumlah floret hampa, jumlah anakan produktif, bobot biji/malai, bobot biji/tanaman dan jumlah biji/tanaman. Keragaman genetik dan heribilitas di elevasi < 400 m dpl (Bogor) lebih luas dan tinggi dibandingkan elevasi > 1000 m dpl (Cipanas)."
AIDR 10:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Improvement of Plant Genetic Variability through Soma- clonal Variations. Sri Hutami, Ika Mariska, and Yati Supriati. High genetic variability’s are important factors in the development of new crop varieties. In vitro techniques are applicable for development of crop variability that is not found in the gene pool. One of the in vitro techniques that can be used for this purpose is the somaclonal variation technique. Somaclonal variation may be derived from gen- etic variations in explants and genetic variations in tissue cultures. Variations in the explant may be obtained from cell mutations or polysomic mutations of a certain tissue. Gen- etic variations in tissue culture may be caused by ploidy of chromosomes (endomitosis fusion), changes of chromosom structures (crossings), as well as changes of genes and cyto- plasms. Changes of genetic characters may be improved if anorganic compound was added into the medium. To im- prove the plant tolerances to biotic or abiotic factors, selec- tion components may also be added to the medium. Re- search results showed that somaclonal variation in tissue culture can improve genetic variations in plants. The vari- ation produced in tissue culture provide chances to develop new plant genotipes. Many selection components, such as Gamma-ray irradiation, Al contents and low pH, pure toxin or filtrate, polyethylene glycol (PEG), and plant growth regula- tors can be used to improve somaclonal variations in many plants to produce new genotipes."
JURAGBIO 2 (2) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Otong Zenal Arifin
"Objectives of the study was to discover genetic variability and genetic relationship of paternal half sib population of nile tilapia (Oreochromis niloticus) under selection program scheme at research Institute for Freshwater Aquaculture,in Bogor West Java...."
Jakarta: Berita Biologi Jurnal Ilmiah Nasional, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Oktavianthi
"Delesi 9-pasangan basa (pb) pada daerah intergen COII-tRNALys DNA mitokondria merupakan penanda genetik spesifik untuk populasi Asia. Delesi 9-pb pada populasi Pasifik sering ditemukan bersama tiga transisi basa pada Displacement loop (D-loop) yang disebut motif Polinesia. Penelitian dilakukan di Lembaga Biologi Molekular Eijkman dan bertujuan untuk mengetahui frekuensi delesi 9-pb pada 19 populasi dari Pulau Nias, Sumba, dan Flores. Melalui kombinasi data delesi 9-pb dan motif Polinesia diharapkan diperoleh informasi tentang migrasi populasi manusia di Kepulauan Indonesia. Metode yang digunakan adalah isolasi DNA genom, pengukuran konsentrasi DNA, amplifikasi DNA dengan polymerase chain reaction (PCR), elektroforesis pada gel agarosa 3% (b/v), dan sequencing. Frekuensi delesi 9-pb yang diperoleh pada populasi Nias 28,8%; populasi di Pulau Sumba 11,3--36,8%; dan populasi di Pulau Flores 6,3--25,9%. Motif Polinesia tidak terdapat pada populasi Nias, tetapi terdapat pada populasi di Pulau Sumba dan Flores. Varian leluhur motif Polinesia (varian Cac dan CaT) terdapat pada populasi di Pulau Nias, Sumba, dan Flores. Delesi 9-pb pada populasi Indonesia terdistribusi secara acak, sehingga tidak dapat digunakan dalam menjelaskan migrasi populasi manusia di Kepulauan Indonesia. Perlu dilakukan penelitian dengan penanda genetik lain, seperti analisis filogenetik menggunakan sekuens D-loop untuk memperoleh informasi mengenai proses migrasi populasi manusia di Kepulauan Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31428
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research was aimed to reveal genetic variation in finger shrimp (Metapenaeus elegant) of segara anakan lagoon based on morphometric features...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alyya Siddiqa
"Masalah terapi malaria yang dihadapi Indonesia adalah resistensi obat dan kegagalan pengobatan. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kegagalan pengobatan adalah buruknya biotransformasi obat pro drug menjadi bentuk aktifnya akibat karakteristik genetik manusia. Sejak tahun 2004, obat antimalaria amodiakuin yang dikombinasikan dengan artemisinin menjadi terapi lini pertama terapi malaria di Indonesia. Amodiakuin, sebagai pro-drug, memerlukan enzim CYP2C8 untuk membentuk metabolit aktifnya, desetilamodiakuin. Polimorfisme gen CYP2C8 yang menyandi protein enzim CYP2C8 diduga dapat menyebabkan kegagalan terapi akibat tidak terbentuknya metabolit aktif yang mencukupi.
Penelitian dengan disain potong lintang ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan proporsi ale! mutan gen CYP2C8 pada penderita malaria faiciparum tanpa komplikasi di desa Sentani Papua yang gaga! dan yang berhasil diterapi dengan amodiakuin atau artesunatamodiakuin.
Sampel penelitian adalah sampel darah pada kertas saring Whatman dari 43 subjek yang gagal dan 65 subjek yang berhasil diterapi dengan amodiakuin atau kombinasi artesunat-amodiakuin. Penelitian dilakukan dengan metode PCR-RFLP untuk mengidentifikasi ada tidaknya alel mutan. Alel mutan yang diperiksa adalah CYP2C8*2, CYP2C8*3, dan CYP2C8*4.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukannya alel mutan gen CYP2C8 pada kedua kelompok penderita malaria faiciparum. Hasil ini membuktikan bahwa alel-alel mutan gen CYP2C8 pada populasi penelitian terdistribusi dalam frekuensi yang sangat rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Polimortisme gen CYP2C8 tidak berhubungan dengan penyebab kegagalan terapi pada kelompok subjek penderita malaria faiciparum yang gagal diterapi.

The major problems of malaria in Indonesia nowadays are drug resistance and therapeutic failure. One factor that might cause the therapeutic failure is insufficient or poor biotransformation of pro-drug to its active form related to human genetic characteristics. Since 2004, combination of artemisinin and amodiaquine has been adopted as the first line therapy for malaria in Indonesia. Amodiaquine, as a pro-drug, needs CYP2C8 enzyme to produce its active metabolite, desethylamodiaquine. Polymorphism of CYP2C8 gene that codes the enzyme is assumed to be responsible for therapeutic failure because desethylamodiaquine produced in small amount.
This is a cross-sectional study to identify the proportion of mutant allele of CYP2C8 gene on malaria faciparum patients without complication at Sentani village, Papua, who were treated by amodiaquine or artesunatamodiaquine.
The blood samples on Whatrnan filter papers were obtained from 43 subjects who failed to respond and 65 subjects who responded well by amodiaquine or artesunate-amodiaquine. The study applied PCR-RFLP methods to analyze CYP2C8 gene and to determine the mutant alleles. The mutant alleles analyzed included CYP2C8*2, CYP2C8*3, and CYP2G8*4.
Our study showed that no mutant alleles were found in both groups. This result proved that the frequency distribution of CYP2C8 mutant alleles is very low or even absence in our study population. It is concluded that polymorphism of CYP2C8 gene is not related to the therapeutic failure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wartono Hadie
"Studi tentang variasi genetik dan truss morphometric telah dilakukan pada dua populasi ikan lele di Sungai Musi dan Bengawan Solo dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara keduanya. Populasi yang diamati adalah lele lokal (Clarias batrachus) untuk kedua habitat dan lete keli (Clarias meladerma) di Sungai Musi sebagai pembanding.
Sampel ikan lele diambil dari masing-masing habitat sebanyak 100 individul populasi untuk pengukuran truss. Pengukuran morfometrik dilakukan dengan ukuran komersial konvensional yakni panjang total (PT), panjang standar (PS), panjang badan (PB), dan panjang kepala (PK), serta rasio termakan (edible portion). Pengukuran secara truss morfometrik dilakukan dengan mernbagi menjadi 4 truss cell dan 6 titik homologus (dengan 21 variabel truss). Analisis elektroforesis protein (protein electrophoresis) dilakukan pada 12 enzim dari 40 individu masing-masing populasi. Jaringan yang dianalisis berasal dari hati dan otot daging bagian dorso ventral di belakang insang sebelah kid. Waktu yang digunakan untuk proses elektroforesis adalah 4 jam pada kekuatan 80 mA.
Dengan menggunakan 21 variabel truss (P < 0,05) populasi Clarias batrachus di S. Musi dengan Clarias meladerma mempunyai kemiripan yang lebih tinggi dan terpisah dengan populasi C. batrachus dari B. Solo. Demikian pula dengan ukuran komersial konvensional yakni PK dan edible portion. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu genetik terutama untuk budidaya.
Dad 12 enzim yang dianalisis diperoleh 16 lokus dan 4 (25%) diantaranya heterozigot. Heterozigositas pada tingkat populasi (H) adalah 0,029 (populasi Bengawan Solo), 0,063 (populasi Sungai Musi), dan 0,167 untuk Clarias meladenna dari Sungai Musi. Jarak genetik C. batrachus dari S. Musi lebih dekat kepada populasi Bengawan Solo daripada populasi C. meladerma yang juga berasal dari Sungai Musi.

Clarias batrachus, or Catfish, is a popular fish, especially in java, where they serve as a natural food resources in most villages. Catfish comprises several species included in 30 families found world wide, with 7 families widely distributed throughout Asia, including Indonesia. At least four species are known in Indonesia, each having a different local name. Nevertheless, information concerning the genetic variation/diversity and phenotype of C. batrachus in Indonesia is not yet available.
The aim of these study is to established the relationship between morphometric and enzymatic haracters of C. batrachus from different geographic distribution, namely from the Musi river in Sumatra and Bengawan Solo river in Java. The results obtained from these studies will serve as a basic information for further research and development of this species.
The studies were conducted on two different populations of C. batrachus in the Musi and Bengawan Solo river, and a population of C. meladerma of Musi. The truss morphometric study was conducted on 100 fish from each species collected by fishing and trapping. The fish was divided into 6 truss length and 4 truss cells. Fourty fish were then frozen at -24°C for analysis of enzymes polymorphisms.
Genetic variation based on enzyme polymorphisms and multivariate analysis of truss morphometric characters suggest that catfish populations from Bengawan Solo and Musi river do not form panmictic population. Electrophoretic analysis of 12 enzymes using aqueous muscle and liver tissues revealed the product of 16 loci. Genetic variation among these enzymes in this species was observed in 4 loci (Mdh, Pgm, Gpi, and Me) at 25% of the total number of loci. Avarage heterozygosities for C. batrachus was 0.029 (Bengawan Solo) and 0.063 (Musi river), while avarage heterozygosity of C. meladerma (Musi river) was 0.167.
Truss morphometric measurement have successfully shown to be a good technique for distinguishing catfish originated from different geographic areas. Most of the significant variation in morphological shapes of catfish population were found in the anterior (head) rather than the posterior part of the body. The information obtained from these studies may be used in aquaculture for strain improvement through selection and testing.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eko Burhanuddin
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui keragaman genetik udang mantis di perairan pesisir Kabupaten Tangerang selama bulan Januari ? Desember 2015. Pengambilan sampel larva Stomatopoda dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada bulan Februari, Juli dan Sepember pada 4 stasiun penelitian yang terdapat di antara Tanjung Kait dan Muara Sungai Cisadane. Stomatopoda dewasa juga diambil sebanyak 1 kali pengambilan sebagai data konfirmasi dengan identifikasi secara morfologi. Empat spesies udang mantis dewasa berhasil diidentifikasi dari 37 individu yang didadapat. Keempat jenis tersebut antara lain Erugosquilla woodmasoni, Odontodactylus sp., Harpiosquilla harpax, dan Miyakea nepa. Dua puluh empat larva Stomatopoda berhasil didapatkan menggunakan jaring plankton pada 3 kali pengambilan sampel. Hanya 12 larva yang berhasil diamplifikasi gen Cytochrome oxidase sub unit 1 untuk identifikasi molekular menggunakan mesin PCR SimplyAmp Biosystem. Seluruh gen yang berhasil diamplifikasi dikirim ke Macrogen Korea untuk proses sekuensing.
Hasil akhir menunjukkan terdapat 4 grup kekerabatan berdasarkan sekuens yang terdapat pada bank gen yaitu Oratosquilla interrupta, Harpiosquilla harpax, Stomatopoda sp. 1 BTN-2013 yang merupakan hasil sekuens penelitian sebelumnya dari Mariana dkk. (2013), dan Oratosquilla oratoria dengan nilai identitas 85% (NCBI 2015). Sebaran Stomatopoda di pesisir Tangerang cenderung menjauhi bagian muara sungai yang ditunjukkan dengan jumlah individu yang didapat lebih banyak pada stasiun 1 dan 3.

The research was conducted to know mantis shrimp genetic diversity in Tangerang coastal area for periode of January--Desember 2015. The larva of Stomatopoda was sampled 3 times in February, July and September on 4 sampling stations betwen Tanjung Kait and the estuary of Cisadane river. Mature Stomatopoda was sampled once as confirmation data by morfological identification. Four species of mature Stomatopoda had been identified from 37 individuals, those are Erugosquilla woodmasoni, Odontodactylus sp., Harpiosquilla harpax, and Miyakea nepa. Twenty four larvas were found using plankton net in 3 times of sampling. Only 12 from all larvas have been successfully amplified for the sequence of Cytochrome Oxidase sub unit 1 (CO1) using PCR SimplyAmp Biosystem machine. All amplified gene were sent to macrogen for sequencing procedure.
The result shown 4 group closely related to species Oratosquilla interrupta, Harpiosquilla harpax, Stomatopoda sp. 1 BTN-2013 sequence from early research by Mariana et al. (2013), and Oratosquilla oratoria with identities 85% (NCBI 2015). The Distribution of Stomatopoda in Tangerang coastal area tend to getting far from the estuary which are statiun 1 and 3 showed the larger amount of individu.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T46829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>