Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116450 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penyakit infeksi, termasuk pneumonia, merupakan penyebab tersering penyakit paru di Indonesia. Prokalsitonin (PCT) merupakan respon endokrin terhadap infeksi bakteri yang dapat membedakan serangan virus dan bakteri serta selaras dengan banyaknya bakteri sehingga memiliki nilai prognostik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar PCT kuantitatif dengan respons terhadap terapi pneumonia komunitas Community-Acquires Pneumonia, CAP). Penelitian ini merupakan studi analitis-observasional prospektif yang dilakukan di RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar dalam periode September 2014 hingga Januari 2015. Kadar PCT dalam sampel plasma pasien CAP yang dirawat inap diukur saat sebelum dan sesudah 72 jam setelah pemberian antibiotik empiris menggunakan metode imunoluminometri. Hubungan kadar PCT kuantitatif dan respon terhadap terapi dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. "
CHEST 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penilaian derajat keparahan pneumonia komunitas Community-Acquired Pneumonia (CAP) sangat penting untuk menentukan beratnya penyakit dan tata laksana yang lebih baik sehingga angka kematian 30 hari dapat dikurangi. Antitrombin III (AT-III) sebagai biomarker koagulasi dapat berperan dalam menentukan diagnosis dan prognosis pasien CAP. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar AT-III saat awal masuk rumah sakit terhadap derajat berat penyakit CAP dan kematian 30 hari pada pasien CAP. Penelitian ini menggunakan desain kohort perspectif dilakukan pada 55 subjek dengan CAP yang masuk dari instalasi gawat darurat RS H. Adam Malik, Medan dalam kurun Februari-Mei 2013 setelah memenuhi kriteria. Kadar AT-III saat awal masuk rumah sakit pada pasien CAP berkorelasi kuat dengan kematian dalam 30 hari. Semakin rendah kadar AT-III, semakin tinggi angka kematian 30 hari.
"
CHEST 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyakit ginjal kronik (PGK) stadium akhir dapat menyebabkan komplikasi pada paru, terutama edema paru akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau penambahan volume intravaskular dan interstisial. Hal ini dapat menyebabkan gangguan fungsi fisiologis dan mekanik paru yang kemudian meningkatkan resistansi saluran napas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak hemodialisis (HD) terhadap fungsi paru pada penderita PGK yang menjalani HD rutin. Metode yang digunakan adalah penelitian analitis-deskriptif dengan desain potong lintang dilakukan terhadap 90 pasien PGK stadium 5 yang menjalani HD rutin di Unit HD RS H. Adam Malik dan RS Pirngadi, Medan selama Maret-April 2013. pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan setelah satu sesi HD menggunakan alat pemeriksaan yang sama oleh seorang pemeriksa independen. Hermodianisis berhubungan dengan perbaikan yang bermakna pada parameter spirometri penderita PGK yang menjalani HD rutin. Efek ini kemungkinan berhubungan dengan berkurangnya cairan tubuh."
CHEST 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Beratnya penyakit Tuberkulosis (TB) ditentukan dari jumlah kuman, luasnya area organ yang terjangkit, serta lokasi anatomi. Pasien TB berat lebih berisiko mengalami kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien TB berat yang dirawat inap di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Penelitian ini merupakan studi deskriptif pada pasien TB berat yang dirawat inap di RSCM. Data pasien dikumpulkan pada periode 1 Januari 2008 hingga 31 September 2013. Data klinis dan laboratorium beserta status luaran (hidup atau meninggal) diperoleh dari rekam medis. Data deskriptif disajikan dalam bentuk jumlah dan persentase. "
CHEST 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kondrosarkoma sangat langka ditemukan di area mediastinum, terutama di mediastinum posterior. Belum ada pasien sarkoma mediastinum yang bertahan hidup lebih dari dua tahun. Dalam kasus ini, seorang pria berusia 28 tahun dirujuk ke RSCM, Jakarta dengan keluhan utama sesak memberat sejak satu bulan disertai batuk dan demam ringan. Rontgen toraks dan CT Scan menunjukkan gambaran massa mediastinum dan pneumotoraks. Pemeriksaan EBUS TBNA, bronkoskopi, esofagoskopi, EUS, dan biopsi dilakukan. Pemeriksaan EUS menunjukkan gambaran kondrosarkoma. Diagnosis tumor ini menjadi sulit karena biopsi kecil atau biosi jarum biasanya hanya mendapatkan sedikit elemen jaringan sehingga interpretasi sering keliru dengan tumor lain, semisal timoma tipe A, tumor fibrosis soliter, dan sarkoma sinovium. Pasien menjalani lima sesi radioterapi namun tidak dapat menjalani torakotomi karena kesulitan intubasi. Pasien dipulangkan dengan rencana kemoterapi selanjutnya.
"
CHEST 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Ultrasonografi (USG) adalah modalitas pemeriksaan radiologi yang menggunakan gelombang ultrasound, yaitu gelombang suara di atas ambang batas manusia (>20.000 Hz). Frekuensi gelombang yang digunakan pada USG transabdominal atau jantung adalah 2-5 MHz. Pada pemeriksaan kulit frekuensi dapat mencapai 100 MHz....
"
CHEST 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Thalibah
"

Perkiraan ada 120 juta kasus pneumonia setiap tahun di seluruh dunia, yang mengakibatkan sebanyak 1,3 juta kematian. Setiap tahun pneumonia selalu menempati peringkat atas sebagai penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita (12-59 bulan) di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kejadian pneumonia pada balita adalah 5,7%. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara karakteristik balita dan karakteristik ibu dengan kejadian pneumonia. Proporsi pneumonia lebih tinggi pada balita berumur 25-59 bulan (OR=1,852), berjenis kelamin laki-laki (OR=1,2), berstatus imunisasi campak lengkap (OR=1,448), berstatus imunisasi DPT-HB-HiB lengkap (OR=1,069), berstatus pemberian vitamin A lengkap (OR=1,189), dan memiliki ibu berpendidikan tinggi (OR=1,779). Oleh karena itu diperlukan pengembangan program pencegahan pneumonia pada balita berdasarkan faktor-faktor risiko tersebut, serta penyuluhan kepada masyarakat terutama ibu dan orang terdekat lain yang mengasuh balita tentang gejala dan pencegahan pneumonia


There are an estimated 120 million cases of pneumonia every year worldwide, resulting in as many as 1.3 million deaths. Every year pneumonia is always ranked as the leading cause of death of infants and toddlers in Indonesia. This study aims to determine the factors associated with the incidence of pneumonia in infants (12-59 months) in DKI Jakarta Province. The study used secondary data from Riskesdas 2018. The research design used was cross sectional. The results showed the proportion of the incidence of pneumonia in toddlers was 5.7%. There is no statistically significant relationship between toddler characteristics and mother characteristics with the incidence of pneumonia. The proportion of pneumonia is higher in toddlers aged 25-59 months (OR = 1.852), male (OR = 1.2), complete measles immunization status (OR = 1,448), complete DPT-HB-HiB immunization status (OR = 1.069), complete vitamin A status (OR = 1.189), and have highly educated mothers (OR = 1.779). Therefore it is necessary to develop a pneumonia prevention program for toddlers based on these risk factors, as well as counseling to the community especially mothers and other closest people who is taking care of toddlers about the symptoms and prevention of pneumonia

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Wulandari
"

Berdasarkan Riset Kesehatan 2013 dan 2018, anak usia 12-23 bulan memiliki prevalensi pneumonia tertinggi diantara usia balita lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak usia 12-23 bulan di Pulau Jawa. Desain penelitian yang digunakan yaitu desain potong lintang dengan menggunakan sampel berjumlah 2.695 anak. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi kejadian pneumonia pada anak usia 12-23 bulan sebesar 5,5%. Imunisasi campak berhubungan dengan kejadian pneumonia secara signifikan (POR= 1,743; 95% CI= 1,077-2,822). Penelitian ini mendukung pentingnya pemberian imunisasi campak untuk mencegah pneumonia. Intervensi yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu meningkatkan cakupan imunisasi campak melalui kampanye imunisasi campak.

 

 


According to Riskesdas 2013 and 2018, the highest prevalence of pneumonia in children under five are the children aged 12-23 months. This study aims to identify the prevalence and factors associated with pneumonia among children aged 12-23 months in Jawa Island. The study design used for this study is cross sectional with total sample of 2.695 children. Bivariate analysis is performed to identify factors associated with pneumonia. The results show the prevalence of pneumonia among children aged 12-23 months is 5,5%. Measles immunization is significantly associated with pneumonia (POR= 1,743; 95% CI= 1,077-2,822). This study supports the importance of measles vaccination to prevent pneumonia. Intervention that can be implemented by the government is increasing measles immunization coverage through measles vaccination campaigns.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randhy Fazralimanda
"Latar Belakang. Pneumonia berat masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia dan dunia. Sistem imun diketahui memiliki peranan penting dalam patogenesis pneumonia, namun tidak banyak studi yang menilai hubungan antara kadar CD4 dan CD8 darah dengan mortalitas akibat pneumonia berat pada pasien dengan status HIV negatif.
Tujuan. Mengetahui data hubungan dan nilai potong kadar CD4 dan CD8 darah dengan angka mortalitas 30 hari pada pasien pneumonia berat di RSCM.
Metode. Penelitian berdesain kohort prospektif yang dilakukan di ruang rawat intensif RSCM periode Juni-Agustus 2020. Keluaran berupa kesintasan 30 hari, nilai titik potong optimal kadar CD4 dan CD8 darah untuk memprediksi mortalitas 30 hari dan risiko kematian. Analisis data menggunakan analisis kesintasan Kaplan-Meier, kurva ROC dan multivariat regresi Cox.
Hasil. Dari 126 subjek, terdapat 1 subjek yang loss to follow up. Mortalitas 30 hari didapatkan 26,4%. Nilai titik potong optimal kadar CD4 darah 406 sel/μL (AUC 0,651, p=0,01, sensitivitas 64%, spesifisitas 61%) dan kadar CD8 darah 263 sel/μL (AUC 0,639, p=0,018, sensitivitas 62%, spesifisitas 58%). Kadar CD4 darah < 406 sel/μL memiliki crude HR 2,696 (IK 95% 1,298-5,603) dan kadar CD8 darah < 263 sel/μL memiliki crude HR 2,133 (IK 95% 1,035-4,392) dengan adjusted HR 2,721 (IK 95% 1,343-5,512). Bila sepsis dan tuberkulosis paru ditambahkan dengan kadar CD4 darah dan CD8 darah, didapatkan nilai AUC 0,752 (p=0,000).
Kesimpulan. Kadar CD4 dan CD8 darah memiliki akurasi yang lemah dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien pneumonia berat. Kadar CD4 darah < 406 sel/μL dan kadar CD8 darah < 263 sel/μL memiliki risiko mortalitas 30 hari yang lebih tinggi.

Background. Severe pneumonia is a major health problem in Indonesia and the world. The immune system is known to play an important role in the pathogenesis of pneumonia, but few studies have assessed the relationship between blood CD4 and CD8 count and mortality from severe pneumonia in patients with negative HIV status.
Objectives. Knowing the correlation data and the cut-off value of blood CD4 and CD8 count with a 30-days mortality rate in severe pneumonia patients at RSCM.
Methods. This study is a prospective cohort study conducted at RSCM intensive care rooms from June to August 2020. The outputs were 30-days survival rate, optimal cut-off value for blood CD4 and CD8 count to predict 30-days mortality and mortality risk. Data analysis used Kaplan-Meier survival, ROC curves and multivariate Cox regression analysis.
Results. Of the 126 subjects, there was 1 subject who lost to follow up. The 30-days mortality rate was 26.4%. The optimal cut-off value for blood CD4 count was 406 cells/μL (AUC 0.651, p=0.01, sensitivity 64%, specificity 61%), blood CD8 count was 263 cells/μL (AUC 0.639, p=0.018, sensitivity 62%, specificity 58%). CD4 blood count < 406 cells/μL had a crude HR of 2.696 (95% CI 1.298-5.603) and blood CD8 count < 263 cells/μL had a crude HR of 2.133 (95% CI 1.035-4.392) with an adjusted HR of 2.721 (CI 95% 1,343-5,512). If sepsis and pulmonary tuberculosis were added to the blood CD4 and CD8 count, the AUC value was 0.752 (p=0.000).
Conclusion. Blood CD4 and CD8 count had poor accuracy in predicting 30-days mortality in patients with severe pneumonia. The group with blood CD4 count < 406 cells/μL and blood CD8 count < 263 cells/μL had a higher risk of 30-days mortality.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Prayitno
"

Pneumonia karena Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab utama kematian balita yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksinasi. Penelitian ini bertujuan menilai efektivitas Pneumococcal Conjugate Vaccine-13 (PCV13) dengan imunisasi dasar 2 dosis dan 1 dosis penguat (jadwal 2 + 1).

Penelitian kohort prospektif dilakukan di tiga Kabupaten Nusa Tenggara Barat pada bulan November 2017–Juni 2019. Subjek adalah bayi usia dua bulan, dibagi menjadi kelompok PCV13 dan kontrol. Vaksinasi PCV13 dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi NTB pada bulan Oktober 2017. Subjek dilakukan usap nasofaring 4 kali saat berusia 2, 4, 12, dan 18 bulan, kemudian spesimen dikultur, diidentifikasi serotipe, dan diuji kepekaannya terhadap antibiotik.

Proporsi S. pneumoniae pada usia 2 bulan adalah 22,9% pada kelompok vaksin dan 19,1% pada kontrol. Evaluasi pada usia 12 bulan menunjukkan kolonisasi S. pneumoniae lebih tinggi dibandingkan usia 2 bulan pada kedua kelompok (chi square, p < 0,01). Kolonisasi S. pneumoniae serotipe vaksin PCV13 (serotipe VT) pada kelompok vaksin menurun pada usia 18 bulan diikuti kenaikan serotipe yang tidak terdapat di vaksin PCV13 (serotipe NVT). Pada kontrol serotipe VT meningkat dengan bertambahnya usia (chi square, p < 0,05). PCV13 menurunkan kolonisasi S. pneumoniae serotipe 6A/6B (serotipe dominan). Pola kepekaan terhadap antibiotik tidak berubah dengan bertambahnya usia pada kedua kelompok. Disimpulkan pemberian PCV13 dengan jadwal 2 + 1 efektif menurunkan kolonisasi S. pneumoniae serotipe VT di nasofaring.

 

Kata kunci:    kepekaan terhadap antibiotik, kolonisasi nasofaring, perubahan serotipe, pneumonia, proporsi


Pneumonia caused by Streptococcus pneumoniae is the leading cause of vaccine-preventable deaths in children under five years old. The study aims to assess the effectiveness of the Pneumococcal Conjugate Vaccine-13 (PCV13) administration with 2 primary doses and 1 booster (2 + 1 schedule).

This prospective cohort study was conducted in three districts of West Nusa Tenggara from November 2017–June 2019. The subjects were 2-month-old babies, divided into the group that was given PCV13 and the control group. PCV13 administered by West Nusa Tenggara Health Office in October 2017. Four nasopharyngeal swabs were collected at the age of 2, 4, 12, and 18 months old. S. pneumoniae was identified by culture and optochin test, then serotyping and antibiotic susceptibility test were performed by multiplex PCR and disk diffusion tools respectively.

The proportion of S. pneumoniae in 2 months old was 22.9% in the vaccine group and 19.1% in the control group. Evaluation in 12 months old showed higher colonization than in 2 months old (chi-square, p < 0.01). Colonization of vaccine-type serotypes in the vaccine group decreased at the age of 18 months followed by an increase in non-vaccine serotype. In the control group, vaccine-type increased with increased age (chi-square, p < 0.05). The PCV13 lowered the 6A/6B serotype (dominant serotype). Antibiotic susceptibility patterns did not change with increased age in both groups. In conclusion, the administration of PCV13 with a 2 + 1 schedule is effective to reduce the colonization of S. pneumoniae vaccine-type serotypes in the nasopharynx.

 

 

Keywords: antibiotic susceptibility, nasopharyngeal colonization, pneumonia, prevalence, serotype changes

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>