Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175475 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penyebab utama epidemi ganda Napza dan HIV-AIDS di Indonesia adalah perubahan pola penggunaan Napza dari hisap ke jarum suntik, dan semakin meluas injecting drug user (IDU-Penasun) di kalangan pengguna Napza yang pada umumnya memiliki kelemahan human capital atau kelemahan logika, sehingga mudah dikuasai Napza tanpa menyadari paparan infeksi HIV yang mengintai. Mereka tidak sadar, bahwa "jembatan emas" penularan dan penyebaran HIV, virus penyebab AIDS adalah penggunaan peralatan suntik tidak steril secara bergantian. Salah satu upaya mencegah penularan virus HIV-AIDS di kalangan IDU adalah harm reduction (HR) atau dalam terminologi Indonesia disebut pengurangan dampak buruk Narkoba. Tujuan utama pada program ini adalah upaya pemutusan mata rantai penularan HIV dan AIDS mulai dari tujuan umum hingga khusus dalam komunitas Penasun. Dalam implementasinya, program HR di Indonesia menghadapi sejumlah kendala di antaranya belum ada payung hukum (undnag-undang) yang mengatur secara khusus pelaksanaan HR; kendala sosiologis dan agama yang berkait dengan nilai agama dan norma bangsa Indonesia; kendala anggaran dan geografis berupa luasnya wilayah Indonesia sehingga sosialisasi program membutuhkan anggaran sangat besar dan tidak semua daerah mudah dijangkau. Mengantisipasi kendala tersebut, penerapan program HR di Indonesia perlu mempertimbangkan kepentingan yang lebih besar melindungi dan menyelamatkan masyarakat dari epidemi ganda Napza dan HIV-AIDS dengan tetap berpegang teguh faktor sosio-budaya, agama, dan kepribadian bangsa Indonesia."
JPKSY 14:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqomah Nur Ocnisari
"Penasun merupakan populasi kunci yang memiliki risiko ganda untuk penularan HIV, yaitu melalui perilaku menyuntik dan perilaku seksualnya. Upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan infeksi lainnya yang terjadi melalui penggunaan napza dengan jarum suntik dan perlengkapannya adalah dengan melalui program pengurangan dampak buruk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan program pengurangan dampak buruk HIV-AIDS dengan perilaku menyuntik. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan data STBP Tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah penasun yang pernah bertemu dengan petugas penjangkau sebanyak 430 responden di kota Yogyakarta, Tangerang, Pontianak dan Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penasun yang menyuntik berisiko dalam seminggu terakhir adalah sebesar 43% dan 45,4% penasun yang tidak mengakses program pengurangan dampak buruk. penasun yang tidak mengakses program pengurangan dampak buruk berisiko 1,2 kali lebih tinggi untuk menyuntik berisiko dibandingkan dengan penasun yang mengakses program pengurangan dampak buruk setelah dikontrol oleh faktor usia, tempat menyuntik, penggunaan kondom, lama menjadi penasun, dan jumlah teman menyuntik. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan program pengurangan dampak buruk secara komprehensif untuk mengurangi perilaku menyuntik berisiko, sehingga penularan HIV-AIDS pada penasun dapat dicegah.

Injection Drug Users (IDUs) are key population that have double risk of HIV transmission, through injecting behaviors and sexual behaviors. The effort to reduce HIV transmission and other infection among IDUs is by implementing harm reduction program. This study was conducted to identify the association between harm reduction program of HIV-AIDS among IDUs with injecting behaviors. This study used cross sectional design and used data of IBBS 2013. The respondents are IDUs who ever met with the outreach workers as many as 430 respondents in Yogyakarta, Tangerang, Pontianak, and Makassar. The result showed that the prevalence of IDUs who inject risky in the past week is 44,3% and 54,1% of IDUs do not access harm reduction program. IDUs who do not accsess harm reduction program has 1,3 time higher chance to inject risky than IDU who accsess harm reduction program after controlled by age, place of injection, condom use, duration of injecting drugs and total number of injecting partner. Therefore, optimalization of comprehensive harm reduction program is needed to decrease injection risk behavior in order to prevent HIV-AIDS transmission among IDUs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyalahgunaan NAPZA (Narkotik, Alkohol, Psikotropika dan Adiktif)
dewasa ini telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan, sehingga menjadi masalah
yang sangat mendesak. Masalah yang ditimbulkannya antara lain merusak hubungan
kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, perubahan perilaku, menjadi anti
sosial, gangguan kesehatan, kriminalitas dan tindakan kekerasan yan dapat merusak
dan mengancam kehidupan masyarakat. Peran dan fungsi keluarga dalam membentuk
manusia sebagai masyarakat yang sehat bio, psiko, sosio, spiritual merupakan titik
sentral dalam pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran peran keluarga yaitu; peran orang tua, peran saudara kandung dan peran
anggota keluarga yang lain dalam mempengaruhi kesiapan keluarga menerima
anggota keluarga yang mengalami ketergantungan NAPZA. Serta mengetahui
gambaran fungsi keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan
fungsi perawatan. Metode penelitian bersifat deskriptif sederhana dengan responden
sebanyak 43 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner
sebanyak 24 pertanyaan yang mengacu pada epran dan fungsi keluarga. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa peran saudara kandung mempunyai nilai kesiapan
yang tinggi dalam mempengaruhi kesiapan menerima anggota keluarga yang
mengalami ketergantungan NAPZA. Sedangkan fungsi keluarga yang sangat
bermakna dalam memengaruhi kesiapan keluarga menerima adalah fungsi afektif
dengan nilai 54,3%. Di sisi Iain yang perlu diperhatikan yaitu kemampuan dan
kemauan keluarga dan semua pihak yang terlibat dalam perawatan anggota keluarga
yang mengalami ketergantungan NAPZA yaitu meningkatkan pengawasan dan
pembinaan agar anggota keluarga yang dirawat cepat sembuh dan dapat beradaptasi
di masyarakat."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5453
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nopi Susilawati
"ABSTRAK
Peningkatan kejadian HIV/AIDS diikuti oleh peningkatan TB-HIV di seluruh dunia.
Prevalensi penasun pada HIV di penjara sebesar 55,2%. TB merupakan infeksi
oportunistik paling besar dengan persentase 25-65%. TB adalah pembunuh kesatu
orang dengan HIV dengan persentase 30%-50%.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran hubungan penasun dengan
kejadian koinfeksi TB-HIV dan kejadian mortalitas TB-HIV di Lapas.
Rancangan penelitian ini adalah kohort. Data yang digunakan adalah data skrining
TB-HIV tahun 2007-2011 dengan jumlah sampel 1416 warga binaan pemasyarakatan
(WBP). Data dianalisis menggunakan regresi logistik multinomial dan regresi cox.
Tingkat kematian pada penasun lebih tinggi baik pada subjek dengan TB maupun non
TB. Penasun berpeluang lebih tinggi terjadinya HIV (adjOR=75.8, 95% CI 27.2-
211.3), koinfeksi TB-HIV, (adjOR=39.1, 95% CI 11.5-132.8) dibandingkan non
penasun setelah dikontrol oleh variabel usia, status, lamanya penahanan, IMT dan
BCG. Sedangkan penasun tidak ada hubungan dengan kejadian TB
Pada seluruh subjek HIV, risiko kematian subjek dengan TB-HIV 7,6 (95% CI 1.25-
47.03) setelah dikontrol penasun, hepatitis B/C, terapi ARV, stadium, terapi OAT ,
CD4 dan usia. Pada subjek yang mengalami kematian pada masa penahanan , risiko
kematian subjek dengan TB-HIV 5,8 (95% CI 0.4-83.34) setelah dikontrol penasun,
hepatitis B/C, terapi ARV, terapi OAT , stadium, CD4 dan usia.
ABSTRACT
Increased incidence HIV/AIDS followed by an increase TB-HIV worldwide.
Prevalence of Injecting drug users (IDUs) among HIV in prison is 55,2%. TB
is the highest opportunistic infection in HIV infected people with percentage
25-65% . TB is the most killer among HIV with percentage 30%-50%.
The purpose of this study was to know a relationship between IDUs with TBHIV
co-infection incidence and mortality incidence of TB-HIV in prisons.
This research is a cohort study design. Data used in this research was screened
from TB-HIV population data on 2007-2011. The number of sample are 1416
prisoners.
The data was analyzed using multinomial logistic regression and Cox
Regression. IDUs has larger opportunities HIV rather than non IDUs
(adjOR=75.8, 95% CI 27.2-211.3) , TB-HIV co-infection (adjOR=39.1, 95%
CI 11.5-132.8) after controlled by age, marriage status, imprisonment time,
BMI and BCG immunization. IDUs no association with TB.
IDU mortality rate was higher in subjects with TB and non TB. All HIV
subjects, adjusted HR for TB-HIV were 7,6 (CI 95% 1.25-47.03) after
controlled by IDUs , hepatitis B/C, ARV therapy, OAT therapy, CD4, HIV
stage and age.
Mortality subjects imprisonment, adjusted HR for TB-HIV were 5,8 (CI 95%
1.25-47.03) after controlled by IDUs , hepatitis B/C, ARV therapy, OAT
therapy, CD4, HIV stage and age."
2013
T38423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Oktarina
"Manusia melakukan atau berbuat sesuatu pada dasamya didorong oleh suatu faktor penggerak yang disebut motivasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa 52% pasien NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi di RSKO Jakarta memiliki motivasi sembuh yang tinggi. Hal tersebut memberi gambaran bahwa pasien NAPZA memiliki dorongan untuk sembuh dari ketergantungan obat, baik dorongan di luar maupun dari dalam individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi sembuh pasien NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi di RSKO Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan populasi sampel 25 orang pasien rehabilitasi rawat inap di RSKO Jakarta. Data diolah dengan analisis univariat dan ditata dalam bentuk tabel distribusi proporsi. Penelitian ini juga mengidentifikasi motivasi sembuh responden berdasarkan aspek keyakinan, lingkungan, pengaruh orang lain dan penghargaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan pelayanan yang dapat memotivasi pasien dengan mengembangkan komunikasi terapeutik yang tepat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5567
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Dewi
"Jumlah kasus penggunaan NAPZA di Indonesia sebanyak 20.301 orang, dimana 70% pemakai tersebut dikalangan remaja. Lingkungan ikut berkontribusi terhadap perilaku penggunaan NAPZA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran perilaku remaja terhadap NAPZA di Sekolah yang berlokasi dekat dengan terminal. Penelitian ini dilakukan di SMU Terpadu Terminal Depok dengan jumlah responden sebanyak 98 Orang. Metode yang digunakan deskriptif sederhana dengan instrumen penelitian berbentuk kuesioner, Domain perilaku yang diteliti menunjukan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden yang tinggi sebanyak 79 orang (80.61%), berpengetahuan sedang 19 orang (19.39%) dan tidak ada yang berpengetahuan rendah. Domain sikap menunjukan hasil bahwa responden yang bersikap baik terhadap NAPZA sebanyak 51 orang (52.04%) dan bersikap kurang baik 47 orang (47.96%). Untuk domain tindakan menunjukan hasil bahwa responden yang berperilaku adaptif sebanyak 56 orang (57.14%) dan yang berperilaku maladaptif sebanyak 42 orang (42.86%). Peneliti merekomendasikan pada penelitian selanjutnya untuk lebih baik menggunakan metode penelitian korelasi untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap NAPZA."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5662
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muharriza
"Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional, ada sekitar 3,5 juta orang penyalahguna NAPZA di Indonesia dan usia rata-rata pertama kali menggunakan adalah 15 tahun (BNN, 2004). Salah satu faktor yang ikut berkontribusi adalah faktor keluarga (Depkes, 2001). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan lingkungan keluarga dengan perilaku penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study, dengan tekhnik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian di lakukan pada klien rawat jalan di RSKO Jakarta dengan jumlah responden 79 orang, Metode pengumpulan data menggunakan angket yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Hasil analisa univariat menunjukkan responden adalah Iaki-laki (93,7 %), usia saat ini > 25 tahun (54.4 %), pendidikan terakhir umumnya SMA (64,6 %) dan jenis NAPZA yang digunakan pertama kali sebagian besar adalah ganja / mariyuana (54,4 %). 54,4 % responden tinggal dilingkungan keluarga yang kondusif, usia pertama menggunakan terdapat 49,4 % dibawah 16 tahun dan tingkat penggunaan saat pertama mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan sebagian besar sudah pada tingkat ketergamungan (83,5 %).
Sedangkan hasil uji bivariat dengan Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan usia pertama menggunakan NAPZA (p value=0,000; α = 0,05%), dengan OR 6,000 menunjukkan keluarga yang tidak kondusif berpeluang 6 kali dibandingkan keluarga yang kondusif dalam mempercepat seseorang mengkonsumsi NAPZA. tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan tingkat penggunaan NAPZA (p value=0,401; α = 0,05%).
Disarankan perlunya keluarga menyadari bahwa perilaku anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan keluarga. Tindakan preventif dimulai dari lingkungan keluarga, perlunya keluarga melakukan deteksi awal penyalahgunaan NAPZA pada anak agar dapat meminimalkan penyalahgunaan NAPZA. Perlu dilakukan penelitian dengan lingkup yang lebih luas mencakup jumlah sumpel dan variabel serta desain penelitian. Sampel diharapkan lebih banyak dan menyebar di berbagai wilayah, dengan variabel yang banyak serta perlu dilakukan penelitian dengan pendekatan cohor study."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5460
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Erlyn D.S.
"Jumlah anak jalanan semakin meningkat setiap tahunnya dirnana sebagian diantaranya merupakan pengguna NAPZA. Persepsi individu terhadap NAPZA dipenganxhi oleh pengetahuan yang menentukan perilaku individu tersebut terhadap NAPZA. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan persepsi anak jalanan usia remaja tentang NAPZA di kota Depok tahun 2008. Desain penelitiawyang digunakan adalah deskriptif koleratif. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 80 orang yang diminta untuk mengisi kuisioner yang terdiri dari 15 pertanyaan dan 20 pernyataan. Responden merupakan anak jalanan usia remaja di kota Depok.
Hasil peneiitian mendapatkan bahwa 65% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah dan 35% memiliki tingkat pengetahuan tinggi, sedangkan jumlah responden yang memiliki persepsi positif tentang NAPZA sama dengan responden yang memiliki persepsi negatif masing-masing sebanyak 50%. Analisa lebih lanjut menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pcngetahuan dengan persepsi anak jalanan usia remaja tentang NAPZA di kota Depok tahun 2008 (p vaIue=0,815, o.=0,05). Peneliti merekomendasikan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku penggunaan NAPZA dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan NAPZA pada anak jalanan usia remaja."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5625
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Cahyadi Nugroho
"Penelitian ini dititikberatkan pada pembahasan mengenai kewenangan pemerintah dalam rehabilitasi sosial dan implementasi pelaksanaan rehabilitasi sosial pecandu dan korban penyalahgunaan napza dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif yaitu melakukan analisa dengan pendekatan peraturan perundang-undangan di bidang administrasi pemerintahan serta penggunaan teori kewenangan dalam lingkup hukum administrasi negara. dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka secara atribusi berdasarkan ketentuan undang-undang narkotika dan undang-undang pemerintah daerah kewenangan pemerintah dalam rehabilitasi sosial pecandu dan korban penyalahgunaan napza termasuk dalam urusan pemerintahan bidang sosial. kemudian secara delegasi pengaturannya diserahkan pada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang sosial, yang menurut Perpres 24 tahun 2010 dan Perpres 46 tahun 2015 menteri yang dimaksud adalah menteri sosial. tetapi dalam implementasinya ada lembaga lain yaitu Badan narkotika nasional ikut melaksanakan fungsi rehabilitasi sosial pecandu dan korban penyalahgunaan napza, kondisi ini tentunya dapat menimbulkan potensi tumpang tindih kewenangan, dan menurut undang-undang administrasi pemerintahan termasuk kategori penyalahgunaan kewenangan karena melaksanakan kewenangan diluar tujuan diberikannya wewenang. Oleh karena itu diperlukan koordinasi antar lembaga untuk membahas bagaimana sebaiknya pelaksanaan rehabilitasi sosial apakah tetap mengikuti ketentuan undang-undang narkotika atau ada perjanjian kerjasama antar lembaga yang bersangkutan sehingga terjadi keselarasan dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial pecandu dan korban penyalahgunaan napza.

This research focuses on the discussion on government authority in socialrehabilitation and implementation of addicts and drug abuse victims usingnormative juridical research method that is to analyze with regulation approach ingovernment administration and the use of authority theory within the scope ofstateadministrationlaw.from the results of research that has been done then theattribution based on the provisions of the narcotics laws and local governmentlaws government authorities in social rehabilitation of addicts and victims of drugabuse included in the affairs of social government. then the delegation arrangements submitted to the minister who organizes social government affairs,according to Perpres 24 of 2010 and Presidential Regulation 46 of 2015 the minister in question is a social minister. but in the implementation there is another institution that is the National Narcotics Agency participate in implementing the social rehabilitation function of addicts and drug abuse victims, this condition can certainly lead to potential overlapping of authority, and according to the law of government administration including the category of abuse of authority forexercising authority outside the purpose of granting authority. Therefore, interinstitutional coordination is needed to discuss how best to implement socialrehabilitation whether to follow the provisions of narcotics law or there is cooperation agreement between institutions concerned so that there is harmony in the implementation of social rehabilitation of addicts and drug abuse victims"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santoso
"Remaja merupakan kelompok berisiko terhadap masalah kesehatan sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu masalah yang sering dijumpai pada remaja adalah penyalahgunaan NAPZA. Perawat Spesialis Komunitas mempunyai peran dalam mencegah penyalahgunaan NAPZA, salah satu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang digunakan adalah peer konselor. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayan siswa melalui peer konselor untuk mencegah risiko penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMK TJ di Kelurahan Ratujaya Depok. Hasil kegiatan ini didapatkan bahwa terjadi perubahan perilaku siswa yaitu peningkatan pengetahuan dari rerata 65 menjadi 80, sikap dari rerata 60 menjadi 75 dan kognitif skill dari rerata 45 menjadi 70. Selain itu telah terbentuk struktur peer konselor di SMK TJ yang terdiri dari 12 siswa yang telah dilakukan pembinaan selama 12 kali pertemuan. Karya Ilmiah Akhir ini menyimpulkan peer konselor merupakan bentuk intervensi efektif yang dapat diaplikasikan dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA di sekolah. Untuk itu peer konselor perlu dikembangkan dan dilakukan pembinaan lebih lanjut terhadap pelayanan kesehatan remaja terkait pencegahan penyalahgunaan NAPZA.

Adolescence is who ones population at risk with their health problems, so they must have specific attention. One's of the population that met in population adolescence is drug abuse. The nurse specialist community health nursing have role in drug abuse prevention, ones of nursing intervention in community that used to reduce that problems is peer counselor. This study purpose to improve empowerment students with peer counselor, to prevent risk for drug abuse at senior high school 'TJ' Ratujaya in Depok. The study result changed behaviors students with increased knowledge (mean 60 to 80), increased attitude (mean 60 to 70) and kognitive skill (mean 45 to 70). The result from this study shows peer councelor is effectively intervention applied to prevent drug abuse in school. These result are expected that peer counselor should be developed and sustained with health care in adolescence related to prevent drug abuse."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>