Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Uji klinis ini dilakukan di RS Paru Ario Wirawan di Salatiga dengan cara mendeteksi I-131 oleh kelenjar gondok. Fungsi kelenjar gondok dapar diketahui dengan mengukur serapan radiofarmaka dalam kelenjar gondok dengan menempatkan detector di depan leher pasien. Untuk mendapatkan hasil yang diagnosis yang cepat, penanganan dan pengolahan hasil pendeteksian ini digunakan perangkay thyroid uptake dengn UI Devasys USB yang dapat menerima data digital. Data ini diolah ke computer untuk mendapatkan kurva uptake. Hasil ini dibandingkan dengan analisis darah pasien dengan menggunakan perangkat Radioimmunoassay."
PRIMA 7:13 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kresnawan
"ABSTRAK
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) sampai saat ini masih merupakan masalah utama di bidang gizi disamping Kurang Kalori Protein, Kekurangan Vitamin A, dan Anemia Gizi besi.
Pada dewasa ini diperkirakan sekitar 30 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah defisiensi iodium. Dari jumlah tersebut lebih dari 750 ribu menderita kretin endemik, 10 juta menderita gondok endemik dan 3,5 juta menderita GAKI lainya.
Akibat negatif dari GAKI ternyata lebih luas dari sekedar terjadinya pembesaran kelenjar gondok. Yang sangat mengkhawatirkan adalah akibat negatif pada susunan syaraf pusat yang akan berpengaruh pada kecerdasan dan perkembangan sosial masyarakat pada umumnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pembesaran kelenjar gondok terhadap prestasi belajar murid sekolah dasar yang tinggal di daerah yang selama ini dikenal sebagai daerah defisiensi iodium. Penelitian ini merupakan penelitian analisis dengan pendekatan Cross Sectional, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan data sekunder dari survei dampak penanggulangan GAKI nasional yang dilaksanakan tahun 1988 - 1990.
Dalam penelitian ini tingkat pembesaran kelenjar gondok diketahui dengan cara inspeksi dan palpasi kelenjar gondok untuk kemudian ditetapkan statusnya menurut kriteria WHO tahun 1990. Kemudian tingkat pembesaran kelenjar gondok dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang menderita gondok terdiri dari gabungan tingkat pembesaran la, Ib, II dan III. Sera kelompok tidak menderita gondok (normal) yang terdiri dari tingkat pembesaran O. Sedangkan prestasi belajar diambil dengan cara mengutip angka rata-rata dari semua mata pelajaran yang tercantum dalam buku raport pada penilaian terakhir.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor gondok terlihat berpengaruh terhadap prestasi belajar murid sekolah dasar, terutama di daerah endemik berat yang ditunjukkan dengan tingginya prevalensi TGR.
Berdasarkan kesimpulan tersebut beberapa saran yang perlu dikemukakan adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan instrumen pengukur prestasi belajar yang baku dan objektif misalnya test IQ. Kemudian prestasi belajar perlu pula dibagi menjadi dua yaitu prestasi belajar yang bersifat intelegentif dan non intelegeftif. Perlu pula dilakukan penelitian tentang prestasi belajar yang dikaitkan dengan faktor gizi lainya disamping defisiensi iodium yaitu faktor KKP dan anemia gizi.
Selain itu disarankan pula untuk menggunakan menggunakan informasi epidemiologi yang diperoleh dari penelitian ini sebagai bahan penyuluhan khususnya dalam rangka meningkatkan "demand" terhadap garam beriodium. Kemudian disarankan agar melanjutkan upaya penanggulangan GAKI melalui suplementasi langsung baik suntikan maupun oral terutama di daerah endemik berat dan sedang. Agar penanggulangan GAKI lebih berhasil guna hendaknya diikuti pula dengan upaya peningkatan status gizi masyarakat khususnya KKP dan anemia gizi."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Rizky Putri
"Latar belakang: Tipe histologi kanker tiroid yang paling banyak ditemukan adalah karsinoma tiroid papiler (KTP) yang memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan jenis tipe histologi lainnya. Meskipun demikian, 10% dari KTP mengalami rekurensi atau metastasis jauh setelah operasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, CD133 adalah penanda sel punca kanker yang dapat digunakan untuk memprediksi kesintasan. CD133 dapat muncul sebagai alat diagnostik prabedah penting untuk mengidentifikasi pasien yang mendapat manfaat dari diseksi leher yang lebih luas. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk melihat hubungan ekspresi CD133 dengan metastasis kelenjar getah bening (KGB) leher dan agresivitas varian KTP. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain studi potong lintang. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien KTP yang sudah dioperasi definitive dan terdapat blok paraffin yang layak diproses. Data klinikopatologis seperti usia, jenis kelamin, varian subtipe, T pada TNM, keterlibatan KGB leher, dan stadium kanker diperoleh dari rekam medis. Dilakukan pewarnaan imunohistokimia pada jaringan tiroid yang tersimpan dan tingkat ekspresi CD133 disajikan dalam bentuk H-score. Analisis statistik dilakukan menggunakan program SPSS 25.0. Hasil: Didapatkan 40 sampel dengan 20 subjek KTP dengan metastasis KGB dan 20 subjek KTP tidak dengan metastasis KGB. Dari analisis data, didapatkan perbedaan rerata H-score yang signifikan antara kelompok varian subtipe agresif dan non-agresif (p = 0,006) dan terdapat hubungan yang signifikan antara ekspresi CD133 dan varian subtipe agresif (p = 0,005) dengan OR 7,917 (IK95% 1,711-36,633). Terdapat perbedaan rerata H-score yang signifikan antara kelompok stadium 1, 2 dan 3 (p = 0,010) dan hubungan yang signifikan secara statistik antara ekspresi CD133 dan stadium (p = 0,009). Kesimpulan: Peningkatan ekspresi CD133 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian metastasis KGB leher pada pasien KTP tetapi memiliki hubungan yang signifikan dengan agresivitas subtipe KTP.

Introduction: Ten percent of papillary thyroid carcinoma (PTC) cases experience recurrence or distant metastasis after surgery. Based on previous research, CD133 is a cancer stem cell marker that can be used to predict survival. CD133 can emerge as an important preoperative diagnostic tool to identify patients who would benefit from neck dissection. Objective: To evaluate the association between CD133 expression and neck lymph node metastasis and aggressive variants of PTC. Methods: This research is an analytical study with a cross-sectional design. Samples were taken through consecutive sampling according to inclusion and exclusion criteria. Inclusion criteria were PTC patients who undergone definitive surgery with eligible paraffin block. Clinicopathological data were obtained from medical records. Immunohistochemistry staining was performed, and CD133 expression levels were presented as H-score. Statistical analysis was conducted using SPSS 25.0 software. Results: A total of 40 samples were obtained. From the data analysis, a significant difference in mean H-score was found between aggressive and non-aggressive subtype variant groups (p = 0,006), and there was a significant association between CD133 expression and aggressive subtype variant (p = 0,005) with an odds ratio of 7,917 (95% CI 1,711-36,633). There was a significant difference in mean H-score between stage groups (p = 0,010) and a statistically significant association between CD133 expression and stage (p = 0,009). Conclusion: Increased CD133 expression is not significantly associated with the occurrence of neck lymph node metastasis in PTC patients but is significantly associated with the aggressiveness of PTC variants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dandi Hambali
"Berdasarkan data dari American Cancer Society, untuk tahun 2012 di Amerika Serikat terdapat 241.740 kasus kanker prostat, dengan 28.170 penderita di antaranya meninggal. Diagnosis akurat kanker prostat sangat diperlukan sebagai upaya pencegahan dan meminimalisasi risiko terjadinya kanker prostat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi uptake radiofarmaka 99mTc-HYNIC Folate pada organ di dalam tubuh manusia, yaitu liver, ginjal, kandung kemih, dan kelenjar prostat sebagai organ targetnya sehingga efisiensi dan efektivitas radiofarmaka ini untuk pencitraan kelenjar prostat dapat diketahui. Perhitungan efisiensi dan efektivitasnya dilakukan dengan menghitung rasio biodistribusi pada masing - masing organ; liver, ginjal, dan kandung kemih terhadap kelenjar prostat.
Rasio biodistribusi rerata kelenjar prostat terhadap liver sebesar 0,05; ginjal 0,06; dan kandung kemih 0,06. Rasio biodistribusi yang didapat menunjukkan bahwa radiofarmaka 99mTc-HYNIC Folate pada waktu 5 menit pasca injeksi masih tersebar cukup merata pada liver, ginjal, ataupun kandung kemih. Metode Statistika Pearson yang digunakan menunjukkan nilai koefisien korelasi yang lebih kecil dari nilai kritisnya. Artinya pencitraan kelenjar prostat dengan radiofarmaka 99mTc-HYNIC Folate pada waktu 5 menit pasca injeksi.dapat dilakukan, seperti yang terlihat dari hasil citra pada kelenjar prostat.

According to American Cancer Society, there are 241.740 cases of prostate cancer happen in United States for the year 2012, with 28.170 sufferers die. Accurate diagnoses are necessary to prevent and to minimize the risk of prostate cancer in the future. The purpose of this study would be aimed to know uptake distribution of 99mTc-HYNIC Folate radiopharmaceutical in liver, kidney, bladder, and prostate as target organ so, the efficiency and the effectivity of this radiopharmaceutical for prostate imaging will be known. To accomplished that, the calculation of biodistribution ratio in liver, kidney, and bladder to prostate are made.
The value of the ratio is 0,05 for liver; 0,06 for kidney; and 0,06 for bladder. This result show that 99mTc-HYNIC Folate radiopharmaceutical has the same level of distribution in liver, kidney, and bladder at 5 minutes after the injection. The result of Pearson Statistics method show that correlation coefficient in this study is smaller than critical value which mean, prostate imaging of 99mTc-HYNIC Folate radiopharmaceutical at 5 minutes can be made as indicated from the result of prostate image.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditha Diana
"ABSTRAK
Latar belakang: Karsinoma papiler tiroid KPT merupakan 85-90 dari seluruhkanker tiroid. KPT adalah tumor epitel folikel ganas yang menunjukkan diferensiasisel folikular disertai perubahan inti dan/ atau pembentukan struktur papiler. Siklin D1dapat digunakan sebagai penanda invasi sel tumor. Tujuan penelitian inimembandingkan ekspresi siklin D1 pada kelompok KPT tanpa metastasis, KPTdengan metastasis ke kelenjar getah bening KGB leher, dan KPT dengan metastasistulang.
Metode: Penelitian menggunakan metode potong lintang. Sampel terdiri atas 13kasus untuk masing-masing kelompok KPT tanpa metastasis, KPT dengan metastasisKGB leher, dan KPT dengan metastasis tulang. Dilakukan pulasan siklin D1 danpenilaian pulasan berdasarkan intensitas dan jumlah inti sel yang terpulas. Dilakukanpenghitungan histoscore dan persentase setiap kasus. Hasil penghitungandikelompokkan menjadi derajat satu yaitu hasil kurang dari 10 , derajat dua yaituhasil 10-50 , dan derajat tiga yaitu lebih dari 50.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pulasan siklin D1 derajat tigaditemukan pada sebagian besar kelompok KPT dengan metastasis tulang dan tidakditemukan pada KPT tanpa metastasis. Terdapat hubungan yang bermakna antaraekspresi siklin D1 pada kelompok KPT tanpa metastasis, kelompok KPT denganmetastasis KGB leher, dan KPT dengan metastasis tulang interval kepercayaan 95 0,01-0,74; p

ABSTRACT
Background: Papillary thyroid carcinoma PTC represents 85 of all thyroidcancer. PTC is a malignant epithelial tumor showing evidence of folliculardifferentiation and characterized by distinctive nuclear features with or withoutpapillary structures. Cyclin D1 can be used as a marker of tumor cell invasion. Theaim of the study was to compare expression of cyclin D1 in PTC without metastasisgroup, PTC with neck lymph node metastasis, and PTC with distant metastasis.
Methods: This was cross sectional study. Samples consist of 13 cases for each groupPTC without metastasis, PTC with neck lymph node metastasis, and PTC with distantmetastasis stained with cyclin D1 antibody. Quantification was based on the intensityand distribution of nuclear staining. The appraisal was done with estimatinghistoscore and percentage. Calculation result was graded as follows grade one isfewer than 10 of tumor cells, grade two is 10 50 , and grade three is more than50.
Results: The result of the study shows that grade three of cyclin D1 staining found inmajority cases of PTC with distant metastasis and not found in PTC withoutmetastasis. There is a significant differences of cyclin D1 expression among group ofPTC without metastasis, PTC with neck lymph node metastasis, and PTC with distantmetastasis 95 confidence interval 0,01 0,74 p.
"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki Budiman
"Kualitas manusia sebagai salah satu modal dasar pembangunan lebih mendapat perhatian pada Pelita V dalam rangka mempertinggi derajat kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditetspkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Tersirat bahwa agar tercapai tingkat kualitas manusia yang dicita-citakan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan member! prioritas yang tinggi pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dalam keluarga termasuk peningkatan status gizi masyarakat di samp ing upaya-upaya prevent if, kuratif dan rehablitatif.
Kualitas manusia terdiri dari aspek ragawi dan aspek mental; yang termasuk aspek ragawi yaitu kebugaran dan pertumbuhan; sedangkan yang termasuk aspek mental yaitu kecerdasan dan keterampilan. Gangguan gizi yang erat kaitannya dengan pertumbuhan ragawi dan mental adalah kurang energi protein (KEP) dan kurang iodium.
Di Indonesia, KEP dan gangguan akibat kurang iodium (GAKI) merupakan dua dari empat masalah gizi utama. Prevalensi gizikurang pada anak usia di bawah lima tahun (balita) yang diukur atas dasar berat badan pada umur tertentu (kurang dari 70 % median acuan) menurun dari 29.1 persen (1983) menjadi 10.8 persen (1987)1. Laporan lain2 menyebutkan bahwa prevalensi menurun dari 14.4 persen (1978) menjadi 12.8 (1986) dengan penurunan yang besar terjadi didaerah perkotaan yaitu 4.2 persen di bandingkan daerah pedesaan sebesar 0.9 persen.
Besar dan luasnya masalah pertumbuhan ragawi di samping dinyatakan dengan prevalensi gizikurang pada anak balita, dapat pula dinyatakan dengan besarnya prevalensi gizikurang pada anak usia tujuh tahun yang diukur pencapaian tinggi badannya. Hal ini sekaligus dikaitkan dengan keadaan ekonouii suatu wilayah3'4,'.
Di Indonesia, prevalensi gizi kurang anak usia tujuh tahun secara nasional belum ads. Prevalensi gizikurang atas dasar indeks tinggi badan menurut umur (<=90% median acuan Indonesia hasil modifikasi acuan WHO-NCHS) anak baru masuk sekolah (6-8 tahun) di tiga provinsi yaitu Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat pada tahun 1988 berturut-turut adalah 9.8; 14.6 dan 16.4 persen. Oleh karena tinggi badan merupakan produk dari interaksi berbagai faktor dan kesempatan mengoreksi tinggi badan sebelum mencapai tinggi bada usia dewasa terjadi pada masa usia sekolah, maka pertumbuhan ragawi pada usia tersebut perlu mendapat perhatian secara khusus.
Di pinak lain, penderita GAKI di Indonesia pada tahun 1986 di perkirakan 30 juta penduduk mempunyai resiko tinggi mengalami defisiensi iodium dan bermukim di daerah endemis. Tiap tahun dari sejumlah itu terjadi 9200 bayi lahir mati. Di samping itu lebih dari 750 000 orang menderita kretin.Diperkirakan pula 3.5 jut a di antaranya dijumpai mengalami gangguan mental, gangguan motorik termasuk pertumbuhan ragawi, dan gangguan kordinasi. Pembesaran kelenjar gondok (goiter) da lam berbagai tingkat kurang lebih 8 juta orang.
Di satu pihak KEP dan GAKI mempunyai efek terhadap pertumbuhan; di lain pihak pertumbuhan tersebut merupakan hasil interaksi yang sangat komplek berbagai faktor. Berbeda dengan sebaran masalah KEP yang dapat terjadi dengan tidak mengenal kekhususan ketinggian tempat, sebaran masalah GAKI terutama terjadi di daerah pegunungan dan daerah aliran sungai yang deficit unsur iodium serta daerah yang sukar dijangkau dengan kendaraan umum. Daerah-daerah tersebut uraumnya secara sosial-ekonomis jug a kurang maju.
Oleh karena itu, pertumbuhan anak di daerah ysng endemik GAKI, kemungkinan bukan disebabkan oleh defisiensi iodium saja tetapi peranan sosial ekonomi perlu dipertimbangkan. Hubangan antara defisiensi iodium dan tinggi badan anak sekolah dasar kelas satu menjadi objek penelitian ini."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian , 2012
338PUSP002
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian , 2012
338PUSP001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Febrian Mulya Santausa
"Penelitian mengenai produksi suara dalam bidang ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi masih jarang hingga saat ini. Waktu fonasi maksimal (WFM) merupakan salah satu parameter untuk menilai ketahanan fonasi. Studi pendahuluan ini ditujukan untuk mengetahui korelasi nilai prediksi ambilan oksigen maksimal (VO2 maksimal) yang didapatkan dari uji jalan enam menit dengan WFM pada populasi dewasa sehat sedenter bukan penyanyi. Penelitian ini merupakan studi potong-lintang dengan teknik pengambilan sampel secara konsekutif. Kriteria inklusi di antaranya subjek berusia 18-50 tahun, sedenter dan bukan penyanyi. Subjek dengan riwayat merokok, memiliki gejala pernafasan dalam dua minggu terakhir, riwayat penyakit jantung, paru, muskuloskeletal dan gangguan keseimbangan dieksklusi dari studi ini. Pengukuran WFM dan uji jalan enam menit dilakukan oleh dua asesor berbeda dan tidak diketahui satu sama lain. Seluruh subjek pada studi ini (n=50) merupakan penduduk ras Mongoloid. Rerata WFM lebih tinggi pada subjek laki-laki (n=18) (27.4+7.4 s vs 20.6+5.1 s, p<0.001). Dari analisis bivariat, didapatkan korelasi antara WFM dan nilai prediksi VO2 maksimal (r=0.588, p<0.001) dan frekuensi suara (r=-0.360, p=0.010), namun setelah analisis multivariat, nilai prediksi VO2 maksimal merupakan satu-satunya faktor yang berhubungan dengan WFM (p=0.004). Terdapat korelasi sedang antara nilai prediksi ambilan oksigen maksimal dari uji jalan enam menit dengan waktu fonasi maksimal pada dewasa sehat sedenter bukan penyanyi.

Studies regarding voice production in the field of physical medicine and rehabilitation are still sparse to date. Maximum phonation time (MPT) is a parameter to measure phonation endurance. This preliminary study was aimed to determine the correlation of predicted maximal oxygen uptake (VO2 max) obtained from six-minute walk test (6MWT) with MPT in healthy adult population of sedentary non-singers. This is a cross-sectional study with consecutive sampling. The inclusion criteria are subjects aged 18-50 years, sedentary and non-singers. Subjects with a history of smoking, having respiratory symptoms in the last two weeks, heart, lung, musculoskeletal and balance problems were excluded from this study. The measurements of MPT and 6MWT were carried out by two different assessors blinded to each other. The subjects in this study (n=50) were all Mongoloids. The mean MPT was higher in male subjects (n=18) (27.4+7.4 s vs 20.6+5.1 s, p<0.001). From bivariate analysis, there was a correlation between MPT and predicted VO2 max (r=0.588, p<0.001), as well as vocal frequency (r=-0.360, p=0.010). However, after multivariate analysis, predicted VO2 max was the only factor associated with MPT (p=0.004). There is a moderate correlation between predicted VO2 max obtained from 6MWT and MPT in healthy adult population of sedentary non-singers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam rangka pengembangan teknologi kultur alga perifiton dan usaha peningkatan nilai tambah serta pemanfaaatan sumber daya biota perairan, dilakukan sebuah uji coba kultur perifiton dengan menggunakan substrat artifisial akrilik. Perifiton ditumbuhkan dalam wadah berupa tabung yang disebut sebagai “substrat tubuler”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui performa tumbuh dan kemampuan uptake nutrien oleh alga perifiton yang berdampak terhadap perbaikan kualitas air. Komunitas perifiton mampu tumbuh dengan baik hingga sampling ke-13 atau kultur ke 36 hari dengan berat kering biomassa (DW) mencapai 0,039 gr.dm-². Pengukuran nutrien menunjukkan adanya penurunan konsentrasi mengindikasikan terjadinya perbaikan kualitas air akibat pemanfaaatan oleh komunitas perifiton."
OLDI 40:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>