Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87352 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ari Satmoko
"Kegiatan perekayasaan brakiterapi pada tahun 2010 bertujuan untuk menghasilkan desain rinci perangkat brakiterapi kanker serviks dosis sedang degan memanfaatkan sumber isotop iridium-192 berdaya pancar antara 5-10 curie. Sumber dibungkus dalam kapsul stainless steel SS-316 yang dirangkai dengan seling SS-316 berdiameter sekitar 1mm dan panjang 1800mm. Sebagai bagian dari kegiatan ini, desain awal sistem mekanik penggerak sumber isotopp telah dikembangkan. Kegiatan telah berhasil menentukan spesifikasi teknis komponen-komponen utama sistem mekanik penggerak. Kegiatan diawali dengan mempelajari desain konsep, melakukan perhitungan dan menentukan spesifikasi teknis, serta menetapkan komponen utama. Dari berbagai evaluasi yang telah dilakukan, beberapa komponen telah diputuskan yaitu motor stepper PK264A1-SG10, Bearing tipe jarum NKI-10/20, tabung spiral berdiameter 120mm berbahan SS-31-1/8?, sabuk berbahan dasar karet dengan lebar 20mm, serta drum besar berdiameter 100mm berbahan aluminum. Tidak semua komponen dapat diidentifikasi secara detail terutama komponen yang tidak ada di pasar dan harus dibuat sendiri. Dengan telah ditentukannya komponen-komponen utama tersebut, maka kegiatan lanjutan berupa desain rinci sistem mekanik penggerak selin sumber isotop dapat dilakukan."
Tanggerang: Pusat Rekayasa perangkat nuklir Puspiptek- Tanggerang, 2010
PRIMA 7:14 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Murwaningsih
"Salah satu dampak dari tindakan sinar dalam atau brakiterapi pada pengobatan kanker serviks adalah adanya disfungsi seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran indeks fungsi seksual pada klien kanker serviks. Desain penelitian menggunakan desain bersifat deskritif korelasi dengan menghubungkan masing-masing karakteristiknya. Dengan besar n = 50, menggunakan kuesioner indeks fungsi seksual yang terdiri dari 19 item pertanyaan dengan 6 domain di dalamnya. Analisis data dengan univariat dan bivariat dengan Uji T independen dan uji ANOVA.
Hasil penelitian diperoleh gambaran indeks fungsi seksual yang rendah dan hubungan yang bermakna antara hubungan seksual setelah brakiterapi dan frekuensi dalam melakukan hubungan dengan indeks fungsi seksual total. Disarankan perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang seksualitas dengan benar agar klien memperoleh informasi secara maksimal.

One of impacts in internal radiotherapy or brachytherapy for cervical cancer treatment that has dysfunction of sexual. This study aims to Description of index sexual function for client‟s that has cervical cancer. Method of research that use of descriptively method which correlate in each of characteristic. the number of samples are 50 (n = 50), use of questionnaire about sexual function index that consisting of the 19 item of question by six domains. Analyzing of data by univariat and bivariat with independent test of "T" and test of ANOVA.
Determining of result is description of sexual function index in low and has good correlation between sexual intercourse after brachytherapy treatment and frequency of intercourse with sexual function index totally. Hopefully, the nurses can provide healthy education about sexuality correctly so that the clients can determine the information maximally.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refni Dumesty
"ABSTRAK
Komparasi Implementasi Kebijakan Pengendalian Kanker Serviks Pada Program
Skrining Rutin Dan Pilot Project Bulan Cegah Kanker Serviks Di Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Selatan Tahun 2011- 2012
Latar Belakang : jumlah cakupan skrining kanker serviks merupakan indikator
terhadap keberhasilan program skrining kanker serviks di Puskesmas sebagai
bentuk dari implementasi kebijakan pengendalian kanker serviks. Peningkatan
jumlah cakupan yang cukup tinggi pada program skrining Pilot Project Bulan
Cegah Kanker Serviks dan penurunan jumlah cakupan skrining pasca Pilot
Project menunjukkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan
cakupan tersebut.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pelaksanaan program
rutin skrining kanker serviks dengan program skrining Pilot Project Bucekas yang
diidentifikasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu
Kondisi Lingkungan, Hubungan Antar Organisasi, Sumber Daya Organisasi, dan
Karakteristik Kapabilitas Instansi serta upaya terhadap program keberlangsungan
(sustainability).
Metode : penelitian kualitatif dengan disain retrospektif kebijakan terhadap 6
informan kunci.
Hasil : terdapat perbedaan di dalam implementasi kebijakan program skrining
rutin kanker serviks dengan program Pilot Project Bucekas dilihat dari keempat
faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pengendalian kanker serviks
di Sudinkes Jaksel.
Kesimpulan : penguatan terhadap komitmen birokrasi, peran stakeholder,
kerjasama lintas program dan sektoral, fungsi manajemen, promosi kesehatan,
jejaring dan ketersediaan dana menjadikan Pilot Project Bucekas lebih berhasil
dibandingkan dengan program skrining rutin dalam meningkatkan cakupan
skrining kanker serviks dan belum adanya program sustainability yang matang
terhadap program skrining rutin kanker serviks. Pembelajaran dari program Pilot
Project Bucekas dapat menjadi landasan kebijakan yang akan diambil oleh policy
maker di Sudinkes Jakarta Selatan dan Dinkes Propinsi DKI Jakarta

ABSTRACT
Comparison of Cervical Cancer Control Policy Implementation in Routine
Screening Program and ?Pilot Project Prevent Cervical Cancer Month? in South
Jakarta Health Office of Year 2011 - 2012
Background : The number of cervical cancer screening coverage is an indicator
of the success of cervical cancer screening program in the Community Health
Center as a form of cervical cancer control policy implementation. Increasing the
amount of coverage is high enough in screening programs ?Pilot Project Prevent
Cervical Cancer Month? ( Bucekas) and decrease the amount of coverage after
the Pilot Project showed that factors influencing the decline in coverage.
Purpose : this study aimed to compare the implementation of routine cervical
cancer screening program with a screening program identified Bucekas Pilot
Project of the factors that influence the implementation of the policy are
environment conditions, the Inter-Organization Relationship, Organizational
Resources and Capabilities Agency Characteristics and efforts toward program
sustainability.
Methods : qualitative research design with retrospective policy to 6 key
informants.
Results: there are differences in policy implementation routine cervical cancer
screening program with Pilot Project Bucekas program views of the four factors
that influence the implementation of cervical cancer control policy at South
Jakarta Health Office.
Conclusions : The strengthening of the commitment of the bureaucracy, the role
of stakeholders, cooperation and cross-sectoral program, the function of
management, health promotion, networking and the availability of funds makes
the Pilot Project Bucekas more successful than the routine screening program in
improving the coverage of cervical cancer screening and the absence of a mature
sustainability programs against routine screening program for cervical cancer.
Learning from the Pilot Project Bucekas program can be the base policy to be
taken by policy makers in South Jakarta Sudinkes and health office of DKI
Jakarta"
2012
T31272
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Liona Agusdin
"Kanker serviks merupakan salah satu kanker tersering yang dialami, wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 440.000 kasus baru setiap tahunnya dan sekitar 80% terjadi di negara berkembang. Negara - negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, sub-Sahara Afrika, dan Amerika Latin, tercatat sebagai negara dengan prevalensi kanker serviks yang tinggi. Contohnya di India, kasus baru kanker serviks setiap tahunnya adalah 90.000, sementara di Zimbabwe antara tahun 1990-1992 insiders kanker serviks mencapai 47.6 per 100.000. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada tahun 1998 dilaporkan 39,5% penderita kanker adalah kanker serviks. Di negara industri maju kanker serviks relatif lebih jarang, dibandingkan dengan kejadian kanker -payudara, paru-paru, kolon, rektum, dan prostat.
Perbedaan yang sangat jelas antara negara berkembang dengan negara maju ini adalah karena adanya skrining kanker serviks yang telah dilaksanakan secara luas di negara maju tersebut. Sekitar 50% wanita di negara maju telah menjalani tes pap paling sedikit 1 kali dalam periode 5 tahun, namun di negara berkembang hanya 5% wanita. Di beberapa negara seperti Amerika, Kanada, dan hampir seluruh negara di Eropa, 85% wanitanya telah menjalani Tes pap paling sedikit satu kali. Shining kanker serviks telah menurunkan insidens kanker serviks yang invasif. Penurunan insidens ini sangat berkaitan dengan jumlah populasi yang menjalani skrining dan jangka waktu antara dua skrining (skrining interval). Pada populasi dengan cakupan skrining yang luas, insidens kanker serviks turutl sampai 70-90%, sementara pada populasi yang tidak menjalani skrining, insidens kanker serviks terus berada pada kondisi awal seperti saat skrining belum diberlakukan di negara maju. Indonesia yang merupakan negara berkembang, telah diterapkan tes pap sebagai shining kanker serviks namun seperti yang juga dialami oleh negara berkembang lainnya penerapan tes pap sebagai skrining kanker serviks masih mendapat berbagai kendala, antara lain luasnya wilayah, dan juga masih kurangnya tenaga ahli sitologi.
Alternatif yang lebih sederhana serta mampu laksana dengan cakupan yang luas sehingga diharapkan temuan Iasi prakanker serviks lebih banyak adalah dengan tes IVA (WA). Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sensitif, namun spesifisitasnya rendah. Spesifisitas yang rendah berarti bahwa positif palsu tes WA masih tinggi. Sebuah penelitian mendapati bahwa 40% pasien yang dirujuk untuk kolposkopi karena hasil WA positif, temyata hasil kolposkopinya normal. Ini berarti masih banyak pasien dengan hasil WA positif yang kemudian harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut dimana sebenarnya pasien tersebut tidak perlu menjalani pemeriksaan tersebut atau tidak perlu mengeluarkan biaya lebih apabila spesifisitas tes WA ditingkatkan. Upaya untuk meningkatkan spesifisitas WA dalam skrining Iasi prakanker adalah dengan melakukan penapisan dua tahap. Penapisan tahap kedua setelah didapatkan hasil WA yang positif, dapat menggunakan berbagai Cara, seperti dengan tes pap, dengan Servikografi, maupun dengan tes DNA HPV Dengan penapisan dua tahap ini, diharapkan spesifisitas WA dapat lebih baik.
Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa Tes pap dapat dijadikan pemeriksaan tahap kedua dalam upaya meningkatkan-spesifisitas tes WA dalam skrining Iasi prakanker serviks. Saat ini telah dikembangkan metode tes pap yang baru yang dikenal dengan Thin prep pap test. Latar belakang dikembangkannya metode ini adalah karena tes pap konvensional memiliki negatif palsu berkisar antara 6-55% dan meningkat jika pembuatan slide atau sediaan tidak baik. Dengan menggunakan Thin Prep kualitas spesimen yang dihasilkan lebih balk jika dibandingkan dengan preparat tes pap konvensional. Prep meningkatkan kualitas spesimen dengan cam mengurangi darah, mukus, inflamasi, dan artifak lainnya yang dapat menggangu pembacaan sediaan. Karena kualitas spesimen yang dihasilkan lebih balk, maka Thin Prep lebih efektf juga dalam mendeteksi lesi intraepitelial skuamosa derajat rendah dan juga lesi-lesi yang lebih beat pada berbagai populasi pasien dibandingkan dengan Tes pap konvensional. Thin prep pap test meningkatkan deteksi Iasi prakanker 65% pada populasi skrining dan 6% pada populasi risiko tinggi jika dibandingkan dengan Tes pap konvensional.
Tes WA dengan kelebihannya yang mudah untuk dilakukan , murah, dan mempunyai sensitivitas yang tinggi, namun memiliki positif palsu yang tinggi, apabila dikombinasikan dengan tes pap dimana sensitivitas dan spesifisitasnya cukup baik maka diharapkan sistem skrining dua tahap ini dapat diberlakukan sebagai sistem skrining kanker serviks di Indonesia.
Rumusan Masalah: Apakah tes pap digabungkan dengan tes WA positif dapat meningkatkan spesifisitas dan menurunkan positif palsu tes WA ?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihite, Jusnita
"Kepatuhan terhadap kemoterapi adalah ketaatan individu atau klien dalam mengikuti rangkaian pengobatan kemoterapi yang bertujuan untuk mengahambat pertumbuhan sal kanker dan membunuh sel kanker supaya tidak berkembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan menjalani kemoterapi pada klien kanker serviks terhadap nilai kualitas hidup. Desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, menggunakan kuesioner, dianalisa univariat dan bivariat dengan uji chi-square, tempat peneliti. di RS Kanker Dharmais, total 20 responden. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara score nilai kualitas hidup responden terhadap frekuensi menialani kemoterapi sebanyak empat kali, lima kali dan Iebih dari enam kali.
Kata kunci : Kepatuhan, kemoterapi, klien kanker serviks, nilai kualitas hidup"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5836
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endy Muhardin Moegni
Jakarta: UI-Press, 2007
PGB 0184
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Vallas Aditiar Widodo
"Menjadi kanker terbanyak ke empat yang dialami oleh wanita, diagnosis yang cepat dan tepat diperlukan dalam tatalaksana kanker serviks. Terdapat beberapa cara dalam diagnosis kanker serviks, seperti colposcopy dan biopsi. Namun masih terkendala dengan waktu yang terlalu lama, biaya yang besar, dan interpretasi hasil pada manusia yang kerap kali berbeda. Seriring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan akan teknologi baru meningkat untuk mengatasi kendala tersebut. Differential Scanning Calorimetry (DSC) menjadi suatu pilihan dalam mengkarakteristikan nilai profil termogram yang khas ada pada sel kanker serviks mengingat DSC sangat sensitif terhadap perubahan suhu.
Penelitian ini menggunakan sampel yang dikelompokkan menjadi sel normal serviks, sel kanker serviks HeLa tanpa perlakuan, dan sel kanker serviks HeLa dengan pemberian doxorubicin. Tiap kelompok memuat 4 sampel. Sel dikultur dan di ekstraksi sebanyak 5 mL dengan konsentrasi 2,5 x 108 /ml. Kemudian sel beserta medium RPMI 1640 diambil 10 μl dan diletakkan kedalam DSC-60 plus series (shimadzu) sebagai pembaca nilai profil termogram.
Hasil pembacaan pada DSC berupa grafik yang dianalisis bagian puncaknya untuk mendapatkan komponen nilai profil termogram, yakni titik lebur dan entalpi lebur. Selanjutnya nilai titik lebur dan entalpi lebur dilakukan pengujian dengan uji ANOVA satu arah. Hasil pembacaan DSC menunjukkan adanya 1 puncak transisi pada kelompok sel kanker serviks HeLa tanpa perlakuan. Khususnya pada kelompok sel kanker serviks HeLa dengan pemberian doxorubicin, grafik menunjukkan 2 puncak transisi. Nilai titik lebur dan entalpi lebur pada kelompok sel kanker serviks HeLa tanpa perlakuan adalah 143,12 ± 10,2 oC dan 1,35 ± 0,34 kJ/g Kedua nilai tersebut berbeda bermakna diantara kelompok sel normal serviks serviks dan sel kanker serviks HeLa dengan pemberian doxorubicin. DSC dapat membedakan nilai profil termogram sel kanker serviks HeLa dengan sel normal serviks dan sel kanker serviks HeLa dengan pemberian doxorubicin sehingga DSC diharapkan menjadi pilihan dalam diagnosis dan pemantauan terapi.

Being the fourth most cancer experienced by women, a prompt and appropriate diagnosis is needed in the management of cervical cancer. There are several modalities in the diagnosis of cervical cancer cells, such as colposcopy and biopsy. But there is still obstacles such too long time, large costs, interpretation of results in humans that are often different, and procedures that are less comfortable for patients. Along with the development of science and technology, the need for new technologies is increasing to overcome these obstacles. Differential Scanning Calorimetry (DSC) is an option in characterizing typical thermogram profile values in cervical cancer cells because DSC is very sensitive to temperature changes.
This study used samples grouped into normal cervical cells, untreated HeLa cervical cancer cells, and HeLa cervical cancer cells with doxorubicin administration. Each group contains 4 samples. Cells were cultured and extracted as much as 5 mL with a concentration of 2.5 x 108/ ml. Then the cell with RPMI 1640 medium was taken 10 µl and placed into DSC-60 plus series (shimadzu) as a reader for the thermogram profile value.
The reading results on the DSC in the form of a graph that analyzed the transisional peak to get the thermogram profile value component, which is the melting point and enthalpy change. Furthermore, the value of the melting point and enthalpy changes were tested by one-way ANOVA test. DSC readings showed a transition peak in the HeLa cervical cancer cell group without treatment. Especially in the HeLa cervical cancer cell group with doxorubicin administration, the graph shows 2 transition peaks. Melting point values and enthalpy changes in the HeLa cervical cancer cell group without treatment were 143.12 ± 10.2 oC and 1.35 ± 0.34 kJ/g. Both values were significantly different between normal cervical cell groups and HeLa cervical cancer cells with doxorubicin administration. DSC can differentiate the profile value of the thermogram of HeLa cervical cancer cells with normal cervical cells and HeLa cervical cancer cells by administering doxorubicin so that DSC is expected to be an option in therapeutic diagnosis and monitoring.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bram Pradipta
"Tesis ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh merokok pada kesintasan penderita kanker serviks stadium lanjut di Rumah Sakit Umum Ciptomangunkusumo. Penelitian ini bersifat kohort retrospektif. Hasil penelitian didapatkan tingkat merokok oleh pasien dan atau suami pasien tidak signifikan secara statistik sebagai faktor prognosis terhadap pasien kanker serviks stadium lanjut di RSCM. Kesintasan 5 tahun pasien kanker serviks stadium lanjut dalam studi kami adalah 22 bulan (4-58 bulan) dengan persentase kesintasan 22,6%. Dengan analisis multivariat didapatkan bahwa hanya ukuran tumor dan stadium kanker bermakna secara statistik terhadap kesintasan.

This thesis aims to determine the effect of smoking on the survival rate of advanced stage cervical cancer patients in the Ciptomangunkusumo General Hospital. This study is a retrospective cohort. The results showed that smoking levels by the patient or the patient's husband was not statistically significant as a prognostic factor for patients with advanced cervical cancer in RSCM. 5-year survival of patients with advanced cervical cancer in our study was 22 months (4-58 months) with a percentage of 22.6% survival rate. By multivariate analysis. it was only tumor size and stage of the cancer that statistically significant to the survival rate."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Mehta
"Kanker serviks diketahui menjadi kanker yang paling sering dialami oleh perempuan di dunia, termasuk di Indonesia. Kejadian kanker serviks dipengaruhi oleh multifaktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor berhubungan dengan kejadian kanker serviks. Rancangan penelitian yang digunakan yakni deskriptif korelatif dengan pendekatan potong lintang. Sebanyak 80 responden dipilih dengan menggunakan teknik consecutive sampling.
Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara perilaku seksual, perilaku merawat kebersihan alat kelamin (p=0,242; α=0,05), pengetahuan kanker serviks (p=0,252; α=0,05), dan riwayat kontrasepsi terhadap kejadian kanker serviks. Hasil penelitian menyarankan diperlukannya pembahasan/penelitian dengan studi kohort lebih lanjut mengenai hubungan faktor risiko kanker serviks terhadap kejadian kanker serviks.

Cervical cancer is one of the most common cancer happened by women in the world, included Indonesia. The cause of cervical cancer could be multifactorial. This study aim is to find in association risk factor of cervical cancer with cervical cancer incidence. Cross-sectional study was used in this study. Study sample included 80 sample as respondents which were selected by consecutive sampling technique.
The result showed that no significant relationship was found between sexual behavior, personal hygiene practice (p=0,242; α=0,05), history of contraception use, and knowledge of cervical cancer (p=0,252; α=0,05). Our findings suggest a need for using cohort study to discussion later about association cervical cancer risk factor and HPV infection.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>