Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2529 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tulisan ini merupakan studi terhadap Wayang Onthel kreasi komunitas penggemar Old Bikers Velocipede Old Classic (VOC) di Magelang yang memanfaatkan onderdil sepeda tua sebagai bahan pembuatan wayang. Studi ini memfokuskan diri pada Wayang Onthel sebagai karya seni rupa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang penciptaan Wayang Onthel, bentuk dan karakterisasinya, serta relasi antara bentuk wayang dan identitas komunitas VOC. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi seni, estetika, didukung dengan kajian kreativitas, identitas, dan semiotika. Proses kreatif dalam penciptaan wayang ini menghasilkan bentuk wayang yang unik yang terbuat dari onderdil sepeda. Karakterisasi wayang dicapai dengan pembedaan penggunaan onderdil dan pola penyusunannya. Keterbatasan onderdil sepeda dengan mengakomodir penanda visual dalam upaya karakterisasi wayang disiasati dengan penambahan material non-onderdil sepeda. Dalam perspektif tanda, keseluruhan bentuk Wayang Onthel merupakan tanda ikonis yang merujuk pada sosok-sosok manusia, sedang dalam unsur-unsur pembentuknya terkandung tanda indeksikal untuk mempertahankan citra Onthel sebagai identitas komunitas VOC.
"
JKSUGM 1:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor: Rumah Budaya Hardi, 2013
R 791.53 WAY
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"This discuss is an effort to analyses Javanese leather puppet's philosophy of performance and symbolism as material object by focusing on the style of the Yogyakarta wayang traditions..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heru S. Sudjarwo
Jakarta: Kakilangit kencana, 2010
791.53 HER r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Retna Astuti
Yogyakarta: BPNB D.I. Yogyakarta, 2018
791.53 SRI w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 11 (3-4) 2010 (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Panakawan is indeed a unique type of characters in Javanese shadow play (wayang). They are figures of the wayang theatre, the appearance of whom are usually accompanied by the laughter of the audience due to their physical uglines, their characters and their behaviours. this essay will put forth, firstly, how the panakawan have been ridiculing the nature of human being, including their own selves. Secondly, that of even the brahmanas and ksatrias, due to their being "the sons of God"."
300 RJES 19:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Tri Widya
"Pasca-pemilihan presiden Republik Indonesia tahun 2019, Jokowi menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit purwa Lakon Kresna Jumeneng Ratu di Istana Merdeka. Pertunjukan tersebut merupakan janji Jokowi kepada masyarakat di Sragen melalui Kirun sebagai host ketika berkunjung di GOR Diponegoro, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah dalam acara silaturahmi dengan masyarakat setempat pada tanggal 3 April 2019. Seiring dengan janji Jokowi, Kirun menginisiasi Ki Manteb Soedharsono untuk menggelar lakon dalam pertunjukan tersebut. Penelitian ini menggunakan pertunjukan wayang kulit purwa Lakon Kresna Jumeneng Ratu sebagai objek data. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Jokowi direpresentasikan dalam pertunjukan wayang kulit purwa Lakon Kresna Jumeneng Ratu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran bahwa pertunjukan wayang kulit purwa Lakon Kresna Jumeneng Ratu merupakan representasi dari Jokowi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan objektif. Teori representasi Stuart Hall (1997) digunakan untuk menganalisis representasi Jokowi yang didukung oleh teori simbol Wellek dan Warren (1989). Penelitian ini mengasumsikan bahwa Jokowi direpresentasikan menggunakan limbukan dan penokohan Kresna melalui nilai-nilai nasionalisme, andhap-asor, blusukan, dan laku

Over the succeeded Indonesian presidential election in 2019, Jokowi held a purwa shadow puppet show titled Lakon Kresna Jumeneng Ratu at the Merdeka Palace. The show was Jokowi's promise to the locals in Sragen through Kirun as host when he visited GOR Diponegoro in Sragen Regency, Central Java in friendly gathering with the local communities on April 3, 2019. To follow up on the promise, Kirun initiated Ki Manteb Soedharsono to perform a lakon for the show. This study uses the purwa puppet show of Lakon Kresna Jumeneng Ratu as a data object. The proposition in this research is how Jokowi was represented in the purwa puppet show of Lakon Kresna Jumeneng Ratu. This study aims to get a view that the purwa puppet show of Lakon Kresna Jumeneng Ratu is a representation of Jokowi. This research employs a qualitative-descriptive method using an objective approach. Stuart Hall's representation theory (1997) is used to analyze Jokowi's representation followed by the symbol theory of Wellek and Warren (1989). This research assumes that Jokowi is represented by limbukan and characterization Kresna through his values of nationalism, andhap-asor, blusukan, and laku"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam cerita wayang dikenal tokoh Bhima, unumnya sebagai
pahlawan perang dan sebagai tokoh yang mencari air kehidupan.
- Penelitian ini mengambil lakon-lakon dengan ~tokoh 'Bhima
yang berbeda dengan yang disebutkan di atas, yaitu lakon-lakon
dengan tema Bhima sebagai petani, Bhima sebagai 'penyelanat roh',
dan Bnima_kawin dengan berbagai macam amkhluk.
Permasalahan penelitian ini adalah mengapa ada lakon-lakon
yang kelihatannya bertentangan dengan watak dan sifat Bhima dalam
lakon yang`1ebih terkenal.
Tujuan penélitian ini adalah mencoba menggali, mengungkapkan
dan mencari jawab atas ketidaklazinan itu kenudian nemahami
budaya yang terkandung di dalamnya.
Hetode 'pene1itian_ yang digunakan adalah metode content
analysis dan deskriptif komparatif.-Cbntent analysis diterapkan
untuk teks lakon-lakon itu, dan metode deskriptif konparatif
dipakai untuk menbandingkan apa yang tergambar dalam teks dan apa
yang tepgambaf dalam wujud area, relief, dan prasasti. Juga
ditambah dengan in£ormasi_yang didapat nelalui pakar nayang,
dalam hal ini adalah beberapa orang dalang.
Basil sementara dari penelitian itu adalah bahwa lakon-lakon
yang kelihatannya merupakan penyimpangan itu berpangkal dari
pemikiran yang dapat dikatakan mempunyai sunber yang nendasar.
Namun karena-adanya perubahan jaman, naka sunber daaar pemikiran
itu menjadi kabur atau terselubung."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LAPEN 02 Wor t
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko
"Seni gerak dalam pertunjukan wayang sering disebut dengan sabetan. Dalam seni gerak wayang dikandung aturan-aturan, norma-norma atau wewaton yang merupakan konvensi yang dianut dan diacu oleh para seniman dalang ketika menggerakkan wayang-wayangnya. Salah satu konvensi seni gerak dalam pertunjukan wayang yakni udanagara. Udanegara yakni tatacara bertutur kata, bersikap, dan bertingkahlaku seorang tokoh dalam pertunjukan wayang, yang di dalamnya dikandung etika dan estetika.
Yang dimaksud gerak wayang meliputi, antara lain: menyembah, berjalan, berlari, menari, terbang, dan perang. Gerak wayang tersebut berprinsip pada status sosial, tua-muda (usia), klasifikasi, dan wanda tokoh-tokoh wayang. Dalam seni gerak wayang memperhatikan pula prinsip wiraga (benar dan tepatnya action dalam gerak), wirasa (benar dan tepatnya penghayatan dalam gerak), dan wirama (benar dan tepatnya irama dalam gerak). Langkah kerja penelitian ini dilakukan secara bertahap, yakni: pengumpulan data (menyaksikan pergelaran wayang langsung, baik di televisi, live, wawancara kepada para dalang: studi kepustakaan; pengolahan data; dan laporan penelitian.
Penelitian ini menyimpulkan: gerak wayang terdiri dari dua pengertian, ?luas? (totalitas gerak tokoh) dan ?sempit? (perang); gerak wayang dibatasi oleh konvensi (norma) yang disepakati para dalang (udanegara); prinsip gerak wayang mengacu pada status sosial, usia (tua-muda), klasifikasi, dan wanda tokoh wayang; gerak wayang dewasa ini telah banyak penggarapan, dinamis (tidak terlihat kendor). Perkembangan gerak wayang tersebut seiring dengan pola pikir masyarakat yang semakin maju, kritis, dan dinamis.

Movement art in the puppet performances is often mentioned as sabetan. Puppet movement art, that contains rules, norms, guidance (orientation) is convention that is observed and referred to guidance the dalang artists when they move the puppets. One of the convention of movement in the puppet performance is udanagara. Udanegara, that contains ethics and aesthetic, is the rules of speaking, attitude, and action for actors in the puppet performance.
Puppet movement include among others paying homage, walking, running, dancing, flying and fighting. That puppet movement is based on social class of puppet, age of puppet, class of puppet, and mood of expression of puppet. Therefore, the movement art of the puppet adopts basic wiraga (true or false action in the puppet movement), wirasa (true or false feeling of puppet movement), and wirama (true or false rhythm in the puppet movement). Method in this research will be conducted step by step: collection data (to watch of puppet performance on television, live performance, dialogue with dalang artist), analysis of data, literary research, conclusion and reporting of the research.
This research concludes: puppet movement has of two meanings, large (totality of puppet movement) and narrow (fighting); puppet movement refers to the conventions (norms), oriented by dalang artists (udanegara); basic of puppet movement refers to social class of puppet, age of puppet, class of puppet, and mood of expression of puppet; now, puppet movement becomes more and more creative and dynamic. The development of puppet movement in line with the way of thinking of society that is more improved, critical, and dynamic."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>