Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203091 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Background of this research due to a decline in the production of micro and small industries in Central Java Province 2012. Therefore the location of concentrations of industrial and bussiness environment characteristics affects the small and micro industries. This research is undertaken in Central Java with subdistrict unit of observation. In this study the concentration of the industrial location at SMEs have certain patterns. This research used exploratory spatial data analysis (ESDA) to determine the concentration of the establishment of industries and multiple regression were also used by discriminant analysis. The result shows the concentration patterns and small micro bussiness environment and significant characteristics. Based on the concentration of industrial sites, there are different patterns of concentration of each industry, and of the ten characteristics of bussiness environment were researched, here are seven significant characteristics. The result of this study will not only be taken into consideration of evaluation policy, as well as capable for the development of new industrial investment."
JPKUKM 8 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Udin Suchaini
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penurunan yang terjadi pada hasil produksi industri kecil dan mikro Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012. Oleh karena itu perlu diketahui pemusatan-pemusatan lokasi berdirinya industri serta karakteristik lingkungan usaha seperti faktor apa yang mempengaruhi industri kecil dan mikro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aglomerasi lokasi industri kecil dan mikro, serta pemusatan karakteristik lingkungan yang berpengaruh signifikan terhadap tumbuhnya industri. Pada pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dengan studi di Jawa Tengah dengan unit observasi kecamatan. Berdasarkan studi kasus ini, pemusatan lokasi berdirinya industri memiliki pola-pola tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA) untuk mengetahui pemusatan berdirinya industri serta analisis diskriminan untuk mengidentifikasi multiple regression. Hasil yang diperoleh adalah pola-pola pemusatan industri kecil dan mikro menurut jenisnya serta tujuh karakteristik yang signifikan dari sepuluh karakter lingkungan usaha yang diteliti. Hasil penelitian ini nantinya tidak hanya dapat dijadikan bahan pertimbangan evaluasi dan penentuan kebijakan, namun juga mampu sebagai pijakan investasi bagi pembangunan industri baru.

ABSTRACT
Background of this research is the decline in the production of small and micro industries in Central Java Province during 2012. Therefore, it is important to know the concentrated location of industries and the business environment characteristics, i.e. factors that can affect small and micro industries. The purpose of this study as to determine the location of industrial agglomeration of small and micro enterprises, and the concentration of environmental characteristics that significantly influence the growth of the industry. In practice, this research was conducted in a district of Central Java. Based on this case study, the concentration of the location of industries has certain patterns. This research uses Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA) to determine the concentration of the industrial establishment and discriminant analysis to identify the multiple regressions. The result shows the concentrated patterns of small and micro industries according to the type of industry and the seven significant characteristics environment generated by the ten environment characters observed. The results of this study not only can be taken into consideration and evaluation of policy, but also can be used as basis for the development of new industrial investment."
2013
S44936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhamad Najib
"Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia memiliki peran yang unik dalam pergerakkan roda perekonomian bangsa. Hal ini terlihat ketika krisis ekonomi menimpa bangsa Indonesia, UKM ternyata terbukti memiliki daya tahan terhadap krisis, bahkan UKM dapat menggerakkan perekonomian nasional. Kemampuan UKM bertahan dimasa krisis antara lain disebabkan karena UKM tidak tergantung pada bahan baku impor dan potensi pasar bagi produk UKM cukup tinggi karena harganya yang terjangkau oleh masyarakat. Karena perannya yang strategis maka pengembangan UKM di Indonesia sangat penting untuk dilakukan.
Kinerja UKM yang baik ditandai dengan penjualan yang terus meningkat, kuntungan yang diperoleh, pangsa pasar yang semakin luas, serta konsumen yang puas dengan produk yang ditawarkan. Hal ini hanya mungkin terjadi apabila UKM bergerak tidak didasarkan atas kemampuan produksi semata, melainkan diarahkan oleh dinamika pasar yang terjadi. Perusahaan tidak semata memproduksi apa yang bisa diproduksi, tetapi memperhatikan minat dan kebutuhan konsumennya. Dengan kata lain UKM harus berorientasi pasar.
Salah satu masalah krusial yang terjadi pada UKM di Indonesia adalah kinerja bisnisnya yang rendah. Hal ini antara lain disebabkan oleh kekurangmampuan mereka mengakses pasar dengan baik. Berbagai studi di negara-negara Amerika dan Eropa menunjukkan adanya hubungan positif antara orientasi pasar dengan kinerja bisnis. Hal ini dapat dijadikan tesis untuk menyelesaikan persoalan UKM di Indonesia. Secara teoritik dapat dikatakan jika UKM di Indonesia mampu bertindak sebagai perusahaan yang berorientasi pasar maka kinerjanya akan meningkat.
Apakah perusahaan akan bisa menjadi perusahaan yang berorientasi pasar atau tidak, sangatlah tergantung pada gaya kepemimpinan yang diterapkan diperusahaan tersebut. Sejumlah penelitian menemukan bahwa salah satu hambatan utama untuk menjadikan perusahaan sebagai perusahaan yang berorientasi pasar justru datang dari gaya kepemimpinan yang ada.
Penelitian ini mencoba mengkonstruksi hubungan antara gaya kepemimpinan, orientasi pasar dan kinerja bisnis UKM dalam konteks lingkungan bisnis Indonesia. Hipotesis yang diajukan adalah; (1) terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan dan orientasi pasar, (2) terdapat hubungan positif antara orientasi pasar dan kinerja bisnis UKM, (3) terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan dan kinerja bisnis.
Sebagai sampel penelitian, UKM yang disurvei adalah UKM yang beroperasi di wilayah DKI Jakarta. Sampel diambil dengan menggunakan metoda covenience sampling pada Perkampungan Industri Kecil, Penggilingan, Jakarta. Jumlah sampel sebanyak 58 sampel. Temuan-temuan penelitian dianalisis dengan analisis faktor dan regresi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan dengan orientasi pasar, orientasi pasar dengan kinerja bisnis serta gaya kepemimpinan dengan kinerja bisnis. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti. Penemuan ini akan berrnanfaat bagi akademisi, praktisi bisnis, mapun pengambil kebijakan. Dengan pembuktian hipotesis ini maka ditemukan sebuah alat tambahan yang dapat membantu pengembangan UKM di Indonesia. Temuan penelitian ini juga sekaligus memvalidasi hasil-hasil penelitian sebelumnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waworundeng, Adi Gidion
"Perdagangan intra-industri merupakan fenomena yang mendapat banyak perhatian dari banyak peneliti, baik secara teoritis maupun secara empiris. Awalnya fenomena ini banyak terjadi di negara maju, yang kemudian menyebar ke negara-negara berkembang pada tahun-tahun terakhir. Namun, hanya sedikit studi yang telah dilakukan pada negara-negara berkembang secara umum dan belum ada penelitian yang telah dilakukan terhadap perdagangan intra-industri di Indonesia secara mendalam. Studi ini mengkaji pola dan faktor-faktor determinan perdagangan intra-industri di Indonesia, dengan menggunakan indeks Grubel- Lloyd. Kemudian, perdagangan intra-industri dipisahkan menjadi perdagangan intra-industri horisontal dan perdagangan intra-industri vertikal. Model ekonometrik digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor penentu total perdagangan intra-industri, perdagangan intra-industri horisontal dan perdagangan intra-industri vertikal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks intra-industri di Indonesia cenderung meningkat pada periode 1991-200 . Secara umum, perdagangan intra- industri vertikal jauh lebih tinggi daripada perdagangan intra-industri horizontal dalam banyak kasus. Empat faktor penentu diidentifikasi untuk total perdagangan intra-industri yaitu, angka rata-rata PDB, selisih antara PDB, jarak geografis dan variabel dummy untuk AFTA, dan faktor-faktor penentu ini sama dengan factor- faktor untuk perdagangan intra-industri horisontal. Untuk perdagangan intra- industri vertikal, hanya ada tiga faktor penentu yang ditemukan signifikan yaitu, angka rata-rata PDB, selisih antara PDB, dan jarak geografis. Temuan ini sebagian besar sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya.

Intra-industry trade is a phenomenon which has received much attention from researchers, both theoretically an empirically. Initially a phenomenon in developed countries, it has expanded to developing countries in recent year. However, only a few studies have conducted on developing countries in general and none has been done on Indonesia’s intra-industry trade. This study investigates the patterns and determinants of Indonesia’s intra-industry trade, measuring it by Grubel-Lloyd index. Then, intra-industry trade is disentangled into horizontal IIT and vertical IIT. Econometric models are used to explain the determinants of total IIT, horizontal IIT or vertical IIT.
The results show that Indonesia’s intra-industry index has tended to increase from 1991 to 2000. In general, vertical intra-industry trade is much higher than horizontal intra-industry trade in most cases. Four determinants were identified for total IIT, the average of the GDP, the difference of GDP, geographical distance and dummy variable for AFTA, and the same determinants were formed for horizontal IIT. For vertical IIT, however, only three determinants were found significant, the average of the GDP, the difference of GDP, and geographical distance. These findings are mostly in line with the results of previous studies on intra-industry trade.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Nur An-Nisaa Widiani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pergerakan nilai tukar rupiah
terhadap nilai perusahaan dan untuk mengetahui perbedaan tingkat eksposur
antarindustri di Indonesia pada periode 2003-2012. Selain itu, penelitian ini juga
bertujuan untuk melihat variabel yang mempengaruhi tingkat perbedaan eksposur
nilai tukar. Data penelitian menggunakan sampel perusahaan purely domestic dan
perusahaan yang terlibat dalam aktivitas internasional yang diklasifikasikan ke
dalam 8 industri. Dengan menggunakan metode orthogonalize market return,
ditemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pergerakan nilai tukar
dengan nilai perusahaan dan terdapat perbedaan tingkat eksposur antarindustri.
Industri pertanian, industri dasar dan kimia, dan barang konsumsi memiliki
tingkat koefisien eksposur yang lebih tinggi dibandingkan dengan industr i
lainnya.

ABSTRACT
This study aimed to examine the effect of exchange rate movements on firm value
and determine the exposure level differences among industries in Indonesia
during 2003-2012. In addition, this study also aimed to determine variables that
influence the level of exposure. Samples using purely domestic companies and
companies which involved in international activities which is classified into 8
industries. By using orthogonalize market return, results found that there is a
strong relationship between the movement of the exchange rate and value of the
firm and there are differences in exposure levels among industries. Agricultures,
basic and chemicals, and consumer good industry have the highest exchange rate
exposure among other industry."
2014
S53855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kontribusi subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau merupakan penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) sektor industri pengolahan non-migas Indonesia yaitu sebesar 36,27%. Industri ini mampu menyereap 29,9% tenaga kerja sektor industri. Industri tersebut pada umumnya merupakan industri berskala mikro dan kecil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalsis variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan usaha industri makanan bukan jasa (non-makloon) skala mikro dan kecil. Data yang digunakan bersumber dari Survei Tahunan Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Metode analisis yang digunakan adalah regresi robust karena data menunjukkan terjadinya nilai pencilan (outlier). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah pengeluaran, jumlah tenaga kerja, dan jumlah modal berpengaruh terhadap pendapatan usaha industri makanan non-makloon skala mikro dan kecil. Pengeluaran untuk material memiliki nilai elastisitas lebih besar dibandingkan jumlah tenaga kerja dan jumlah modal. Usaha industri makanan non-makloon skala mikro dan kecil, sebaiknya lebih fokus pada peningkatan bahan baku dan bahan-bahan lainnya yang digunakan untuk keperluan produksi jika ingin meningkatkan pendapatan."
JMSTUT 15:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Setyanto
"Berdasarkan hasil analisis industri kecil rotan, Trangsan dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok tahap perkembangan, yaitu
industri kecil rotan survively, industri kecil rotan inovasi dan industri
kecil rotan efisiensi. Dari pengelompokkan ini dapat diketahui
karakteristik pada setiap tahapan dan memperlihatkan dinamikanya
yang khas. Secara khusus ada pertanyaan yang ingin dijawab melalui
penelitian ini yaitu faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan
industri kecil rotan, Trangsan.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut pengamatan di lakukan
langsung terhadap dinamika industri kecil rotan, Trangsan, kemudian
dilakukan analisis, sampai seberapa jauh kemampuan para pengusaha
beradaptasi terhadap aspek-aspek internal yang menjadi pendorong atau
mempengaruhi keberhasilan usahanya.
Hasil studi ini memperlihatkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan industri kecil rotan, Trangsan adalah
kewirausahaan, tenaga kerja, produksi/teknologi, permodalan dan
pemasaran. Dari kelima faktor tersebut kewirausahaan merupakan
faktor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan usaha."
1999
T41121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Satria
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi daya saing industri karung plastik nasional, strategi yang dapat dilakukan dalam rangka penciptaan daya saing global serta ingin melihat peran pemerintah untuk mendukung peningkatan daya saing tersebut.
Penentuan strategi ini dirancang dengan menggunakan teknik pendekatan sistem analisis SWOT yang digunakan untuk mengidentifkasi faktor-faktor penting peningkatan keunggulan daya saing yang meliputi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi oleh industri karung plastik nasional. Sedangkan untuk melihat posisi persaingan industri karung plastik nasional di pasar global digunakan metoda revealed comparative advantage (RCA) dengan membandingkan nilai indeks RCA industri karung plastik nasional dengan beberapa negara pesaing. Sedangkan metoda proses hirarki analitik (PHA) digunakan untuk memudahkan permodelan prioritas permasalahan dan mengetahui afternatif strategi peningkatan keunggulan daya saing.
Dari hasil identifkasi terhadap sistem menunjukkan kekuatan yang dapat diandalkan seperti potensi bahan baku yang kita miliki, potensi pasar dalam negeri yang sangat besar dan jumlah tenaga kerja yang cukup tersedia dengan upah yang relatif murah. Sedangkan kelemahan yang kita miliki adalah masih rendahnya produktivitas tenaga kerja, promosi investasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang terpuruk, iklim usaha yang belum kondusif jika dibandingkan dengan negara pesaing dan faktor sumber daya modal yang masih mahal.
Peluang-peluang yang cukup menjanjikan antara lain liberalisasi perdagangan dunia dan dimulainya AFTA, sedangkan ancaman yang juga dihadapi adalah, dengan adanya globalisasi juga akan terjadi multi sourching didalam proses produksi, kecenderungan dari negara maju untuk melakukan proteksi dengan dalih HAM, isu lingkungan dan bioterorisme, kampanye untuk membatasi penggunaan karung plastik serta makin kuatnya negara pesaing.
Berdasarkan nilai indeks dengan menggunakan metoda RCA yang digunakan untuk melihat posisi daya saing Indonesia di pasar global diketahui nilai indeks RCA industri karung plastik nasional selama 1996 sampai dengan tahun 2000 selalu lebih besar dari 3 yang artinya mempunyai keunggulan daya saing kuat. Sedangkan jika dibandingkan dengan negara-negara pesaing (lima besar negara eksportir karung plastik) posisi Indonesia tahun 1996 ada pada peringkat III (dengan indeks 8,44), tahun 1997 peringkat IV (dengan nilai indeks 4,82), tahun 1998 peringkat V (dengan nilai indeks 4,06) dan tahun 1999 serta 2000 menduduki peringkat pertama (dengan nilai indeks 10,03 dan 11,14). Lima negara yang menjadi pesaing utama karung plastik Indonesia adalah China, Thailand, Turki, Mexico dan Korea.
Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner yang diisi oleh responden dengan metode PHA, faktor penentu yang mempengaruhi keunggulan daya saing industri karung plastik nasional secara berurutan adalah kondisi permintaan, kebijakan pemerintah, kesempatan, faktor kondisi, strategi, struktur dan persaingan dan industri terkait dan pendukung.
Analisis aktor/pelaku yang berperan dalam pengambilan keputusan stategi peningkatan daya saing industri karung plastik nasional adalah berturut-turut industri karung nasional, pemerintah, lembaga/institusi terkait, lembaga tujuan ekspor, negara pesaing, industri pendukung dan asosiasi.
Berdasarkan urutan prioritas tujuan yang ingin dicapai dalam penetuan strategi peningkatan daya saing industri karung plastik nasional di pasar global adalah pertumbuhan dan perluasan pasar ekspor, penguatan struktur industri dan perolehan devisa.
Dari pengolahan secara vertikal, diperoleh urutan pnoritas alternatif strategi sebagai upaya peningkatan daya saing industri karung plastik nasional di pasar global, adalah strategi generik diferensiasi menjadi prioritas utama, strategi generik keunggulan biaya menyeluruh menjadi prioritas kedua dan strategi generik fokus menjadi prioritas ketiga."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Bastari
"Sejalan dengan Restrukturisasi Pertamina dan persaingan global, maka diperlukan pengelolaan perusahaan secara efisien dan efektif. Khususnya berkaitan dengan pengelolaan aset perusahaan di Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negeri perlu dilakukan pengaturan dimaksud, sejalan dengan Strategi PPDN yaitu : Mengoperasikan Sistem Distribusi fisik yang efisien, efektif dan terpadu, sejalan dengan Strategi Hilir untuk fokus pada Jawa dan Bali, maka perlu dilakukan pengkajian lokasi dan jumlah Depot di Jabar dan DKI.
Langkah pertama dilakukan identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan BBM di Jabar dan DKI. Berdasarkan hasil survey dan brain storming maka dapat ditetapkan variabel dependen yaitu kebutuhan BBM dan variable independen yang berpengaruh terhadap pendirian suatu depot meliputi 12 independen variabel. Dengan menggunakan teknik statistik melalui paket Program SPSS dilakukan suatu analisa atas independen variabel yang teridentifikasi untuk memperoleh variabel yang dominan.
Dengan melalui proses statistik diperoleh 4 variabel yang paling dominan yaitu : variabel pekerja industri, variabel pekerja jasa masyarakat, variabel pekerja keuangan dan variabel pekerja listrik. Setelah dilakukan serangkaian test statistik maka persamaan multiple regresi linier dapat digunakan sebagai alat untuk meramal kebutuhan BBM. Maka dilakukan peramalan untuk setiap independen variabel pada interval 10 tahun mendatang, sehingga dapat diketahui kebutuhan BBM dimasa mendatang sejalan dengan strategi dasar Pertamina (2000-2010). Setelah diketahui kebutuhan BBM, dilakukan perhitungan kebutuhan Depot di Jabar dan DKI, dari hasil perhitungan diperoleh 7 Depot pada tahun 2010 di Jabar dan DKI.
Dengan model program linier, khususnya Branch and Bound, dilakukan perhitungan untuk menentukan lokasi yang paling optimal. Dari identifikasi kebutuhan di setiap lokasi diketahui bahwa dan 21 lokasi yang ada, diketahui ada 14 lokasi yang potensial untuk didirikan depot. Jadi lokasi depot sebanyak tujuh buah berada pada 14 lokasi potensial.
Dari hasil perhitungan lokasi optimal diperoleh lokasi yang optimal yaitu : Serang, Kerawang, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon dan Indramayu, yang dimaksudkan untuk dapat melayani 21 lokasi yang telah ditentukan. Kedepan diharapkan Depot lebih didayagunakan untuk melayani konsumsi secara optimal, dengan memberikan perangkat-perangkat yang diperlukan. Sedangkan Unit dapat di minimalkan sumber dayanya, sehingga terjadi peningkatan efisiensi dan efektifitas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T1168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonny Harry Budiutomo Harmadi
"Adanya faktor skala ekonomi dalam pemilihan lokasi menyebabkan beberapa perusahaan yang sej erns memilih berada pada lokasi yang berdekatan, sehingga membawa dampak menurunnya biaya produksi perusahaan. Berkumpulnya beberapa perusahaan sejenis dalam suatu Iokasi industri disebut aglomerasi industri. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa suatu kota memiliki perusahaan yang jenisnya sama lebih darn sate, dan adanya kecenderungan bahwa kota akan berkembang di sekitar lokasi industri. Suatu kota industri yang besar terbentuk karena adanya aglomerasi ekonomi dalam produksi. Ada dua jenis aglomerasi ekonomi, yaitu localization economies dan urbanization economies.
Menurut Henderson (1988), localization economies terjadi jika biaya produksi perusahaan-perusahaan sebagai bagian darn suatu industri menurun pada saat total output darn industri meningkat. Sedangkan urbanization economies terjadi jika biaya produksi sebuah perusahaan secara individual menurun saat total output clan wilayah urban/ perkotaan meningkat. Terdapat kontroversi darn efek yang ditimbulkan oleh localization economies (dikemukakan oleh Alfred Marshall) dengan urbanization economies (diidentifikasi oleh Jane Jacobs). Mills, Henderson, 0 hllallachain dan Satterthwaite mengatakan bahwa localization economies lebih panting dibanding urbanization economies, karena pertumbuhan tenaga kerja suatu sektor lebih tergantung pada besarnya sektor tersebut daripada besarnya wilayah perkota nl metropolitan sektor tersebut berada.
Secara umum, pro duktifitas modal dan tenaga kerja sektor industri di Jakarta cukup bank, dimana modal per tenaga kerja dan upah per tenaga kerja mempengaruhi output per tenaga kerj a. Artinya kenaikan modal dan upah akan mampu mendorong kenaikan output. Aglomerasi ekonomi yang terjadi pada mayoritas sub-sektor industri di Jakarta merupakan aglomerasi jenis localization dan urbanization economies, dimanaperusahaan-perusahaan di sektor industri memilih berlokasi di Jakarta karena pertimbangan biaya produksi yang lebih murah, dan juga karena pertimbangan besarnya jumlah penduduk. Hal inn didukung oleh kenyataan bahwa infrastruktur yang ada di DKI Jakarta lengkap, terutama untuk akses transportasi dankomunikasi, serta posisi Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional.
Analisis regresi data panel menunj ukkan bahwa terdapat perbedaan basil yang mendasar antara data industri dengan klasifikasi ISIC 2 digit dengan industri berdasarkan klasifikasi ISIC 3 digit dalam observasi. Sub-sektor industri di DKI Jakarta yang mengalami aglomerasi industri ialah sub-sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit, Industri Kertas dan Barang Barang darn Kertas, Percetakan dan Penerbitan, Industri Kimia dan Barang-Barang darn Kimia, Petroleum, Batu Bara, Karat, dan Barang darn Plastik, Industri Barang-Barang Ban Logam, Mesin dan Perlengkapannya, Industri Pengolahan Lainnya. Sedangkan sub-sektor Industri Makanan, Minuman Serta Tembakau, Industri Kayu dan Barang-Barang dari Kayu, Termasuk Alat-Alat Rumah Tangga darn Kayu, Industri Barang-Barang Galian Bukan Logam, dan Industri Dasar Logam tidak mengalami aglomerasi. Pada golongan pokok industri teridentifikasi tidak terjadi aglomerasi industri.
Perlu ada penyusunan kebijakan industri yang lebih diarahkan hanya pads industri yang memang mengalami aglomerasi. Sebaiknya pemerintah daerah DKI Jakarta lebih mengutamakan sub-sektor industri yang sudah terkonsentrasi kuat, dan mengalami aglomerasi jenis localization economies sekaligus urbanization economies."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>