Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217842 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"In Indonesia town people are being increase almost twofold. Than many people have to stay in the slum areas. The health of teeth and mouth service in health centres (puskesmas) is given toothache for low income people and specially for anxious people to toothache. The percentage of the toothache, pulpitis and periapical membrane diseases for people took the fourth rank from nine non contagious diseases at Kecamatan Penjaringan are 2.9% in 1999. The objectives of the research were to determine the relations of knowledge, attitude, and behavior aspect about dental caries with DMF-T index. The other objecllves were to determine the classification of slum and non slum areas regarding the knowledge, attitude, and behavtor about caries on the elementary school students 6th class. Results by simple linear regression showed that DMF-T index were influenced by variables of knowledge (p = 0.041). Results by multiple linear regression showed that DMF-T index is influenced by variable of knowledge and attitude about dental (p knowledge = 0.010 and p attitude = 0.046). Results by t test proved there were the significant differences in the knowledge and attitude between elementary school students 6th class in the slum and non-slum area (p knowledge= 0.001 and p attitude= 0.029). Dental healthy of elementary school students 6th class were mfluenced by knowledge. If the variables of knowledge, attitude, and behavior were analyzed together, just variables of knowledge and attitude that influenced caries dentis (DMF-T index). The classification slum and non-slum areas influenced the knowledge and attitude of the students about dental caries."
BULHSR 9:4 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"In Indonesia town people are being increased almost two fold. Puskesmas is given toothache for low income people specially for anxious people to toothache. The percentage of toothache, pulpitis and periapical membrane disease for people took the fourth rank from nine non contagious diseases at Penjaringan are 2,9%. The objective of the research were to determine the relation of knowledge attitude and behavior aspects about dental cries with DMF-T index and to determine the classification of slum and non-slum areas regarding the above mention on the elementary school students. "
BULHSR 9:4 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Noer Qoryati Hanum
"Pubertas adalah masa dimana tubuh mulai berkembang dan berubah yang menandai peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Usia pubertas yang dialarni anak saat ini lebih cepat dibanding seratus tahun lalu. Percepatan ini disebabkan oleh 2 hal yaitu keadaan gizi yang relatif lebih baik dibanding seratus tahun lalu juga rangsangan audio visual yang dapat mempercepat kematangan fisiologis dan psikologis anak. Datangnya masa puber kadang tidak diikuti kesiapan fisik dan mental si anak sehingga timbul rasa gelisah dan ketidakpercayaan diri. Belum lagi semakin lamanya masa reproduksi akan menimbulkan resiko terjadinya perilaku hubungan seksual di usia dini.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapat gambaran pengetahuan, sikap dan praktek mengenai pubertas siswa di SDN 2 dan SDI Al-Azhar Kecamatan Serang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam. Sumber informasi adalah siswa SD kelas VI yang sudah megalarni pubertas, guru sains, orang tua siswa, kepala sekolah dan pihak dinas pendidikan setempat.
Hasil Penelitian menunjukkan pengetahuan siswa mengenai perubahan fisikiemosi, kehamilan, mimpi basah, menstruasi dan menjaga kebersihan diri cukup Namun demikian pengetahuan mengenai fingsi alat reproduksi laki-laki dan perempuan belum diketahui oleh siswa secara lengkap. Sikap siswa memasuki pubertas sebagian diliputi keresahan dan rasa tidak percaya diri seperti hadirnya menstruasi pada perempuan dan perubahan suara pada laki-laki. Antar lawan jenis kelamin saling mengeledek satu sama lain akibat perubahan tersebut meski sesama jenis mempunyai rasa toleransi untuk memberi dukungan agar rasa percaya diri tetap ada. Praktek siswa mengenai kebersihan diri sudah dilakukan dengan baik. Praktek pencarian informasi mengenai pubertas dilakukan dengan bertanya pada guru, orang tua, membaca majalah/buku atau menonton TV. Rasa ingin tahu siswa laki-laki mengenai seks sudah menunjukkan perilaku yang beresiko untuk memenuhi hasrat seksualnya.
Peranan orang tua dan guru di kedua sekolah sudah menunjukkan fungsinya sebagai pendidik, pembimbing dan pengawas bagi anak. Meski demikian guru di SDI Al-Azhar memiliki kapasitas dalam memberikan materi dan metode pendidikan yang lebih baik dibanding guru SDN 2. Selain itu, sebagian orang tua masih ada yang merasa sungkan atau tabu membicarakan masalah seksual pada anak, disamping karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Materi pubertas yang diberikan orang tua pada anak lebih banyak mengenai masalah menstruasi, menjaga hubungan antar lawan jenis, motivasi belajar dan kebersihan Pada akhirnya peranan orang tua, guru dan sekolah perlu ditingkatkan dalam memberikan pengetahuan pubertas, bimbingan dan pengawasan di saat anak mengalami pubertas. Komunikasi perlu dijalin lebih intensif agar adanya keterbukaan pada anak sehingga tidak ada jurang kornunikasi antara orang tua, guru dan anak dalam membicarakan masalah pendidikan seks yang sehat dan bertanggung jawab. Disamping itu anak perlu difasilitasi untuk menyalurkan energinya pada aktivitas yang dapat menunjukkan prestasi agar terhindar dari pengaruh yang negatif, sehingga si anak dapat memasuki usia pubernya dengan kesiapan fisik, mental, percaya diri dan rasa tanggung jawab akan kesehatan reproduksinya.

Puberty is a period when the body starts to grow and to change that indicates changing from children to adult. The age of puberty occurred by recent children is faster than them in a hundred years ago. It is caused by two things relatively good nutrition and audio visual stimulation; which both accelerate maturity of physiological and psychological children. When puberty comes, the children sometimes do not have physical and mental readiness so that they are nervous and unconfident. Besides, the longer reproductive period, the higher risk of sexual behavior in premature age.
This research was conducted to get an illustration of knowledge, attitude and practice about puberty in SDN 2 and SDI Al Azhar in Serang Sub Regency in 2007. The data was collected through Focus Group Discussion and deep interview. The sources of the information were the sixth grade students, science teacher, parents of interviewed students, school head and Education Service of Serang Regency staff.
The results of the research show that students' knowledge about physical or emotional changing, pregnancy, wet dream, menstruation, and maintenance of body health are good enough. But, their knowledge about functions of reproductive organs is not completely known. When entering puberty, the attitudes of most students are nervous and unconfident that is caused by such as menstruation on female students or voice changing on male students. Because of those changing, with different sex, they tease each other, but with same sex, they have a tolerance to give a support in order that they still have the confidence. The students have well practiced body health maintenance. They search information about puberty from asking their parents or teachers, reading books or magazines, or watching TV. The sex curiosity of male students has shown a risky behavior to full their sexual desire.
The role of parents and teachers in both school have shown their functions as educator, counselor, and supervisor to students. The teachers of SDI Al Azhar have better capacity to give educational materials and methods than the teachers of SDN 2. Some parents still feel reluctant or taboo talking about sex to their children because of their limited knowledge about sex education. The parents commonly give puberty knowledge to their children about such as menstruation, relationship restriction with different sex, motivation to study, and body health.
Finally, the role of parents, teachers, and school must be increased in that giving puberty knowledge, counseling and supervising to their children/students when they are entering puberty period. Both parents and teachers must develop communication to their children/students so intensively that there are no gaps among them when talking about healthy and responsible sex. The children/students need to be facilitated spending their energies on achieving activity to avoid negative influences. Thereby, when the children are entering puberty period, they will have physical and mental readiness, confidence, and responsibility to their own reproductive health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Istri Intan Yuniari
"Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) masih tinggi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang penting untuk penularan STH dan hubungan perilaku kesehatan dengan STH. Penelitian ini dilakukan di SDN 07 Kalibaru (Jakarta Utara) sebagai daerah kumuh dan MI Al-amin Batu Ampar (Jakarta Timur) sebagai daerah tak kumuh pada Juni hingga September 2012 dengan desain cross-sectional. Data demografi responden diperoleh dengan kuesioner. Infeksi STH dideteksi dengan teknik Kato-Kaz. Sebanyak 182 responden (Daerah kumuh=138 sampel dan Daerah tidak kumuh=44) didapatkan prevalensi STH di daerah kumuh sebesar 59,4% dan di daerah tidak kumuh sebesar 4,5%. Ketersediaan toilet di daerah kumuh memperoleh nilai OR = 0,80 (95% CI 0,31-2,10). Ketersediaan sumber air minum yang berasal bukan dari sumur di daerah kumuh kemungkinan sebesar 2,08 kali (95% CI 0,21-20,6) ditemukan infeksi STH dibandingkan dengan sumur, sedangkan di daerah tak kumuh kemungkinan sebesar 1,09 kali (95% CI 0,96-1,24) ditemukan infeksi STH dibandingkan dengan sumur. Secara statistik, tidak terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan mencuci tangan, kebersihan kuku, dan makan lalapan dengan infeksi STH. Infeksi STH lebih tinggi pada daerah kumuh, ketersediaan sumber air minum yang berasal bukan dari sumur berisiko terinfeksi STH, dan kebiasaan tidak memiliki hubungan bermakna dengan infeksi STH.

The infection of Soil Transmitted Helminths (STH) was high in elementary school students. The aim of this research was to know the risk factors of STH and the association between hygiene with STH. This research happened in SDN 07 Kalibaru (North Jakarta) as slums area and MI Al-amin Batu Ampar (East Jakarta) as non-slums area from June until September 2012 using cross sectional method. Demographic profile was collected by filling the questionnaire. The infection of STH was detected by Kato-Kaz method. This research includes 182 participants (slums area=138 samples, and non-slums area=44) found prevalence of STH in slums area was 59,4% and non-slums area was 4,5%. Household latrine in slums area got OR=0.80 (95% CI 0.31-2.10). Drinking water in slums area had risk 2.08 (95% CI 0.21-20.6) to find STH, meanwhile in non-slums area had risk 1.09 (95% CI 0.96-1.24) to find STH. Statistically, there was no significance association between washing hand, hygiene of nail, and eating fresh vegetables with STH infection. Infection of STH in slums area higher than in non-slums area, drinking water had risk factor for STH infection, and the hygiene among elementary school students had no significance association with STH infection."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ednawati Masrif
"ABSTRAK
Dalam upaya peningkatan kesehatan pada umumnya serta kesehatan gigi khususnya banyak faktor yang turut terlibat dan faktor tersebut saling mempengaruhi, sehingga di dalam upaya penanggulangannya perlu pertimbangan secara bijaksana.
Untuk menanggulangi parahnya kerusakan gigi sulung pada anak usia Taman Kanak Kanak perlu dicarikan cara yang efisien dan efektif, sehingga anak terhindar dari penderitaannya. Sampai saat ini belum dapat dikemukakan secara pasti indikator karies gigi sulung seperti halnya karies gigi tetap yang sudah di tetapkan oleh WHO.
Dari beberapa teori yang dikemukakan diperoleh suatu pengertian bahwa upaya pemeliharaan kesehatan gigi pada anak usia Taman Kanak Kanak dapat ditentukan oleh pengetahuan, sikap dan perilaku dari ibunya. Penelitian dilakukan pada ibu-ibu anak TK di Kecamatan Senen Jakarta Pusat beserta anaknya.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan ibu dan sikap ibu anak TK tentang kesehatan gigi dengan praktek pemeliharaan kesehatan gigi terhadap kejadian karies gigi anaknya. Sedangkan tujuan khusus untuk menentukan prevalensi karies gigi sulung pada anak TK di Kecamatan Senen Jakarta Pusat, untuk memperoleh gambaran praktek pemeliharaan kesehatan gigi anak TK oleh ibunya, dan untuk menentukan hubungan pengetahuan ibu dan sikap ibu tentang kesehatan gigi terhadap praktek pemeliharanan kesehatan gigi anak, serta praktek pemeliharaan kesehatan gigi anak dengan kejadian karies gigi.
Jenis penelitian adalah "Survai Analitik"' dengan pendekatan "Cross-Sectional". Penarikan sampel dengan proporsional stratified sampling. Terpilih 8 Sekolah TK dengan jumlah 228 anak TK sebagai sampel dan ibu anak TK sebagai sumber informasi.
Dari analisis data melalui distribusi frekuensi dan statistik deskripsi, tabulasi silang serta analisa Regresi ganda diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan ada hubungan yang erat antara pengetahuan ibu, sikap ibu tentang kesehatan gigi dengan praktek pemeliharaan kesehatan gigi dan prevalensi karies gigi.
"
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Ghaisani Putri
"ABSTRAK
Penduduk permukiman kumuh tinggal di lingkungan yang kotor sehingga terpapar patogen yang tinggi, yang ditunjukkan dengan status infeksi yang lebih tinggi dibandingkan di kawasan non kumuh. Perbedaan tingkat pajanan patogen menyebabkan respon imun yang berbeda terlihat dari perbedaan rasio albumin globulin. IgM adalah respon antibodi yang pertama kali disintesis melawan patogen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar IgM antara kedua pengendapan tersebut dan untuk mengetahui apakah rasio albumin globulin memiliki korelasi dengan kadar IgM. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Sampel permukiman kumuh adalah penduduk wilayah Bantargebang (n = 20) sedangkan civitas akademika YARSI (n = 20) mewakili permukiman non-kumuh. Kadar IgM merupakan data primer yang diukur dengan metode uji imunodifusi radial. Analisis data menggunakan uji parametrik T tidak berpasangan dan uji korelasi Pearson. Hasil kadar IgM di kawasan kumuh adalah 2.11 (1.82-2.41) g / L lebih tinggi dari pada di kawasan non-kumuh 2.07 (1.65-2.49 g / L tetapi perbedaannya tidak signifikan (p = 0.872) Hal ini dikarenakan penduduk Daerah Bantargebang secara terus menerus terpapar patogen karena tinggal di dekat TPA. Paparan berulang terhadap patogen menyebabkan respon imun lanjutan (sekunder, tersier, dll atau respon amnestik) teraktivasi secara dominan sehingga berdasarkan kinematika respon imun IgG disintesis lebih dominan daripada Ketekunan IgM juga dapat menjawab bahwa tidak ada korelasi antara rasio albumin globulin dengan IgM di kedua wilayah tersebut (r = 0.102, p = 0.535) Hal ini disebabkan tingginya sintesis globulin di kawasan kumuh yang mengarah pada sintesis IgG. Fraksi gamma globulin (6%) menyebabkan perubahan kadar IgM tidak menyebabkan perubahan kadar globulin yang bermakna.

ABSTRACT
Slum residents live in dirty environments so they are exposed to high pathogens, which is indicated by a higher infection status than in non-slum areas. The difference in the level of exposure to pathogens causes different immune responses seen from differences in the albumin globulin ratio. IgM is an antibody response that is first synthesized against a pathogen. This study was conducted to determine whether there was a difference in IgM levels between the two precipitations and to determine whether the albumin globulin ratio had a correlation with IgM levels. This study used a cross sectional design. The sample of slum settlements is residents of the Bantargebang area (n = 20) while the YARSI academic community (n = 20) represents non-slum settlements. IgM levels are primary data measured by the radial immunodiffusion test method. Data analysis used unpaired parametric T test and Pearson correlation test. The result of IgM levels in slum areas was 2.11 (1.82-2.41) g / L higher than in non-slum areas 2.07 (1.65-2.49 g / L but the difference was not significant (p = 0.872) This is because the population of Bantargebang area continues Continuous exposure to pathogens due to living near the TPA.Repeated exposure to pathogens causes the advanced immune response (secondary, tertiary, etc. or amnestic response) to be activated predominantly so that based on the IgG immune response kinematics synthesized more dominantly than the persistence of IgM can also answer that there is no correlation between the ratio of albumin globulin to IgM in the two regions (r = 0.102, p = 0.535) This is due to the high synthesis of globulin in the slum area which leads to IgG synthesis.The gamma globulin fraction (6%) causes changes in IgM levels that do not cause changes in globulin levels meaningful."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Shabrina
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit endemik yang dapat menyebabkan kematian. Tahun 2013 jumlah kasus DBD tertinggi di Kecamatan Tebet berada di Kelurahan Kebon Baru yakni 67 kasus. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tinggi, perilaku pencegahan DBD cukup baik, dan paparan sumber informasi cukup. Dari analisa bivariat tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan (P=0,144), sikap (P=1,000), dan jenis kelamin (P=1,000) dengan perilaku pencegahan DBD. Ada hubungan yang signifikan antara paparan sumber informasi (P=0,001) dengan perilaku pencegahan DBD. Dari hasil penelitian, perlu dilakukan upaya promosi kesehatan pada siswa SD dengan melibatkan guru serta orang tua.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an endemic diseases that can cause death. In 2013 the highest number of dengue cases in Tebet is in Kebon Baru was 67 cases. This research is a quantitative study with cross-sectional design. The results showed that the respondents belong to the high knowledge, preventive behavior quite well, and exposure to information resources. From the bivariate analysis no significant relationship between knowledge (P = 0.144), attitude (P = 1.000), and gender (P = 1.000) with dengue prevention behavior. There is a significant relationship between exposure to sources of information (P = 0.001) with the behavior of dengue prevention. Health promotion efforts should be made to the elementary students with the involvement of teachers and parents."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S58303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Yussiana Elza
"Memberdayakan anak untuk berperilaku hidup bersih dan sehat melalui program dokter kecil di sekolah dasar merupakan upaya strategi untuk memperoleh manusia yang berkualitas sebagai sumber daya pembangunan bangsa. Mengingat masa sekolah dasar adalah masa yang tepat untuk ditanamkan kebiasaan hidup bersih dan sehat, agar mereka dapat meneruskan serta mempengaruhi lingkungannya di masa sekarang dan yang akan datang. Serta sangat potensial bila dilihat dari Statistik Pendidikan 2000 yang menunjukkan tingkat partisipasi sekolah Bagi anak usia 7-12 tahun (Sekolah Dasar) cukup tinggi yaitu sebesar 95,5 %. Upaya membudayakan kebiasaan hidup sehat di kalangan anak-anak usia Sekolah Dasar dilakukan melalui pendekatan belajar antarteman sebaya (peer teaching-learning) sesuai dengan karakteristik dan kecenderungan anak-anak dalam kelompok usia tersebut. Studi evaluasi pelaksanaan program dokter kecil di empat provinsi (Lampung, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat) pada tahun 1997 menggambarkan dampak positif program dokter kecil secara kuantitatif. Namun sejauh mana dampak positif dokter kecil dalam segi kualitas (pengetahuan, sikap dan praktek siswa tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) belum diketahui. Disamping du muatan pesan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat telah masuk dalam kurikulum pendidikan dasar 1994. Hal tersebut membuat peneliti ingin meneliti pengaruh pelaksanaan program dokter kecil terhadap pengetahuan, sikap dan praktek siswa SD tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen murni dengan menggunakan desain posttest-only Control Group, Sekolah Dasar Negeri Menteng 01 Pagi sebagai kelompok eksperimen dan Sekolah Dasar Negeri Kenari 07 Pagi sebagai kelompok kontrol. Subyek penelitian diambil secara purposive yaitu siswa kelas IV, V dan VI yang bukan dokter kecil dan memiliki indeks prestasi nilai Cawu II antara 7 - 8. Responden berjumlah 108 siswa dengan 18 siswa untuk tiap kelas pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hasii uji T menunjukkan bahwa bila dilihat dari aspek pengetahuan, sikap dan praktek siswa SD tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, tidak ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Akan tetapi bila dilihat dari masing-masing kelompok, semakin tinggi kelas mempengaruhi pengetahuan dan sikap Siswa SD tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan pada praktek PHBS, semakin tinggi kelas praktek PHBS yang baik semakin menurun. Walaupun demikian sebagai suatu role model anak usia sekolah khususnya SD yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, Dokter Kecil tetap diperiukan keberadaannya. Untuk itu perlu disosialisasikan melalui pembuatan suatu strategi komunikasi program pelatihan dokter kecil yang menarik minat guru, orang tua siswa dan siswa SD dengan biaya yang terjangkau.

The Effect on Knowledge, Attitude and Practice of Little Doctor Program Implementation among Elementary School Students about Clean and Healthy BehaviorEmpowering children to have clean and healthy behavior through little doctor program in elementary school is a strategic effort to have qualified human beings as national development resources. As we know, elementary school period is a proper time for introducing a clean and healthy behavior, so students can practice continually and influence their environment from now on to the future. It is very potential if we looked at Education Statistic 2000 that showed about participation of school rate of children 7 - 12 year old (elementary schools) is quite high : 95,5 %. The effort of socializing healthy life behavior among elementary school age children was done through peer teaching learning approaches due to the children preference and characteristic of the age group. Evaluation study of little doctor program implementation in 4 provinces (Lampung, West Java, South Sulawesi and West Nusa Tenggara) in 1997 showed a positive impact of the program quantitatively. In the contratry a positive impact of the program qualitatively (knowledge, attitude and practice of the student about a clean and healthy behavior) was not known yet. Besides, clean and healthy life behavior messages had been entered in basic education curriculum 1994. It inspired researcher to know the effect of little doctor program implementation on knowledge, attitude and practice of elementary school students about clean and healthy behavior.
This kind of research was true experimental with posttest-only Control Group design, State Primary School Menteng 01 Central Jakarta as an experiment group and State Primary School Kenari 07 Central Jakarta as a control group. Research subject was taken purposively included grade 41h, 5t' and 6th non little doctor and they had prestige score index of 2th quarterly evaluation between 7 - 8. Numbers of respondents are 108 students with 18 students for every class on experimental and control group. So for each group had 54 students as respondent.
T Test result showed that if it was seen from knowledge, attitude and practice of elementary school student about clean and healthy life behavior, there wasn't no difference between experimental and control/group. However, it was also shown that the higher grade of elementary school student is more knowledgeable and better attitude about clean and healthy behavior. In the contrary, the score of practice were decreased among students from the higher grade. Despite of the result, a role model of school age children especially among elementary school students who have practiced clean and healthy behavior, little doctors still be needed. Therefore it is suggested to strengthen by communication training strategy of little doctor program which is interesting and cost effective for teachers, parents and students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>