Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 236 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sansinenea, Estibaliz, editor
"Genetic improvement of Bt natural strains, in particular Bt recombination, offers a promising means of improving efficacy and cost-effectiveness of Bt-based bioinsecticide products to develop new biotechnological applications. On the other hand, the different Bacillus species have important biotechnological applications; one of them is carried out by producing secondary metabolites, which are the study object of natural product chemistry. The amazing structural variability of these compounds has attracted the curiosity of chemists and the biological activities possessed by natural products have inspired the pharmaceutical industry to search for lead structures in microbial extracts. Screening of microbial extracts reveals the large structural diversity of natural compounds with broad biological activities, such as antimicrobial, antiviral, immunosuppressive, and antitumor activities that enable the bacterium to survive in its natural environment. These findings widen the target range of Bacillus spp., in special B. thuringiensis, besides insecticidal activity and help people to better understand its role in soil ecosystem."
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20405799
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Zulhasril
"ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), merupakan salah satu penyakit viral yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Sampai saat ini penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius, karena pada waktu-waktu tertentu dapat menyebabkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering berakibat fatal (P2M & PLP,1981). Insiden tertinggi kasus DBD di Indonesia terjadi pada tahun 1987 dan tahun 1988 yaitu 23846 kasus dan 47573 kasus, dengan angka kematian 4,7 % dan 3,2 % Pada tahun 1990 dan tahun 1991 kembali terjadi ledakan kasus DBD walaupun angkanya tidak setinggi seperti tahun sebelumnya, yaitu hanya 20692 kasus dan 21120 kasus dengan angka kematian 3,7 % dan 2,7 %. Dalam tahun 1992, terdapat 17620 jumlah penderita yang terjangkit DBD di Indonesia namun angka kematian hanya 2,9 % (cumber P2M & PLP yang dikutip dari Suroso 1991 dan Hoedojo 1993)
Nyamuk yang berperan sebagai penular utama penyakit DBD di Indonesia adalah Aedes aegypti. Selain sebagai penular penyakit DBD, nyamuk ini diketahui dapat pula menularkan demam chikungunya ( Oda, dkk, 1983 ), filariasis (Taylor, 1960 ), juga beberapa penyakit karena virus seperti demam-kuning dan ensefalitis (Faust, et.a1.,1973).
Pada umumnya di Asia Tenggara termasuk Indonesia, wabah DBD dikaitkan dengan distribusi Aedes Aegypti, karena nyamuk ini sangat dekat hubungannya dengan manusia seperti misalnya dalam berkembang biak, memilih tempat perindukan yang terdapat di dalam rumah dan nyamuk ini lebih bersifat antropofilik (Halstead, 1975 dalam Sumarmo, 1989). Kepadatan populasi Ae.aegypti yang tinggi merupakan faktor yang dapat menunjang terjadinya wabah penyakit DBD . Dengan melakukan pemantauan dan menekan populasi nyamuk ini memungkinkan untuk dapat membantu mengevaluasi adanya ancaman penyakit DBD, dan tnencegah terbentuknya suatu daerah endemik (P2M & PLP,1981) Salah satu program dalam upaya pemberantasan penyakit DBD adalah dengan memutuskan mata rantai penularan antara manusia sebagai hospes dan nyamuk penularnya.
Berbagai cara telah diupayakan oleh Instansi Pemberantasari Penyakit Menular (P2M), untuk mengendalikan vektor penyakit DBD ini antara lain: melakukan pengendalian lingkungan terutama meniadakan tempat perindukan nyamuk, yaitu dengan membersihkan Tempat Penampungan Air (TPA) satu minggu sekali. Program ini ternyata kurang berhasil dalam mencapai sasaran, terbukti masih adanya ledakan wabah penyakit DBD yang sering terjadi pad waktu-waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh karena masih kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya arti kebersihan dan kesehatan lingkungan, sehingga masyarakat kurang berperan aktif dalam mebabantu program. Faktor ini yang menyebabkan populasi vektor penyakit DBD meningkat, terutama pada waktu musim hujan karena lebih banyak terdapat tempat-tempat perindukan nyamuk tersebut, sehingga kasus penyakit DBD cenderung meningkat.
Selain Cara pengendalian tersebut di atas, telah pula dilaksanakan program pengendalian vektor penyakit DBD dengan menggunakan insektisida, terutama fogging dengan malation dan abatisasi dengan temefos. Keuntungan cara pengendalian ini hasilnya dapat terlihat dengan cepat, tetapi bila dalam pelaksanaan program hanya digunakan satu macam insektisida secara terus menerus, tanpa memperhitungkan dosis yang digunakan dengan tepat dan tanpa pengawasan yang baik memungkinkan terjadinya resistensi nyamuk vektor terhadap insektisida tersebut. Kerugian lain yang mungkin timbul dari cara pengendalian ini adalah terjadinya polusi terhadap lingkungan, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada organisme yang bukan sasaran dan menyebabkan gangguan keseimbangan lingkungan."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Menurut WHO, setiap tahunnya 300 ? 500 juta penduduk dunia menderita malaria dan satu juta di antaranya meninggal dunia. Dewasa ini, strategi pencegahan dan pemberantasan malaria dilakukan dengan integrated vector management (IVM) yang dirancang untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu langkah IVM adalah penggunaan agen biologis untuk pemberantasan vektor, seperti Bacillus thuringiensis (Bt). Bt dikatakan ramah lingkungan dan tidak menimbulkan resistensi vektor. Efektivitasnya pun telah dibuktikan dalam berbagai penelitian. Sayangnya, Bt memiliki masa kerja yang singkat sehingga diperlukan aplikasi berulang di habitat vektor. Saat ini, Bt yang digunakan di Indonesia masih diimpor dari luar negeri. Pemberantasan vektor malaria menggunakan Bt dapat dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan potensi lokal yaitu kelapa sebagai media pembiakkan Bt.

Abstract
Malaria is one of major health problems in the world, including Indonesia. According to WHO, 300-500 million people suffer from malaria and 1 million of them died. Nowadays, malaria prevention strategy has been focusing on integrated vector management (IVM). It is planned to reduce negative effects to the environment. One of IVM strategies is using the biological agent for vector management, i.e. Bacillus thuringiensis. Bt was reported environmental-friendly and does not raise vector resistency. Efficacy of Bt has also been proven by many studies. Unfortunately, Bt has short-period of activity, therefore the application of Bt must be repeated regularly. Bt in Indonesia is still imported from other country. Malaria vector management using Bt, could be sustainable if we produce Bt from local product using coconut.
"
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dhita Kurniasari
"Pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain pemberantasan biologik menggunakan bakteri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Bti konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2 dalam menurunkan keberadaan larva Ae. aegypti di TPA luar rumah. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan intervensi Bti formulasi cair konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2. Lokasi penelitian adalah di RW 03, Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Data sebelum intervensi diambil pada tanggal 13 Januari 2010 dan sesudah intervensi pada tanggal 14 Februari 2010.
Survei entomologi dilakukan dengan single-larval method di TPA luar rumah yang berada di 100 rumah di RT 11-18 (Bti konsentrasi 2 ml/m2) dan 100 rumah di RT 5-10 (Bti konsentrasi 4 ml/m2). Data diolah dengan program SPSS versi 11.5 dengan analisis menggunakan uji Fisher. Setelah pemberian Bti jumlah TPA positif di RT 11-18 (Bti konsentrasi 2 ml/m2) menurun dari 9 menjadi 7 TPA tetapi terdapat kenaikan pada TPA toren, sedangkan di RT 5-10 (Bti konsentrasi 4 ml/m2) 2 TPA positif menjadi negatif.
Disimpulkan bahwa Bti formulasi cair dengan konsentrasi 4 ml/m2 lebih baik dalam menurunkan keberadaan larva Ae.aegypti di TPA luar rumah dibandingkan konsentrasi 2 ml/m2.
Controlling of dengue vectors can be done in various ways such as using biological control by using bacteria. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) concentration 2 ml/m2 and 4 ml/m2 in reducing the presence of Ae. aegypti in containers outside the house. This study used an experimental design with intervention of the Bti concentrations of 2 ml/m2 and 4 ml/m2. The observation was done in RW 03, Paseban, Central Jakarta. The data before the intervention was taken on January 13, 2010 and after intervention on February 14, 2010.
Entomology survey conducted by single-larval methods in the container outside the house located at 100 houses in RT 11-18 (Bti concentration 2 ml/m2) and 100 houses in RT 5-10 (Bti concentration 4 ml/m2). The data were analyzed with SPSS version 11.5 with the analysis using the Fisher?s test. After treatment with Bti the number of positive water containers in RT 11-18 (Bti concentration 2 ml/m2) decreased from 9 to 7 water containers, but there is an increase in "toren". In RT 5-10 (Bti concentration 4 ml/m2) 2 positive water containers decrease to negative.
In conclusion, Bti concentrations 4 ml/m2 is better to reduce the presence of Ae. aegypti in water containers outside the house than concentration 2 ml/m2.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lukmanul Hafiz
"Penyakit tular nyamuk merupakan masalah kesehatan masyarakat antara lain filariasis yang ditularkan oleh Cx.quinquefasciatus. Pemberantasan filariasis dilakukan dengan pengobatan masal yang didukung pemberantasan vektor. Saat ini pemberantasan vektor ditekankan pada pemberantasan biologis, salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Bti telah digunakan di berbagai Negara namun di Indonesia efikasi Bti terhadap Cx.quinquefasciatus belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi letal Bti bentuk cair dalam membunuh Cx.quinquefasciatus. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan koloni larva Cx.quinquefasciatus dari Laboratorium Parasitologi FKUI. Sebanyak 100 larva instar III dimasukkan ke dalam bak keramik yang berisi 125 L air. Selanjutnya bak tersebut diberikan Bti bentuk cair dengan berbagai konsentrasi lalu diobservasi, dan setelah 24 jam dihitung jumlah larva yang mati. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke dalam bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Hasil penelitian menunjukkan LC50 dan LC95 untuk Cx.quinquefasciatus adalah 0,575 (0.288- 0.801) ml/m2 dan 2,839 (2.431-3.482) ml/m2. Koefisien determinasi (R2) selama pengamatan 24 jam sebesar 0,968. Disimpulkan LC50 Bti terhadap larva Cx.quinquefasciatus adalah 0,575 ml/m2 dan LC95 adalah sebesar 2,839 ml/m2. Untuk penggunaan di lapangan, digunakan estimasi konsentrasi tertinggi LC95 dan sesuai dengan sediaan yang dijual oleh pabrik yaitu 4 ml/m2.
Mosquito borne disease is still a public health problem, one of them is filariasis which is transmitted by Cx.quinquefasciatus. Eradication of filariasis by mass treatment supported the eradication of the vector. Currently focused on eradicating eradication of vector biology, one of them using Bacillus thuringiensis israelensis (BTI). BTI has been used in various countries but in Indonesia BTI efficacy against Cx.quinquefasciatus is unknown. This study aims to determine the lethal concentration BTI liquid form against Cx.quinquefasciatus. This research was conducted with experimental methods using a colony of Cx.quinquefasciatus larvae in the Laboratory of Parasitology FKUI. A total of 100 third instar larvae inserted into the ceramic container containing 125 L of water. Furthermore, these container are given BTI liquid form with various concentrations. After 24 hours counted the number of dead larvae. The results showed LC50 and LC95 for Cx.quinquefasciatus is 0,575 (0,288-0,801) ml/m2 and 2,839 (2,431-3,482) ml/m2. The coefficient of determination (R2) during 24-hour observation is 0.968. BTI concluded LC50 of Cx.quinquefasciatus larvae LC95 is 0.575 ml/m2 and amounted to 2.839 ml/m2. For use in the field, is used to estimate the highest concentration of LC95 and in accordance with the stocks being sold by the factory which is 4 ml/m2."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sayida Saily
"ABSTRAK
DBD vector can be controlled biological by using Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). The purpose of this study was to determine the effectiveness of Bti concentration 2 ml/m2 and 4 ml/m2 in control Aedes aegypti larval. This study used an experimental design with intervention of Bti liquid formulation concentration 2 ml/m2 and 4 ml/m2.The survey was carried out in RW 03, Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Data before intervention was taken on January 13th 2010 and after intervention was taken on February 14th 2010. Entomological survey was conducted by single-larval method at 100 households in RT 11-18 that were chosen for Bti 2 ml/m2 intervention and 100 households in RT 5-10 for Bti 4 ml/m2 intervention. The data was analyzed by SPSS version 11,5 using chi square test. After intervention of Bti 2 ml/m2, the amount of positive larval water containers increased from 32 to 35, while Bti 4 ml/m2 decreased from 17 to 7. It can be concluded that Bti concentration 4 ml/m2 is more effective than Bti 2 ml/m2 in reducing the presence of Aedes aegypti larval.

ABSTRAK
kan secara biologis menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Bti konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2 dalam menurunkan keberadaan larva Ae. aegypti di tempat penampungan air (TPA). Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan menggunakan Bti bentuk cair konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2. Penelitian dilakukan di RW 03, Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Data sebelum intervensi diambil pada tanggal 13 Januari 2010 dan sesudah intervensi pada tanggal 14 Februari 2010. Survei entomologi dilakukan dengan single-larval method di TPA yang berada pada100 rumah daerah intervensi Bti konsentrasi 2 ml/m2 di RT11-18 dan 100 rumah di RT 5-10 yang merupakan daerah intervensi Bti konsentrasi 4 ml/m2. Data diolah dengan program SPSS versi 11,5 dengan analisis menggunakan uji chi square. Setelah pemberian Bti konsentrasi 2 ml/m2, jumlah TPA positif larva naik dari 32 menjadi 35 TPA, sedangkan pada Bti konsentrasi 4 ml/m2 jumlah TPA positif larva menurun dari 17 menjadi 7 TPA. Disimpulkan bahwa Bti konsentrasi 4 ml/m2 lebih efektif daripada konsentrasi 2 ml/m2 dalam menurunkan keberadaan larva Ae. aegypti di TPA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hamdan Yuwaafii
"Saat ini pemberantasan vektor di tekankan pada pemberantasan biologis antara lain menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) untuk menghindari efek samping larvasida. Penggunaan Bti dalam memberantas vektor demam berdarah dengue (DBD), yaitu Ae. aegypti, masih dalam tahap laboratorium sehingga penelitian mengenai efektivitas Bti di lapangan perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Bti dalam pemberantasan Ae. aegypti di Kelurahan Cempaka Putih Barat, sebagai salah satu kelurahan dengan insidens DBD yang tinggi.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan single-larval method. Data diambil pada tanggal 28 Maret dan 25 April 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa house index (HI) menurun dari 19% menjadi 10%, container index (CI) menurun dari 10,32% menjadi 4,37%, breteau index (BI) menurun dari 26 menjadi 11. Berdasarkan uji McNemar diketahui bahwa penurunan tersebut bermakna, namun tidak dapat dikatakan bahwa Bti efektif memberantas Ae. aegypti, karena tidak semua container mendapatkan Bti. Jumlah container positif dari seluruh container yang mendapatkan Bti mengalami penurunan setelah pemberian Bti namun tidak bermakna. Disimpulkan bahwa Bti tidak efektif dalam memberantas Ae. aegypti di Kelurahan Cempaka Putih Barat.

Nowadays, vector control is emphasized to biological agent like Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) to avoid negative effect of insecticide. The using of Bti to control dengue hemorrhagic fever's (DHF) vector, Ae. aegypti, has only been conducted in laboratorium, so further research on the effectiveness of Bti to control Ae. aegypti in the domestic environment is needed. The aim of this study was to test the effectiveness of Bti in controlling Ae. aegypti in Kelurahan Cempaka Putih Barat, one of the district with highest DHF incidence in Jakarta.
This method of this is experimental design using single-larval method. The data was collected on March 28th 2010 and April 25th 2010. The result showed that house index (HI) decreased from 19% to 10%, container index (CI) decreased from 10,32% to 4,37%, and breteau index (BI) decreased from 26 to 11. According to the McNemar test, this result was stastically significant, but it does not show that Bti is effective in controlling Ae. aegypti because there are some containers that did not get Bti. The number of positif containers from all containers that got Bti slightly decreased after treatment, but it is not significant. In conclusion, Bti is not effective in controlling Ae. aegypti in Kelurahan Cempaka Putih Barat."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Afif
"Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi letal Bti terhadap Ae. aegypti. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai bulan Maret 2010 di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menggunakan desain eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae.aegypti yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak keramik berukuran 60 x 60 x 60 cm3 yang berisi 125 L air. Selanjutnya bak tersebut diberikan larutan suspensi Bti dengan berbagai konsentrasi. Setelah 24 jam dilakukan observasi untuk menghitung jumlah larva yang mati. Sebagai control 100 larva dimasukkan ke dalam bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Data dianalisis dengan probit analysis untuk mendapatkan LC50 dan LC95.
Dari analisis tersebut didapatkan LC50 dan LC95 untuk Ae.aegypti adalah 0,98 (0,68-1,24) ml/m2 dan 2,76 (2,31-3,57) ml/m2. Dengan demikian untuk penggunaan di lapangan akan digunakan konsentrasi tertinggi yaitu 3,57 ml/m2. Karena konsentrasi yang tersedia dari pabrik adalah 2,3,4 dan 5 ml/m2 maka konsentrasi yang digunakan adalah 4 ml/m2. Disimpulkan LC95 Bti terhadap Ae.aegypti adalah 3,57 ml/m2 dan konsentrasi untuk digunakan di lapangan adalah 4 ml/m2.
The purpose of this study is to determine the lethal concentration of Bti against Ae. aegypti. This experimental study was conducted on December 2009 until March 2010 in the Laboratory of Parasitology, Faculty of Medicine, University of Indonesia. The larvae used was 100 third instar larvae taken from the laboratory colony and were introduced in to ceramic containers measured 60 x 60 x 60 cm3 filled with 125 L of water. The containers were treated with Bti suspension with different concentration and then larval mortalities was recorded 24 hours after the treatment. As control, 100 larvae were introduced in to a container with the same type and size, but with no Bti. The data was analyzed with probit analysis to determine the LC50 and LC95.
The results showed that LC50 and LC95 for Ae.aegypti is 0,98 (0,68-1,24) ml/m2 and 2,76 (2,31-3,57) ml/m2, thus the application in the field will be using the highest concentration of 3,57 ml/m2. Because the concentrations available from the factory are 2,3,4, and 5 ml/m2, the concentration used is 4 ml/m2. It was concluded that the LC95 of Bti against Ae.aegypti is 3,57 ml/m2 and the concentration to be used in field is 4 ml/m2.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Amalia
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan kematian dan kerugian secara ekonomi, sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di kota besar. Salah satu upaya pemberantasan vektor DBD adalah pemberantasan DBD menggunakan biolarvasida yaitu Bacilus thuringiensis israelensis (Bti).
Tujuan penelitian ini membahas perbandingan efektivitas Bti konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2 dalam membunuh larva Ae. aegypti di TPA dalam rumah. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan intervensi Bti konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 13 Januari (pretest) dan 14 Februari 2010 (posttest). Survei entomologi dilakukan dengan single-larval method di TPA dalam rumah yang berada di 100 rumah di RT 11-18 (Bti konsentrasi 2 ml/m2) dan 100 rumah di RT 5-10 (Bti konsentrasi 4 ml/m2). Data diolah dengan program SPSS versi 11.5 dengan analisis menggunakan uji chi-square. Setelah pemberian Bti konsentrasi 2 ml/m2, jumlah TPA positif larva naik dari 28 menjadi 30 TPA, sedangkan pada Bti konsentrasi 4 ml/m2 jumlah TPA positif larva menurun dari 17 menjadi 7 TPA.
Disimpulkan Bti dengan konsentrasi 4 ml/m2 lebih efektif dalam menurunkan keberadaan larva Ae. aegypti di TPA dalam rumah dibandingkan konsentrasi 2 ml/m2, dan TPA positif larva terbanyak yang ditemukan sebelum dan sesudah pemberian Bti adalah bak mandi.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease that can cause death and economic losses, which becomes a public health problem in Indonesia especially in big cities. One of the DHF vector control is using biolarvacide Bacilus thuringiensis israelensis (Bti) to kill DHF vector.
The aim of this study is to compare the effectiveness of Bti concentrations between 2 ml/m2 and 4 ml/m2 in killing larvae of Ae. aegypti in water container inside the house. This study used an experimental design with intervention of Bti concentrations between 2 ml/m2 and 4 ml/m2. Data were collected on 13th January (pretest) and 14th February 2010 (posttest). The entomology survey is conducted by single-larval method in water container in 100 houses at RT 11-18 (Bti concentration in 2 ml/m2) and in 100 at RT 5-10 (Bti concentration in 4 ml/m2). Data were analyzed with SPSS version 11.5 using chi-square test. After administration with 2 ml/m2, the number of positive larvae increases from 28 to 30 containers, while with 4 ml/m2 the number of positive larvae decreases from 17 to 7 containers.
To conclude, the 4 ml/m2 of Bti concentration is more effective in reducing the presence of Ae. aegypti in water container inside the house instead of 2 ml/m2, and bathtub is the water container that has the most larvae before and after the administration of Bti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leonard Tangguh
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Bacillus thurigiensis var israelensis (Bti) dianjurkan untuk pengendalian DBD, tetapi mengenai efikasinya dalam membunuh Ae. aegypti belum diketahui. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek residu Bti di tempat penampungan air yang sering digunakan masyarakat. Penelitian dilakukan di Departemen Parasitologi Universitas Indonesia pada bulan April-Juni 2010. Bti formulasi cair (4 mg/m2) diteteskan ke tempat penampungan air (TPA) terbuat dari keramik, semen dan plastik dengan perlakuan tidak dikuras dan dikuras (sebanyak 2/3 isi bak dibuang dan diisi kembali dengan air tanah setiap hari). Ke dalam TPA dimasukkan 100 larva instar III Ae. aegypti lalu kematiannya dihitung setelah 24 jam. Hasil studi menunjukkan pada minggu pertama kematian larva 100% di semua TPA. Pada minggu kedua, kematian larva di TPA semen dan plastik >70%, kecuali di TPA keramik yang dikuras (44%). Pada minggu ketiga, mortalitas larva di semua kontainer <70%. TPA keramik mempunyai efek residu paling rendah dibandingkan plastik dan semen. Disimpulkan formulasi cair Bti tidak dapat dipakai untuk pengendalian DBD karena efek residunya hanya 1-2 minggu. Tidak ditemukan assosiasi antara jenis kontainer dengan mortalitas Ae. aegypti.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem in Indonesia. Biological controls such as Bacillus thurigiensis var israelensis (Bti) has been implicated as a possible control of DHF. However its efficacy against Ae. aegypti is not known. The aim of the study is to know residual effect of Bti in common household containers. This study is conducted in Department of Parasitology Universitas Indonesia from April to June 2010. A liquid formulation of Bti with a concentration of 4 mg/m2 and three common household containers were used. Each container was added 100 third instar larvae of Ae. aegypti. Mortality count was done in 24 hour after the addition of the larvae. The results showed that in the first week there was 100% mortality in all containers. In the second week concrete and plastic containers had mortality >70%, except for water treated ceramic container (44%). In the third week, none of the water containers had mortality rate of 70%. Ceramic has the least residual effects compared to concrete or plastic containers. In conclusion, liquid formulation of Bti could not be used as vector control as its efficacy only lasted up to 1-2 week. There is no association between the type of containers with the mortality of Ae. aegypti larvae."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>