Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130477 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Tamara Saraswati
"PT XYZ adalah salah satu pemain di industri restoran fast-food yang memasuki pasar Indonesia sejak awal tahun 2012 dan menawarkan produk yang unik yaitu makanan Korea yang dibungkus dalam konsep cepat saji. Meskipun memiliki
produk yang unik, laporan penjualan PT XYZ tidak menunjukkan keunggulan dari
produk unik tersebut, bahkan PT XYZ mencatatkan kerugian selama 5 tahun
berturut-turut sejak 2014 sampai sekarang. Dengan produk yang unik dan kondisi
pasar yang mendukung, seharusnya PT XYZ tidak mengalami masalah
profitabilitas, sehingga perlu diteliti lebih dalam lagi apa yang menyebabkan PT
XYZ mengalami masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
management control system yang diaplikasikan oleh PT XYZ dengan menggunakan
pendekatan four levers of control, yaitu belief system, boundary system, diagnostic
system dan interactive control system. Penelitian dilakukan dengan metode studi
kasus dan menggunakan wawancara serta kuisioner untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PT XYZ
sudah memiliki management control system namun penerapannya masih sangat
tidak efektif dalam analisis menggunakan metode four levers of control. Penerapan
yang tidak efektif inilah yang membuat PT XYZ kesulitan mengatasi masalah
profitabilitas mereka, sehingga terjadi secara menahun.

PT XYZ is one of the pioneers in Korean fast-food restaurant which entered the
Indonesian market since the beginning of 2012 that offers a unique taste of Korean
wrapped in the concept of fast food, which is an advantage for the Company. Yet,
PT XYZ financial report recorded loss for five consecutive years since 2014. With
its unique products and supportive market conditions, PT XYZ should not
experience profitability issues. This study aims to analyze the management control
system applied by PT XYZ using the four levers of control approach, namely belief
systems, boundary systems, diagnostic systems, and interactive control systems.
The study was conducted using the case study method and using interviews, focus
group discussions, and questionnaires to obtain the data and information needed.
The results of this study indicate the problems that occur to PT XYZ are mainly
caused by the inadequacy of the management control system's application in
analysis using the four levers of control approach. The Company nearly does not
apply interactive control systems and has a very weak diagnostic system. These two
problems make it hard to compare and measure the actual performance of the firm,
which will impact the strategy determination and target settlement.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Waskito Aji
"Restoran merupakan tempat dimana manusia dapat memenuhi salah satu kebutuhan primer yaitu pangan. Perbedaan cara mendapatkan makanan di restoran dengan di pasar adalah makanan di restoran sudah siap untuk dikonsumsi. Jenis-jenis dari restoranpun berbeda-beda, namun pada penulisan ini hanya membahas kepada restoran cepat saji. Perbedaan yang paling terlihat adalah dimana makanan pada restoran cepat saji seperti namanya, akan menyajikan makanan lebih cepat. Untuk membuat makanan yang disajikan lebih cepat dan dalam jumlah banyak tentunya mebutuhkan alat yang memadai. Selain itu alat-alat tersebut membutuhkan utilitas dalam pengoperasiannya. Utilitas sendiri merupakan unsur yang dapat membuat restoran dapat menjalankan fungsinya dengan tepat. Dalam skripsi ini penulis bertujuan untuk mencari keterhubungan utilitas terhadap proses pembuatan produk pada restoran cepat saji. Utilitas apa saja yang dibutuhkan restoran cepat saji dalam membuat makanan. Untuk mencapai hal tersebut yang harus dilakukan oleh penulis adalah dengan melakukan observasi pada restoran cepat saji terkait mulai dari arsitektur sampai ke utilitas pada bangunan restoran. Selain itu juga mencari tahu bagaimana proses produksi makanan dari bahan makanan yang masih mentah hingga siap disajikan kepada pelanggan serta mencari tahu juga alat apa saja yang digunakan. Setelah melakukan observasi pada akhirnya utilitas bangunan kelistrikan, pemipaan, dan gas yang menjadi paling berpengaruh dalam proses produksi makanan.

Restaurant is a place where people can find one of the primary needs that is food. The difference between how to get food in a restaurant and in a market is that food in a restaurant is ready for consumption. The types of restaurants also differ, but at this thesis only discusses the fast food restaurant. The most noticeable difference is where food at fast food restaurants as the name suggests, will serve food faster. To make food served faster and in large quantities, of course, need adequate tools. In addition, these tools require utilities in operation. Utility itself is an element that can make a restaurant function properly. In this thesis the author aims to look for connectivity between utility and the process of making products in fast food restaurants. What utilities are needed by fast food restaurants in making food. To achieve this, what the writer must do is to make observations on related fast food restaurants ranging from architecture to utilities in restaurant buildings. Besides that, they also find out how the food production process is made from raw food ingredients until they are ready to be served to customers and also find out what tools are used. After doing the observations in the end the utility of electricity, plumbing, and gas plumbing are the most influential in the food production process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahid Gunawan
"ABSTRAK
Maraknya usaha restoran saji cepat asing, terutama di kota-kota besar,
di Indonesia sejak tahun 1990, telah mengundang pertanyaan apakah bisnis ¡ni
masih Iayak atau tidak. Karena beberapa dari padanya telah jatuh dan tutup.
Oleh sebab itu masalah ini sangat menarik untuk diteliti. Dari seluruh restoran
asing yang ada di Indonesia, sebagian besar waralaba dan ada 97% yang
berasal dari negara Amenka Serikat. Hal ini dapat dimaklumi mengingat bisnis
waralaba dewasa ¡ni merupakan faktor dominan dalam pertumbuhan dan
perkembangan usaha kecil di negara itu. Amir Karamoy dan Herbert Rust
berpendapat bahwa waralaba menguntungkan ke dua belah pihak; pewaralaba
maupun terwaralaba. Bagi pihak asing,. cara ini dipandang sebagai sarana untuk
masuk ke pasar lokal. Sebaliknya bagi pihak lokal prinsipnya akan diuntungkan,
karena resiko gagal lebih kecil, tersedia tenaga kerja ahli dan terwaralaba,
dukungan manajemen yang baik, akumulasi modal sangat cepat dan mudah
dijalankan.
Perkembangan yang sangat pesat dalam usaha ini tidak lepas dari peran
sentral Mc Donald?s dan restoran saji cepat Amerika lainnya. Melalui ekspansi
geographisnya di hampir seluruh penjuru dunia, mereka nyaris telah membawa
perubahan kebudayaan dan gaya hidup yang amat besar di sebagian besar
belahan dunia. Pengaruh yang sangat luar biasa ini, membuat mereka
mempunyai peluang yang sangat besar dalam mengambil pasar dan meraih
penjualan di atas titik impas. Pun jauh di atas Wendy?s, yang saat ini hanya
dapat mencapai penjualan setengahnya Mc Donald?s pada setiap cabang.
Burger XYZ sebagai salah satu makanan waralaba, juga asal Amerika
Serìkat, masuk ke Indonesia tahun 1995. Tujuannya ikut mengambil peluang
pasar yang sangat besar tadi. Tetapi ternyata pertumbuhannya jauh dari apa
yang ditargetkan. Pertanyaannya kenapa?
Salah satunya ialah hambatan internal yaitu visi pemilik yang cenderung
jangka pendek telah membawa kemunduran dalam infrastruktur. Ditambah lagi
dengan kurang kuatnya dukungan dana dan strategi yang kurang tepat. Maka
persoalannya ialah produk bagus tetapi tidak punya pasar. Dihadapkan dengan
struktur industri makanan yang berfragmentasi dan pasar burger yang
persaingan monopoli, membuat perusahaan ini jalan di tempat.
Ketidak mampuan mengubah kelemahan menjadi kekuatan hanya
menyisakan satu pilihan yaltu dijual (divestiture). Ketimbang dijual dalam bentuk
mesin (likuidasi), studi ini menyarankan jual dalam bentuk saham (divestiture)
dan terpaksa dilakukan dua kali. Yang pertama, untuk membentuk infrastruktur
dan kedua; untuk mengambil capital gain. Setelah itu manajemen melakukan
definisi kembali tentang aturan main, memperkuat komitmen akan perlunya
strategi bersaing sebagai prolog, di seluruh lapisan organisasi termasuk
melakukan down-sizing pada organisasi yaitu menjadikan cabang sebagai unit
bisnis sendiri. Ekspansi dilakukan dengan cara kombinasi antara low cost dan
diferensiasi. Investasi setiap cabang ditekan seminimal mungkin dan QSCV
diusahakan semaksimal mungkin. Manajemen baru disarankan melakukan
aliansi strategis, membangun The Balanced Scorecard (BSC) untuk lima tahun
pertama 1997-2001 dan jangan bersaing secara berhadap-hadapan dengan
dua pemain kuat Mc Dona?d atau Wendys. Manajemen juga disarankan untuk
Ìebih banyak meakukan strategi pemasaran secara sempit.
Esensi dari paragraph terakhir ialah melakukan ikian ?above the line?
secara terbatas dan banyak melakukan pemasaran intra restoran (local store
marketing) untuk meningkatkan penjualan dan membentuk pasar yang
diharapkan dapat menjadi selling point ketika melakukan divestiture untuk ke
dua kalinya.
Selanjutnya manajemen disarankan melakukan inovasi dalam proses
internal bisnis (value chain) untuk menghasilkan kualitas produk yang lebih baik
cycle time yang lebih pendek dari suatu pengalaman berbelanja yang balk bagi
pelanggan. Terakhir manajemen disarankan untuk melakukan aliansi strategis
dengan pihak lain yang diyakini dapat membenikan kontribusi positif dan
melakukan pemeliharaan atas BSC dengan cara melakukan evaluasi yang
terus menerus atas prestasi yang telah dicapai dan pengkajian ulang terhadap
asumsi yang mendasari strategi ini.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Syalwa, Author
"Fast food modern adalah makanan cepat saji yang berasal dari luar negeri, umumnya berasal dari negara barat, atau jenis fast food dalam negeri yang memiliki karakteristik menyerupai fast food luar negeri, contohnya fried chicken, french fries, pizza, dan lain-lain. Umumnya fast food modern memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang, yaitu tinggi kalori, lemak, protein, dan garam. Frekuensi konsumsi fast food modern yang berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan remaja, di antaranya overweight dan obesitas yang kemudian akan berisiko menimbulkan berbagai penyakit degeneratif di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi fast food modern pada remaja di SMA Negeri 38 Jakarta tahun 2024. Variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu frekuensi konsumsi fast food modern. Sementara variabel independennya adalah jenis kelamin, pengetahuan gizi dan fast food, preferensi fast food, sikap terhadap fast food, pendidikan terakhir ayah, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pengaruh peer group, penggunaan layanan Online Food Delivery (OFD), uang saku, serta pengaruh media sosial. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei tahun 2024 kepada 160 siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 38 Jakarta yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan melalui pengisian angket secara daring (online). Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar, yaitu sebanyak 80% remaja mengonsumsi fast food modern dengan frekuensi sering (≥ 3 kali/minggu). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara preferensi fast food (p-value = 0,036; OR = 2,534; 95% CI = 1,128 - 5,691), pendidikan terakhir ayah (p-value = 0,000; OR = 10,290; 95% CI = 2,983 – 35,495), pendidikan terakhir ibu (p-value = 0,007; OR = 3,824; 95% CI = 1,474 – 9,918), pengaruh peer group (p-value = 0,018; OR = 2,778; 95% CI = 1,248 – 6,183), uang saku (p-value = 0,040; OR = 2,459; 95% CI = 1,115 – 5,426), dan pengaruh media sosial (p-value = 0,048; OR = 2,434; 95% CI = 1,086 – 5,455) dengan frekuensi konsumsi fast food modern pada remaja. Oleh karena itu, disarankan agar para remaja membatasi frekuensi konsumsi fast food modern (< 3 kali/minggu) dan beralih ke pola hidup yang lebih sehat dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, yaitu mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta sayur dan buah yang cukup. Selain itu, para remaja juga disarankan untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak.

Modern fast food is a type of fast food that originates from foreign countries, typically from Western countries, or a type of domestic fast food that has characteristics resembling foreign fast food, such as fried chicken, french fries, pizza, and others. Generally, modern fast food has an unbalanced nutritional content, being high in calories, fat, protein, and salt. Excessive consumption of modern fast food can negatively impact adolescent health, leading to issues like overweight and obesity, which in turn increase the risk of various degenerative diseases in the future. This study aims to identify factors associated with the frequency of modern fast food consumption among adolescents at SMA Negeri 38 Jakarta in 2024. The dependent variable in this study is the frequency of modern fast food consumption. The independent variables are gender, nutrition and fast food knowledge, fast food preference, attitude towards fast food, father's latest education, mother's latest education, father's occupation, mother's occupation, peer group influence, use of Online Food Delivery (OFD) services, pocket money, and social media influence. This research method is quantitative with a cross-sectional study design. Data collection was conducted in May 2024 on 160 students from grades X and XI at SMA Negeri 38 Jakarta who met the inclusion and exclusion criteria. Data was collected through online questionnaires. The collected data was then analyzed univariately and bivariately using the chi-square test. The results of this study indicate that the majority, 80% of adolescents, consume modern fast food frequently (≥ 3 times/week). The study also reveals significant relationships between fast food preference (p-value = 0,036; OR = 2,534; 95% CI = 1,128 - 5,691), father's latest education (p-value = 0,000; OR = 10,290; 95% CI = 2,983 – 35,495), mother's latest education (p-value = 0,007; OR = 3,824; 95% CI = 1,474 – 9,918), peer group influence (p-value = 0,018; OR = 2,778; 95% CI = 1,248 – 6,183), pocket money (p-value = 0,040; OR = 2,459; 95% CI = 1,115 – 5,426), and social media influence (p-value = 0,048; OR = 2,434; 95% CI = 1,086 – 5,455) with the frequency of modern fast food consumption among adolescents. Therefore, it is recommended that adolescents limit their frequency of modern fast food consumption (< 3 times/week) and switch to a healthier lifestyle by consuming nutritionally balanced foods, which contains adequate amounts of carbohydrates, protein, fat, as well as vegetables and fruits. Additionally, adolescents are also advised to limit their intake of sugar, salt, and fat.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Putrama
"Restoran cepat saji (fast food restaurant) merupakan sejenis restoran yang memiliki karakterislik makanannya biasanya telah tersedia sehingga setelah dipesan dapat langsung dibawa untuk dikonsumsi ditempat atau dibawa pulang. Budaya masyarakat perkolaan yang senang untuk mengunjungi restoran cepat saji sepertinya telah menjadi gaya hidup-Hal ini menyebabkan persaingan bisnis restoran cepat saji semakin ketat dengan semakin banyaknya restoran cepat saji lokal maupun internasional.
Sama seperti halnya sebuah produk, restoran cepat saji juga memiliki merek (brand) yang melekat pada dirinya. Merek merupakan identitas yang melekat pada sebuah sebuah produk sehingga dapat dibedakan dengan produk lainnya. Mcrek akan semakin memberikan arti apabila produk tersebut ditawarkan ke konsumen. Untuk itu perlu dibangun ekuitas merek yang kuat sehingga merek yang ada akan mcmperoleh banyak keuntungan seperti dapat dilakukannya brand extension.
Ekuitas merek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah CBBE (Customer Based Brand Equity) yang mempunyai dasar dari pemikiran bahwa kckuatan mock tcrlctak pada apa yang telah dipelajari, dirasakan, dilihat, dan didengar pelanggan tentang merek untuk jangka waktu tertentu. Dalam kasus penelitian ini, konsumen restoran cepat saji harus mengaiami langsung (based on experienced) dengan mengkonsumsi makanan yang ada direstoran cepat saji tersebut sehingga pengusaha restoran cepat saji harus lebih cerdik dalam mensiasati apa-apa saja hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ekuitas merek misalnya me]alui program komunikasi yang tepat.
Ada 7 (tujuh) merek (brand) restoran cepat saji yang diukur ekuitasnya didalam penelitian ini yang menurut penulis cukup pantas untuk diteliti yaitu McDonalds, Kentucky Fried Chicken (KFC), California Fried Chicken (CFC), Texas Fried Chicken (TFC), Wendy's, dan Hoka Hoka Bento. Pengukuran Ekuilas merek (Brand Equity) dalam penelitian ini dibangun dari 4 (empat) dimensi yaitu brand awareness, brand loyally, perceived quality dan brand image. Masing-masing variabel laten ini diturunkan menjadi variabel-variabel operasional yang diharapkan dapat menjelaskan variabel-variabel dimensi pembentuk brand equity tersebut.
Penelitian ini dimaksudkan untuk 1) Mengetahui nilai brand equity dari ketujuh resloran cepat saji yang diteliti. 2) Mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara brand equity secara keseluruhan dengan kinerja (berdasarkan persepsi) restoran cepat saji. 3) Mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel pembentuk brand equity dengan kinerja restoran cepat saji. 4) Dapat membandingkan resloran yang dipersepsikan berkinerja tinggi dengan yang berkinerja rendah untuk variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi kinerja restoran cepat saji. Perlu diketahui kinerja yang dimaksud peneliti adalah pertumbuhan yang dilihat dari tahun berdiri (tahun masuknya restoran cepat saji ini ke Indonesia) dan jumlah gerai yang ada di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertempat di Universitas Trisakti Jakarta dengan jumlah responden 280 orang untuk ketujuh restoran ccpat saji yang diteliti. Sehingga profil umum responden yang terbentuk usia berada dikisaran 16-25 tahun, lajang, dan mahasiswa.
Dari penelitian yang dilakukan, dengan menjumlahkan rerata variabel-variabel dimensi pembentuk brand equity tersebut diperoleh basil score brand equity tertinggi ditempati oleh restoran cepat saji McDonalds, kemudian disusul secara berurutan oleh KFC, Hoka-Hoka Bento, CFC, TFC, Popeye's, dan Wendy's.
Ternyata brand equity secara keseluruhan memang mempengaruhi kinerja restoran eepat saji yang berdasarkan persepsi (diperoleh dengan me-regresikan brand equity dengan kinerja). Brand equity yang diperoleh penulis merupakan basil faktor analisis dari ketiga variabel pembentuknya yaitu brand loyalty, perceived quality dan brand Image, karena brand awareness dikeluarkan dari pembentuk brand equity karena tidak dapat diproses lebih lanjut_ Penjelasan yang secara statistik dapat kita lihat dari angka KMO pada output SPSSI3. Untuk itu secara tidak langsung memang ada hubungan antara brand loyally, perceived quality dan brand image dengan kinerja restoran cepat saji.
Penemuan yang tidak diduga ofeh penulis temyata yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap kinerja jika meregresikan variabel-variabel pembentuk brand equity (brand awareness, brand loyally, perceived quality, dan brand image) adalah brand loyalty saja. Memang hal ini diukung oleh teori yang mengatakan bahwa inti dari brand equity adalah brand loyalty, karena loayalitas identik dengan pembelian kembali yang menguntungkan pengusaha restoran cepat saji dimasa yang akan datang.
Pembahasan yang berikutnya adalah melihat perbedaan restoran berkinerja tinggi dengan restoran yang berkinerja rendah pada variabel brand loyalty (karena hanya ini yang secara langsung signifikan memberikan pengaruh terhadap kinerja restoran cepat saji yang juga dilandaskan persepsi). Perbedaan dilihat dengan mem-breakdown masing-masing variabel operasional untuk brand loyally. Dari 6 (enam) variabel operasional yang ada memang semuanya signifikan, akan tetapi ada 2 (dua) yang bisa dikatakan cukup rendah yaitu kemungkinan untuk pindah ke restoran lain dan kemungkinan tidak berkunjung secara reguler. Hal inilah yang membuat Penulis menyatakan konsumen restoran cepat saji berada pada satisfied buyer with switching cost. Sedangkan keempat varibel opersional lainnya untuk brand loyalty seperti cukup puas jika berkunjung ke restoran ini, merekomendasikan restoran ini pada orang lain, ingin berkunjung kembali dan memilih restoran ini sebagai pilihan pertama sudah dirasakan cukup tinggi. Akan tetapi menurut penulis perlu ditingkatkan lagi, jika pengusaha restoran cepat saji ingin meningkatkan loyalitas ketingkat selanjutnya yaitu likes the brands (menganggap merek sebagai temannya).
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan, diambilnya respondcn cepat saji di mall sehingga seluruh segmentasi usia dapat tersentuh yang memang benar-benar dapat merepresentasikan konsumen restoran cepat saji."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Isnaini Hamidah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi makanan cepat saji (fast food) pada siswa-siswi SMAN 46 Jakarta selama masa pandemi COVID-19 tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Besar sampel dihitung menggunakan rumus estimasi proporsi dan proportionate sampling untuk perhitungan sampel pada setiap tingkatan kelasnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember 2021 kepada 253 siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMAN 46 Jakarta yang dipilih menggunakan teknik stratified sampling dan kuota untuk pengambilan pada setiap stratanya. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner daring berupa google form. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 70,4% siswa-siswi sering mengonsumsi fast food. Hasil faktor predisposisi yaitu tingkat pendidikan ayah dan ibu tinggi sebesar 88,1% dan 87,4%, siswa memiliki pengetahuan yang kurang terkait gizi seimbang dan fast food sebesar 58,1%, serta sikap yang positif sebesar 51,4%. Hasil faktor pemungkin menunjukkan bahwa sebesar 57,7% siswa memiliki jarak tempat tinggal yang sedang (1-5 kilometer) ke gerai makanan fast food terdekat dan sebesar 53,4% sering menggunakan layanan pesan-antar makanan online. Hasil faktor penguat menunjukkan bahwa sebesar 55,7% siswa tidak didukung keluarga untuk mengonsumsi fast food, 54,5% siswa didukung teman sebaya, dan 68,8% siswa terpengaruh media sosial.

The study aimed to describe the fast food consumption habits of students at SMAN 46 Jakarta during the COVID-19 pandemic in 2021. This study is a descriptive quantitative study using a cross-sectional design. The sample size is calculated using estimation and proportionate sampling for each stratum. This research was conducted in November-December 2021 among 253 students in grades X, XI, and XII of SMAN 46 Jakarta, who were selected using a stratified sampling and quotas technique for dataa collection at each grade level. Data was collected by filling out a questionnaire of Google form. The results showed that 70.4% of students often consumed fast food. The results of predisposing factors are that both fathers and mothers have high education levels by 88.1% and 87.4%, respectively, students have less knowledge related to nutrition and fast food by 58.1%, and positive attitudes by 51.4%. The results of the enabling factors showed that 57.7% of students have a moderate distance from their residence (1–5 kilometers) to the nearest fast food outlet, and 53.4% often use online food delivery services. The results of the reinforcing factors showed that 55.7% of students were not supported by their families to consume fast food, 54.5% of students were supported by their peers, and 68.8% of students were influenced by social media."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Kusuma Iswara
"Persentase terbesar penduduk di Indonesia adalah golongan Generasi Z yang menyebabkan Generasi Z akan menjadi basis konsumen terbesar di beberapa tahun yang akan datang. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengalihkan target pelanggannya menjadi Generasi Z yang menyebabkan diperlukannya strategi pemasaran yang sesuai dengan karakteristik Generasi Z. Salah satu perusahaan yang perlu merancang strategi ini adalah PT X yang bergerak dalam bidang restoran cepat saji di Indonesia. Untuk merancang strategi pemasaran yang cocok untuk Generasi Z, digunakan pendekatan design thinking untuk strategi melalui empat tahap yaitu observing, learning, designing, dan validating. Pendekatan ini digunakan karena bersifat berorientasi kepada pelanggan. Temuan penelitian ini dirancang secara rinci menggunakan Business Model Canvas dan divalidasi oleh tiga expert melalui penilaian Analytical Hierarchy Process.

Generation Z holds the largest percentage of Indonesia’s populations, which means that Generation Z will become the largest consumer base in the upcoming years. This encourages companies to shift their target customers to Generation Z which results in the need of a marketing strategy that fits into the characteristics of Generation Z customers. One company that needs to design this strategy is PT X, which focuses on the fast food restaurant sector in Indonesia. To design a marketing strategy suitable for Generation Z, design thinking for strategy is used which consists of four stages, namely observing, learning, designing, and validating. This approach is used because it is customer oriented. The findings of this study were designed in detail using the Business Model Canvas and validated by three experts through the Analytical Hierarchy Process assessment."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Egi Marissa
"Loyalitas pelanggan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberlangsungan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan restoran makanan cepat saji. Data diperoleh melalui kuesioner yang didistribusikan pada tiga perusahaan restoran makanan cepat saji di Indonesia dengan 400 sampel responden untuk setiap perusahaan. SEM Structural Equation Modeling digunakan sebagai metode pengolahan data.
Penelitian ini menggunakan tujuh variabel laten dan 29 variabel terukur yang ditentukan berdasarkan studi literatur dan penilaian pakar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan dan citra restoran mempengaruhi loyalitas pelanggan. Berdasarkan efek secara langsung, kepuasan pelanggan memiliki pengaruh terbesar terhadap loyalitas pelanggan pada ketiga objek penelitian.

Customer loyalty is the main factor for sustainability company. The purpose of this research is to investigate the factors affecting customer loyalty in fast food restaurant. Data were collected through a questionnaire distributed to three fast food restaurant companies in Indonesia with 400 sample respondents for each company. Structural equation modeling was used to examine the hypothesized relationships between the variables.
Research used seven latent variables and 29 measured variables which determined based on literature study and expert assessment.
The results showed that customer satisfaction and restaurant image affects customer loyalty. Another key finding, based on comparison of direct effect, customer satisfaction has the greatest impact on customer loyalty.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Balai kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2004
641.567 MAK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>