Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128006 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Asri Kartika Ratri
"Biji tanaman Moringa oleifera atau kelor memiliki berbagai aktivitas farmakologis dan dapat dikembangkan menjadi produk topikal. Penggunaan minyak biji kelor secara langsung ke kulit berpotensi iritasi sehingga perlu diinkorporasikan ke dalam sistem pembawa, salah satunya krim nanoemulsi. Krim dapat menghidrasi kulit secara kontinyu dan sering digunakan secara luas oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik dan aktivitas antioksidan minyak biji kelor, kemudian diformulasikan menjadi krim nanoemulsi yang selanjutnya akan dievaluasi secara fisik, stabilitas, kadar asam oleat, dan aktivitas antioksidannya. Minyak biji kelor yang sudah dikarakterisasi dibuat menjadi nanoemulsi menggunakan optimasi segitiga fase pseudoterner, dengan memvariasikan sukrosa monopalmitat sebagai surfaktan, propilen glikol sebagai kosurfaktan, dan minyak biji kelor. Setelah itu dipilih satu formula nanoemulsi optimum untuk diinkorporasikan ke dalam sediaan krim. Sediaan krim dievaluasi secara fisik, dilakukan penetapan kadar asam lemak dengan kromatografi gas, diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH, dan uji stabilitas berupa uji mekanik, cycling test, dan penyimpanan selama 12 minggu. Nanoemulsi optimum memiliki komposisi 6% minyak biji kelor; 5,25% sukrosa monopalmitat; 8,75% propilen glikol; dan 80% air. Sedangkan sediaan krim optimum mengandung 10% nanoemulsi. Uji mekanik berupa sentrifugasi dan uji cycling menunjukkan krim tidak mengalami perubahan fisik sebelum dan setelah uji. Setelah dilakukan uji stabilitas dan penyimpanan selama 12 minggu, didapatkan hasil bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor tidak banyak mengalami perubahan fisik tetapi mengalami peningkatan viskositas dan distribusi ukuran partikel. Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada minggu ke-0 menyatakan bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor memiliki nilai IC50 sebesar 29.360,69 µg/mL dan minggu ke-12 memiliki nilai IC50 sebesar 49.166,1 µg/mL. Nilai ini berbeda jauh dengan standar asam askorbat yang memiliki IC50 sebesar 9,707 µg/mL. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa belum didapatkan formula optimum krim nanoemulsi minyak biji kelor.

Seeds from Moringa oleifera have various pharmacological activities and can be developed into topical products. The use of Moringa seed oil directly on the skin might cause irritation, hence needs to be incorporated into a carrier system, one of which is nanoemulsion cream. A cream can hydrate the skin and is still widely used. This study aims to obtain the characteristics and antioxidant activity of Moringa seed oil, then it is formulated into a nanoemulsion cream which will then be evaluated for stability and antioxidant activity. In this study, the characterized Moringa seed oil was optimized into nanoemulsion using pseudoternary phase diagram by varying sucrose monopalmitate as the surfactant, propylene glycol as cosurfactant, and moringa seed oil. Then, the optimum formula was selected to be incorporated into the cream preparations. Cream preparations were then evaluated physically, fatty acid content was determined by gas chromatography, antioxidant activity was tested by DPPH method, and the stability was tested by mechanical test, cycling test, and storage for 12 weeks. The optimum nanoemulsion had a composition of 6% Moringa seed oil; 5.25% sucrose monopalmitate; 8.75% propylene glycol; and 80% water. The optimum cream preparation contains 10% nanoemulsion. Mechanical tests (centrifugation) and cycling tests showed that the cream did not experience any physical changes. After testing the stability and storage for 12 weeks, the results showed that the cream did not experience physical change but increased viscosity and particle size distribution. The antioxidant activity test conducted at week 0 showed the IC50 value of the cream is 29.360.69 g/mL and at week 12 the IC50 value is 49.166.1 g/mL. Those values are quite different from the standard ascorbic acid which has an IC50 of 9.707 g/mL. The evaluation results indicate that the optimum formula for Moringa seed oil nanoemulsion cream had not been obtained."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saintica Luthfia Utama
"Minyak biji kelor mengandung berbagai senyawa antioksidan dapat menangkal radikal bebas, namun aplikasinya secara topikal menyebabkan terjadinya iritasi kulit dan ketidaknyamanan akibat efek berminyak. Minyak biji kelor bersifat hidrofobik sehingga diformulasikan dalam sistem pembawa nanoemulsi. Serum mengandung agen farmasetik dalam jumlah tinggi dan efek hidrasi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi dan mengetahui sifat antioksidan dari minyak biji kelor kemudian memformulasikanya menjadi serum nanoemulsi, melakukan uji stabilitas dan aktivitas antioksidan dari sediaan. Komponen kimia minyak dianalisis dengan kromatografi gas. Aktivitas antioksidan minyak dan sediaan diukur dengan metode peredaman DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Area optimum nanoemulsi pada diagram fase pseudo-ternary diperoleh berdasarkan hasil optimasi formula yang disusun terdiri campuran minyak dan smix mulai 1:9 hingga 9:1 dan dianalisis menggunakan software chemix 7.0. Formula optimum dimasukkan ke dalam formula serum dalam konsentrasi 10%, 20% dan 30%, formula terbaik dipilih berdasarkan hasil pengamatan stabilitas selama 1 minggu untuk selanjutnya diuji stabilitas selama 12 minggu dan uji aktivitas antioksidan. Minyak memiliki kandungan total asam lemak 65% b/b dengan kandungan asam oleat yang dominan hingga 72,341%. Minyak memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan IC50 147,0277 µg/mL. Formula nanoemulsi memiliki ukuran partikel Dv90 241 nm, PDI 0,474 dan zeta potensial -35,4 mV, nilai efisiensi penjerapan 58,59%. Uji stabilitas dilakukan terhadap sediaan serum dengan 10% kandungan nanoemulsi. Serum nanoemulsi stabil pada pengujian cycling test, uji mekanik dan penyimpanan pada berbagai suhu, namun terjadi peningkatan viskositas dan ukuran partikel. Aktivitas antioksidan serum sangat lemah dengan nilai IC50 14601,76 µg/mL dan mengalami penurunan menjadi 61642 µg/mL setelah penyimpanan selama 12 minggu.

Moringa seed oil contains various antioxidant compounds that can counteract free radicals, but its topical application causes skin irritation and discomfort due to the oily effect. Moringa seed oil is hydrophobic so it is formulated in a nanoemulsion carrier system. The serum contains a high amount of pharmaceutical agents and a good hydrating effect. The objective of this study was to characterize and determine the antioxidant properties of Moringa seed oil and then formulate it into a nanoemulsion serum, and test its stability and antioxidant activity. The chemical components of the oil were analyzed by gas chromatography. The antioxidant activity of was measured by the DPPH reduction method (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). The optimum area of ​​nanoemulsion on the pseudo-ternary phase diagram was obtained based on the results of the optimization of the formula which was composed of a mixture of oil and smix from 1:9 to 9:1 and analyzed using chemix 7.0 software. The optimum formula was put into the serum formula in concentrations of 10%, 20%, and 30%, the best formula was selected based on the observation of stability for 1 week to be further tested for stability for 12 weeks and antioxidant activity test. The oil has a total fatty acid content of 65% w/w with a dominant oleic acid content of up to 72.341%. The oil has moderate antioxidant activity with an IC50 of 147.0277 g/mL. The nanoemulsion formula had a particle size of 241 nm, PDI 0.474, and zeta potential -35.4 mV, the adsorption efficiency value is 58.59%. A stability test was carried out on serum formula with 10% nanoemulsion content. Serum nanoemulsion was stable in the cycling test, mechanical test, and storage at various temperatures, but there was an increase in viscosity and particle size. Serum antioxidant activity was very weak with an IC50 value of 14601.76 g/mL and decreased to 61642 g/mL after 12 weeks of storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghaisani Fadiah Qisthina
"ABSTRAK
Daun kelor (Moringa oleifera Lam.) berpotensi sebagai tanaman obat. Daun kelor mengandung senyawa flavonoid yang dapat beraktivitas sebagai antiinflamasi, maka dari itu daun kelor dapat dikembangkan sebagai antiinflamasi. Obat antiinflamasi baik golongan non-setroid maupun steroid memiliki banyak efek samping apabila dipakai dalam jangka panjang. Banyak masyarakat menggunakan sedian bahan alam sebagai alternatif pengobatan inflamasi, antara lain sediaan ekstrak daun kelor. Tujuan penulisan review ini untuk mengkaji pengembangan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi. Berdasarkan beberapa penelitian saat ini, sediaan antiinflamasi yang ada berbentuk gel dan krim. Artikel yang direview diperoleh dari penelusuran literatur pada platform seperti Google Scholar, PubMed, dan NCBI, yaitu artikel ilmiah yang melaporkan hasil formulasi sediaan gel dan formulasi sediaan krim antiinflmasi, evaluasi sediaan, dan pengujian daya antiinflamasi. Dari hasil review didapatkan formulasi yang sesuai untuk dikembangkan pada pembuatan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi.

ABSTRACT
Moringa oleifera Lam. (Moringa oleifera) leaves have potential as medicinal plants. Moringa leaves contain flavonoid compounds that can act as an anti-inflammatory, therefore Moringa leaves can be developed as an anti-inflammatory. Anti-inflammatory both steroid and steroids have many side effects when used in the long run. Many people use natural dosage form as an alternative for inflammatory medication, such as Moringa leaf extract preparations. The aim of this review is to examine the development of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream. Based on some current research, existing anti-inflammatory preparations are gels and creams. The articles reviewed was obtained from literature searches on platforms such as Google Scholar, PubMed, and NCBI, namely scientific articles that report the results of formulataion of gel and cream anti-inflammatory, evaluation of preparation, and testing of anti-inflammatory activity. From the results of the review, it was found that a suitable formulation was developed for the preparation of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emni Purwoningsih
"Latar belakang: Moringa oleifera (MO) secara luas telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan makanan dan juga obat tradisional. M. oleifera telah terbukti memiliki berbagai efek farmakologi diantaranya efek neuroprotektif. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efek neuroprotektif dan mekanisme dasar dari ekstrak etanol 70% daun (MOE) dan minyak biji M. oleifera (MOO) pada mencit yang mengalami depresi, kecemasan dan fungsi kognitif akibat induksi stres kronik.
Metode: Dalam penelitian ini kami menguji analisis fitokimia MOE dengan LC-MS dan MOO dengan GC-MS. Dua puluh empat mencit jantan dengan berat badan 25-30 g, dibagi secara acak menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal (mencit normal diberi 0,5% CMC), WIRS (mencit stres dengan induksi WIRS+CMC 0,5%), kelompok WIRS+MOE400 (mencit stres+ MOE 400 mg/kg BB), WIRS+MOE800 (mencit stres + MOE 800 mg/kg BB), WIRS+MOO1 (mencit stress + MOO 1 ml/kg BB), dan WIRS+MOO2 (mencit stress + MOO 2 ml/kg BB). Pemberian MOE dan MOO diberikan secara oral selama 23 hari. Induksi WIRS dilakukan pada hari 1 sampai 15 selama 2 jam, dan hari ke 16 dilakukan selama 6 jam. Selanjutnya dilakukan uji perilaku dengan open field test untuk prilaku kecemasan, forced swim test untuk perilaku depresif, dan uji memori dengan Y-maze test dan novel objective recognition test. Pada hari ke-24 mencit dikorbankan dan diambil darah serta jaringan otak untuk dianalisis lebih lanjut.
Hasil: MOE mengandung 5,8% (b/b) total fenol dan 2,70% (b/b) total flavonoid, sedangkan MOO mengandung 0,04% (b/b) total fenol, tetapi flavonoid tidak terdeteksi. GC-MS menghasilkan MOO yang mengandung senyawa asam lemak, sterol, vitamin E dan senyawa aromatik, sedangkan MOE didominasi oleh senyawa flavonoid, asam lemak dan alkaloid juga ditemukan. Pemberian MOE 400 mg/kg BB dan MOO 2 mL/kg BB, kadar protein dan ekspresi BDNF meningkatkan signifikan (p<0,050) dibanding kelompok WIRS, selanjutnya MOE 800 mg/kg BB dan MOO 1 dan 2 mL/kg BB aktivitas asetilkolinesterase (AChE) menurun signifikan (p<0,05) dibandingkan kelompok WIRS. MOE 400 dan 800 mg/kg BB dan MOO 1 mL/kg BB, tingkat depresi dan kecemasan menurun signifikan serta memori meningkat signifikan dibandingkan kelompok WIRS. Sedangkan MOO 2 mL/kg BB tingkat kecemasan tidak berbeda dari kelompok WIRS.
Kesimpulan: MOE dan MOO memiliki efek neuroprotektif dengan memperbaiki fungsi kognitif dan menurunkan tingkat depresi dan kecemasan melalui mekanisme penghambatan aktivitas AChE dan meningkatkan kadar protein dan ekspresi mRNA BDNF.

Background: Moringa oleifera (MO) has been widely used by Indonesian people as a functional food and as traditional medicine. M. oleifera has been shown to have various pharmacological effects including neuroprotective effects. The aim of this study was to analyze the neuroprotective effects and the basic mechanisms of 70% ethanol extract (MOE) and seed oil of M. oleifera (MOO) in mice depression-like behavior, anxiety-like behavior, and cognitive decline due to chronic stress induction.
Methods: In this study we examine the phytochemical analyze of MOE by LC-MS and MOO by GC-MS. Twenty-four male mice with a body weight of 25-30 g, were randomly divided into 6 groups. Normal group (normal mice given 0.5% CMC), WIRS (stressed mice with induced water immersion restraint stress/WIRS+CMC 0.5%) group, WIRS+MOE400 (stressed mice+ MOE 400 mg/kg BW) group, WIRS+MOE800 (stress mice + MOE 800 mg/kg BW) group, and WIRS+MOO1 (stress mice + MOO 1 ml/kg BW) group, and WIRS+MOO2 (stress mice + MOO 2 ml/kg BW) group. The MOE and MOO were orally administration for 23 days. MOE and MOO were administered orally for 23 days. WIRS induction was performed for 2 hours on days 1 to 15, and for 6 hours on day 16. The open field test for anxious behavior, the forced swim test for depressive behavior, and a memory test using the Y-maze test and the novel objective recognition test were then performed sequentially on days 17-23. On day 24th the mice were sacrificed and the blood as well as the brain tissue were collected for further analyze.
Results: MOE contained 5.8% (w/w) of total phenols and 2.70% (w/w) of total flavonoids, while MOO contained 0.04% (w/w) of total phenols, but no flavonoids were detected. GC-MS produced MOO which contained fatty acid compounds, sterols, vitamin E and aromatic compounds, while MOE which was dominated by flavonoids, fatty acids, and alkaloids, were also found. Giving MOE 400 mg/kg BW and MOO 2 mL/kg BW, protein levels and expression of BDNF increased significantly (p<0.050) compared to the WIRS group, then MOE 800 mg/kg BW and MOO 1 and 2 mL/kg BW acetylcholinesterase activity (AChE) decreased significantly (p<0.05) compared to the WIRS group. MOE 400 and 800 mg/kg BW and MOO 1 mL/kg BW, the levels of depression and anxiety decreased significantly, and memory increased significantly compared to the WIRS group. Whereas MOO 2 mL/kg BW the anxiety level was not different from the WIRS group.
Conclusion: MOE and MOO have neuroprotective effects by improving cognitive function and reducing levels of depression and anxiety through mechanisms of inhibiting acetylcholinesterase activity and increasing protein levels and BDNF mRNA expression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Purnama Effendy
"Moringa oleifera Lam. merupakan salah satu tanaman herbal di Indonesia yang mengandung senyawa antioksidan alami. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perubahan aktivitas antioksidan pada konsentrasi substrat 5% hasil fermentasi oleh Lactobacillus plantarum InaCC B997 selama 24 jam. Ekstraksi senyawa antioksidan pada serbuk daun M. oleifera dilakukan dengan metode infusa, pada suhu 85̊C selama 30 menit. Aktivitas antioksidan diukur dengan metode DPPH (Diphenyl Plerylhydrazyl) dan mengukur konsentrasi senyawa antioksidan yang mampu menghambat 50% sifat radikal bebas dalam DPPH (Nilai IC50). Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 infusa daun M. oleifera kontrol (nonfermentasi) ialah 137,15 μg/mL, sedangkan pada sampel infusa hasil fermentasi batch I, II, dan III berturut-turut ialah 155,10 ± 14,59 μg/mL, 165,20 ± 2,81 μg/mL, dan 189,77 ± 3,05 μg/mL. Penelitian menunjukkan bahwa fermentasi infusa daun M. oleifera Lam. pada konsentrasi 5% oleh L. plantarum InaCC B997 menurunkan aktivitas antioksidan sebesar 13,08%, 20,45%, dan 38,36% pada batch I, II, dan III.

Moringa oleifera Lam. is one of the herbal plants in Indonesia that contains natural antioxidant compounds. The aim of this research is to determine the antioxidant activity of fermented M. oleifera Lam. leaf infusion at 5% concentration using Lactobacillus plantarum InaCC B997 for 24 hours. The extraction of antioxidant compounds in M. oleifera Lam. leaf powder was carried out by infusion method at 85̊C for 30 minutes. Antioxidant activity was measured using the 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) radical scavenging method and was evaluated based on the concentration of antioxidant compounds that were able to inhibit 50% of DPPH (Inhibitory Concentration 50). The result showed that unfermented leaf infusion had IC50 value of 137.15 μg/mL, while the fermented leaf infusion had IC50 value of 155.10 ± 14.59 μg/mL, 165.20 ± 2.81 μg/mL, and 189.77 ± 3.05 μg/mL in batch I, II, and III, respectively. This study showed that fermentation of M. oleifera Lam. leaf infusion at concentration of 5% using L. plantarum InaCC B997 had reduced antioxidant activity when compared to nonfermented leaf infusion at 13.08%, 20.45%, and 38.36% in batch I, II, and III, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariza Nabila Putri
"Moringa oleifera (M. oleifera) merupakan tumbuhan yang biasa di kenal dengan pohon Kelor. Tumbuhan ini lama dikenal memiliki sifat antimikrobial terhadap fungal, parasite, dan bakteri. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa), merupakan bakteri gram negatif yang dapat menimbulkan banyak tipe infeksi, bakteri ini tumbuh dengan baik bahkan dalam suhu sampai 42°C. P. aeruginosa juga dikenal memiliki resistensi yang kuat terhadap zat antimikrobial. Antiseptik dan disinfektan digunakan untuk menghentikan pertumbuhan mikroorganisme yang menginfeksi tubuh, pemakaiannya bervariasi dari membrane mucosal sampai dengan luka terbuka. Riset ini dilakukan untuk membuktikan kemampuan M. oleifera sebagai cara baru untuk menjadi antiseptik terhadap P. aeruginosa yang sudah resistan terhadap banyak obat obatan. Metode: Penelitian ini mengunakan metode Percentage Kill menggunakan kultur broth sebagai medium. Suspensi bakteri akan di simpan dalam 3 tabung yang berbeda dimana tabung ketiga akan menjadi kontrol. Tabung ini akan di inkubasi dengan waktu kontak yang sudah ditentukan. 2 variabel akan digunakan yaitu kontrol dan perlakuan yang masing masing harus dilaksanakan dalam waktu yang sama. Hasil dari tes akan dikalkulasi menggunakan rumus Percentage Kill dimana hasil yang dianggap baik jika diatas 90% Hasil: Hasil yang didapatkan dari uji dengan 3 waktu kontak (1, 2, 5 menit) yang diulang sebanyak kali mendapatkan rata rata sebanyak 103, 71, & 53.67 koloni yang masih bertahan, yang lalu dihitung menghasilkan 27.12%, 47.01%, & 57.7% dalam uji Percentage Kill"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa Maritza Pratama
"Latar Belakang: Moringa oleifera Lam. (M. oleifera) termasuk dalam famili Moringaceae dan merupakan tanaman silangan. Tanaman ini diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Bakteri yang digunakan dalam percobaan ini adalah Staphylococcus aureus (S. aureus) yang merupakan bakteri Gram positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah M. oleifera efektif sebagai antiseptik dan dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh S. aureus dengan mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
Metode: Metode Percentage kill akan digunakan dalam penelitian ini, bersama dengan media kultur broth. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahui pengaruh antiseptik berbahan ekstrak M. oleifera terhadap pertumbuhan S. aureus. Percentage kill adalah salah satu cara untuk mengetahui efek bakterisida atau fungisida suatu zat tertentu, dikatakan baik jika hasilnya >90%. Suspensi bakteri akan dimasukkan ke dalam tiga tabung terpisah, dengan tabung ketiga sebagai kontrol. Tabung akan diinkubasi selama durasi waktu kontak yang ditentukan. Dua variabel akan digunakan: kontrol dan perlakuan, yang keduanya akan diuji pada waktu yang sama, 1,2 dan 5 menit.
Hasil: Hasil M. oleifera sebagai antiseptik terhadap S. aureus dinilai efektif karena terdapat kesenjangan pertumbuhan bakteri yang sangat besar antara perlakuan dan kontrol, dan persentase hasil membunuh masing-masing pada menit 1,2 dan 5 adalah 92,36 %, 95,58% dan 96,45%, dimana terlihat hasilnya sudah mencapai >90% pada menit pertama.
Konklusi: dari eksperimen ini, hasil persentase kill pada ke-3 pengulangan, yaitu pada menit ke-1, 2, dan 5 menit, mencapai lebih dari 90% dari menit pertama, ini mengartikan bahwa ekstrak M. oleifera efektif dalam mengurangi pertumbuhan bakteri S. aureus. Pertumbuhan S. aureus saat di berikan ekstrak menglami penurunan setiap pengulangan dan jumlah paling sedikit terlihat pada menit ke 5 yaitu 3.67 koloni dimana pada kontrol jumlah pada menit tersebut 103.33 koloni dengan persentase kill 96,45%. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak M. oleifera efektif untuk di jadikan antiseptik terhadap bakteri S. aureus.

Background: Moringa oleifera Lam. (M. oleifera) belongs to the family Moringaceae and is a cruciferous plant. This plant is known to have an antibacterial activity. The bacteria that is use in this experiment is Staphylococcus aureus (S. aureus), which is a Gram-positive bacteria. This study aims to learn whether M. oleifera is effective as an antiseptics and can treat infection caused by S. aureus by affecting the growth of the bacteria.
Method: The Percentage Kill method will be used in this study, along with a broth culture medium. The purpose of this method is to determine the effect of the antiseptic made from Moringa oleifera extract on the growth of S. aureus. Percentage kill is one of the methods to determine the bactericidal or fungicidal effect of certain substances, it is considered good if the result is >90%. The bacterial suspension will be contained in three separate tubs, with the third serving as a control. Tubes will be incubated for the duration of the specified contact time. Two variables will be used: control and treatment, both of which will be tested at the same time.
Results: The results of M. oleifera as antiseptics towards S. aureus is considered effective because there is a huge gap in growth of the bacteria between the treatment and control, and the percentage kill result is respectively in minute 1,2 and 5 are 92.36 %, 95.58 % dan 96.45 %, where it can be seen the result already reach >90% at the first minute.
Conclusion: From this experiment, the results of the percentage kill in the 3 repetitions, namely at 1, 2, and 5 minutes, reached more than 90% from the first minute, this indicates that M. oleifera extract is effective in reducing the growth of S. aureus bacteria. The growth of S. aureus when given the extract experience a decreasing pattern in every repetition and the least amount was seen in the 5th minute, namely 3.67 colonies where in the control the quantity at that minute was 103.33 colonies with a percentage kill of 96.45%. It can be concluded that M. oleifera extract is effective to be used as an antiseptic against S. aureus bacteria.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasmi Jasmina Laksmi
"Antioksidan merupakan komponen yang mampu menghambat proses oksidasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengukur kadar senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan dalam infusa daun Moringa oleifera, Lam. setelah proses fermentasi oleh Lactobacillus casei InaCC B75 selama 18 jam. Aktivitas antioksidan diukur menggunakan reagen 1- Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). Aktivitas antioksidan sampel dengan fermentasi dan kontrol diukur dengan variasi konsentrasi substrat 1,0%, 1,5%, dan 2,0%. Analisis fitokimia dilakukan dengan menggunakan reagen Folin Ciocalteu untuk uji total fenol dan uji colorimetric menggunakan reagen aluminium klorida untuk pengukuran kadar flavonoid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Inhibisi 50 (IC50) konsentrasi
substrat 1,0% menunjukkan nilai kelompok perlakuan lebih rendah yaitu 75,70 μg/mL dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai 83,19 μg/mL. Sedangkan pada konsentrasi substrat 1,5%, menunjukkan IC50 kontrol 56,00 μg/mL dan perlakuan 59,62
μg/mL, konsentrasi 2,0% kontrol 50,32 μg/mL dan perlakuan 55,32 μg/mL. Hasil tes flavonoid dan fenol menunjukkan konsentrasi hampir sama, namun sedikit lebih tinggi pada kelompok kontrol dan pengukuran kadar pH menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pH sebesar 0,5 antara kontrol dan perlakuan. Fermentasi L. casei InaCC B75 pada infusa daun M. oleifera secara umum memiliki efektivitas rendah dalam
meningkatkan kandungan fitokimia dan aktivitas antioksidan, terutama pada konsentrasi substrat yang lebih tinggi (1,5 dan 2%).
Antioxidants are components that can inhibit the oxidation process. The purpose of this study was to measure the levels of phytochemical compounds and antioxidant activity in the leaf infusion of Moringa oleifera, Lam. after the fermentation process by Lactobacillus casei InaCC B75 for 18 hours. Antioxidant activity was measured using 1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) reagent. The antioxidant activity of samples with fermentation and control was measured with variations in substrate concentrations of 1.0%, 1.5%, and 2.0%. Phytochemical analysis was carried out using Folin Ciocalteu reagent for total phenol test and colorimetric test using aluminum chloride reagent for measuring flavonoid levels. The results showed that the concentration of Inhibition 50 (IC50) concentration 1.0% substrate showed a lower treatment group value of 75.70 g/mL compared to the control group with a value of 83.19 g/mL. Meanwhile, at 1.5% substrate concentration, the IC50 control was 56.00 g/mL and the treatment was 59.62 . g/mL, concentration 2.0% control 50.32 g/mL and treatment 55.32 g/mL. The results of the flavonoid and phenol tests showed almost the same concentration, but slightly higher in the control group and the measurement of pH levels showed that there was a pH difference of 0.5 between the control and treatment groups. Fermentation of L. casei InaCC B75 in M. oleifera leaf infusion generally has low effectiveness in
increased phytochemical content and antioxidant activity, especially at higher substrate concentrations (1.5 and 2%)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>