Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106959 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ripika Alvernia Yacob
"Louis Vuitton adalah produk fesyen kelas dunia yang lahir di Prancis sejak tahun 1854. Prancis sebagai salah satu negara multikultural juga merupakan negara yang banyak melahirkan desainer-desainer fesyen terkenal di dunia. Dalam memasarkan produk-produknya, berbagai macam cara dilakukan untuk menarik perhatian pembeli. Salah satu caranya adalah memakai model-model cantik dari berbagai etnik di dunia untuk dimuat dalam iklan media cetak. Artikel ini akan memaparkan konsep kecantikan iklan media cetak menurut Louis Vuitton dari tahun 2010 sampai dengan 2012.

Louis Vuitton is a one of world-class products in the world were born in 1854. As one of multicultural country, France is also gave birth many famous designers. To market their products, there are several of methods to attract the attention of buyers. One of the methods is
use the beautiful models from some ethnic in the world to be published in their print media advertising. This article will explain the concept of beauty in Louis Vuitton print media advertising in 2010-2012 in France.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muniha Addin Munawwaroh
"Iklan `Project #ShowUs` Dove, diluncurkan dengan tujuan membuat perubahan terhadap representasi perempuan (termasuk kaum lesbian, queer, dan transgender) yang ada di media dan dunia periklanan, dengan cara menekankan konsep kecantikan yang lebih representatif. Penelitian ini memiliki rumusan masalah berupa bagaimana iklan `Project #ShowUs` Dove Belanda mendefinisi ulang kecantikan yang ada di Belanda, sedangkan tujuan penelitian adalah untuk mengungkap cara Dove melalui `Project #ShowUs` dalam mendefinisi ulang kecantikan yang ada di Belanda. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan gender Judith Butler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Iklan `Project #ShowUs` Dove Belanda menghadirkan konsep-konsep redefinisi yang berkaitan dengan bentuk dan ukuran tubuh, usia, ketidaksempurnaan fisik, tingkat wawasan dan pekerjaan atau profesi, serta orientasi seksual dan identitas gender. Redefinisi kecantikan yang dibentuk mengundang antusiasme masyarakat Belanda melalui kolom `Doe mee met Project #ShowUs` yang turut mendukung dan menambahkan gagasan dalam konsep redefinisi kecantikan.

`Project #ShowUs` Dove ad, launched with the aim of making changes to the representation of women (including lesbians, queer and transgender) in the media and advertising world, emphasizes the more representative concept of beauty. The formulation of the problem was how `Project #ShowUs` Dove Netherlands redefined beauty in Netherlands, and the aim was to uncover Dove`s way through 'Project #ShowUs' in redefining beauty in Netherlands. This research used qualitative methods and gender concept of Judith Butler. The results showed that `Project #ShowUs` Dove Netherlands Ad presented concepts of redefinition beauty relating to body shape and size, age, physical imperfection, level of insight and occupation or profession, and also sexual orientation and gender identity. The redefinition of beauty that was formed invited the enthusiasm of the Dutch people through the `Doe mee met Project #ShowUs` column, they supported and added ideas in the concept of beauty redefinition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Ayuningkarti
"Iklan merupakan wadah yang paling efektif untuk mempromosikan suatu produk. Seperti Dove dan Rexona yang membuat iklan untuk mempromosikan produk deodorannya di berbagai negara, khususnya Indonesia dan Belanda. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan pesan dan kaitan budaya Indonesia dan Belanda yang terdapat pada iklan deodoran Dove dan Rexona menggunakan teori indeks, ikon, dan simbol Charles Sanders Peirce. Selain itu teori lainnya yang digunakan adalah teori iklan dari Torben Vestergaard dan Kim Schroder dan teori kebudayaan Clifford Greetz. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif. Iklan akan ditranskripsi dan kemudian dianalisis dengan teori, lalu dideskripsikan indeks, ikon, dan simbol di dalam iklan dan dikaitkan dengan budaya di kedua negara. Dari penelitian ini ditemukan bahwa indeks, ikon, dan simbol dalam iklan berfungsi untuk memberikan informasi dan membangun citra produk kepada calon konsumen. Hasil penelitian lainnya yaitu iklan di kedua negara memperhatikan budaya negara asal. Contohnya pada iklan Dove Belanda menampilkan data kepuasan konsumen karena penduduk negara maju lebih percaya dengan data. Sementara iklan Dove Indonesia menggunakan ilustrasi dan peragaan karena masyarakatnya senang dengan sesuatu yang instan dan nyata.

Commercial is the most effective media in promoting a product. Likewise, Dove and Rexona which designed the commercial in endorsing its deodorizer spread across countries, particularly Indonesia and Netherlands. This research, thereby, aims to elaborate the massages and Indonesia-Netherlands cultural relations which are conveyed on Dove and Rexona deodorizer commercial. The empirical theories as the fundamental of this research consists of the theory of semiotics from Charles Sanders Peirce, theory of commercial from Torben Vestergaard and Kim Schroder, also theory of culture which issued by Clifford Greetz. Further, the research`s methodology is descriptive method. Commercial will be transcripted and analysed based on the fundamental theories. Indexes, icons, and symbols, similarly, will be defined and linked to the cultures in both countries. Other researches indicated that the commercial of both countries considered its originated cultures as well. For instance, the Dove Netherlands ads figured the data of customer`s satisfaction since developed country`s society tend to have faith in data. On the other hand, Dove Indonesia ads prefer to use illustration and demonstration as its society is contented for something practical and authentic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Maria Eunike
"Keberagaman merupakan suatu hal yang selalu ada dalam masyarakat sehingga menjadi tantangan bagi perusahaan dan pemasar untuk berkomunikasi dengan kelompok yang beragam. Inclusive marketing muncul sebagai solusi untuk membantu perusahaan dan pemasar berinteraksi dengan kelompok sasaran melalui saluran yang menarik bagi sasaran. Merek kecantikan lokal Secondate merupakan salah satu merek yang mengedepankan inklusivitas dalam produk dan pemasarannya. Secondate mengeklaim bahwa mereka percaya setiap orang memiliki cerita yang unik sehingga mereka merangkul keberagaman khalayak dan komunitas mereka. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Secondate menggunakan inclusive marketing melalui konten Instagram mereka. Dengan menggunakan metode analisis konten, hasil menunjukkan bahwa ada beberapa aspek inclusive marketing yang terdapat dalam konten-konten Secondate, yaitu race and ethnicity, ability, gender identity, dan age. Konten-konten inklusif ini mempromosikan inklusivitas serta pengakuannya. Dalam hal ini, strategi inclusive marketing yang digunakan oleh Secondate tidak hanya terfokus pada penjualan, tetapi juga pada penyebaran pesan inklusivitas dan keberagaman. Maka dari itu, Secondate melalui inclusive marketing mengakui, merangkul, mendengar, memahami, dan mengikutsertakan kisah dari setiap kelompok.

Diversity always exists in society, making it a challenge for companies and marketers to communicate with diverse groups. Inclusive marketing emerged as a solution to help companies and marketers interact with target groups through channels that are attractive to the target. Local beauty brand Secondate is a brand that prioritizes inclusivity in its products and marketing. Secondate claims that they believe everyone has a unique story so they embrace the diversity of their audiences and communities. Therefore, this paper aims to analyze how Secondate uses inclusive marketing through their Instagram content. By using the content analysis method, the results show that there are several aspects of inclusive marketing contained in Secondate content, namely race and ethnicity, ability, gender identity, and age. These inclusive contents promote inclusivity as well as its recognition. In this case, the inclusive marketing strategy used by Secondate is not only focused on sales, but also on spreading messages of inclusivity and diversity. Therefore, Secondate through inclusive marketing acknowledges, embraces, hears, understands, and includes the stories of each group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rumiris, Evani Tama
"Mempertahankan kondisi tubuh dan wajah menjadi sebuah tuntutan sosial di masyarakat sehingga wanita bisa merasa lebih percaya diri. Kulit yang tetap kencang, elastis, dan tanpa kerutan merupakan dambaan setiap wanita yang sudah melewati usia tertentu. Citra ideal yang terus menerus dikonstruksi secara perlahan dapat menjadi standar budaya tentang kecantikan yang secara tidak sadar mempengaruhi pikiran wanita, yaitu keinginan untuk tetap awet muda. Berbagai fenomena tersebut semakin gencar dimanfaatkan oleh industri kosmetik untuk meningkatkan penjualan produknya, salah satunya melalui media iklan. Beberapa produsen yang menawarkan produk anti-penuaan melalui iklan adalah Nivea, Garnier, dan Reviderm. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana representasi wanita cantik dalam iklan produk anti-penuaan dan juga menelaah bentuk representasi awet muda yang menjadi identitas tertentu di masyarakat.

Many women nowadays always try to maintain the condition of her body and face that fit into social standard. Many of them believe that it makes them more confident. Tight, elastic and flawless skin is a dream of every women in certain age. This continuously constructed image slowly becoming cultural standard of beauty and affect women’s mind. The phenomena is intensively used by the cosmetics industry to increase sale of its products and one of them is with advertising media. Some manufacturers that offer anti-aging products are Nivea, Garnier, and Reviderm. This research discusses how the representation of beautiful women in anti-aging products advertising and also examines the anti-aging criteria that become certain identity in society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Khansa Nabila
"Media tanpa kita sadari ikut berperan dalam konstruksi mitos kecantikan. Mereka menggunakan sosok perempuan yang memiliki elemen-elemen yang dipercaya sebagai kecantikan. Analisis iklan dalam penelitian ini, yaitu blend-a-med 3D: White Luxe dan blend-a-med 3D: Whitestripes, menunjukkan bagaimana lembaga dan perusahaan melalui media mengkonstruksi standar kecantikan dan mengontrol masyarakat untuk mencapai mitos kecantikan. Makalah ini bertujuan untuk memaparkankan konstruksi gigi putih di Jerman.

Media unnoticeably participates in the construction of beauty myth. They use female figures with elements which are considered as beauty. Analysis of advertisments in this study, the blend-a-med 3D: White Luxe and blend-a-med 3D: Whitestripes, shows how institutions and companies through the media construct beauty standard and control the society in order to achieve the beauty myth. This study aims to describe the construction of white teeth in Germany.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Nur Setiawan
"Skripsi ini membahas konsep kecantikan wanita dalam panyandra berbahasa Jawa. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sementara itu, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7 buku teks berbahasa Jawa yang terbit pada tahun 1958 hingga 2011. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna metaforis panyandra yang membangun konsep kecantikan wanita Jawa. Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori metafora Lakoff dan Johnson (1980) dan teori komponensial Nida (1975). Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui analisis makna metaforis ditemukan 70 makna metaforis panyandra berbahasa Jawa yang terdiri atas 3 kategori dan 34 subkategori pembangun konsep kecantikan wanita Jawa.

This research discusses women’s beauty concepts of Javanese panyandra (proposition). Data that is used consisted of primary and secondary data which are taken from 7 Javanese language textbooks since 1958 until 2011, and analyzed based on descriptive qualitative research method by using theory of metaphor by Lakoff and Johnson (1980) and theory of componential meaning by Nida (1975). The aim is to discover the metaphorical meaning of the women’s beauty concepts of Javanese panyandra. As a result, there are 70 panyandra which can be found that form the concepts of women’s beauty, and those panyandra have 3 categories and 34 subcategories of metaphorical meaning that form the concept of women’s beauty of Javanese panyandra.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranita Dewi
"[Artikel ini membahas tentang perubahan perilaku wanita Rusia pada masa Federasi Rusia menjadi lebih konsumtif. Hal ini disebabkan oleh globalisasi juga media iklan yang mendukung perubahan pola prilaku masyarakat secara umum. Dengan menggunakan metode deskriptif-analitis, artikel ini menggunakan tiga teori yaitu, globalisasi, construction dan konsumerisme. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan perilaku akibat pengaruh media iklan dan globalisasi. Pengaruh ini menyebabkan peningkatan kuantitas konsumsi masyarakat terhadap produk kecantikan untuk menunjukkan berubahnya status sosial serta keadaan ekonomi mereka.

This article covers changing of Russian women?s act in Russian Federation becoming more consumptive. This matter is caused by globalization and advertisement spread that supporting generally changing of society?s behaviour patterns. Using descriptive-analitic method, this article uses three theories, globalization, construction and consumerism. The result of research shows changing of behaviour because of influences of advertisement and globalization. This influences cause rising of quantity of society?s consumtion to beauty products to show the changing social status as their economic circumstances.;This article covers changing of Russian women’s act in Russian Federation becoming more consumptive. This matter is caused by globalization and advertisement spread that supporting generally changing of society’s behaviour patterns. Using descriptive-analitic method, this article uses three theories, globalization, construction and consumerism. The result of research shows changing of behaviour because of influences of advertisement and globalization. This influences cause rising of quantity of society’s consumtion to beauty products to show the changing social status as their economic circumstances., This article covers changing of Russian women’s act in Russian Federation becoming more consumptive. This matter is caused by globalization and advertisement spread that supporting generally changing of society’s behaviour patterns. Using descriptive-analitic method, this article uses three theories, globalization, construction and consumerism. The result of research shows changing of behaviour because of influences of advertisement and globalization. This influences cause rising of quantity of society’s consumtion to beauty products to show the changing social status as their economic circumstances.]
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Haryn Scania
"Kesan pertama sangat penting dalam hubungan sosial masyarakat Korea Selatan. Bagi wanita Korea Selatan, kecantikan adalah sebuah keharusan agar dapat terlihat unggul di antara yang lain. Kecantikan adalah sebuah keharusan yang harus dimiliki seorang wanita agar dapat memperoleh pekerjaan dan penghargaan di tengah masyarakat. Wanita Korea Selatan rela melakukan apa saja untuk mendapatkan paras yang cantik, termasuk melakukan operasi plastik. Namun, kesadaran akan keharusan untuk menjadi cantik sudah ada sejak zaman Kerajaan Joseon. Jurnal ini memaparkan keutamaan kecantikan bagi masyarakat Korea pada zaman Joseon (1392-1897). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja keutamaan kecantikan bagi masyarakat Korea zaman Joseon (1392-1897). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan deskriptif analisis. Penelitian ini menemukan bahwa penampilan, table manner, dan skill merupakan standar utama yang harus dipenuhi wanita zaman Joseon jika ingin diakui kecantikannya.
First impression is the most important thing in the societal relations of South Korean society. For South Korean women, beauty is a must to look better than the others. Beauty is a necessity that a woman must have in order to find jobs and recognition in the society. South Korean woman are willing to do anything to get a beautiful face including plastic surgery. However, this consciousness of beauty turns out has been existed since the era of Joseon Dynasty. Therefore, the purpose of this journal was to describe the principles of Korean Beauty from the Joseon Era (1392-1897). This research applied qualitative research method and analytical descriptive method. The study found that there were sets of standards of beauty to be met, such as outer appearance, table manner and skill that a Joseon woman should have to be recognized its beauty."
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Prijanka
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pemaknaan perempuan novelis mengenai kecantikan dalam karyanya. Sumber data yang digunakan yaitu empat essai dalam novel Si Parasit Lajang terdiri atas esai berjudul Klinik THT (Telinga, Hidung dan Tetek); Barbie, Barbie Barbie; dan Keputihan sedangkan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yaitu esai berjudul Nilai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe analisis semiotika. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara denotatif, konstruksi kecantikan dalam novel tidak berbeda dengan yang direpresentasikan dalam media massa (iklan, film, dll) yakni disimbolisasikan dengan Barbie, tubuh tinggi, putih, langsing meskipun teks tersebut ditulis perempuan novelis yang tergolong sastra wangi (feminis). Makna konotasi menunjukan bahwa kecantikan dinilai dari segi fisik seperti tinggi, putih, langsing yang merujuk pada kemampuan finansial karena mampu mereparasi tubuh. Makna konotasi juga menunjukkan bahwa perempuan novelis mengkonstruksikan kecantikan sejalan dengan nilai dominan, walaupun masih menawarkan nilai kecantikan alternatif (non-fisik). Mitos menunjukan makna bahwa kecantikan perempuan melalui berbagai macam bentuk reparasi tubuh dianggap berdosa dan konsumtif karena masyarakat masih mempercayai penilaian kecantikan sebagai kodrat. Kecantikan fisik diungkapkan novelis lebih banyak dimaknai sebagai cara utama dalam menilai kecantikan dibandingkan penilaian kecantikan non-fisik. Konstruksi novelis mengenai kecantikan dalam novel sejalan dengan pemaknaan novelis tentang kecantikan. Novelis menilai bahwa perempuan memiliki hak untuk dapat membentuk kecantikan sesuai dengan keinginannya melalui reparasi tubuh, baik operasi plastik atau pun bersolek.

This study aimed to find out the meaning of beauty according to female novelist in her work. The primary data are four essays in Si Parasit Lajang: Klinik THT (Telinga, Hidung dan Tetek); Barbie, Barbie Barbie; and Keputihan, meanwhile in novel Pengakuan Eks Parasit Lajang the essay titled Nilai. This study is using a qualitative approach with semiotic analysis. The results showed that the denotation meaning of beauty in the text as drafted in the mass media that show the symbol on the Barbie beauty, skin whitening products, body repair to beauty contests like Miss Universe and model. Connotations shows that in terms of physical beauty assessed as high, white, slim which refers to financial ability. Myth indicates meaning that the beauty of women through various forms of reparation and consumptive body is considered sinful because people still trust the judgment of beauty as God’s will, nature, even gift. Novelist considered that physical beauty is more considered to represent the beauty than nonphysical. Construction novelist of beauty in the novel is the same as her meanings. Novelist sees that a woman have the right to be able to develop beauty according to their desires; through body repair and good plastic surgery.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>