Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57602 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monica Kansy
"[ ABSTRAK
“Brave” adalah sebuah film animasi komputer dari Amerika yang bertemakan fantasi komedi yang
diproduksi oleh Pixar Animation Studios dan di diterbitkan oleh Walt Disney Pictures pada tahun 2012. Film
ini berbeda dari cerita fairy tales klasik. Film ini mempresentasikan perempuan sebagai tokoh utama.
Masalah yang akan dibahas di sini adalah bagaimana tokoh-tokoh perempuan direpresentasikan dalam film
“Brave”. Penelitian ini menggunakan semiotik dan kode televisi oleh John Fiske. Beberapa subtema yang
digunakan adalah feminism dalam kekuatan, feminism dalam kepemimpinan, feminism dalam stereotip,
feminism dalam karakterisasi, dan feminism dalam kebebasan. Lebih lanjjut lagi, film ini menunjukan
beberapa perubahan mendasar dari stereotip film Disney.

ABSTRACT
"Brave" is an American computer-animated fantasy comedy film produced by Pixar Animation Studios and
released by Walt Disney Pictures in 2012. This film is different from classic fairy tales. This film
represented a tough woman as the main character. The problem that will be discussed here is how the female
characters are represented in "Brave". This study uses semiotics, particularly codes of television by John
Fiske. Subthemes are used to analyze feminism in power, feminism in leadership, feminism in stereotypes,
feminism in characterization, and feminism in freedom. The conclusion of this study is that the film contains
feminism in power, leadership, stereotypes, characterization, and freedom. Furthermore, this film shows
some basic changes from the common stereotype of Disney movie.;"Brave" is an American computer-animated fantasy comedy film produced by Pixar Animation Studios and
released by Walt Disney Pictures in 2012. This film is different from classic fairy tales. This film
represented a tough woman as the main character. The problem that will be discussed here is how the female
characters are represented in "Brave". This study uses semiotics, particularly codes of television by John
Fiske. Subthemes are used to analyze feminism in power, feminism in leadership, feminism in stereotypes,
feminism in characterization, and feminism in freedom. The conclusion of this study is that the film contains
feminism in power, leadership, stereotypes, characterization, and freedom. Furthermore, this film shows
some basic changes from the common stereotype of Disney movie., "Brave" is an American computer-animated fantasy comedy film produced by Pixar Animation Studios and
released by Walt Disney Pictures in 2012. This film is different from classic fairy tales. This film
represented a tough woman as the main character. The problem that will be discussed here is how the female
characters are represented in "Brave". This study uses semiotics, particularly codes of television by John
Fiske. Subthemes are used to analyze feminism in power, feminism in leadership, feminism in stereotypes,
feminism in characterization, and feminism in freedom. The conclusion of this study is that the film contains
feminism in power, leadership, stereotypes, characterization, and freedom. Furthermore, this film shows
some basic changes from the common stereotype of Disney movie.]"
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvana Gustin Santoso
"Perilaku seksisme masih dijumpai di negara dengan tingkat kesetaraan gender yang cukup tinggi, salah satunya negara Jerman. Di era feminisme yang cukup baik, perilaku seksisme justru dilakukan oleh sesama perempuan. Sesama perempuan ini membentuk persaingan intraseksual atau feminine rivalry dengan standar yang dibuat laki-laki. Standar tersebut dibuat bukan karena pengaruh langsung dari laki-laki, melainkan melalui proses internalisasi objektifikasi perempuan terhadap diri sendiri dan orang lain. Isu tersebut akan diteliti melalui film Freibad (2022) yang disutradarai oleh Doris Dörrie. Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teori Representasi oleh Stuart Hall dan teori film Auteur. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa persaingan antar perempuan banyak terjadi di ruang lingkup feminisme. Kehadiran laki-laki yang minim nyatanya masih memiliki pengaruh besar terhadap pandangan perempuan terhadap sesamanya. Kebebasan perempuan masih terkekang oleh standar laki-laki yang diaplikasikan kepada diri sendiri dan perempuan lain.

Sexist behavior is still found in countries with high gender equality index, such as Germany. In the feminism era, sexist behavior is actually carried out by fellow women. These women form an intrasexual competition or feminine rivalry with standards made by men. These standards are no longer made because of direct influence of men, but through the internalization process of women’s objectification of themselves and others. This issue will be researched through the film Freibad (2022) directed by Doris Dörrie. This study is conducted using the qualitative method through Representation theory by Stuart Hall and Auteur film theory. The results of this study show that competition between women occurs in the scope of feminism. The insignificant presence of men still has big influence on women’s view towards each other. Women’s freedom is still limited by male standards applied to themselves and other women."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nilla Silvianty Alamsyah
"Penelitian ini bertujuan memperlihatkan ide representasi tokoh perempuan dalam alih wahana dari buku memoar ke film Eat Pray Love. Metode deskriptif analisis dengan teori feminisme tentang gender dan patriarki digunakan untuk melihat bagaimana tokoh-tokoh perempuan tersebut merepresentasikan ide perempuan sebagai bentuk perempuan modern. Dari hasil analisis tampak bahwa tokoh perempuan-perempuan modern dengan sengaja menampilkan tokoh-tokoh mandiri, pintar, berani bersuara dan tampil di depan umum, serta bersama-sama kaum laki-laki melakukan berbagai perjuangan dalam dunia ini.

This analysis aims to show the representation of an independent woman in the adaptation from memoir book to film Eat Pray Love. Descriptive analytical method and feminism theory about gender and patriarchal are used to see how the woman character represent her ideas as to form representation. From the characters who are intelligent and courageous women and men can be shown how important to work together and become independent and modern people in this world."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28708
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riefqie Baihaqie Anwar
"Tulisan ini mengkaji ideologi feminisme dengan mengkaitkan sikap hidup perempuan Jawa pada film Banyu. Film Banyu menjadi pertimbangan dalam melakukan penelitian karena membahas mengenai perempuan yang memperjuangkan haknya namun juga mempertahankan sikap perempuan pada budaya Jawa. Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana relevansi sikap feminisme yang terdapat pada tokoh Sri terhadap sikap hidup orang Jawa setelah ditinjau menggunakan analisis semiotika menurut Charles Sander Peirce. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya sikap hidup orang Jawa yang mengandung unsur ideologi feminisme agar membuka sebuah perspektif baru dalam sebuah sikap hidup orang Jawa akan budaya feminisme yang kurang dipandang baik bagi orang Jawa dan menjadi acuan atas keseimbangan antargender. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teori semiotika yang dikemukakan Charles Sander Peirce dengan persepsi konsep triadic-nya. Hasil penelitian menunjukkan relevansi antara tokoh Sri yang terdapat pada film Banyu dengan salah satu sikap hidup orang Jawa yaitu nrima memiliki keterkaitan, terlihat dari alur ceritanya. Sri yang selalu menyuarakan haknya sebagai perempuan kepada kaum patriarki, dengan sikap nrima yang dijalani oleh Sri pada kehidupannya merupakan seorang Ibu dengan merangkap peran Ayah bagi anaknya, Banyu. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dinyatakan bahwa sebuah ideologi feminisme dengan sikap nrima pada hidup orang Jawa sangat relevan untuk dilakukan.

This paper examines the ideology of feminism by linking it to the way of life of Javanese women in the film "Banyu." The film "Banyu" was chosen as the focus of the research because it portrays a woman who fights for her rights while also upholding traditional Javanese values. The main issue addressed in this study is the relevance of the feminist stance exhibited by the character Sri to the way of life of Javanese people, as analyzed through Charles Sander Peirce's semiotic analysis. The research aims to prove the existence of Javanese ways of life that incorporate elements of feminist ideology, opening up new perspectives on how Javanese people approach the concept of feminism, which may be viewed unfavorably within Javanese society, and providing guidance for achieving gender balance. This research adopts a qualitative descriptive approach, utilizing Charles Sander Peirce's semiotic theory with a focus on his triadic concept. The findings demonstrate the relevance between the character Sri in the film "Banyu" and the Javanese way of life, particularly the practice of "nrima." Sri, who consistently advocates for her rights as a woman in the face of patriarchal norms, embodies the spirit of "nrima" in her role as a single mother who assumes the responsibilities typically associated with both motherhood and fatherhood for her child, Banyu. Based on the research findings, it is concluded that an ideology of feminism aligned with the principle of "nrima" is highly relevant to the Javanese way of life."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Hari Wirawan
"[vJurnal ini membahas tentang representasi perempuan dalam iklan bir Wieckse Rosé yang muncul di Belanda pada tahun 2007. Wieckse Rosé adalah minuman bir berwarna merah muda yang memiliki rasa buah yang cocok diminum oleh perempuan, sehingga bir ini masuk dalam kategori bir untuk perempuan atau vrouwenbier. Pada penelitian ini, penulis menganalisis sistem tanda berupa indeks, ikon dan simbol dalam iklan Wieckse Rosé, kemudian mengkaitkannya dengan teori feminisme eksistensialisme Simone de Beauvoir. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dari buku-buku semantik, periklanan, feminisme dan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, penggunaan indeks, ikon dan simbol dalam iklan Wieckse Rosé bertujuan untuk menuntut kesetaraan dalam beraktivitas di ruang publik dan sebuah koreksi mengenai citra perempuan di media yang tidak relevan dengan kondisi yang sebenarnya.
ABSTRACTThis journal talks about the representation of women in Wieckse Rosé beer commercials that appeared in Netherlands in 2007. Wieckse Rosé is a pink colored beer with fruit flavor that is suitable for women. In Nederland, this kind of beer is specifically for women, or as know as vrouwenbier. In this research, writer analyzed a sign sytem in the form of index, icons and symbols in this commercials and then connect them with the Simone de Beauvoir theory of existentialism feminism. The research in this journal using a literature review of semantics, advertising and feminism books. The results of this research shows that index, icons and symbols in advertising Wieckse Rosé are use to aim demand equality in activities in public spaces and a correction of the image of women in the media are not relevant to the actual conditions., This journal talks about the representation of women in Wieckse Rosé beer commercials that appeared in Netherlands in 2007. Wieckse Rosé is a pink colored beer with fruit flavor that is suitable for women. In Nederland, this kind of beer is specifically for women, or as know as vrouwenbier. In this research, writer analyzed a sign sytem in the form of index, icons and symbols in this commercials and then connect them with the Simone de Beauvoir theory of existentialism feminism. The research in this journal using a literature review of semantics, advertising and feminism books. The results of this research shows that index, icons and symbols in advertising Wieckse Rosé are use to aim demand equality in activities in public spaces and a correction of the image of women in the media are not relevant to the actual conditions.]"
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Puspa Khoirunnisa
"Jurnal ini membahas cerminan dari 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita melalui kacamata feminisme radikal dengan mengamati ketujuh perempuan yang digambarkan sebagai korban kejahatan laki-laki serta keterkaitannya dengan budaya patriarki di Indonesia serta bagaimana perempuan digambarkan dalam sebuah media komunikasi massa (film). Tekanan dan kekerasan yang terjadi pada perempuan, fisik hingga emosional, berakar pada keadaan biologis yang dianggap sebagai ?objek‟ dan mengakibatkan ketidaksetaraan gender.
Kesimpulan yang didapat adalah jika perempuan mampu menjalankan hak dan kewajibannya tanpa mengikuti ?kodrat‟ dan konstruksi peran gender, perempuan mampu terhindar dari tekanan dan kekerasan seperti yang digambarkan dalam film ini.

This journal discusses the reflection of 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita the movie focusing on radical feminism point of view by observing the seven women whom illustrated as male victim of crime and its connection to patriarchy culture in Indonesia and how women is described on mass communication media (movie). The pressure and violence against women, physical through emotional, rooted out of their biological condition that considered being an ?object‟ and as a result of gender inequality.
Conclusion of this matter is that if women are able to conduct their right and responsibility without following ?nature‟ and constructed gender roles, women are able to avoid pressure and violence that‟s pictured in this movie.
"
Lengkap +
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Triastuti
"Tesis ini menelusuri bagaimana implikasi pengubahan yang dilakukan Disney dalam film animasi Mulan terhadap perempuan dan masyarakat Cina dengan menggunakan alat analisa semiotik Roland Barthes. Sistem bertingkat pada semiotik Barthes memperlihatkan bagaimana sebuah pesan yang sama, yaitu Mulan, dapat dilihat dari sisi yang berbeda. Menurut Disney, Mulan menjadi sebuah pesan tentang kepahlawanan seorang perempuan, karenanya Disney berani mengklaim bahwa Mulan dibuat dengan rasa keberpihakan kepada perempuan dan masyarakat non Barat.
Dilihat dari kerangka pemikiran feminisme dan mengacu pada perbedaan antara versi Cina dan versi Disney, film animasi Mulan menjadi sebuah pesan bahwa perempuan mengalami subordinasi yang bertingkat-tingkat. Subordinasi pertama terhadap perempuan terjadi ketika seseorang terlahir dengan jenis kelamin perempuan. Dengan bertopang pada mitos, masyarakat telah memberikan sekumpulan karakter pada perempuan yang mereka sebut sebagai karakter feminin. Masyarakat menjadikan karakter tersebut sebagai alasan yang kuat untuk menyebut perempuan sebagai mahluk yang subordinat dan menindas perempuan.
Subordinasi berikutnya terhadap perempuan terjadi ketika karakter feminin yang seolah menjadi karakter alamiah perempuan dilekatkan pada sesuatu (benda/orang/kelompok). Sehingga pada akhirnya apapun yang dinilai memiliki karakter feminin akan ditempatkan pada posisi yang subordinat dan mengalami penindasan. Karena mereka yang ingin berkuasa atas sesuatu pada akhirnya menggunakan cara-cara yang sama dengan cara-cara yang digunakan laki-laki untuk menguasai perempuan. Melalui pendekatan etnografis, saya menemui bahwa di tingkat penonton terdapat tiga kelompok berkenaan dengan makna yang mereka berikan terhadap Mulan: yaitu kelompok lover, kelompok ironist serta kelompok hater."
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tampilan feminisme dan purity pada idola K-Pop perempuan terhadap intensi fanship dari fans laki-laki. Partisipan dalam penelitian ini adalah 93 individu laki-laki yang mengidentifikasi diri sebagai fans K-Pop dengan rentang umur 15–35 tahun (M = 20.88, SD = 4,02). Partisipan diberikan stimulus berupa vignette fiktif berupa foto, biodata fiktif, dan deskripsi kepribadian dari model dengan variasi pada tampilan ideologi feminisme dan pelanggaran purity. Hasil analisis Repeated Measures ANOVA menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tampilan Feminisme (F(2,184) = 7,74, p = 0,001, ηp2 = 0,08) dan Purity (F(2,184) = 14,26, p < 0,001, ηp2 = 0,13) pada idola K-Pop perempuan terhadap intensi fanship, serta tidak terdapat interaksi yang signifikan antara feminisme dan purity pada idola K-Pop perempuan dalam mempengaruhi intensi fanship pada fans laki-laki (F(2,184) = 1,62, p > 0,05, ηp2 = 0,02). Post-hoc paired samples t-test dilakukan dan ditemukan bahwa perbedaan tingkatan intensi fanship lebih tinggi secara signifikan pada perlakuan feminisme dibandingkan dengan non-feminisme dan pada perlakuan tampilan purity dibandingkan dengan perlakukan purity violation. Penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki tidak ingin menjadi fans dari idola K-Pop perempuan yang menampilkan pelanggaran purity dan beridentitas feminis dengan menggunakan label feminis, tetapi justru memiliki preferensi terhadap idola yang menampilkan ideologi feminisme tanpa label.

This research aims to examine the influence of the display of feminist ideology and purity in female K-Pop idols on the fanship intentions of male fans. The participants in this study were 93 male individuals who identified themselves as K-Pop fans, ranging in age from 15 to 35 years (M = 20.88, SD = 4.02). Participants were presented with stimuli in the form of fictional vignettes containing ‘idol’ photos, fictional biodata, and personality descriptions of a model with variations in the display of feminist ideology and purity violation. The results of the Repeated Measures ANOVA analysis show that there is a significant influence between the display of Feminism (F(2,184) = 7.74, p = 0.001, ηp2 = 0.08) and Purity (F(2,184) = 14.26, p < 0.001, ηp2 = 0.13) on female K-Pop idols towards fanship intention, and there is no significant interaction between feminism and purity in influencing fanship intentions for male fans (F(2,184) = 1.62 , p > 0.05, ηp2 = 0.02). Post-hoc paired samples t-test was carried out and it was found that the difference in fanship intention levels was significantly higher in the feminism treatment compared to non-feminism and in the display of purity treatment compared to the purity violation treatment. This findings indicate that men do not intend to be fans of female K-Pop idols who display purity violations and feminist labels, instead males prefer idols who display feminist ideology without labels."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aghna Honesty Ameera
"Artikel ini meneliti bentuk objektivikasi perempuan dan bagaimana tokoh perempuan yang merepresentasikan jenis kelamin kedua dalam cerpen Mouche terbebas dari objektivikasi dalam perspektif feminisme. Cerpen ini mengisahkan kehidupan Joseph Prunier dan keempat kawan lelakinya, N’a-qu’un-Oeil, Petit Bleu, La Tôque, dan Tomahawk, saat mereka menghabiskan waktu bersama-sama di sebuah kapal yang mereka beli. Kehidupan kelompok pertemanan yang hanya terdiri dari laki-laki itu berubah usai hadirnya seorang perempuan bernama Mouche. Dalam membedah pergeseran interaksi antar tokoh, penelitian ini menggunakan teori naratologi struktural Greimas (1982), konsep objektivikasi Nussbaum (1995), dan konsep feminisme Beauvoir (1949). Struktur naratif teks memperlihatkan alur cerita digerakkan oleh kehadiran Mouche sebagai tokoh perempuan. Kemudian, hasil analisis tematis menunjukkan tokoh perempuan dalam cerpen mengalami objektivikasi berupa instrumentality, denial of autonomy, dan ownership. Penelitian ini menemukan adanya upaya Guy de Maupassant sebagai penulis crepen menampilkan sisi lain perempuan melalui perubahan karakter tokoh perempuan. Tokoh Mouche berhasil membebaskan dirinya dari belenggu objektivikasi dengan perlawanan dan kekuatan yang dimilikinya.

This article examines the forms of objectification of women and the way the female character representing the second sex in the short story Mouche combats objectification from a feminist perspective. The story revolves around Joseph Prunier and his friends, N'a-qu'un-Oeil, Petit Bleu, La Tôque, and Tomahawk, as they spend time together on a boat. Their life changes upon the arrival of a woman named Mouche. In dissecting the shifting interactions between characters, this article uses Greimas' structural narratology theory (1982), Nussbaum’s concept of objectification (1995), and Beauvoir’s concept of existentialist feminism (1949). The narrative structure of the text shows that the storyline is driven by the presence of Mouche as a female character. The results of the thematic analysis show that the female character in this short story experiences objectification practices in the form of instrumentality, denial of autonomy, and ownership. This research found Guy de Maupassant’s attempt to portray another side of the female character, Mouche, through her character development. Mouche managed to free herself from the shackles of objectification with her resistance and power."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stephani Natalia W.
"Ketertindasan yang dialami oleh setengah dari jumlah manusia tidak dapat lagi ditolerir. Penerapan subjektivitas maskulin pada tataran pemikiran yang terletak pada ketidaksadaran manusia telah membuat ketimpangan di mana-mana. Pola pikir atau subjektivitas seseorang di dalam dunia yang ia hidupi sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang ada pada struktur sosial di mana ia berada dan mengada. Subjektivitas yang digunakan akan mencerminkan bagaimana seseorang mencerap dan mendefinisikan dunia. Bagaimana proses pembentukan subjektivitas inilah yang menjadi permasalahan awal. Lewat psikoanalisa, Jacques Lacan mengembangkan teorinya tentang proses pembentukan subjek di dalam tatanan simbolik melalui bahasa yang terstruktur pada tataran ketidaksadaran manusia. Keberlangsungan sistem dan nilai patriarkal dalam bahasa maskulin dan tatanan simbolik yang berpusat pada phallus telah merepresi _yang feminin_ sedemikian rupa. Dalam hal ini, terdapat dominasi hirarkis dalam relasi kekuasaan antara satu dengan yang lain. Untuk keluar dari keterasingan ini, perempuan harus mendapatkan subjektivitasnya sendiri demi terbebas dari subjektivitas yang maskulin. Feminisme berupaya untuk menghapus segala bentuk dominasi yang ada pada kultur kebudayaan manusia yang bersifat patriarkal. Luce Irigaray merupakan salah satu pemikir feminis yang berupaya melakukan hal ini dengan mengkritik _budaya laki-laki_ (phallomorphisme) yang mendominasi dalam segala tataran kehidupan. Tatanan simbolik harus dihilangkan sehingga perempuan dapat menjadi subjek yang berbicara dengan bahasanya sendiri. Hal ini demi memberlangsungkan pluralitas dan keberagaman yang ada pada manusia dan menghindari penekanan dari salah satu pihak saja. Dengan demikian, pihak laki_laki dan perempuan akan mendapatkan keadilan seksual lewat keberagaman yang dilakukan melalui perubahan kaidah bahasa dan konsepsi tentang kebenaran serta nilai-nilai yang mengatur tatanan sosial.

The misery which has been experienced by the half of human species, i.e. women, cannot be tolerate no more. Masculine subjectivity which has been used all along, which is under the human_s unconsciousness, has already made lots of problem everywhere. System of thought or someone_s subjectivity inside the world which they are living in influenced by those elements which are embedded in the social structures where they are exist in. The subjectivity we are using can reflect on how we observe and perceive the world. The first problem is how is the process on the shaping of our subjectivity. Through psychoanalysis, Jacques Lacan developed his theories on how subject exists inside the symbolic order through language system, which structured on the human_s unconsciousness. Patriarchal system and the values upon it inside the masculine language and symbolic order, which centered on phallus, repressed the feminine in some way or another. In this problem, there is a hierarchal domination upon power relation between one with the other. To escape from this isolation, womens must have their own subjectivities so that they can free themselves from the masculine subjectivity. Feminism trying to erase all forms of masculine dominations inside the human_s culture. Luce Irigaray is one of the feminist thinker and she critisize the phallomorphism cultures which dominate all aspects of our lives. Symbolic order must be exclude so that women can become a subject which can speak up with their own language. This has to be this way to continue plurality and diversity among human and to avoid the pressure from one side only. So that is, men and women will attain a sexual justice through diversity which can be achieve with the change of language and truth conception, also the change of values which is embedded in the social structures."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16150
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>