Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54687 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Milzam Karami
"Tulisan ini membahas tentang verba trilateral atau fi’il tsulatsi, yaitu verba khas bahasa Arab yang terdiri dari tiga huruf asliserta klasifikasi verbadalam bahasa Arab dan menganalisis verba trilateral dalam al-Qur’an surat al-A’la.Metodologi yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode deskriptif analitis dengan tahapan-tahapan :(1) mencari semua verba yang terdapat dalam surat al-A’la; (2) mengelompokkan verba-verba tersebut ke dalam klasifikasi verba trilateral atau verba quadrilateral; (3) mencatat verba-verba yang termasuk ke dalam verba trilateral; (4) menganalisis verba-verba trilateral tersebut sesuai klasifikasi verba pada subbab kerangka teori; serta (5) menulis hasil analisis ke dalam jurnal. Hasil dari penelitian verba trilateral dalam surat al-A’la ini, penulismenemukan26 verba yang semuanya merupakan verba trilateral dengan rincian : 14 verba trilateral asli tanpa penambahan huruf atau fi’il tsulatsi mujarrad, 10 verba trilateral yang mengalami penambahan satu huruf atau fi’il tsulatsi mazid ruba’i, dan 2 verba trilateral yang mengalami penambahan dua huruf atau fi’il tsulatsi mazid khumasi.

This paper discusses the trilateral verbs or fi'il tsulatsi, which is typical of Arabic verbs consisting of three original letters and classification of verbs in Arabic and analyze the trilateral verbs in the Qur'an al-A'la.Metodologi letters used in this journal is a descriptive analytical method with stages: (1) search for all verbs contained in the letter of al-A'la; (2) classifying verbs into verb classification trilateral or quadrilateral verbs; (3) noted the verbs that belong to the trilateral verbs; (4) analyzing the trilateral verbs according to the classification of verbs in Section theoretical framework; and (5) writing the results of the analysis in the journal. The results of the study trilateral verbs in the letter of al-A'la, the authors found 26 verbs which are all trilateral verbs with details: 14 original trilateral verbs without the addition of the letter or fi'il tsulatsi mujarrad, 10 trilateral verbs that has the addition of the letter or fi 'il tsulatsi mazid ruba'i, and 2 trilateral verbs that undergo addition of two letters or fi'il tsulatsi mazid khumasi.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Andriani
"Skripsi ini ditulis untuk menganalisis verba triliteral dalam juz 30 Al-Qur’an dari segi morfologi dan sintaksis. Analisis ini merupakan analisis kualitatif dan desain deskriptif. Tujuan pengalisisan verba triliteral dalam juz 30 Al-Qur’an untuk memamparkan pola-pola verba triliteral yang paling banyak digunakan dan memaparkan analisis sintaksis dalam bahasa Arab. Data dalam skripsi ini didapatkan dari juz 30 Al-Qur’an dan dipersempit hanya dengan menganalisa verba triliteral.
Teori yang digunakan dalam menganalisa morfologi dan sintaksis dalam bahasa Arab ini adalah teori morfologi dari Holes (1995) dan teori morfologi yang dikemukakan oleh Ahmed (2008). Hasil dari analisis ini dalam segi morfologi adalah pola-pola konjugasi verba triliteral yang paling banyak digunakan dalam juz 30 dan dari segi sintaksis dengan mengalisa klasifikasi verba, modus, dan struktur yang terdapat dalam juz 30 Al-Qur'an.

This thesis was written to analyze the triliteral verbs in chapter 30 of Quran in terms of morphology and syntax. This analysis is an analysis of qualitative and descriptive design. Purpose of analyzing triliteral verbs in 30 chapters of the Quran to describe patterns of triliteral verbs which are the most widely used and explained in Arabic syntactical analysis. The data in this paper come from chapter 30 of Quran and narrowed only by analyzing the triliteral verbs.
The theory used to analyze the morphology and syntax of the Arabic language are the theory of morphology of Holes (1995) and morphology theory proposed by Ahmed (2008). The results of this analysis in terms of morphology is verb conjugation patterns triliteral of the most widely used in terms of chapters 30 and by analyzing the syntactic classification of verbs, mood, and structure contained in the 30 chapters of the Qur'an.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Permadi
"Penelitian tentang analisis morfo-semantik verba tsulatsi, tujuannya ialah untuk mengetahui ketrassitifan dan makna inheren verba tsukatsi mujarrad. Verba tsulatsi mujarrad perfektif memiliki enam varian pola konjugasi imperfektif"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Deandra Bangkur
"Tulisan ini menganalisis mengapa Australia yang merupakan negara non senjata nuklir melakukan pengadaan kapal selam bertenaga nuklir dalam kerja sama keamanan trilateral AUKUS. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan causal-process tracing. Analisis dalam tesis ini menggunakan konsep Foreign Policy Analysis (FPA), untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan kebijakan luar negeri Australia yang merupakan negara non-nuklir namun melakukan pengadaan kapal selam bertenaga nuklir dengan Amerika Serikat dan Inggris melalui AUKUS. Faktor-faktor penyusun kebijakan luar negeri yang dimaksud dalam konsep ini adalah faktor domestik dan internasional. Hasil dari analisis artikel ini menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri Australia dipengaruhi oleh faktor domestik dengan indikator keadaan geografi, tradisi dan sejarah, serta kapabilitas militer dari Australia, serta faktor internasional dengan indikator sistem internasional, perjanjian internasional, dan kerja sama Australia. Walaupun kebijakan yang diambil oleh Australia ini menghadirkan beragam tanggapan yang cenderung negatif atas penggunaan kapal selam bertenaga nuklr, kebijakan tersebut tetap dijalankan oleh Australia mengingat terus meningkatnya ancaman di Indo-Pasifik.

This article analyzes why Australia, which is a non-nuclear weapons country, procures nuclear-powered submarines in the AUKUS trilateral security cooperation. This article uses qualitative research methods with a causal-process tracing approach. The analysis in this thesis uses the concept of Foreign Policy Analysis (FPA), to analyze the factors that influence the foreign policy formulation of Australia, which is a non-nuclear country but is procuring nuclear-powered submarines with the United States and England through AUKUS. The factors that make up foreign policy referred to in this concept are domestic and international factors. The results of this thesis analysis show that Australia's foreign policy is influenced by domestic factors with indicators of geography, tradition and history, as well as Australia's military capabilities, as well as international factors with indicators of the international system, international agreements and Australian alliances. Even though the policy adopted by Australia presents a variety of responses that tend to be negative regarding the use of nuclear-powered submarines, this policy is still implemented by Australia considering the continuing increase in threats in the Indo-Pacific.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octav Bayu Dirgantara
"Peningkatan aktivitas perompakan bersenjata dan penculikan di Laut Sulu yang mencakup perairan sekitar Indonesia, Malaysia, dan Filipina telah terjadi sejak 2016 menjadikannya sebagai salah satu perairan berbahaya di dunia. Untuk itu, Indonesia bersama Malaysia dan Filipina melakukan kerja sama Trilateral Maritime Patrol (TMP) Indomalphi dalam rangka menjaga keamanan dan keselamatan maritim sehingga bebas dari gangguan dan ancaman kekerasan, ancaman navigasi, ancaman sumber daya laut, dan ancaman pelanggaran hukum. Penelitian ini membahas efektivitas operasi Trilateral Maritime Patrol di Laut Sulu untuk mengukur efektivitas operasi terhadap penurunan angka pembajakan dan penculikan di Laut Sulu serta menilai efektivitas operasi TMP dalam menjaga keamanan dan keselamatan maritim di Laut Sulu dan sekitarnya. Namun, terdapat tantangan internal yang dihadapi oleh masing-masing Angkatan Laut tiga negara dalam pelaksanaan operasi Trilateral Indomaphi, baik dari sisi anggaran, ketersediaan unsur/alutsista, maupun personel. "
Jakarta: Seskoal Press, 2020
023.1 JMI 8:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Primayanti, Luh Putu Ika
"Perkembangan lingkungan strategis berdampak pada pesatnya perkembangan ancaman asimetris. Kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu yang menghadapi ancaman ini. Indonesia sebagai salah satu negara di Kawasan Asia Tenggara melakukan kerjasama Trilateral Cooperation Arrangement untuk menangkal ancaman asimetris khususnya di Laut Sulu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi Trilateral Cooperation Arrangement sebagai strategi pertahanan Indonesia dalam penanggulangan ancaman asimetris di Kawasan Asia Tenggara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini menggunakan teori ilmu pertahanan, konsep strategi, counter terrorism, asymmetric warfare, kerjasama pertahanan, cooperative security, dan deterrence theory. Hasil dari penelitian ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu pertama, ancaman asimetris yang terjadi di Asia Tenggara khususnya Laut Sulu terus berkembang dan secara khusus dibagi menjadi terorisme; kejahatan transnasional yaitu perompakan bersenjata dan penculikan untuk tebusan; serta migrasi ilegal. Kedua, dalam pelaksanaannya, Trilateral Cooperation Arrangement (TCA) di Laut Sulu terdiri dari Patroli Laut Terkoordinasi (Coordinated Sea Patrol), Patroli Udara (Air Patrol), Pertukaran Informasi dan Intelijen (Information and Intelligent Sharing) dan Latihan Darat Bersama (Land Exercise). Keempat patroli tersebut merupakan kerjasama strategis yang merupakan suatu kesatuan sehingga tidak dapat dipisahkan perbagian atau fungsinya. Namun dalam pelaksanaannya, terdapat peluang dan tantangan yang perlu menjadi perhatian baik pengempu kebijakan atau pihak operasional. Ketiga, Trilateral Cooperation Arrangement merupakan strategi yang dapat menanggulangi ancaman asimetris yang terjadi di Kawasan Asia Tenggara khususnya di Laut Sulu sejak tahun 2016-2018, namun ditahun 2019 ancaman asimetris di Laut Sulu mengalami peningkatan. Adapun strategi yang digunakan adalah menggunakan kerjasama pertahanan serta menggunakan softpower maupun hardpower yang memberikan efek deterrence kepada pelaku ancaman asimetris. Selain itu, memperkuat kerjasama Kementerian dan Lembaga sebagai pembuat kebijakan, serta TNI dan pemerintah daerah sebagai pelaksana operasional serta aturan pendukung seperti aturan prosedure operasional."
Bogor: University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2020
355 JDSD 10:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Arni Sarah
"Jurnal ini membahas Nomina Maskulin dalam al-Quran juz 30. Alasan dipilihnya topik ini karena bahasa Indonesia dan bahasa Inggris tidak mengenal pengaruh penggunaan Nomina Maskulin (NM) dan Nomina Feminin (NF) terhadap kata kerja, kata sifat, dan kata ganti orang secara khusus. Adapun bahasa Arab mengenal pengaruh penggunaan Nomina Maskulin (NM) dan Nomina Feminin (NF) terhadap afiksasi verba secara khusus. Dalam bahasa Arab bentuk Nomina Maskulin pada umumnya tidak mendapat ة (ta marbutoh), seperti kata-kata /ustādzun/ أستاذ ‘guru laki-laki’, dan kata /toyrun/ طير ‘burung jantan’, yang dimana dua kata diatas adalah pasangan kata /ustādzatun/ أستاذة ‘guru perempuan’ dan /toyrotun/ طيرة ‘burung betina’ merupakan jenis Nomina Feminin yang ditandai dengan ة (ta marbutoh). Namun ada Nomina Feminin yang secara bentuk Nomina Feminin namun sebenarnya nomina tersebut merupakan Nomina Maskulin. Tujuan dilakukannya analisis ini untuk membahas lebih dalam mengenai Nomina Maskulin (NM) dan Nomina Feminin (NF) secara khusus serta pengaruh Nomina Maskulin dalam afiksasi kata kerja dalam Al-quran surat Al-Kafirun, At-Tin dan An-Nasr. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah studi pustaka. Hasil analisis yang dilakukan menunjukan bahwa Nomina Maskulin berpengaruh pada afiksasi kata kerja dalam Al-quran surat Al-Kafirun, At-Tin dan An-Nasr.

This journal discusses Masculine nouns in al-Quran Juz 30. The reason for choosing this topic because Indonesian and English do not know the impact of Noun Masculine (NM), and Noun Feminine (NF) to verb, adjective, and gerurnd in particular. The Arabic language familiar about the impact of Masculine Nouns (NM) and Feminine Nouns (NF) to verb, adjective, and gerurnd in particular. In Arabic the masculine form of nouns generally do not get ة (ta marbutoh), such as the words / ustādzun / أستاذ 'male teacher', and the word / toyrun / طير 'male bird', which is where the above two words are word pairs / ustādzatun / أستاذة 'female teacher' and / toyrotun / طيرة 'mother bird' is a feminine noun types are characterized by ة (ta marbutoh). But there are forms of Feminine Nouns Noun Feminine nouns but actually it is a Masculine Noun. The purpose of this study to discuss more about Masculine Noun (NM), and Noun Feminine (NF) in particular as well as the influence of Masculine Nouns to verb, adjective and gerund in Al-quran receipt Al-Kafirun, At-Tin dan An-Nasr. The method used in this analysis is the study of literature. The results of the analysis carried out showed that the effect on the Masculine Noun phrase structure in Al-Quran.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Darma
"ABSTRAK Tesis ini membahas tentang tugas Komando Armada I yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan operasi maritim untuk mengantisipasi dan merespon berbagai kemungkinan khususnya terhadap kegiatan Perompakan atau Sea Armed Robbery yang terjadi di wilayah Perairan Selat Malaka dan sekitarnya kegiatan Perompakan atau Sea Armed Robbery yang terjadi di wilayah Perairan Selat Malaka dan sekitarnya sebagai implementasi pelaksanaan tugas pokok dalam melaksanakan Operasi Militer (OMSP). Dalam upaya tersebut, Koarmada I memandang perlu adanya suatu satuan/unit reaksi cepat dalam melengkapi sistem keamanan yang saat ini sudah berjalan. Terobosan yang dilakukan adalah pembentukan Fleet One Quick Response (FOQR). Semenjak dibentuknya satuan pemukul reaksi cepat atau yang lebih dikenal dengan FOQR dan berdasarkan Laporan Tahunan Staf Operasi (Sops) Lantamal IV tahun 2016 satuan ini telah berhasil melakukan penangkapan/penindakan terhadap pelaku kejahatan di laut, terutama di Perairan Selat Malaka. Oleh karena itu penelitian ini akan menjelaskan bagaimana kerjasama trilateral negara pantai antara Indonesia, Malaysia dan Singapura untuk bersama-sama melakukan pengamanan Selat Malaka, dimana Selat tersebut sangat strategis sebagai jalur perlintasan perdagangan dunia, khususnya kapal-kapal pengangkut bahan bakar dan bahan industri berbagai negara. Hal ini sesuai dengan ketetapan dari Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) yang menyatakan bahwa kedaulatan wilayah negara pantai atas wilayah lautnya di selat yang dipergunakan bagi pelayaran internasional, termasuk kewenangan atas air, udara, dasar laut dan tanahnya diakui secara resmi. Maka, strategi pertahanan dan keamanan daerah ini memerlukan suatu perhatian khusus terutama dari littoral states yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura dengan mengadakan kerjasama untuk mengatasi ancaman kejahatan di Selat Malaka.

ABSTRACT
This thesis discusses the task of the Fleet I Command which is responsible for carrying out maritime operations to anticipate and respond to various possibilities specifically for the Sea Armed Robbery activities that occur in the Malacca Strait water   and its surroundings as  the implementation of the main tasks in carrying out Military Operations (OMSP). In this effort, the Fleet I Command considers the need for a quick response unit / unit to complement the security system that is currently underway. The breakthrough is the establishment of Fleet One Quick Response (FOQR). Since the formation of a quick response unit or better known as FOQR and based on the Annual Report of Operation Staff (Sops) Main Naval Base IV in 2016 this unit has succeeded in making arrests / prosecution of the perpetrators of crimes at sea, especially in the Malacca Strait water. Therefore this study will explain how the coastal country trilateral cooperation among Indonesia, Malaysia and Singapore to jointly secure the Malacca Strait, where the Strait is very strategic as a world trade crossing lane, especially ships carrying fuel and industrial materials of various countries . This is in accordance with the provisions of the 1982 Sea Law (UNCLOS 1982) which states that the sovereignty of the coastal region over its sea area in the strait is used for international shipping, including authority over water, air, sea floor and land officially recognized. Therefore, this regional defense and security strategy requires special attention, especially from littoral states, namely Indonesia, Malaysia and Singapore by establishing cooperation to overcome the threat of crime in the Malacca Strait.

 

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Sathila Kusumaningtyas
"Tesis ini meneliti tentang hambatan yang dihadapi Indonesia, Malaysia, dan Filipina dalam kerja sama patroli maritim trilateral (trilateral maritime patrol) di Laut Sulu dan Sulawesi dengan menggunakan kelima variabel rezim keamanan yakni norma dan prinsip, aturan main, kepentingan nasional, kekuatan politik, dan pengetahuan yang didasari oleh ancaman yang ada di kawasan Laut Sulu dan Sulawesi. Analisis tersebut memberikan hasil bahwa ketiga negara kesulitan melakukan kerja sama dikarenakan beberapa hambatan berikut: prinsip kedaulatan dalam ASEAN Way yang dianut ketiga negara justru menghambat pelaksanaan patroli, aturan main dalam TCA tidak mengikat secara hukum dan tidak mengatur perluasan hak pengejaran seketika, adanya kepentingan nasional yang tumpang-tindih membuat negara-negara lalai akan tujuan utama kerja sama, dan terdapat ketimpangan yang cukup besar dalam kekuatan politik ketiga negara. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara dengan insentif kerja sama terbesar perlu untuk terus mendorong kedua negara lainnya untuk segera merealisasikan kerja sama. Selain itu ketiga negara perlu menunjuk keketuaan atau koordinator secara bergiliran untuk menjamin pertanggungjawaban pelaksanaan kerja sama dan merumuskan aturan main yang lebih mengikat secara hukum.Ketiga negara juga perlu untuk bekerja sama dalam capacity building untuk membantu negara yang lebih lemah menyetarakan (jenis dan teknologi) kapal-kapal yang akan digunakan untuk patroli agar memudahkan dalam komando dan pengendaliannya.

This thesis examines the obstacles faced by Indonesia, Malaysia and the Philippines in the cooperation of trilateral maritime patrols in the Sulu Sea and Sulawesi. In analyzing these obstacles, this thesis uses the five variables of the security regime: norms and principles, rules of conduct, national interests, political power, and knowledge based on the threats that exist in the Sulu and Sulawesi. The purpose of this exercise to identify the constraints that exist in the joint trilateral joint patrol cooperation between Indonesia, Malaysia and the Philippines. This thesis finds that the three countries embrace the norms and principles of the ASEAN Way which embraces the principle of sovereignty, and as such erodes the effectiveness of cooperation. In addition, the TCA principles result in the absence of legally-binding, and the regulation of the extention of the right of hot pursuit. The over-emphasis on non-intervention in the pursuit of national interests leads tothe neglect of the main purpose of cooperation, and there is considerable imbalance in the political power of the three countries. Therefore, referring to the concept of the security regime, this cooperation will not work effectively if the variables in the regime are not met. Indonesia as a country with the largest cooperation incentives needs to continue to encourage the other two countries to immediately realize the critical significan of the cooperation. In addition, the three countries also need to appoint a coordinator to ensure the accountability of the implementation of cooperation.There is also a need to formulate more legally binding rules. Finally, the states in the region need cooperate in the capacity building that helps weaker states to equalize the type and technology of vessels to be used for patrols to facilitate command and control.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Fahrurrozy
"Verba trikonsonantal derivatif dalam bahasa arab merupakan verba yang kata asalnya terdiri dari tiga konsonan yang diberi proses morfologis berupa afiksasi imbuhan, baik imbuhan satu konsonan, dua konsonan, atau pun tiga konsonan. Surah Qaf merupakan salah satu surah dalam Al-Qur’an yang tersusun oleh beberapa jenis verba, termasuk verba trikonsonantal derivatif. Penelitian ini akan menganalisis verba mana saja yang termasuk ke dalam jenis verba trikonsonantal derivatif dalam Surah Qaf, identifikasi jenis afiksasi yang digunakan, serta perilaku sintaktis dari verba trikonsonantal derivatif tersebut. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain kajian pustaka. Data dalam penelitian ini yaitu berupa verba trikonsonantal derivatif yang bersumber dari Al-Qur’an, Surah Qaf, dengan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori morfologi Arab dan teori sintaksis Arab. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Al-Qur’an Surah Qaf ditemukan: 29 verba trikonsonantal derivatif, yaitu 12 verba pola IV, 11 verba pola II, 3 verba pola VIII, 2 verba pola V, dan 1 verba pola III.

Triconsonantal derivative verbs in Arabic are verbs whose root words consist of three consonants and undergo morphological processes such as affixation, with either one consonant, two consonants, or three consonants. Surah Qaf is one of the chapters in the Qur’an that contains various types of verbs, including triconsonantal derivative verbs. This study will analyze which verbs in Surah Qaf are classified as triconsonantal derivative verbs, identify the types of affixation used, and examine the syntactic behavior of these triconsonantal derivative verbs. The research method used in this study is a qualitative method with a literature review design. The data in this study consist of triconsonantal derivative verbs sourced from the Qur’an, Surah Qaf, with data collection techniques in the form of documentation. The theories used in this research are Arabic morphology theory and Arabic syntax theory. The results of this study show that in the Qur’an, Surah Qaf, 29 triconsonantal derivative verbs were found: 12 verbs of pattern IV, 11 verbs of pattern II, 3 verbs of pattern VIII, 2 verbs of pattern V, and 1 verb of pattern III."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>