Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195021 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Okky Novianto
" ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang partisipasi dari fans yang berujung kepada berkembangnya industri anime Seperti yang diketahui fans awalnya sering disebut hanya sebagai seorang konsumen yang pasif namun pada perkembangannya fans sekarang berubah menjadi konsumen yang aktif mereka tidak lagi hanya mengonsumsi produk media saja namun juga ikut turut berperan didalam perkembangan industri anime Mereka sendiri tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan seperti membuat doujinshi ataupun fansub ternyata dapat membawa dampak yang positif bagi perkembangan industri anime secara global Dalam jurnal ini penulis menggunakan penelitian deskriptif dengan metode kepustakaan didalam menjelaskan hubungan diantara fans dari anime dengan industrinya terutama mengenai budaya partisipasi dari para fans yang ikut berkontribusi didalam perkembangan industri anime

ABSTRACT
This paper will discuss about the participation that fan gives to the development of anime industry As we know in the first fan is just a passive consumer but in nowdays fan has been changed into more active they are not merely consume the media product but now they are also participating in the development of anime industry They didnt realize that what they do like making doujinshi or fansub are making positive impacts globally In this paper the researcher use descriptive research to describe the relation between anime fan with the industry especially about participation culture from fans that contribute to the development of anime industry
"
[, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Haekel Prashatya
"[ABSTRAK
Studi ini mempelajari niat membeli produk resmi pada penggemar serta peran
kegemaran itu sendiri sebagai moderator antara niat membeli produk umum dan
spesifik (terkait kegemaran), ditengah maraknya pembajakan dan tantangan
seperti perbedaan budaya khususnya untuk produk luar. Model TPB (Theory of
Planned Behavior) yang diajukan Ajzen (1991) digunakan dalam menjelaskan
kecenderungan tingkah laku ini. Studi dilakukan pada beberapa komunitas
penggemar budaya pop Jepang (anime-manga) lewat kuesioner fisik dan online,
menunjukkan TPB dapat menjelaskan niat membeli produk resmi namun
kegemaran tidak memoderasi kekuatan hubungan antara niat membeli produk
resmi dan umum.
ABSTRACT
Theory of planned behavior (TPB) model (Ajzen, 1991) was used in present study
to examine the intention to purchase official goods in fans and the role of fan
(liking) itself as moderator between intention to buy general and specific goods
(related to liking), regardless of digital piracy and challenges in purchasing
foreign goods. Research was conducted through paper-and-pencil and online
questionnaire to Japanese pop culture fans, especially anime-manga, suggested
that TPB could explain the intention to purchase official goods but liking failed to
moderate the relationship between general and specific intention to purchase
official goods., Theory of planned behavior (TPB) model (Ajzen, 1991) was used in present study
to examine the intention to purchase official goods in fans and the role of fan
(liking) itself as moderator between intention to buy general and specific goods
(related to liking), regardless of digital piracy and challenges in purchasing
foreign goods. Research was conducted through paper-and-pencil and online
questionnaire to Japanese pop culture fans, especially anime-manga, suggested
that TPB could explain the intention to purchase official goods but liking failed to
moderate the relationship between general and specific intention to purchase
official goods.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S62286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Magdalena Hasiana
"Tulisan ini mengangkat persoalan ontologis dalam memahami fenomena fandom K-Pop. K-Pop merupakan bagian dari gelombang Korea (Hallyu Wave) yang memunculkan tren baru terkait relasi penggemar dan idol. Relasi identitas penggemar dan idol menjadi properti individual dalam budaya partisipasi yang memperkuat penelusuran ontologis atas fandom K-pop. Alur ketertarikan dengan sikap disinterested memunculkan proses perceiving yang menguatkan interaksi antara penggemar dengan idol. Persoalan relasi inilah yang juga menjadi bagian dari penelurusan ontologis yang dilakukan dalam penulisan ini. Melalui penggunaan metode fenomenologis, saya mengumpulkan data pustaka, riset serta berdasarkan pengalaman subjek. Data dianalisis dengan metode penelurusan ontologis berdasarkan teori dari Roderick Chisholm. Tulisan ini membuktikan adanya definisi ontologis dari fandom K-Pop melalui properti subjek dan fenomena yang melingkupinya.

This paper is about ontological issues in understanding the phenomenon of K-Pop fandom. K-Pop is a part of the Korean wave (Hallyu Wave) which has led to new trends related to the relationship of fans and idols. The relation between fans and idol's identity becomes an individual property in a culture of participation that strengthens the ontological investigation of K-pop fandom. The flow of interest with a disinterested attitude raises the process of perceiving that strengthens the interaction between fans and idols. The issue of relations is also part of the ontological investigation that carried out in this paper. With phenomenological methods, I collected the data from the books and academic papers and did some research based on the subject`s experience. The data were analyzed by ontological investigation methods based on Roderick Chisholm`s theories. This paper proves the ontological definition of K-Pop fandom through the subject`s properties and the surrounding phenomena.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiskus Xaverius Pradhipta Surya
"Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Praktik fan culture tentunya banyak mengalami perkembangan akibat perkembangan teknologi komunikasi. Kajian ini memberikan gambaran tentang proses konsumsi dan produksi yang dilakukan oleh fandom Sepak Bola Jakarta yang merupakan pendukung Persija Jakarta di era digital. Peneliti menemukan bahwa Soccer Jakarta memiliki beragam produk yang ditunjukkan dengan berbagai jenis saluran media yang digunakan oleh fandom Sepak Bola Jakarta. Produk-produk Soccer Jakarta diidentifikasikan menjadi dua jenis besar, yaitu digital dan fisik dan beroperasi bukan berdasarkan keinginan mencari untung dan bergerak hanya berdasarkan kecintaan mereka pada Persija Jakarta sehingga dapat dikatakan telah melakukan praktik penggemar sebagai buruh.

This research is a research that uses a qualitative method using a case study approach. The practice of fan culture has certainly undergone many developments due to the development of communication technology. This study provides an overview of the consumption and production processes carried out by the Jakarta Football fandom who are supporters of Persija Jakarta in the digital era. Researchers found that Soccer Jakarta has a variety of products which are indicated by the various types of media channels used by the Jakarta Soccer fandom. Soccer Jakarta's products are identified into two major types, namely digital and physical and operate not based on the desire to make profit and move only based on their love for Persija Jakarta so that it can be said that they have practiced fans as laborers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rara Firlina
"JKT48, grup penyanyi yang merupakan sister group idola asal Jepang AKB48, saat ini merupakan penyanyi yang cukup dikenal di Indonesia karena fanatisme fansnya. Salah satunya adalah Kaskus JKT48 yang merupakan komunitas fandom penggemar JKT48 dan terbentuk online dari forum online kaskus. Kaskus JKT48 cukup terkenal karena kekompakan dan eksistensinya di kalangan fans JKT48. Penelitian ini kemudian ingin mengetahui bagaimana dinamika hubungan yang terjadi pada Kaskus JKT48 sehingga membuat Kaskus JKT48 sebagai komunitas online menjadi kompak. Dinamika hubungan dapat terjadi dari interaksi online dan offline, ikatan, pemaknaan identitas anggota sebagai bagian dari Kaskus JKT48, dan penggunaan media sosial (forum online dan Twitter) sebagai media komunikasi komunitas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan paradigma interpretif dan menggunakan strategi etnografi.
Hasil dari penelitian ini yaitu terjadi dinamika komunitas Kaskus JKT48 karena interaksi online offline yang terus menerus terjadi. Dinamika berdampak pada ikatan dan kekompakan komunitas yang berkurang. Dinamika juga terjadi karena identitas anggota mulai terkontestasi dan muncul clique (kelompok dalam kelompok). Interaksi online dengan menggunakan berbagai media sosial juga menjadi pemicu munculnya dinamika dalam Kaskus JKT48 akibat adanya overload information dan membuat kejenuhan pada anggota komunitas.

JKT48, a singer group which is Japanese idol sister group of AKB48 , is now a well-known singer in Indonesia because of fanaticism fans. One of them is Kaskus JKT48, the fandom community JKT48 fan that formed online by online forums known as Kaskus. Kaskus JKT48 is quite famous because of its coheisveness and its existence among JKT48 fans. This study want to know how the dynamics of the relationships that occur on Kaskus JKT48 thus making Kaskus JKT48 as a cohessive online community. The dynamics of the relationship can occur from online and offline interaction, bonding, meaning the identity of members as part of JKT48 Kaskus, and the use of social media ( online forums and Twitter ) as a community communication medium. This research use qualitative and interpretive paradigm by using ethnographic strategy.
The results of this study are the dynamics of JKT48 Kaskus community due to online and offline interactions that keep happen in it. The dynamics caused impact on bond and reduced community cohesiveness. Dynamics also occur because of the identity of the members began contested and appear clique ( groups within groups ). Online interaction using a variety of social media is also a trigger of dynamics in Kaskus JKT48 due to information overload and began appearing saturation on community members.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58279
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anasthasia Romauli Jesica
"Makalah ini membahas mengenai hubungan antara media sosial dan fandom dan bagaimana hal ini mempengaruhi hubungan antara idola dan penggemar mereka. Media sosial dan fandom merupakan bagian dari budaya populer yang bertemu dan saling mempengaruhi satu sama lain. Fandom telah mengubah pemanfaatan fungsi media sosial sekarang ini sementara media sosial sendiri telah memberikan pengaruh terhadap fandom dengan munculnya suatu tradisi baru Sisi positif dari hubungan ini adalah media sosial dan fandom saling menunjang satu sama lain sehingga keduanya mampu berkembang lebih besar dan lebih baik lagi. Akan tetapi hubungan timbal balik ini juga memiliki sisi negatif yaitu munculnya konflik diantara penggemar idolanya dan orang orang yang memiliki peran di kehidupan kedua pihak ini di dalam media sosial. Penggemar menjadi tidak realistis terhadap kedekatan hubungan mereka dengan idola mereka sementara sang idola dibebankan dengan kewajiban untuk terus bisa mempertahankan hubungan baik dengan penggemar mereka.

ABSTRACT This essay talks about the relationship between social media and fandom, and how it affects the relationship between public figures and their fans. Both social media and fandom are part of popular culture. These popular cultures, at some point, have crossed paths and affected each other. Fandom has changed the way social media is used nowadays, while social media has given a new tradition to fandom. On the bright side, both fandom and social media have been well improved. They coordinate and help each other to grow bigger and better. However, this mutual relationship has eventually brought a problem for those involved and trapped between these two worlds; in this case the fans and their public figures. Fans become unrealistic about their intimacy with the public figure they adore, while the public figures themselves unnecessarily get an additional obligation to maintain their relationship with fans.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Halim
"Dengan menggunakan pemikiran Henry Jenkins, skripsi ini membahas kelompok Barisan Relawan Jokowi Presiden 2014 (Bara JP), pendukung politisi Joko Widodo (Jokowi) sebagai sebuah bentuk fandom dan fan activism. Aktivitas fandom yang dilakukan antara lain pengetahuan mendalam tentang Jokowi disertai upaya mencari tahu informasi terbaru tentang Jokowi, serta terdapatnya ikatan emosional terhadap sosok Jokowi hingga tahap merubah identitas. Motivasi untuk bergabung dengan Bara JP sangat didasari oleh pemuasan emosional seperti nasionalisme. Terbentuknya fan activism Bara JP didorong oleh teknologi Facebook, anggota Bara JP yang memiliki pengalaman dalam pergerakan dan keahlian beragam.

Using Henry Jenkins work, this literature tries to understand Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) 2014, the supporter group for politician Joko Widodo (Jokowi), as fandom and fan activism. This studies shows that Bara JP fandom activity including collecting extensive and latest information on Jokowi and forming emotional attachment to the extend of changing one identity. Emotional gratification such as nationalism is informant main reason to join the movement. Facebook technology and the involvement of priviledged actor with wide range of experience and skill forms Bara JP as fan activism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilany Widiasari
"ABSTRAK
Remaja adalah suatu periode transisi dimana terjadin peralihan masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Sejalan dengan periode remaja sebagai periode
transisi, terlihat gejala-gejala yang menunjukkan bahwa remaja berupaya
melahirkan suatu budaya remaja khusus dan mencerminkan orisinalitas identitas
mereka sebagai anak muda. Berkaitan dengan budaya tersebut terdapat suatu
aktifitas kultural yang secara universal banyak memberikan kontribusi pada
keseharian remaja yaitu musik. Dalam proses interaksional kultur musik,
seseorang yang menciptakan atau memainkan suatu aliran musik tertentu dapat
menjadikan dirinya idola kharismatik dimata penggemar musik tersebut (Garrison
dalam Hanurawan, 1993).
Para artis idola tersenut menyadari bahwa penggemar adalah aset yang
berharga dan bernilai tinggi, sehingga belakangan ini muncul fenomena baru yaitu
maraknya fans club (klub penggemar) dan anggotanya sebagian besar adalah
remaja. Dari hasil penelitian Cheng, S. T (1997) di Hongkong, didapatkan adanya
perbedaan harga diri yang signifikan antara remaja yang menjadi anggota fans
club dengan remaja yang tidak menjadi anggota fans club. Harga diri terdiri dari
tiga komponen harga diri yaitu feeling of belonging, feeling of competence, dan
feeling of worth. Salah satu komponen yaitu feeling of belonging dihasilkan pada
saat seseorang menjadi anggota suatu kelompok tertentu, atau pada saat ia sudah
tiojftk menjadi anggota kelompok tersebut. Cheng mengasumsikan remaja anggota
fans. Club memiliki harga diri yang rendah, sehingga ia ingin meningkatkan harga
dirjtjya dengan cara memperoleh kebanggaan dari fans club yang dimasukinya,
sefja mencapai status dan respek dari teman sebaya melalui item-item yang
d/hubungkan dengan idola dan dalam beberapa kasus denagn mengimitasi
i.dplanya.
Penelitian ini mencoba-untuk mendapatkan gambaran harga diri remaja
anggota fans club dibandingkan dengan remaja anggota fans club. Melihat belum
adanya penelitian yang khusus membahas aspek harga diri remaja anggota fans
club di Jakarta. Ada tiga teori besar yang mendasari penelitian ini, yaitu teori
perkembangan remaja, teori yang berhubungan dengan fans, dan teori harga diri.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitaif yang bersifat deskriptif,
melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner Sel f Esteem Inventory dari
Coopersmith (1967) versi lengkap 58 item pada subyek 50 remaja anggota fans
club dan 50 remaja bukan anggota fans club.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa harga diri remaja anggota fans club
secara signifikan lebih rendah daripada remaja yang bukan anggota. Untuk
penelitian selanjutnya, disarankan agar membandingkan faktor jenis kelamin
subyek untuk melihat adakah perbedaan harga diri diantara kelompok tersebut,
dikarenakan subjek dalam penelitian ini yang sebagian besar berjenis kelamin
perempuan, diduga menyebabkan hasil penelitian menjadi bias sebab dari
sejumlah penelitian yang pernah dilakukan diketahui bahwa harga diri remaja
perempuan lebih rendah daripada remaja laki-laki disebabkan oleh berbagai
faktor, walaupun penelitian lain menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Selain
itu, faktor usia dan tingkat pendidikan dicurigai turut memberikan efek terhadap
hasil yang didapat, sehingga disarankan untuk menyamakan usia subyek pada
kedua kelompok (misalnya remaja awal dengan remaja awal).
Disarankan juga untuk melengkapi metode pengumpulan data dengan
wawancara mendalam untuk mengetahui apakah benar harga diri anggota fans
club tersebut rendah sehingga memotivasinya untuk memasuki fans club untuk
meningkatkan harga dirinya. Saran praktisnya adalah anggota fans club
sepatutnyalah diberikan dukungan emosional dan sosial oleh keluarga dan
lingkungan terdekatnya."
2002
S3166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Armani
"Penelitian ini tentang hubungan dibalik makna dan loyalitas yang terbina dalam fandom Carat sebagai seorang penggemar grup K-Pop Seventeen. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara mendalam, observasi partisipan yang dilakukan kepada Carat yang sudah tergabung minimal tiga tahun serta didukung oleh metode otoetnografi untuk membantu menyelaraskan interpretasi dari hasil temuan dengan pengalaman pribadi. Hasil penelitian pada lima Carat ini menunjukan bahwa mereka yang menjadi seorang penggemar adalah mereka yang memiliki obsesi, memiliki keterikatan secara emosional sehingga gabungan keduanya dapat menghasilkan hubungan yang kompleks antara Carat dengan Seventeen. Lebih lanjut lagi, hubungan kompleks ini merujuk kepada bagaimana makna dan loyalitas dapat dilihat sebagai fondasi dari kontinuitas fandom Carat. Keberadaan Seventeen bagi para Carat sendiri tercermin melalui empat fungsi makna yaitu, (1) Seventeen menjadi representasi atas momen dalam hidup Carat, (2) Seventeen dapat membimbing Carat, (3) Seventeen menjadi role model Carat,(4)Seventeen dapat menggugah perasaan. Loyalitas di sisi lain, sangat bergantung pada keterlibatan emosional yang berperan penting dalam memicu rasa peduli, afiliasi dan dedikasi para Carat. Loyalitas mampu mendobrak para Carat untuk melakukan sesuatu di luar yang biasa dilakukan dan dinilai sebagai wujud dedikasi mereka kepada Seventeen. Hal unik lainnya yang ditemukan adalah betapa besar dampak personal yang dirasakan oleh masing-masing informan selama menyukai Seventeen.

This study will explore the relationships behind the meanings and loyalties built into Carat's fandom as a fan of the K-Pop group Seventeen. The research employs three methods: in-depth interviews, participant observation conducted with Carat, and otoethnography. The latter method is used to harmonise the interpretation of the findings with personal experience. The research findings on five Carats clearly show that those who become fans are those who have an obsession and an emotional attachment. This combination produces a complex relationship between Carat and Seventeen. Furthermore, this complex relationship demonstrates how meaning and loyalty are the foundation of Carat's fandom continuity. Seventeen plays a significant role in Carat's life. It represents moments in Carat's life, guides Carat, acts as a role model, and evokes feelings. Loyalty, on the other hand, relies heavily on emotional engagement, which is the key to triggering Carat's sense of care, affiliation, and dedication. Loyalty motivates Carat to go above and beyond, demonstrating a dedication to Seventeen that is unparalleled. Another striking finding was the personal impact each informant felt when liking Seventeen."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>