Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136030 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jan Setiawan
"ABSTRAK
Peningkatan efisiensi panas penukar kalor dalam dunia industri dimana bahan logam dan paduan tidak dapat diaplikasikan adalah dengan mengembangkan keramik atau komposit matriks keramik (KMK) sebagai bahan penukar kalor. Silikon karbida (SiC) merupakan bahan dengan konduktivitas panas yang tinggi. Karakter SiC yang brittle dapat diatasi dengan membuat SiC dalam bentuk komposit. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit SiC dari matriks SiC dengan serat nonwoven SiC yang keduanya dibentuk dari polimer keramik polycarbosilane. Serat nonwoven SiC dibuat dengan teknik electrospinning. KMK dibuat dengan metode infiltrasi polimer. Karakterisasi yang dilakukan adalah morfologi, densitas dan karaktersitik panas serat dan kompositnya. Pada pembuatan serat nonwoven dengan electrospinning dilakukan variasi tegangan proses yang mempengaruhi penurunan ukuran diameter serat yang dihasilkan. Diameter serat mengalami penurunan sebesar 13% dengan penaikan tegangan dari 10 kV ke 12 kV, sedangkan penaikan tegangan dari 10 kV ke 14 kV, diameter serat mengalami penurunan sebesar 33%. Serat yang terbentuk memiliki porositas terbuka yang tinggi dengan densitas yang lebih rendah dari densitas teoritisnya. Porositas terbuka pada serat yang tinggi memberikan keuntungan dalam pembuatan KMK dengan metode infiltrasi polimer. Pendekatan terhadap kapasitas panas spesifik serat dengan kapasitas panas elektron dan kapasitas panas fonon, diperoleh pada serat dengan tegangan 10 kV dipengaruhi kontribusi fonon yang signifikan. KMK dibuat dengan serat nonwoven dan dengan penambahan partikel SiC. Penambahan partikel SiC meningkatkan densitas KMK. Namun porositas terbuka pada KMK dengan partikel SiC relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komposit tanpa penambahan partikel. Peningkatan densitas diikuti dengan peningkatan konduktivitas panas KMK. Penambahan partikel SiC mampu meningkatkan karakteristik panas KMK. Peningkatan konduktivitas panas diikuti dengan peningkatan difusivitas panas KMK, dengan nilai tertinggi pada KMK-4PS sebesar 14,00 × 10-6 m2/s dengan jalur bebas rata-rata fonon sebesar 3,62 × 10-9 m. Distribusi temperatur KMK antara perhitungan analitik dengan pendekatan finite element method diperoleh nilai yang sama. Untuk melihat karakteristik distribusi temperatur KMK terhadap waktu dengan data densitas, kapasitas panas dan konduktivitas panas yang diperoleh, KMK dengan difusivitas panas yang tinggi akan mengalirkan kalor lebih cepat sehingga waktu yang diperlukan untuk mencapai temperatur kondisi batas lebih pendek. Waktu tercepat untuk mencapai temperatur kondisi batas terjadi pada KMK-4PS selama 1,36 detik.

ABSTRACT
The Ceramic matrix composites (CMC) are used to improve thermal efficiency of industrial heat exchanger where metals and their alloys are limited in corrosion and high temperature environmental. Silicon carbide (SiC) is a ceramic with high thermal conductivity. Its brittle characteristic can be resolved by producing in composite. In this research, the CMC SiC were built from matrix SiC and SiC nonwoven fibers for both which used polymer derived ceramic polycarbosilane. The SiC nonwoven fibers were built by electrospinning process. The composites were built by polymer infiltration method. Fibers and composites morphology, density, and their thermal properties were characterized. Processing nonwoven fibers by electrospinning were varied by its high voltage. The voltage variations showed decreasing fibers diameter for 13% with increasing high voltage from 10 kV to 12kV, and for 33% with increasing high voltage from 10 kV to 14 kV. The fibers showed high open porosity with low densities. Open porosity on the fibers was an advantage in processing composite by polymer infiltration. Approach to fibers heat specific capacity by combination electron heat capacity and phonon heat capacity showed that the fibers which processed by 10 kV highly dependent by phonon characteristic. The CMC were built with nonwoven and addition of SiC particles. The CMC with higher density showed higher thermal conductivity. The SiC particles addition increased the thermal characteristics of the CMC. Increasing of thermal conductivity was followed by increasing its thermal diffusivity. The CMC with higher thermal diffusivity was achieved in the KMK-4PS at 14,00 × 10-6 m2/s with phonon mean free path at 3,62 × 10-9 m. Temperature distributions on the CMC were calculated by analytical calculation that compared to finite element method showed no differences. Correlation of the temperature distribution characteristics of the CMC against time that calculated using their density, heat capacity and thermal conductivity data showed that the heat will flow faster in the CMC with higher thermal diffusivity so that the time to achieved the temperature boundary condition more shorter. The fastest time to achieved the boundary condition temperature occurred in the KMK-4PS at 1,36 seconds.
"
2015
D2017
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Mustika
"ABSTRAK
Sistem sol polikarbosilan, toluen dan N,N-dimetilformamida (DMF) dilaporkan dapat menghasilkan serat SiC dengan metode electrospinning yang dilanjutkan dengan proses curing dan pirolisis, namun serat yang dihasilkan memiliki kisaran diameter yang cukup besar dan pada sebagian besar komposisi sol, serat electrospun yang dihasilkan tidak homogen, terdapat partikel atau bead, dan bahkan tidak terbentuk serat. Penelitian ini, difokuskan pada keterkaitan karakteristik sistem sol polikarbosilan (Nabond), toluen dan N,Ndimetilformamida (DMF) terhadap kemampuan pintal listrik (elektrospinnabilitas) dan karakteristik serat yang dihasilkan. Dari penelitian diperoleh bahwa Polikarbosilan (PCS) Nabond dengan berat molekul rerata 1500 ? 2500 g/mol dan indeks distribusi berat molekul 2,0 larut sempurna dalam toluen dan DMF serta dapat dilakukan pemintalan listrik dengan konsentrasi PCS 1,2 - 1,3 g/mL dan persentase DMF 20 - 30 %. Serat kualitas baik diperoleh pada sol 1,3 g/mL PCS dalam 30 % DMF / toluen dengan viskositas 109,25 mPa.S, tegangan listrik 10 kV dan jarak kolektor 12 cm, menghasilkan serat dengan densitas 2,8154 g/cm3, diameter rerata 4,138 μm, luas muka 4,614e+01 m2/g dan memiliki mikropori dengan radius 1-3 nm. Karakterisasi difraksi sinar-X menunjukkan sudah terbentuk β SiC, SEM EDS menunjukkan kadar karbon serat setelah curing dan pirolisis menurun dibanding serat hasil electrospinning dan kadar oksigen meningkat karena teroksidasi. Morfologi serat dengan SEM memperlihatkan serat yang terbentuk berbentuk bulat dengan sedikit cekungan dan tanpa patahan. Analisis DTA memperlihatkan terjadi proses endotermik dan proses eksotermik yang mengkonfirmasi lepasnya bahan organik dan perubahan fasa. TG sampai suhu 500 oC memperlihatkan terjadi peningkatan masa yang signifikan menunjukan terjadinya proses oksidasi. Analisis FTIR pada serat curing menunjukan penurunan serapan Si-H dan Si-CH3 dan serapan Si-O-Si dan Si-O-C meningkat.

ABSTRACT
The system of polycarbosilane (PCS), toluene and N,N-dimethylformamide (DMF) can be used to synthesize SiC fiber by electrospinning. Among known problems of the process are wide heterogeneity of the fiber, generation of bead particles, and fiber malformation. An experiment and a characterization of the system to obtain an optimum electrospinning process to synthesize SiC fiber had been conducted. Experiment results showed that Polycarbosilane (PCS) Nabond with a mean molecular weight of 1500 ? 2500 g/mol and molecular weight distribution index 2,0 was completely soluble in toluene and DMF. Electrospinning could be performed at a PCS concentration of 1.2 to 1.3 g/mL in 20 ? 30 % DMF. Best fiber was obtained at 1.3 g/ mL PCS in 30% DMF with viscosity of 109,25 mPa.S, a voltage of 10 kV and a collector distance of 12 cm. The resulting fiber had a density of 2.8154 g/cm3, a mean diameter of 4.138 μm, a surface area 4,614e+01 m2/g and micropores with a radius of 1 to 3 nm. XRD characterization showed that β SiC had formed, SEM EDS showed that the carbon content of the fiber was reduced after curing and pyrolisis, while its oxygen content increased because of oxidation. SEM showed that fiber was spherical, having few hollow and without fracture. DTA showed the existence the endothermic and exothermic processes which confirmed the release of organic material and the phase transformation. TG at up to 500 ° C showed a significant mass increase as a result of oxidation. FTIR showed a decrease in the absorption of Si-H and Si-CH3 while absorption of Si-O-Si and Si-O-C increased."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Ridzky Widarto
"Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh variasi konsentrasi zinc acetate terhadap pelapisan implan magnesium murni menggunakan serat electrospinning poly(vinyl) alcohol. Pengujian meliputi FTIR, diameter serat, porositas, ketebalan, sudut kontak, weight loss, dan laju korosi selama 28 hari. Hasil menunjukkan peningkatan diameter serat, porositas, ketebalan, dan sudut kontak seiring konsentrasi zinc acetate yang meningkat. Diameter serat yang lebih besar menyebabkan weight loss dan laju korosi meningkat pada minggu pertama dan kedua karena interaksi yang lebih mudah dengan magnesium.Kerusakan terparah terlihat pada minggu ketiga dan keempat pada sampel dengan 25% zinc acetate, hal ini dapat disebabkan oleh pelapisan yang kurang sempurna. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang pengaruh konsentrasi zinc acetate pada pelapisan implan magnesium. Hasilnya dapat digunakan untuk pengembangan pelapisan tahan korosi pada aplikasi biomedis.

This study aims to investigate the impact of varying concentrations of zinc acetate on the coating of pure magnesium implants using electrospun poly(vinyl) alcohol fibers. The conducted tests encompass Fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR), fiber diameter analysis, porosity assessment, thickness measurement, contact angle determination, weight loss analysis, and corrosion rate evaluation over a span of 28 days. The findings revealed a correlation between the increase in fiber diameter, porosity, thickness, and contact angle with the concentration of zinc acetate. The augmented fiber diameter contributed to weight loss and an elevated corrosion rate during the initial and second weeks, attributed to enhanced interaction with magnesium. The most severe damage was observed in the third and fourth weeks in samples containing 25% zinc acetate, which may be ascribed to suboptimal coating. This investigation offers insights into the influence of zinc acetate concentration on the magnesium implant coating, thereby facilitating the advancement of corrosion-resistant coatings for biomedical applications."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Febrizky Akbar
"Telah dibangun sistem pengendali syringe pump dengan rentang debit 3.2 mL⁄h-202.35 mL⁄h dan high voltage power supply dengan rentang tegangan 0-30 kV untuk sistem electrospinning. Sistem penggerak piston syringe menggunakan linear actuator yang dibangun dari ball screw 1510 dengan penggerak stepper motor. Untuk meningkatkan daya dorong piston syringe, kecepatan stepper motor direduksi dengan gearbox rasio 100:1. Pengaturan debit setiap syringe pump diatur dengan pulsa clock yang diberikan ke driver motor yang frekuensinya dapat diatur dengan persamaan frekuensi versus debit sebesar y=3.9815e^(-5) x-0.0026712. Modul tegangan tinggi AHV24V30KV1MAW dari Analog Technologies membutuhkan suplai tegangan 24 V/2 A yang dapat mengeluarkan output 0-30 kV proporsional dengan input tegangan control 0-5 V. Sistem pengendalian tegangan tinggi digunakan dua metode yaitu metode otomatis dan manual. Tegangan tinggi dan syringe pump digunakan untuk menghasilkan nanofiber menggunakan larutan polimer polyvinyl alcohol (PVA) 15wt%. Proses pengeluaran PVA dengan debit 3.2 mL/h dan tegangan tinggi minimal 10 kV dapat menghasilkan taylor cone dan tumpukan serat di collector.

A syringe pump control system has been built with a flow rate range of 3.2-202.35 mL/h and a high voltage power supply with a voltage range of 0-30 kV for electrospinning system. Piston of the syringe is driven by a linear actuator built from a 1510 ball screw connected by a stepper motor. To increase the thrust of the syringe piston, the speed of the stepper motor is reduced by a 100:1 ratio gearbox. The flow rate setting of each syringe pump is regulated by clock pulses given to the motor driver whose frequency can be adjusted by the equation of frequency versus discharge of y=3.9815e^(-5) x-0.0026712. The high-voltage module AHV24V30KV1MAW from Analog Technologies requires a 24 V/2 A supply voltage that can output 0-30 kV proportional to the 0 -5 V control voltage input. The high-voltage control system uses two methods, namely automatic and manual methods. High voltage and a syringe pump were used to produce nanofibers using a 15wt% polyvinyl alcohol (PVA) polymer solution. PVA solution is discharged from the syringe with a flow rate of 3.2 mL/h and a high voltage at least 10 kV can produce Taylor cones and piles of fiber in the collector."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuwana Pradana
"ABSTRAK
Electrospinning merupakan salah satu teknologi yang digunakan dalam pembentukan serat material yang berukuran sangat kecil dalam orde mikrometer hingga nanometer. Teknologi electrospinning menggunakan aliran listrik tegangan tinggi direct current DC dalam orde belasan kilovolt kV yang digunakan untuk menghasilkan pancaran larutan suatu material polimer bermuatan listrik. Bagian utama alat electrospinning terdiri atas sumber tegangan tinggi DC, pompa polimer dan kolektor. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengembangan alat electrospinning yang dapat digunakan untuk pembuatan lapisan serat yang sangat kecil menggunakan material uji Polivinil Alkohol PVA . Sumber tegangan tinggi DC disusun dengan memanfaatkan flyback transformator. Pompa polimer digunakan untuk mengalirkan material polimer dengan kecepatan yang sangat rendah. Pompa polimer ini menggunakan tabung syringe untuk mengalirkan material polimer melalui sebuah jarum dengan diameter yang kecil syringe pump . Bagian kolektor menggunakan tipe plane plate collector yang didesain dapat bergerak 2 dimensi dengan capaian 5 cm x 5 cm. Pada tesis ini telah berhasil didapatkan prototipe alat electrospinning yang mampu menghasilkan tegangan tinggi hingga 21 kV, syringe pump yang dapat diatur pada flow rate yang sangat rendah, yaitu pada rentang 0,09 ml/jam hingga 3 ml/jam dan pergerakan plat kolektor telah mampu mencapai sejauh 5 cm x 5 cm. Karakterisasi uji morfologi terhadap produk serat yang dihasilkan menggunakan teknik Scanning Electron Microscope SEM . Hasil uji SEM pada pengaturan parameter PVA 10 , jarak ujung jarum suntik dengan kolektor 10 cm, dan flow rate 1,6 ml/jam menunjukkan bahwa serat halus dapat dicapai dengan diameter rata-rata 253,9 nm untuk tegangan 15 kV, sementara untuk tegangan 20 kV didapatkan diameter rata-rata 269,3 nm.

ABSTRACT
Electrospinning is one of technology to fabricate ultrafine nanofibers micrometer to nanometer . This technology uses a high voltage direct current DC above ten kilovolt kV to generate electrically charged jets from polymer solution. The major components of electrospinning system consist of high voltage, polymer pump and collector. This study aims to development of electrospinning prototype to fabricate nanofibers using Polyvinyl Alcohol PVA solution. In this study, flyback transformator is used as high voltage power supply. Polymer pump is used to push material polymer to get very low flow rate. The polymer pump uses a syringe tube containing a polymer material through a small diameter needle using a stepper motor syringe pump . Unit collector uses plane plate collector type which is designed to move 2 dimension with size of 5 cm x 5 cm. In this thesis, prototype of electrospinning has been obtained and capable to generate high voltage DC up to 21 kV, syringe pump can be arranged at very low flow rate, in the range of 0.09 ml hour to 3 ml hour and the movement of the collector plate has been able to reach 5 cm x 5 cm. Characterization morphology of the product by Scanning Electron Microscope SEM showed that ultrafine fibers have been successfully formed by this electrospinning prototype. The average diameter of fibers with PVA 10 , distance between needle tip and collector plate 10 cm, flow rate 1,6 ml hour and voltage 15 kV is 253,9 nm while the fibers diameter is found to be 269,3 nm for voltage 20 kV."
2017
T48503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masripah
"ABSTRAK
Kebutuhan akan semikonduktor pada perangkat listrik yang memiliki ketahanan yang baik dikondisi lingkungan ekstrim membuat silikon karbida SiC menjadi pilihan yang sangat menjanjikan. SiC dapat diaplikasikan untuk daya tinggi, frekuensi tinggi, dan suhu tinggi. SiC memiliki sifat semikonduktor intrinsik dengan banyak kelebihan dibandingkan semikonduktor silikon. SiC merupakan bahan dengan konduktivitas panas yang tinggi serta memiliki sifat yang stabil terhadap mekanik dan kimia serta tahan terhadap radiasi. Dalam penelitian ini telah dilakukan sintesis serat SiC dengan prekursor polimer polycarbosilane PCS menggunakan metode elektrospinning dengan pelarut N,N-dimetilformamida DMF dan toluena. Metode elektrospinning ini sangat baik untuk membuat serat dengan diameter yang terkontrol dan kurang dari 10 m. Tegangan pada proses elektrospinning divariasikan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap diameter serat yang dihasilkan serta dilakukan pula variasi suhu pada proses pirolisis untuk mengetahui proses degradasi kimia pada saat pembentukan serat SiC dari serat PCS. Serat SiC yang diperoleh kemudian dikarakterisasi dan diuji sifat kelistrikannya. Hasil karakterisasi menunjukkan serat SiC telah berhasil disintesis dengan metode elektrospinning yang kemudian melalui tahapan proses curing dan pirolisis. Morfologi serat yang dihasilkan yaitu berbentuk pipa dan memiliki keseragaman yang baik. Semakin meningkatnya tegangan selama proses elektrospinning serta dengan bertambahnya suhu pirolisis memberikan diameter serat yang lebih kecil dengan diamater rerata sebesar 4,3 m . Sifat kelistrikan serat SiC hasil sintesis memiliki band gap 2,56 eV dan area nilai konduktivitas listriknya adalah dari 8 10-6 hingga 7 10-6 S/cm.

ABSTRACT
The need for semiconductors in electrical devices that have good resistance in extreme environment conditions make silicon carbide SiC very promising choice. SiC can be applied for high power, high frequency, and high temperature. SiC has intrinsic semiconductor properties with many advantages over silicon semiconductors. SiC is a material with high thermal conductivity and has properties that are mechanically and chemically stable and resistant to radiation. In this research, SiC fiber synthesis with polycarbosilane polymer precursor PCS has been done using electrospinning method with N, N dimethylformamide DMF and toluenae solvent. This electrospinning method is very good for making fibers with controlled diameters and less than 10 m. The voltage on the electrospinning process is varied to determine the effect on the fiber diameter produced and also the temperature variation in the pyrolysis process to determine the chemical degradation process at the time of fiber SiC formation of PCS fibers. SiC fibers obtained are then characterized and tested for their electrical properties. The characterization results show that SiC fibers have been successfully synthesized by electrospinning method which then through the curing process and pyrolysis stage. The resulting fiber morphology is pipe shaped and has good uniformity. The increasing stresses during the electrospinning process and with increasing pyrolysis temperature give the fiber diameter smaller with the average diameter of 4.3 m. The synthetic nature of SiC fibers has a band gap of 2.56 eV and the electrical conductivity value is from 8 10 6 to 7 10 6 S cm."
2018
T50684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ageng Bimantoro
"ABSTRAK
Telah disintesis material polimer konduktif Polianilin (PANi) dengan menggunakan
metode polimerisasi oksidatif Anilin secara kimiawi (chemical) kemudian dilakukan
pemberian doping asam protonik yang bervariasi berupa asam kuat HCl, HClO4, dan
H2SO4. Sampel-sampel ini kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan
spektrofotometer FTIR, Conductivity Meter, PSA (Particle Size Analyzer), dan VNA
(Vector Network Analyzer) untuk mengetahui gugus fungsi, nilai konduktivitas listrik,
ukuran partikel, dan daya serap gelombang mikro dengan rentang frekuensi tertentu
(rentang 8-12 GHz) yang terdapat pada material tersebut. Hasil karakterisasi
berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa Polianilin (PANi) yang telah terdoping
asam protonik (terprotonasi) atau telah menjadi polimer konduktif memiliki
karakteristik puncak pita serapan IR pada bilangan gelombang antara 1141 cm-1 ?
1177 cm-1. Ukuran partikel masing-masing bentuk Polianilin hasil penelitian telah
menjadi nanopartikel dengan rentang ukuran partikel masing-masing bentuk material
ini mulai dari 4-9 nm. Polianilin yang memiliki konduktivitas listrik tertinggi yaitu
Polianilin dengan doping asam protonik HClO4 (PANi(HClO4)) sebesar 3,6 mS/cm
dan memiliki serapan gelombang mikro terendah yaitu -6,98 dB pada frekuensi 11,34
GHz. Nilai permitivitas terendah dimiliki oleh PANi(HClO4) akan tetapi dengan nilai
permitivitas yang rendah (dielectric constant negatif dan dielectric loss minimum)
dan konduktivitas listrik yang tinggi, membuat serapan gelombang mikro komposit
dengan PANi tersebut sebagai matriks akan meningkatkan jumlah serapan gelombang
mikro dan meminimalisir gelombang mikro yang ditransmisikan. Serapan gelombang
mikro material komposit tertinggi dimiliki oleh komposit dengan campuran PANi
rekayasa (PANi-ES) sebagai matriks dan Barrium Hexaferrite (BHF) yang telah
disonikasi selama 5 jam sebagai filler dengan perbandingan komposisi % berat PANi
rekayasa dan BHF 30 : 70. Material komposit tersebut adalah PANi(HClO4)/5BHF
yang memiliki serapan gelombang mikro tertinggi yaitu -38,3 dB pada frekuensi
12,28 GHz.

ABSTRACT
Polyaniline (PANi) conducting polymers have been synthesized using chemical
oxidative polymerization method on Aniline then carried granting varying protonic
acid doping form strong acid HCl, HClO4, and H2SO4. These samples were then
characterized using FTIR spectrophotometer, Conductivity Meter, PSA (Particle Size
Analyzer), and VNA (Vector Network Analyzer) to determine the functional groups,
the value of the electrical conductivity, particle size, and the absorption of
microwaves by a certain frequency range (range 8-12 GHz) contained in these
materials. The results of the study showed that the characterization based on
Polyaniline (PANi) which has been doped protonic acid (protonated) or has become
conducting polymers have peaks characteristic IR absorption band at wave number of
1141 cm-1-1177 cm-1. The particle size of each form of Polyaniline research has
become nanoparticles with a particle size range of each form of this material ranging
from 4-9 nm. Polyaniline which has the highest electrical conductivity by doping
Polyaniline protonic acid HClO4 (PANi (HClO4)) of 3,6 mS / cm and has a low
absorption of microwaves is -6,98 dB at a frequency of 11,34 GHz. Low permittivity
value owned by PANi (HClO4) but with a lower value of permittivity (negative
dielectric constant and minimum dielectric loss) and high electrical conductivity,
making the absorption of microwaves by PANi composites such as matrix will
increase the amount of microwave absorption and minimize microwave transmitted.
The highest microwave absorption of composite materials owned by the composite
with a mixture of modified PANi (PANi-ES) as a matrix and Barrium Hexaferrite
(BHF) which had been sonicated for 5 hours as a filler with a composition ratio wt%
modified PANi and BHF 30 : 70. The composite material is PANi(HClO4) / 5BHF
which has the highest absorption of microwaves -38,3 dB at a frequency of 12,28
GHz."
Universitas Indonesia, 2014
S58248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Aditya Rehanda
"Seiring dengan perkembangan teknologi permintaan akan alat elektronik juga meningkat yang mengakibatkan banyaknya limbah elektronik. Hal tersebut mendorong penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan limbah elektronik terutama PCB karena memiliki partikel non logam yaitu Si dan SiC yang bermanfaat untuk meningkatkan konduktivitas termal dari media pendinginan. Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh parameter ball to powder ratio dan waktu terhadap pertumbuhan fasa SiC dan ukuran partikel PCB, sebagai kandidat mikrofluida untuk media quench. Penelitian ini dimulai dengan penghancuran PCB, kemudian leaching dengan HCl 1M selama 24 jam, setelah itu dilakukan pirolisis menggunakan argon dengan temperatur 500 oC selama 30 menit. Setelah itu partikel PCB akan dimasukkan ke planetary ball mill dengan variabel ball to powder ratio 1:10 ; 1:30 ; dan 1:50 dengan waktu 10 jam dan 20 jam. Proses milling dilakukan dalam keadaan kering (dry milling) menggunakan bola baja. Hasil milling kemudian akan dikarakterisasi dengan XRF, XRD, dan PSA. Didapatkan hasil dari XRF bahwa kandungan senyawa terbanyak adalah SiO2, dari hasil XRD bahwa pertumbuhan fasa SiC paling signifikan terjadi pada parameter 1:50 dengan waktu milling 20 jam serta hasil dari PSA didapatkan ukuran terkecil sebesar 627,6 d.nm dengan polydispersity index 0,047 pada variabel 1:10 dengan waktu 20 jam.

Along with the development of technology, the demand for electronic devices also increases which results in a lot of electronic waste. This encourages this research to be carried out to utilize electronic waste, especially PCBs because they have non-metal particles, namely Si and SiC, which are useful for increasing the thermal conductivity of the cooling media. This research will discuss the effect of ball to powder ratio parameters and time on the growth of SiC phase and PCB particle size, as a microfluidic candidate for quench media. This research begins with PCB crushing, then leaching with 1M HCl for 24 hours, after which pyrolysis is carried out using argon at 500 oC for 30 minutes. After that, PCB particles will be put into planetary ball mill with variable ball to powder ratio of 1:10; 1:30; and 1:50 with time of 10 hours and 20 hours. The milling process is carried out in a dry state (dry milling) using bola bajaballs. The milling results will then be characterized by XRF, XRD, and PSA. The results of XRF showed that the most compound content was SiO2, from the XRD results that the most significant SiC phase growth occurred in the 1:50 parameter with a milling time of 20 hours and the results of PSA obtained the smallest size of 627.6 d.nm with a polydispersity index of 0.047 in the 1:10 variable with a time of 20 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Rineksa
"Bahan biopoliester seperti poli(asam glikolat) umum digunakan sebagai bahan biopolimer untuk benang jahit. Masalah utama pada penggunaan bahan tersebut adalah hasil degradasi yang bersifat asam sehingga menimbulkan peradangan pada jaringan tubuh sekitar. Maka dikembangkan benang jahit berbahan dasar biopolimer berbasis pati termoplastik (thermoplastic starch atau TPS), dengan hasil degradasi berupa glukosa yang tidak menimbulkan peradangan atau reaksi dengan jaringan tubuh. Masalah baru muncul dalam pemanfaatan zat pati, yaitu sifat mekanis zat pati yang lemah. Selulosa mikrokristal (microcrystalline cellulose atau MCC) digunakan dalam penelitian sebagai zat penguat (reinforcement) untuk meningkatkan sifat mekanis TPS. Dalam penelitian ini, digunakan pati dari sagu (Metroxylon sagu) dengan variasi jenis plasticizer gliserol dan sorbitol serta variasi kadar MCC 0%, 2%, 5%, dan 10%. Karakteristik degradasi juga diuji dalam penelitian dengan merendam sampel dalam larutan PBS (pH 7.4 dan suhu 37℃) selama 6 pekan. Didapat bahwa untuk sampel dengan plasticizer gliserol, degradasi semakin lambat dengan penambahan MCC. Tren sebaliknya didapat pada sampel dengan plasticizer sorbitol. Sampel dengan plasticizer sorbitol dan kadar MCC 2% merupakan sampel optimum secara sifat mekanis dengan nilai tensile strength sebesar 4.68 MPa dan sisa massa 14.35% setelah 6 pekan degradasi, sehingga layak dijadikan sebagai potensi bahan benang jahit.

Common bio-based surgical sutures are made from biopolyesters like poly(glycolic acid). The main problem in such materials is the acidic degradation products which can cause inflammation in surrounding body tissues. To tackle this problem, thermoplastic starch (TPS) based surgical sutures are researched, which degrade into glucose and does not cause unwanted reactions with surrounding body tissues. However, TPS on its own has relatively poor mechanical properties. Microcrystalline cellulose (MCC) is used in this research as a reinforcement to improve the mechanical properties of TPS. In this research, sago (Metroxylon sagu) starch is used with two types of plasticizer (glycerol and sorbitol) and MCC contents of 0%, 2%, 5%, and 10%. Degradation characteristics are also tested by immersing the samples in PBS solution (pH 7.4 and 37℃) for 6 weeks. The sample set with glycerol has shown a slower trend in degradation with the addition of MCC, and the opposite trend has been observed within the sample set with sorbitol. The optimum sample is plasticized with sorbitol and has 2% MCC content, with a tensile strength of 4.68 MPa and remaining mass of 14.35% after 6 weeks of degradation, thus being feasible for potential surgical suture material"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutri I.
"Penentuan konduktivitas panas menggunakan differential scanning calorimetry (DSC) untuk komposit matriks keramik (KMK) SiC yang digunakan sebagai penukar kalor telah dilakukan menggunakan kurva entalpi bahan sensor yang digunakan adalah Indium dengan titik leleh pada 156,6% C yang diperhitungkan dengan memperhitungkan adanya hambatan panas dari sampel KMK Sic. Pengukuran yang diperlukan adalah ketebalan KMK SiC dan luasan permukaan bahan sensor yang bersentuhan dengan sampel KMK SiC. Dari kurva entalpi diperoleh nilai hambatan panas sampel KMK SiC yang digunakan sebesar 0,897 K/mW untuk KMK-P dan 0,867 K/mW untuk KMK-PS. Perhitungan konduktivitas panas dari hambatan panas diperoleh nilai 2,919 W/m.K untuk KMK-P dan 3,065 W/m.K untuk KMK-PS"
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2015
PIN 8:15 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>