Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60778 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damayanti Sekarsari
"Latar belakang: Pada proses pendidikan yang berlangsung di program pendidikan dokter spesialis (PPDS) radiologi terdapat beberapa masalah misalnya peserta didik tidak mampu menunjukkan performa akademik yang diharapkan. Banyak faktor yang mempengaruhi performa akademik, salah satunya adalah faktor non kognitif. Untuk menyikapi hal itu perlu proses seleksi yang menguji faktor non kognitif yang terstruktur seperti multiple mini interview (MMI) untuk dapat memprediksi performa akademik peserta didik.
Tujuan penelitian: mengetahui korelasi MMI dengan performa akademik pada evaluasi rotasi bulanan peserta PPDS Radiologi.
Metode: Penelitian potong lintang yang dilaksanakan di Departemen Radiologi FKUI-RSCM pada bulan Agustus 2014. Subjek penelitian adalah 30 orang peserta PPDS radiologi. Dilakukan wawancara terstruktur MMI dengan 7 stasiun berdasarkan blueprint yang ditentukan oleh Departemen Radiologi FKUI-RSCM serta skenario yang diadaptasi dari Universitas Calgary yang telah diteliti reliabilitas dan validitasnya. Pada tiap stasiun dilakukan wawancara selama 7 menit. Domain yang diteliti adalah kejujuran, berpikir kritis, empati, etika, kemampuan pemecahan masalah, percaya diri dan ketelitian.
Hasil: Diperoleh 30 subjek penelitian peserta PPDS radiologi semester 2 sampai 6. Sebaran nilai faktor nonkognitif menunjukkan berpikir kritis mempunyai nilai rata- rata tertinggi (3,43) dengan standar deviasi 0,679. Nilai terendah untuk faktor nonkognitif adalah kejujuran (2,7) dengan standar deviasi 0,535. Hasil analisis korelasi diperoleh nilai significancy 0,383 yang menunjukkan bahwa korelasi antara hasil MMI total dengan nilai rotasi bulanan total peserta PPDS Radiologi tidak bermakna (p>0,05). Nilai bermakna secara statistik (p 0,033), diperoleh pada korelasi antara stasiun kejujuran dengan rotasi bulanan non kognitif dengan gambaran korelasi yang negatif (r -0,391). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh subyektifitas pada evaluasi rotasi bulanan, pengetahuan tentang MMI yang kurang pada pewawancara, nilai rotasi bulanan yang hampir homogen dan bias penilaian karena pewawancara sudah mengenali peserta didik.
Simpulan: MMI perlu dikembangkan agar dapat menjadi proses seleksi yang baik sehingga dapat menentukan performa akademik yang belum terlihat dalam penelitian ini. Faktor yang menjadi bias dalam penelitian seperti subyektifitas dan pemahaman mengenai MMI harus diperhatikan dan dihindari agar memperoleh hasil yang diharapkan.

Background: In the educational process taking place in the education program specialist radiology, there are several problems such learners are not able to show the expected academic performance. Many factors affect academic performance, one of which is non-cognitive factors. To address this it is necessary to examine the selection process non-cognitive factors are structured as multiple mini interview (MMI) to be able to predict the academic performance of students.
Objectives: Determine MMI in the correlation with academic performance on a monthly rotation evaluation of residents radiology.
Material and method: A cross-sectional study was conducted in the Department of Radiology General Hospital National Center Cipto Mangunkusumo (RSCM) in August 2014. The subjects were 30 residents radiology. MMI as structured interviews were conducted with 7 stations based blueprint determined by the Department of Radiology Faculty of medicine-RSCM and scenarios taken from the University of Calgary who has studied the reliability and validity. At each station conducted interviews for 7 minutes. Domain studied were honesty, critical thinking, empathy, ethics, problem solving skills, confidence and accuracy.
Results: Retrieved 30 research subjects residents radiology. The distribution of the value of noncognitive factors demonstrate critical thinking has the highest average value (3.43) with a standard deviation of 0.679. The lowest value for noncognitive factor is honesty (2.7) with a standard deviation of 0.535. Results of correlation analysis values obtained significancy 0.383 which shows that the correlation between the results of MMI total monthly rotation value total participants PPDS Radiology not significant (p> 0.05). Values statistically significant (p 0.033), obtained at the correlation between the station honesty with non cognitive monthly rotation with picture negative correlation (r -0.391). It is likely influenced by subjectivity in the evaluation of a monthly rotation, knowledge of the MMI is lacking in the interviewer, the value of monthly rotation is almost homogeneous and interviewer bias because it recognizes the assessment of learners.
Conclusion: MMI need to be developed in order to be a good selection process so as to determine the academic performance that has not been seen in this study. Factors to be biased in research must be avoided in order to obtain the expected results.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2015
T58718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Prevalens balita dengan gizi kurang di Indonesia masih tinggi. Pada periode 0-2 tahun, status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh ASI, tetapi juga oleh pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Akan tetapi, pengetahuan orangtua mengenai MPASI masih kurang. Peningkatan pengetahuan orangtua terhadap MPASI dapat diupayakan melalui edukasi sehingga pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter atas MPASI merupakan suatu hal penting. Penelitian ini merupakan studi potong lintang berdasarkan kuesioner terhadap 97 peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Kesehatan Anak (IKA) FKUI/RSCM. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 71,1% subjek memiliki pengetahuan terhadap MPASI yang kurang, khususnya mengenai variasi dan jenis MPASI di masyarakat. Hal tersebut berbeda dengan sikap (74,2%) dan perilaku (66%) subjek yang masuk dalam kelompok baik. Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku subjek terhadap MPASI (p=0,0003). Selain itu, terdapat hubungan yang bermakna antara memiliki anak dengan pengetahuan mengenai MPASI (p=0,005). Akan tetapi, faktor lainnya seperti usia, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah sumber informasi, jenjang pendidikan, dan asal pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku subjek terhadap MPASI, Prevalence of children under the age of two years with mild-to-moderate malnutrition in Indonesia is still relatively high. During this period, the nutritional status of the children is not only affected by breastfeeding, but also by complementary feeding. However, parents’ knowledge of complementary food is relatively inadequate. Education program for parents could be a key solution in order to increase the awareness of appropriate feeding, thus knowledge, attitude, and practice of health workers toward this practice is very important. This study was a cross-sectional study based on questionnaires to 97 participants of pediatric residency program at Faculty of Medicine University of Indonesia and Cipto Mangunkusumo Hospital. The study showed that the residents’ knowledge of complementary feeding was generally poor, in particular regarding to variety and type of complementary feeding. In contrast, the attitude and practice of these subjects were relatively good. Furthermore, there was significant relationship between the level of knowledge and practice toward complementary feeding (p=0.0003). In addition, there was also significant relationship between having children with the level of knowledge regarding ideal feeding practices (p=0.005). However, other factors, such as: age, sex, marital status, source of information, education level, and former university didn’t have a significant relationship with knowledge, attitudes, and practice of subjects]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Gamal Sukaryono
"Persepsi terhadap lingkungan terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya, Ittelson, dkk (1978) berpendapat bahwa persepsi terhadap lingkungan dipengaruhi oleh komponen penting seperti kognitif, afektif, dan interpretasi. Sedangkana Paul A. Bell dkk (1978) berpendapat bahwa hubungan manusia dengan objek di lingkungan akan menimbulkan kontak fisik antara individu dengan lingkungannya. Persepsi adalah suatu proses kognitif yang konkrit, yang menghasilkan suatu gambaran unik tentang sesuatu yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan (David Krech, 1962). Bahan berbahaya adalah rat, bahan kimia dan biologi, baik(dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan fritasi (Dep.Kes RI, 1996). Risiko adalah suatu kejadian yang objektif dan bersifat ekstemal sekalipun seseorang yang terpapar kemungkinan tidak menyadari akan akibat kerugian itu (Kertonegoro, 1991: 9).
Adanya perbedaan persepsi pekerja kamar gelap terhadap penggunaan bahan berbahaya dan berisiko dalam kegiatan di kamar gelap, ternyata dapat memberikan dampak negatif kepada keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan kerja. Tersedianya APD yang mencukupi , SOP yang memadai, kontrol dan evaluasi yang teratur serta desain kamar gelap yang memenuhi standar, tidak memiliki dan pengaruh apa-apa apabila persepsi pekerjanya memiliki persepsi yang cenderung negatif dan ini dapat menghambat pada upaya peningkatan keselamatan hidup pekerja melalui keselamatan dan kesehatan kerja. Kegiatan dan pekerjaan di dalam kamar gelap mengandung bahaya dan risiko oleh karenanya harus ditangani secara serius, mengingat efek samping negatif yang dapat ditimbulkannya berisifat korosif, oksidatif dan karsinogenik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor individu yang meliputi umur, pendidkan, lama kerja dan kebiasaan (variabel independen) dengan persepsi yang meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek interpretasi (variabel dependen) terhadap penggunaan bahan berbahaya dan berisiko. Penelitian dilakukan di 72 instalasi radiologi Rumah Sakit wilayah DKI Jakarta yang meliputi rumah sakit milik Dep.Kes, Pemda, BUMN dan Swasta. Pada tanggal 20 Juni sampai dengan 10 Agustus 2002 desain penelitian ini adalah Deskriptif dan Analitik dengan pendekatan Cross Sectional sampel sama dengan populasi, karena sampel terbatas dilakukan dengan metode Key Informan yang dibatasi pada pekerja yang khusus bekerja dan bertugas di kamar gelap saja, pekerja minimal 1 tahun melakukan aktifitas setiap hari rata - rata 150 lembar film, memiliki jam kerja 7 - 8 jam per hari, proses di kamar gelap dilakukan dengan 2 (dim) sistem sekaligus yaitu manual dan otomatis. Penyajian hasil penelitian dilakukan dengan 3 (tiga) jenis analisis yang diharapkan dapat menjawab hipotesis penelitian. Analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi pekerja berdasarkan umur, pendidikan, lama kerja dan kebiasaan serta persepsi pekerja terhadap penggunaan bahan berbahaya dan berisiko yang meliputi kognitif, afektif dan interpretasi. Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sedangkan analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel dependen umum yang paling kuat memperlihatkan adanya hubungan dengan variabel dependen, sekaligus untuk melihat ada tidaknya interaksi.
Hasil penelitian menunjukkan seluruh pekerja memiliki persepsi negatif yang lebih hesar prosentasenya yaitu kognitif terhadap bahan berbahaya (55,3%), kognitif terhadap bahan berisiko (72,3%). afektif terhadap bahan berbahaya (63,8%), afektif terhadap bahan berisiko (70,2%), interpretasi terhadap bahan berbahaya (57,7%), interpretasi terhadap bahan berisiko (95,7%). Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa umur dan kebiasaan secara umum tidak ada hubungan dengan persepsi, sedangkan pendidikan dan lama kerja secara umum ada hubungan dengan persepsi. Sementara itu faktor individu yang paling dominan terhadap kognitif bahan berbahaya adalah pendidikan P Value = 0.042, sedangkan untuk kognitif bahan berisiko adalah lama kerja P Value = 0,070 , dan interpretasi bahan berbahaya adalah larva kerja P Value = 0,010.
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang diajukan meliputi : sebaiknya pekerja kamar gelap berpendidikan minimal SLTA, perlu dilengkapi catatan riwayat kesehatan kerja dari mulai masuk. perlu diadakannya pelatihan manajemen K-3 dalam rangka pengembangan SDM kamar gelap. Sebaiknya disusun program pramosi kesehatan bagi pekerja kamar gelap dan tentunya dalam upaya menjaga dan meningkatkan keselamatan hidup pekerja kamar gelap sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Untuk penelitian lanjutan sebaiknya dilakukan pada areal penelitian yang lebih luas agar memperoleh responden yang lebih banyak.

Perception of Radiographer towards Hazardous Chemical Material in Hospital Radiology Installation in DKI Jakarta areasPerception towards environment happens since there is interaction between individual and its environment, Ittelson (1978) is of certain opinion that perception towards its environment is influenced by important components such as cognitive, affective and interpretation. Paul A. Bell (1978) is of certain opinion that human relation with object in their environment will emerge physical contact between individual and its environment. Perception is a concrete cognitive process resulting unique description concerning something might be truly different with the reality (David Krech, 1962). Hazardous materials is substance, chemical and biological material, both single or mixture which could be both directly or indirectly dangerous for health and environment since it is poisonous, carcinogenic, teratogenic, mutagenic, corrosive, and irritating (Dep.Kes RI, 1996). Risk is objective and external occurrence even someone getting radiation might not realize the disadvantage of it (Kertonegoro, 1991:9).
Different perception of radiographer towards hazardous chemical material in darkroom activities, apparently could give negative side effect to safety, health and pleasure of work. Availability of sufficient APD, SOP, regularly control and evaluation and standardization of darkroom design will not give any influence if the workers tend to negatif perception and it could impede the efforts of improving sun'ival chance of the workers through safety and health of work. Activities and works in darkroom have hazard and risk, thereby it should be handled seriously, considering negative side effect emerged could be corrosive, oxidative, and carcinogenic.
The study is intended to find out the relation between individual factor covering age, educational background, work period and habit (independent variable) and perception covering aspect of cognitive, affective an interpretation (dependent variable) towards usage of hazardous and risky material. The research has been done in 72 Hospital Radiology Installation in DKI Jakarta areas covering hospitals of Dep. Kes , Local Government (Penrda)_ BUMR' and Private Company. From 20 June to 10 August 2002, the research design is Descriptive and Analytic with Sample Cross Sectional Approach is same with population since limited samples was done with Key informant method. This method is limited for workers working particularly in darkroom only. The workers has minimum working period of 1 year, doing average activities everyday of 150 film sheet, having working hours of 7-8 hours per day, process in darkroom was done with 2 (two) systems, manual and automatic. Presentation of research result was done in 3 (three) analysis which hopefully can answer the study hypothesis. Analysis of Univariat is done to find out workers frequency distribution based on age, educational background, working period, habit and workers' perception towards hazardous and risky material usage covering cognitive, affective and interpretation. Analysis of Bivariat is done to find out relation between independent variable and dependent variable. Analysis of Multivariat is done to find out the strongest general dependent variable showing the relation between dependent variable, at once to find out whether there is reaction or not.
The research result shows that all of workers has bigger percentage of negative perception as follows, cognitive towards hazardous material (55,3%), cognitive towards risky material (72,3%), affective towards hazardous material (63,8%), affective towards risky material (70,2%), interpretation towards hazardous material (57,7%), interpretation towards risky material (95,7%). Result of analysis of Bivariat shows that generally age and habit has nothing to do with perception and generally educational background and working period has something to do with perception. Meanwhile, the most dominant individual factor towards cognitive of risky material is Educational Background P Value = 0,042, for cognitive of risky material is Working Period P Value = 0.070. and interpretation of hazardous material is Working Period P Value = 0.010.
Based on research result, following is the suggestions, it would be better if darkroom worker has the minimum educational background of high school, necessarily equipped with working medical record from the first time hired. It is necessary to run Training of Management of Working Safety and Health in order to develop Human Resources of darkroom_ It would be better if promotion program for darkroom workers is arranged and of course in order to keep and improve survival chance of darkroom workers, it is better to run medical check up 1 (one) time in a year at a minimum. For next research, it would be better to be done in wider scope of research to get more respondents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7280
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patel, Pradip R.
Jakarta: Erlangga , 2007
616.075 7 PAT lt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Henry Kodrat
"Tujuan: Burnout pada peserta didik program pendidikan dokter spesialis (PPDS) merupakan isu penting dan hal ini juga dikaitkan dengan pendidikan spesialis terkait Onkologi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik beban kerja, tingkat resiliensi dan burnout pada peserta PPDS terkait onkologi dan menghubungkan beban kerja dan tingkat resiliensi dengan kejadian burnout.
Metode: Sebuah penelitian potong lintang dilakukan. Responden yang merupakan peserta PPDS aktif terkait Onkologi dan sudah terlibat dalam pelayanan > 3 bulan di institusi berpartisipasi dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner secara daring dengan mengumpulkan data beban kerja dan menggunakan instrumen Copenhagen Burnout Inventory (CBI) dan Connor Davidson Resilience Scale 25INDO (CD-RISC-25INDO) yang telah divalidasi. Kami mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya burnout dengan menggunakan chi-square dan regresi logistik.
Hasil: Sejumlah 66 responden menjadi subjek penelitian. Gambaran beban kerja responden adalah 62,9% bekerja di RS pendidikan > 50 jam/minggu, 46,8% menghabiskan waktu > 60 jam per minggu terkait onkologi dan 66,1% memiliki waktu tidur < 6 jam/hari. Tingkat resiliensi berdasarkan CD-RISC-25INDO adalah 68 (35 – 100). Sejumlah 43,5 % mengalami personal burnout, 38,7 % mengalami work related burnout dan 21% mengalami client related burnout dari seluruh responden. Beban kerja dan tingkat resiliensi tidak berhubungan dengan terjadinya burnout. Responden dengan jenis kelamin wanita dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri secara independent, cenderung untuk mengalami burnout.
Kesimpulan: Pada penelitian ini, angka burnout di institusi kami sebanding dengan angka burnout peserta didik terkait onkologi di negara lain. Tingkat resiliensi dan beban kerja tidak mempengaruhi kejadian burnout. Jenis kelamin wanita dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri berhubungan dengan terjadinya burnout.

Purpose: Burnout among physicians in training is an important issue and this is also relevant with oncology residency and fellowship programs. Therefore, this study wants to measure the workload, the resilience score and burnout rate in oncology residents and fellows and to associate the workload and resilience score to burnout.
Methods: A cross-sectional study was conducted. Respondents who were active physicians in training related to Oncology and had been involved in oncology services for > 3 months at our institution were included in this study. Data was collected by filling out an online questionnaire by collecting workload data and both the Copenhagen Burnout Inventory (CBI) and Connor Davidson Resilience Scale-25INDO (CD-RISC-25INDO) instruments. We try to identify factors associated with burnout with chi-square and logistic regression.
Results: A total of 66 respondents became research subjects. The workload’s description was 62.9% respondents worked in teaching hospitals more than 50 hours/week, 46.8% respondents spent more than 60 hours per week related to oncology and 66.1% respondents had sleep time less than 6 hours/day. The resiliency based on the CD-RISC-25INDO was 68 (35 – 100). A total of 43.5% respondents experienced personal burnout, 38.7% experienced work related burnout and 21% experienced client related burnout. Workload and resiliency are not related to the occurrence of burnout. Female gender and inability to live independently were independently more likely to experience burnout.
Conclusions: In this study, burnout rates at our institution are comparable to oncology-related physicians in training burnout rates in other countries. The resilience and workload do not affect the incidence of burnout. Female gender and inability to live independently were associated with burnout.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisa Irma Putri
"Generasi terbaru mahasiswa dibentuk oleh mereka yang dididik dan dibesarkan di tengah teknologi. Penggunaan media sosial telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir dan mahasiswa adalah termasuk golongan yang menggunakan media sosial dengan antusias. Oleh karena itu, perlu untuk menganalisis bagaimana prestasi akademik mahasiswa dipengaruhi oleh penggunaan media sosial tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan media sosial terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan kepada 100 mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia pengguna media sosial dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data dari penelitian ini diolah menggunakan SPSS versi 26 dengan analisis regresi linier. Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa penggunaan media sosial memiliki pengaruh yang lemah terhadap prestasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Admnistrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryati
"TNI AL mempunyai potensi sumber daya manusia yang harus selalu dipelihara dan ditingkatkan kemampuan fisik dan mentalnya, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Angkatan Laut. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi pasien dinas maupun pasien umum terus dilakukan. Pelayanan medik yang merupakan primadona dalam penyembuhan pasien, tidak akan berarti jika tidak ditunjang dengan pelayanan penunjang medik, salah satunya ialah pemeriksaan radiologi. Dalam operasional pelayanan radiologi membutuhkan biaya tinggi untuk pengadaan film.
Untuk melakukan efisiensi dan meningkatkan efektiftas dalam pelayanan diperlukan suatu perencanaan yang baik. Dari unsur-unsur yang terkait dengan perencanaan, yaitu dari segi organisasi masih belum berjalan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang ada dalam struktur organisasi. Sumber daya manusia yang ada di Subdepartemen Radiologi belum pernah mendapatkan pelatihan/penataran mengenai cara membuat perencanaan yang baik dengan menggunakan metode tertentu. Kebijakan dalam membuat perencanaan belum dibuat secara tertulis. Anggaran yang tersedia dalam pembelian film berasal dari dana APBN dan non APBN (hasil pelayanan terhadap masyarakat umum).
Proses perencanaan yang ada belum menggunakan metode tertentu, tetapi menggunakan perkiraan dari jumlah pemakaian tahun lalu dibagi 12. Proses perencanaan yang diusulkan dalam penelitian ini menggunakan metode peramalan l forecasting time series dengan sepuluh macam model. Dari hasil peramalan yang dilakukan hanya 6 jenis film saja yang dapat dibuat peramalannya. Sedangkan metode peramalan yang dipakai hanya 4, yakni rata-rata bergerak tertimbang, rata-rata bergerak dengan trend liner, single exponential smoothing, double exponential smoothing.
Dengan Analisis ABC diketahui kelompok berdasarkan pemakaian dan besarnya investasi. Semua jenis film mempunyai kekhususan sendiri-sendiri, salah satu jenis film tidak dapat digantikan oleh jenis film yang lain, untuk itu tidak dilakukan analisa VEN. Dengan mengetahui harga per item, waktu pesan, biaya pesan dan biaya penyirnpanan, maka economic order quantity dan reorder point dapat dicari. Metode yang diusulkan dalam penelitian ini diharapkan bisa diterapkan untuk persediaan yang lain.

Planning Analysis of the Film Requirements of Radiology Subdepartment of Mintohardjo Naval Hospital JakartaThe Indonesian Navy has potential human resources who should be always maintained and improved their mental and physical ability, through health services which is given by Naval Hospital. Improvement of the health services for the member of the navy as well as the general public is done continuously. Medical service that is the most importen think in the healing process of the patient, will be meaningless without support of the Medical Supporting System, one of them is radiologic examination. The radiologic services operation requires a high cost in purchasing radiologic films.
In order to increase service efficiency and effectivity a good planning is needed. From all of the planning involved elements, the organizational aspect has not yet run as it should be in means of task and responsibility. The human resources in the Radiology Subdepartment never have any training or improvement in making good planning according to the suitable method. Policy in the making of planning has not been produced yet in writings. The available budget for the purchasing of films sources from the APBN (income from the goverment) and non APBN ( income from the public service).
The process of planning has not used certain method yet, instead using historical usage, divided by 12. The process of planning which is proposed in this research is the forecasting time series with 10 models. From the result of the forecasting there are only 6 kinds of film that can be forecast. The methods that are aplicable are only 4 i.e.: average weighed moving, average trend linear moving, single exponential smoothing and double exponential smoothing.
With ABC analyses it can recognize groups based on usage and the amount of investment. All kind of film has its own specialities, one kind-of film cannot be substitute by another kind, for this purpose the Vital Essential Non essential analyses is being used. With the knowledge of per item price, ordering time, ordering cost and storage cost, the ecoonomic order quantity and reorder point can be calculated. It is hoped that the method being proposed in this research can be applied for other purposes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syed Afdhal Harits Assegaf
"Penelitian ini didasari oleh fenomena pentingnya mengunjungi perpustakaan. Perpustakaan memiliki dampak yang positif menunjang proses belajar pada mahasiswa dengan tujuan meningkatkan kemampuan literasi, membantu kegiatan belajar seperti diskusi dan penyelesaian tugas-tugas karena perpustakaan dianggap sebagai pusat informasi di kampus.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara kecemasan perpustakaan dan performa akademis. Alat ukur kecemasan perpustakaan "Library Anxiety Scale" (LAS) yang dikembangkan oleh Bostick (1993) yang terdiri dari 32 item dan responden sebanyak 193 mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan teknik pengambilan data melalui accidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis null diterima (r= .034, p <.05), yang berarti tidak terbukti hubungan signifikan antara kecemasan perpustakaan dengan Performa akademis. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah mampu menjelaskan kecemasan perpustakaan di fakultas psikologi terhadap perpustakaan psikologi universitas indonesia. Hasil penelitian juga menjelaskan secara kualitatif bagaimana respon yang muncul dari bentuk kecemasan perpustakaan yang kemudian berimplikasi pada performa akademis.

This study is based on the phenomenon of the importance of visiting the library. Libraries have a positive impact on student learning support with the aim of improving the literacy skills, helping and learning activities such as discussions and completion of tasks because the library is considered as an information center on campus.
This study aims to clarify the relationship between library anxiety and academic performance. Measuring tool library anxiety "Library Anxiety Scale" (LAS) developed by Bostick (1993), which consists of 32 items and the respondent as many as 193 students from the Faculty of Psychology, University of Indonesia with the data collection technique through accidental sampling.
The results showed that the null hypothesis is accepted (r = .034, p <.05), which means not proved a significant association between library anxiety with academic performance. The implication of this study is able to explain library anxiety in the psychology department of the library of the university psychology Indonesia. The results also explain qualitatively how the responses that emerged from the shape library anxiety that then has implications for academic performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Butarbutar, Elius Tua
"TUJUAN: Mengevaluasi variasi normal kanal fallopii segmen timpani dengan high-resolution multidetector computed tomography (HR-MDCT) serta mendapatkan nilai proporsi dehisensi dan protrusi inferior kanal fallopii segmen timpani.
METODE: Seratus sampel tulang temporal diperoleh dari rekonstruksi 50 raw data subyek yang sebelumnya dilakukan pemeriksaan CT-kepala dengan menggunakan parameter rekonstruksi slice thickness 0.6 mm, increment 0.3 mm, kernel filter H70s, dan window setting mastoid (WW 4000/WL 600). Sebelumnya, data tersebut harus memenuhi kirteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Dengan menggunakan aplikasi rekonstruksi multiplanar, kanal fallopii segmen timpani dievaluasi ada tidaknya dehisensi dan posisi terhadap oval window yang dibagi menjadi kategori protrusi ≥50% dan <50% lebar oval window serta tidak ada protrusi. Evaluasi menggunakan potongan koronal-oblik dan sagital-oblik sedemikian rupa agar struktur kanal fallopii, oval window, dan incudo-stapes terlihat jelas. Pengukuran protrusi menggunakan garis imajiner yang dibuat sejajar dengan aksis dua titik, yaitu processus lenticularis dan di tengah lebar oval window.
HASIL: Karakateristik demogratik subyek (n=50) terdiri dari 52% laki-laki dan 48% perempuan, dengan usia 7-80 tahun (rerata=44,5). Dehisensi kanal fallopii segmen timpani ditemukan 31 dari 100 sampel (31%) predominan pada laki-laki dibandingkan perempuan. Protrusi ≥50% sebanyak 4%, protrusi <50% sebanyak 15%, dan 81% tidak terdapat protrusi. Tiga dari empat sampel dengan protrusi ≥50% terdapat dehisensi kanal fallopii segmen timpani. Menggunakan uji kemaknaan Chi-square hubungan antara dehisensi dan protrusi kanal fallopii tidak terdapat hubungan bermakna (p=0.176).
KESIMPULAN: HR-MDCT dan aplikasi MPR merupakan modalitas pencitraan yang sangat berguna dalam mengevaluasi stuktur kecil telinga tengah, terutama mengobservasi adanya dehisensi dan protrusi kanal fallopii segmen timpani sebagai evaluasi pre-operatif sebelum operasi stapes.

PURPOSE: Evaluate normal variation of tympanic segment fallopian canal through high-resolution multidetector computed tomography (HR-MDCT) of which proportion of dehiscence and inferior protrusion of tympanic segmen fallopian canal can be obtained.
METHODS: One hundred sample of temporal bone which were obtained by reconstruction from raw data of 50 subjects previously performed head CT examination using parameters slice thickness 0.6 mm, increment 0.3 mm, kernel filter H70s, and window setting of mastoid (WW 4000/WL 600). Beforehand, subject data have to fulfil inclusion criteria and there?s no exclusion criteria. Using multi-planar reconstruction (MPR) application, tympanic segment fallopian canal were evaluated from the presence of dehiscence and its position towards oval window which were categorized into ≥50% protrusion oval window width, <50% protrusion oval window width, and no protrusion. Evaluation were using coronal-oblique and sagittal-oblique planes so that fallopian canal, oval window, and incudo-stapes superstructures can be fine depicted. Measurement of protrusion using imaginary lines which were made parallel to axis of two points, processus lenticularis and the middle of oval window width.
RESULTS: Subjects demographic characteristics (n=50) consist of 52% men and 48% women, aged from 7 untill 80 years old (mean= 44.5). Presence of tympanic segment fallopian canal dehiscensce were found in 31 of 100 samples (31%) predominantly in men than women. Presence of ≥50% protrusion were found 4%, <50% protrusion 15%, and the remaining 81% samples do not have protrusion. Three of four samples of ≥50% protrusion were dehiscent, while one samples was not dehiscent. Using Chi-square significance test, there?s no significant relationship between fallopian canal dehiscence and protrusion (p=0.176).
CONCLUSION: HR-MDCT and application of MPR were invaluable imaging tools to evaluate middle ear superstructures, especially in this study to observe presecence of dehiscence and protrusion of tympanic segment fallopian canal as a pre-operative evaluation before stapes surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tompodung, Linda Maya
"ABSTRAK
Latar Belakang: Persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran terbukti dapat memengaruhi prestasi, kepuasan dan kesuksesan mahasiswa. Mahasiswa yang berpendapat bahwa lingkungan pembelajaran memberikan dukungan akan belajar lebih keras dan memberikan prestasi lebih baik. Di Indonesia prestasi belajar lulusan dokter diukur secara nasional dengan menggunakan UKMPPD.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran dan hubungannya dengan kelulusan dalam UKMPPD.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional. Data diperoleh dari 105 peserta UKMPPD. Persepsi lingkungan pembelajaran diukur menggunakan kuesioner DREEM dan menghubungkannya dengan kelulusan dalam UKMPPD. Data berdistribusi tidak normal sehingga digunakan analisis Mann-Whitney. Analisis multivariat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kelulusan UKMPPD.Hasil: Penelitian ini menunjukkan sembilan puluh persen mahasiswa FK UNSRAT mempunyai persepsi lsquo;positif rsquo; terhadap lingkungan pembelajaran. Total skor median DREEM persepsi mahasiswa kurang berprestasi lebih baik dibandingkan mahasiswa berprestasi. Hasil analisis multivariat tidak menemukan hubungan lingkungan pembelajaran dan kelulusan UKMPPD, namun kelulusan UKMPPD berhubungan dengan dengan status ujian peserta.

ABSTRACT
Background Students rsquo experience about their learning environment in medical education has been shown to be related to their achievements, satisfaction and success. Students who consider the learning environment supportive will learn harder and perform better. In Indonesia, the performance of newly graduated physicians is measured nationally using Indonesia Medical Licensing Exam IMLE . Objective The aim of this research is to describe students rsquo perception about their learning environment and its relationship with pass rate in IMLE.Methods We measured the perception on the learning environment of 105 students of Sam Ratulangi University UNSRAT Faculty of Medicine who were about to undertake IMLE in February 2017 using DREEM questionnaire and calculated the relationship with IMLE pass rate. Data analyzed was conducted using Mann Whitney test. Multivariate analysis was used to identify the factors affecting pass rate at IMLE.Results We found that 90 percent of the students have positive perception regarding learning environment in UNSRAT. The overall median DREEM score of the academic under achievers 136.00 was higher compared to the academic achievers 126.00 . However, multivariate analysis found no significant association between learning environment and the IMLE pass rate. Instead, IMLE pass rate is associated with the participant rsquo s exam status."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>