Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180217 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Muslich
"Vegetasi yang tumbuh pada zona riparian memiliki peran penting dalam melindungi fungsi dan struktur sungai. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies dan struktur vegetasi serta perspektif masyarakat terhadap nilai kepentingan vegetasi pada zona riparian. Penelitian dilakukan pada Maret-September 2014 di Ciliwung segmen Bogor-Depok. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode petak (quadrat) berukuran 40 x 50 m. Sebanyak 15 pasang petak pengamatan di kanan-kiri sungai ditempatkan secara systematic sampling pada interval jarak 4 km mengikuti panjang aliran sungai. Seluruh tumbuhan berdiameter ≥ 2 cm dalam petak pengamatan diidentifikasi nama spesiesnya dan diukur diameternya. Perspektif masyarakat terhadap nilai vegetasi diidentifikasi dengan pendekatan etnobotani melalui observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok masyarakat di tiga lokasi yang mewakili komplek perumahan dan perkampungan. Data kuantitatif nilai kepentingan spesies dan kategori fungsi vegetasi dihitung dengan pendekatan LUVI (Local's User Value Index). Jumlah spesies tumbuhan yang ditemukan di dalam petak pengamatan sebanyak 105 spesies dari 36 famili. Famili yang memiliki anggota spesies paling banyak adalah Fabaceae dan Moraceae, masing-masing 11 spesies. Indeks keanekaragaman (H') spesies tumbuhan pada seluruh lokasi penelitian sebesar 3,23 dengan indeks kemerataan spesies (E) 0,69. Spesies tumbuhan yang mendominasi di antaranya Gigantochloa apus (INP 42,90 %), Musa paradisiaca (INP 38,44 %), Paraserianthes falcataria (INP 16,20 %), Swietenia macrophylla (INP 15,46 %), dan Cecropia peltata (INP 13,76 %). Masyarakat mengetahui 14 kategori fungsi vegetasi yang tumbuh pada zona riparian. Kategori yang memiliki nilai kepentingan tertinggi adalah mencegah longsor tebing sungai dengan LUVI 31,00. Spesies tumbuhan yang memiliki nilai kepentingan tertinggi menurut perspektif masyarakat adalah Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults) dengan LUVI 15,62.

Riparian vegetation has important rules on protection of the river functions and structure. The objectives of the study were to identify species diversity and vegetation structure and also to define local's perspectives of the riparian vegetation function in Ciliwung River segment Bogor-Depok. Fifteen pairs of 40 x 50 m quadrat plots have been used to analyse diversity and structure of riparian vegetation. All plants ≥ 2 cm diameter were identified and measured for diameter. Local's perspectives on riparian vegetation values were identified by ethnobotany approach through in-depth interview, field observation, and Focus Group Discussion. Quantitative data on local's perspectives were analysed by Local's User Value Index (LUVI). The total number plants species were 105 species and 36 families. Fabaceae and Moraceae were highest number in species member (11 species). The diversity index (H) was 3.23 and the equitability species index (E) was 0.69. Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schultz) Kurz is the most dominant species that has highest Important Values Index (42.90 %), followed by Musa paradisiaca (IVI 38.44 %), Paraserianthes falcataria (IVI 16.20 %), Swietenia macrophylla (IVI 15.46 %), and Cecropia peltata (INP 13.76 %). 14 functions of the riparian vegetation were known by local people. The most important function of the riparian vegetation was prevention of riverbank from landslide (LUVI 31.00) and the most important species for the whole category functions was Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults) Kurz with LUVI 15.62."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Khasanah
"Penelitian analisis vegetasi riparian dilakukan di sepanjang Sungai Citirem, Suaka Margasatwa Cikepuh, mulai dari bulan Februari 2010-Juni 2011. Pengambilan data dilakukan dengan metode kuadrat (petak). Penentuan unit sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Tujuan penelitian adalah mengetahui komposisi dan struktur vegetasi riparian di sepanjang Sungai Citirem. Hasil penelitian menunjukkan 20 spesies ditemukan, terbagi menjadi 13 famili. Famili Euphorbiaceae dan Verbenaceae paling banyak ditemukan, masing-masing tiga spesies. Spesies pohon yang dominan di bagian hulu adalah Tectona grandis L.f., di bagian tengah Ficus racemosa L. dan bagian hilir Adenanthera pavonina L. Struktur lateral vegetasi riparian menunjukkan bahwa pepohonan dapat tumbuh mulai dari tepi badan air hingga jarak 20 m dalam unit sampel. Struktur longitudinal vegetasi menunjukkan bahwa vegetasi riparian sepanjang sungai didominasi oleh pohon gugur daun (deciduous tree).

The study on analysis of riparian vegetation was conducted in Citirem River, starting from February 2010 to June 2011. Data collection was performed by sample plot. Sample units were done by purposive sampling. The aims of the study are to know the composition and vegetation structure of riparian along Citirem River. The data shows 20 species recorded belong to 13 families. Euphorbiaceae and Verbenaceae are the most dominant families. Tree riparian species dominant in the headwater area is Tectona grandis L.f., in the middle sized-stream is Ficus racemosa L., and in the large stream is Adenanthera pavonina L. Lateral zonation showed that the trees are able to grow in the riparian area extending from the edge of the water bodies to 20 m in the sample unit. Longitudinal zonation showed that riparian area along the river is dominated by deciduous trees."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranggas Dhuha Putra
"Pembentukan ruang terbuka hijau sangat penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan pemanasan global pada ekosistem perkotaan. Ekspansi Kota Bekasi yang cepat dari megapolitan Jakarta memengaruhi Kota Bekasi dan selanjutnya mengarah pada konversi besar-besaran ruang terbuka hijau menjadi kawasan terbangun. Dari adanya perubahan tersebut mempengaruhi kandungan biomassa dan kemampuan penyerapan vegetasi pada ruang terbuka hijau terhadap emisi dari kegiatan antropogenik. Upaya pemantauan melalui estimasi biomassa penting untuk pemahaman yang lebih baik tentang manfaat ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis distribusi spasial biomassa dan daya serap CO2 serta menganalisis kemampuan vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau dalam menyerap emisi CO2 di Kota Bekasi. Penelitian ini melakukan perhitungan biomassa diatas permukaan pohon dengan pengukuran lapangan dan persamaan alometrik yang dikembangkan oleh United States Department of Agriculture (USDA). Serta menggunakan citra satelit Sentinel-2B yang diperoleh pada tahun 2020 dan dilakukan formulasi indeks vegetasi yaitu NDVI, GNDVI, SAVI, dan OSAVI dengan menghubungkan nilai biomassa hasil pengukuran lapangan untuk menghasilkan model estimasi biomassa. Hasil model estimasi biomassa menunjukkan bahwa indeks vegetasi terpilih yaitu OSAVI yang memiliki korelasi sebesar 75,3% dengan akurasi model sebesar 99%. Distribusi spasial biomassa dan daya serap vegetasi RTH Kota Bekasi secara keseluruhan mendominasi kelas rendah, berada di lereng datar dan sangat landai yang mengikuti jaringan jalan arteri, kolektor, dan tol tepatnya pada vegetasi RTH jalur hijau. Adapun juga dijumpai pada vegetasi RTH sempadan jalan kereta dan sempadan situ/danau. Selain itu pada jaringan jalan arteri dan kolektor juga di jumpai lereng yang landai dengan keberadaan distribusi spasial biomassa dan daya serap vegetasi pada RTH yang tinggi tepatnya di vegetasi RTH kota. Distribusi spasial biomassa dan daya serap vegetasi RTH Kota Bekasi yang sedang berada pada lereng sangat landai berada di sekitaran jaringan jalan lokal dan lingkungan Kota Bekasi tepatnya berada pada vegetasi RTH taman kecamatan, kelurahan, sempadan sutet dan rekreasi. Distribusi spasial biomassa dan daya serap sangat tinggi dijumpai lereng agak curam hingga sangat curam yang dijumpai pada sekitaran sungai tepatnya berada pada vegetasi RTH sempadan sungai. Kemampuan vegetasi pada RTH Kota Bekasi seluruhnya mengalami penyerapan sebagian terhadap emisi karbon dioksida. Vegetasi pada RTH Kota Bekasi hanya memiliki kemampuan serapan CO2 sebesar 1,75 % dari keseluruhan emisi karbon dioksida di Kota Bekasi. Dikarenakan emisi karbon dioksida yang menyeluruh begitu tinggi di Kota Bekasi, yang bersumber dari emisi kendaraan bermotor dengan ditujukkan mendominasi sekitar jaringan jalan arteri, kolektor, dan lokal di Kota Bekasi yang melebihi besaran daya serap karbon dioksida vegetasi pada ruang terbuka hijau.

The establishment of green open spaces is critical to reducing the impact of climate change and global warming on urban ecosystems. The rapid expansion of Bekasi City from Jakarta megapolitan affected Bekasi City and subsequently led to the massive conversion of green open space into a built-up area. From these changes affect biomass content and vegetation absorption ability in green open space against emissions from anthropogenic activities. Monitoring efforts through biomass estimation are important for a better understanding of the benefits of green open space. Therefore, the purpose of this study is to analyze the spatial distribution of biomass and CO2 absorption and analyze the ability of vegetation in Green Open Space in absorbing CO2 emissions in Bekasi City. This study performed biomass calculations on the surface of trees with field measurements and alometric equations developed by the United States Department of Agriculture (USDA). As well as using Sentinel-2B satellite imagery obtained in 2020 and carried out vegetation index formulations namely NDVI, GNDVI, SAVI, and OSAVI by connecting the biomass value of field measurement results to produce biomass estimation models. Biomass estimation model results showed that the selected vegetation index is OSAVI which has a correlation of 75.3% with model accuracy of 99%. Spatial distribution of biomass and vegetation absorption of RTH Bekasi City as a whole dominates the low class, being on flat slopes and very sloping that follow the network of arterial roads, collectors, and tolls precisely on the green line RTH vegetation. It is also found on the vegetation of RTH railway road border and situ/lake border. In addition, arterial road networks and collectors are also found slopes that ramp with the presence of spatial distribution of biomass and vegetation absorption in high RTH precisely in the city's RTH vegetation. Spatial distribution of biomass and vegetation absorption RTH Bekasi city that is on a slope is very sloping in the vicinity of the local road network and bekasi city environment precisely located on the vegetation RTH district park, village, border sutet and recreation. Spatial distribution of biomass and absorption is very high found slopes rather steep to very steep found in the surrounding rivers precisely located in the vegetation RTH river border. Vegetation capability in RTH Bekasi city is entirely experiencing partial absorption of carbon dioxide emissions. Vegetation in RTH Bekasi city only has a CO2 absorption capability of 1.75% of the total carbon dioxide emissions in Bekasi City. Because the overall carbon dioxide emissions are so high in Bekasi City, which is sourced from motor vehicle emissions with the aim of dominating around the arterial road network, collectors, and local in Bekasi City that exceeds the amount of vegetation carbon dioxide absorption in green open space."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprayogo Soemarno
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T40116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Wulandari
"Dalam rangka pemilihan jenis vegetasi yang tepat untuk hutan kota, telah dilakukan pengkajian kemampuan vegetasi dalam menurunkan suhu udara, perbedaan pertumbuhan dan pengaruh jarak tanam dari 3 jenis vegetasi yang terdapat di Padang Golf Halim II, yaitu: Saga (Adenanthera pavonina), Gamal (Glvricidia sepium), dan Ki roda (Hura crepitans).
Metode yang digunakan ialah metode kuarter, yang titik-titik contohnya ditentukan secara acak. Parameter yang diukur adalah: luas kanopi dan suhu udara di bawah kanopi pohon, yang digunakan untuk mengetahui jenis vegetasi mana yang memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menurunkan suhu udara; garis tengah batang pohon; tinggi pohon; dan luas kanopi pohon untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan vegetasi pada kondisi lingkungan Padang Golf Halim II; dan jarak tanam pohon serta garis tengah batang pohon tetangga terdekat, untuk mengetahui pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan vegetasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerimbunan kanopi mempengaruhi suhu udara di bawah kanopi dan Gamal memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mempengaruhi kesejukan udara dibanding Ki roda, sedangkan antara Saga dan Gamal, maupun Saga dan Ki roda tidak jauh berbeda. Pertumbuhan antara Saga, Gamal, dan Ki roda berbeda nyata dan Gamal memiliki pertumbuhan yang paling baik di Padang Golf Halim II. Jarak tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan Saga, Gamal, dan Ki roda. Gamal dan Saga merupakan jenis tumbuhan yang berbunga indah, sehingga dapat ditanam sebagai tanaman hias di hutan kota wisata, tetapi Saga sering menggugurkan daunnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Syifa Luthfia Machar
"Telah dilakukan penelitian tentang analisi vegetasi hutan mangrove di Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat. Tujuan penelitian yaitu mengetahui dominansi, kerapatan, frekuensi dan mengetahui nilai INP. Mangrove yang ada di kecamatan Gerung. Pengamatan dilakukan dengan metode kuadran transek. Pengamatan dilakukan pada 6 stasiun pengamatan, dengan masing-masing tiap stasiun terdiri dari 3 titik kuadran.penelitian menggunakan metode transek kuadran. Nilai kerapatan tertinggi pada tingkat semai dan tumbuhan bawah yaitu spesies Derris trifoliata 53,1%, spesies yang memiliki nilai kerapatan tertinggi pada tingkat pancang yaitu Albizia chinensis 23,49%, spesies yang memiliki nilai kerapatan tertinggi pada tingkat pohon yaitu Sonneratia alba 36,67% . Nilai frekuensi pada tingkat semai dan tumbuhan bawah yaitu pada spesies Eleusine Sp 31,37%. Spesie yang memiliki nilai frekuensi tertinggi pada tingkat pancang yaitu sonneratia alba 19,49%, dan spesies yang memiliki nilai tertinggi pada tingkat pohon yaitu Cocus nucifera 31,35%. Sedangkan dominansi yang paling tinggi ada pada spesies Barringtonia asiatica 32,40%. Nilai INP tertinggi pada tingkat semai dan tumbuhan bawah yaitu spesie Derris trifoliata 41,80%, pada tingkat pancang yaitu spesies Sonneratia alba 43,72%, dan pada tingkat pohon spesies yang memiliki nilai INP tertinggi yaitu Cocus nucifera 79,68%.
Analysis of mangrove forest vegetation in Gerung District, West Lombok Regency. The research objective was to determine the dominance, density, frequency and determine the value of INP. Mangroves in Gerung district. Observations were made using the transect quadrant method. The highest density value at seedling and understorey level was Derris trifoliata species 53.10%, the species that has the highest density value at the sapling level was Albizia chinensis 23.49%, the species that has the highest density value at the tree level was Sonneratia alba 36.67 %. Frequency values at seedling and understorey level were Eleusine Sp 31.37%. The species that has the highest frequency value at the sapling level was sonneratia alba 19.49%, and the species that has the highest value at the tree level was Cocus nucifera 31.35%. Whereas the highest dominance was in the species of Barringtonia asiatica 32.40%. The highest INP value at seedling and understorey level was Derris trifoliata species 41.80%, at the sapling level was Sonneratia alba species 43.72%, and at the tree level the species that has the highest INP value was Cocus nucifera 79.68%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kayla Puteri Naura
"Partikel PM2.5 dianggap sebagai salah satu polutan paling berbahaya sebab polutan ini dapat memicu berbagai permasalahan kesehatan, mulai dari peradangan saluran pernapasan hingga kematian dini. PM2.5 dihasilkan dari proses pembakaran pada kendaraan bermotor, pembangkit listrik tenaga batubara, hingga terbentuk di udara melalui reaksi kimia. Di Jakarta Selatan, sebagian besar polutan PM2.5 dihasilkan dari sektor transportasi akibat tingginya volume kendaraan yang bervariasi secara temporal. Disamping itu, vegetasi dianggap mampu mengurangi konsentrasi PM2.5 melalui penyebaran dan pengendapan partikelnya di daun. Dampak mengkhawatirkan dari PM2.5 menyebabkan pemantauan nilai PM2.5 di udara menjadi penting. Beberapa metode pemantauan yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan inventarisasi sumber pencemar dan sensor pemantau. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pola spasiotemporal nilai PM2.5 sektor transportasi di Jakara Selatan, dan kaitannya dengan kerapatan vegetasi. Metode yang digunakan untuk memetakan nilai PM2.5 adalah interpolasi kriging. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi kerapatan vegetasi menyebabkan nilai PM2.5 inventarisasi semakin rendah, sedangkan pengukuran PM2.5 sensor cenderung tidak mengikuti pola kerapatan vegetasi tertentu. PM2.5 inventarisasi juga menunjukkan nilai yang lebih tinggi pada hari kerja dibandingkan hari libur, sementara pengukuran PM2.5 sensor justru memberikan hasil yang berlawanan akibat pengaruh faktor meteorologis.

PM2.5 particles are considered one of the most dangerous pollutants because they can trigger various health problems, ranging from inflammation of the respiratory tract to premature death. PM2.5 is produced from the combustion process in motorized vehicles, coal-fired power plants, and is formed by chemical reactions in the air. In South Jakarta, most PM2.5 pollutants are generated from the transportation sector due to the high volume of vehicles which varies temporally. Besides that, vegetation is considered capable of reducing PM2.5 concentrations through the dispersion and deposition of its particles on the leaves. The worrying impact of PM2.5 makes PM2.5 monitoring important. Several monitoring methods that can be done are by using pollutant sources inventory and monitoring sensors. Therefore, this study was conducted to analyze the spatiotemporal patterns of the transportation sector’s PM2.5 values in South Jakarta, and their relation to vegetation density. The method used in this research is kriging interpolation. The results show that the higher the vegetation density, the lower the inventory PM2.5 value, while the PM2.5 sensor measurements tend not to follow a particular pattern of vegetation density. Inventory PM2.5 also shows higher values on weekdays compared to weekends, while PM2.5 sensor measurements give opposite results due to meteorological factors’ influence. 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grizzly Pradipta Singhasana Enshito
"Pemanasan global memiliki penyebab antara lain adalah hilangnya vegetasi untuk pembangunan. Kota Depok adalah salah satu kota penyangga Ibukota DKI Jakarta dan terjadi pembangunan yang menyebabkan berkurangnya tutupan vegetasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran suhu permukaan daratan dan hubungannya dengan kerapatan vegetasi. Data kedua variabel didapat dengan pengolahan citra Landsat OLI-TIRS.
Hasil penelitian menunjukkan suhu permukaan daratan yang tinggi di Kota Depok memiliki pola persebaran yang dipengaruhi oleh penutup lahan rendahnya kerapatan vegetasi. Suhu permukaan daratan yang tinggi menyebar dan mengumpul pada bagian pusat, selatan, dan utara pada wilayah penelitian. Tutupan lahan yang memiliki suhu tinggi adalah lahan terbangun dan tutupan lahan yang memiliki suhu rendah adalah vegetasi.

Global warming has a cause which one of them is loss of vegetation for the development. Depok City as one of the city buffer of DKI Jakarta and having development that causing loss of vegetation. This study aims to determine the pattern of land surface temperature distribution and its relation to vegetation density index. The data of both variables were obtained by Landsat 8 OLI TIRS image processing.
The results showed that high land surface temperature in Depok City rsquo s distribution pattern was influenced by land cover and low vegetation density index. High surface temperature were spreading over all areas and gathered at north, center, and south of study area. Land cover that have high temperature are built up and low temperature is vegetation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fida Afdhalia
"Padi merupakan sumber makanan terpenting di Indonesia. Jumlah konsumsi beras nasional mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 6,29% per tahun (2011-2015). Perkiraan dalam produksi beras relatif tidak dapat diandalkan karena waktu tanam yang tidak merata di beberapa daerah dan metode konvensional diterapkan untuk memperkirakan produksi beras. Penelitian bertujuan untuk menganalisis karakteristik fase tumbuh dan varietas tanaman padi serta membangun model untuk memperkirakan fase pertumbuhan tanaman padi berdasarkan indeks vegetasi. Platform penginderaan jauh melalui udara, khususnya Unmanned Aerial Vehicle (UAV) digunakan untuk memetakan lahan sawah di Kabupaten Bekasi. Beberapa indeks vegetasi yang berasal dari band RGB (red, green, blue), yaitu Normalized Green Red Difference Index (NGRDI), Excess Green Vegetation Index (ExG), dan Visible Atmospherically Resistant Index (VARI) digunakan dalam penelitian. Model regresi digunakan untuk mendapatkan model paling optimal dalam memperkirakan fase pertumbuhan tanaman padi. Hasil penelitian menunjukan karakteristik fase pertumbuhan tanaman padi memiliki pola nilai yang meningkat dari fase vegetatif menuju fase reproduktif dan nilai menurun ketika fase pematangan; varietas padi memiliki karakteristik yang paling bervariasi melalui analisis NGRDI terutama pada varietas IR 42; dan ExG merupakan indeks paling optimal dalam pemodelan fase tumbuh padi (R2 = 0,837).

Paddy is the most important food sources in Indonesia. The amount of national rice consumption increased 6.29% per year (2011-2015). Estimates in rice production are relatively unreliable because of inappropriate planting times in several areas and conventional method applied to estimate the rice production. The study aims to analyze the growth phase characteristics and varieties of rice plant and develop a model to estimate the growth phase of rice plant based on the vegetation indices. An airborne remote sensing platform, specifically the Unmanned Aerial Vehicle (UAV) is used to map the rice field in Bekasi Regency. Several vegetation indices derived from RGB (red, green, blue) bands, namely Normalized Green Red Difference Index (NGRDI), Excess Green Vegetation Index (ExG), and Visible Atmospherically Resistant Index (VARI) used in the study. Regression model is used to obtain the most optimal model for estimating the growth phase of rice plant. The results showed the characteristics of the rice growth phase had a pattern of values which increased from the vegetative phase to the reproductive phase and the value decreased when the maturation phase; rice varieties have the most varied characteristics through NGRDI analysis especially on IR 42 varieties; and ExG is the most optimal indices in modeling the growth phase of rice (R2 = 0.837).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noer Sarifah Ainy
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh perubahan struktur vegetasi riparian di Sungai Pesanggrahan, antara daerah pemukiman, daerah binaan, dan daerah kebun campuran rakyat, serta pemanfaatannya oleh masyarakat setempat. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2011 sampai dengan September 2011 dengan mengunakan stratified random sampling untuk analisis vegetasi riparian, dan metode wawancara serta perhitungan Index of Cultural Significance (ICS) untuk mengetahui nilai pemanfaatan vegetasi riparian oleh masyarakat. Nilai INP tertinggi di daerah kebun campuran adalah Gigantochloa apus (91,3%), daerah perumahan adalah pinus Pinus merkusii (61,8%), dan Gigantochloa apus di daerah binaan sebesar 98,2%. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat, pemanfaatan vegetasi riparian yang terdokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk bahan makanan tambahan (27 spesies), bahan pangan lain (29 spesies), bahan materi utama (15 spesies), bahan obat (47spesies), dan tanaman hias / mitologi (12 spesies). Hasil perhitungan nilai ICS tertinggi adalah papaya (Carica papaya) dengan nilai 65, dan pemanfaatan vegetasi riparian tertinggi adalah untuk bahan obat-obatan.

ABSTRACT
The study was conducted in Lebak Bulus Village in Sounth Jakarta. The aim of this study is to know and to compare the effect of changing riparian vegetation structure in plantation area, settlement area and conservation area, also their utilization by the local community. This research has been held on March 2011 until September 2011 used stratified random sampling for riparian vegetation analysis, also used interview method and analyzing Index of Cultural Significance (ICS) to know local knowledge system. The higest Importance Value Index (INP) from plantation area is Gigantochloa apus (91.3%), residential area is Pinus merkusii (61.8%), and conservation area is Gigantochloa apus (98.2%). Based on interview with local society, utilization riparian plants diversity documented in this study are for secondary food (27 species), tersier food (29 species), the main material (15 species), medicine (47 species), ornamental plants and mythology (12 species). The result of the highest value ICS is Carica papaya with a value of 65 and the highest plants utilization is for medical purpose."
2016
T46292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>