Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130386 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusi Yustika
"[ABSTRAK
Penanganan kematian bayi merupakan salah satu target sasaran pemerintah dalam
pembangunan kesehatan jangka panjang. Sebagai indikator derajat kesehatan
masyarakat, kematian bayi dipengaruhi salah satunya oleh faktor layanan kesehatan.
Dalam penelitian ini faktor layanan kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan sebagai
pemberi layanan kesehatan dan layanan kesehatan sendiri yaitu layanan kesehatan yang
diberikan pada ibu dan bayi sebagai bagian dari program KIA (kesehatan ibu dan anak)
yaitu pelayanan antenatal, persalinan ditolong tenaga kesehatan, dan penanganan
komplikasi neonatus. Hasil analisis data profil kesehatan Kota Serang tahun 2009 ?
2013 dengan menggunakan model regresi data panel menunjukan bahwa terdapat
hubungan signifikan negatif antara faktor layanan kesehatan dengan kematian bayi. Hal
ini berarti bahwa peningkatan jumlah tenaga kesehatan akan berpengaruh dalam
menurunkan kasus kematian bayi. Demikian juga halnya dengan peningkatan cakupan
pelayanan antenatal, persalinan ditolong tenaga kesehatan, dan penanganan komplikasi
neonatus akan berpengaruh terhadap penurunan kasus kematian bayi.;

ABSTRACT
Handling infant mortality is one of the government's target in long-term health
development. As an indicator to public health, one of the factors that affect infant
mortality is health service. In this study health service factors consist of health
personnel as a health care provider and health care itself namely the health care
provided to the mother and baby as part of the KIA program (mother and child health
program) i.e antenatal care, assisted delivery of health personnel, and management of
complications of neonatus. The results of the analysis from Serang City health profile
data in 2009-2013, using panel data regression model, shows that there is a negative
significant correlation between the health service factors with infant mortality. This
means that an increasing number of health workers will have an effect in reducing infant
deaths. Likewise, an increasing number in coverage of antenatal care, births assisted
health personnel, treatment of neonatal complications will affect to the decline in infant
death case., Handling infant mortality is one of the government's target in long-term health
development. As an indicator to public health, one of the factors that affect infant
mortality is health service. In this study health service factors consist of health
personnel as a health care provider and health care itself namely the health care
provided to the mother and baby as part of the KIA program (mother and child health
program) i.e antenatal care, assisted delivery of health personnel, and management of
complications of neonatus. The results of the analysis from Serang City health profile
data in 2009-2013, using panel data regression model, shows that there is a negative
significant correlation between the health service factors with infant mortality. This
means that an increasing number of health workers will have an effect in reducing infant
deaths. Likewise, an increasing number in coverage of antenatal care, births assisted
health personnel, treatment of neonatal complications will affect to the decline in infant
death case.]"
2015
T43182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triseu Setianingsih
"ABSTRAK
Di Indonesia Angka kematian neonatus masih belum mengalami penurunan dari
tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 yaitu 19/1000 KH (SDKI,2012).Sebagian besar
kematian neonatal yang terjadi setelah 6-48 jam pasca kelahiran dapat dicegah dengan
perawatan bayi baru lahir yang tepat dan dimulai segera setelah melahirkan melalui
Kunjungan neonatal pertama (KN1) yang adekuat dan sesuai standar (WHO,2012). Namun
kualitas pelayanan KN1 masih belum sesuai dengan target yang diharapkan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis secara multivel faktor-faktor yang mempengaruhi
Kunjungan neonatal pertama dari berbagai level.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan didukung oleh penelitian
kualitatif. Sampel yang digunakan untuk masing-masing level adalah 1014 ibu bayi untuk
level 1, 95 orang pengelola desa untuk level desa, 51 pengelola Program kesehatan anak
Puskesmas untuk level 3 dan 13 pengelola Program kesehatan anak kabupaten untuk level
4 yang ada di 8 Propinsi di Indonesia. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat,
bivariat, multivariat dengan Regresi Logistik dan permodelan Multilevel dengan
menggunakan analysis multilevel regression logistic random intercept model dengan
menggunakan Program Stata 14.0. Metode triangulasi digunakan dalam studi kualitatif
untuk menjaga validitas data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa capaian KN1 askes sebesar 47.5% lebih tinggi
dibanding KN1 berkualitas yaitu 29.3 %. Hasil pemodelan multilevel menunjukkan bahwa
variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap KN1 Akses dan kualitas adalah Penolong
persalinan dengan PValue.0.000 dan OR=3.359 untuk KN1 akses dan PValue 0.04 dan OR
= 3.035 untuk KN1 kualitas. Pada permodelan akhir, secara bersama-sama kontribusi
semua level pada KN1 akses sebesar 57.27 % sedangkan untuk KN1 kualitas sebesar
87.76%. Berdasarkan penerapan manajemen mutu total sebagian besar 52.6 % Puskesmas
berada pada fase 2 dan Level 2 yaitu masih berorientase ke Proses belum mengarah ke
penerapan Total manajemen mutu (TQM). Penelitian ini menunjukkan kesesuaian pola
hubungan antara enabler dan result sesuai pola dalam EFQM model.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan kabupaten dan Kementerian Kesehatan, untuk
mengupayakan dan menjamin keberadaan dan pendistribusian bidan di setiap desa dan
mengoptimalkan perencanaan tenaga kesehatan (bidan) sesuai PMK N0.33 Tahun 2015.
Disarankan kepada Puskesmas untuk mengupayakan kontak antara petugas kesehatan
dengan ibu bayi sebelum kelahiran bayi untuk meningkatkan akses pada periode berikutnya
yaitu KN1. Perlu adanya kerjasama dan kemitraan yang baik antara puskesmas dengan
pengelola desa untuk menguatkan keberdayaan desa dalam bidang kesehatan sehingga
pada level individu ibu menjadi lebih berdaya dan memiliki peluang yang besar untuk
membawa anaknya dalam pelaksanaan KN1 , selain itu untuk meningkatkan kualitas
manajemen Puskesmas perlu adanya supervisi dan penerapan SMM (Sistem Manajemen
Mutu) Puskesmas misalnya melalui penerapan ISO untuk menjamin Pelayanan Prima dan
pengelolaan Puskesmas yang berkualitas.

ABSTRACT
Neonatal mortality rate in Indonesia is still experiencing a decrease from 2007 up
to 2012, namely 19/1000 KH (IDHS, 2012) .Most of neonatal deaths that occur after 6-48
hours after birth can be prevented with newborn care is appropriate and started soon after
birth through the first neonatal visit (KN1) adequate and appropriate standards (wHO,
2012). However KN1 service quality still does not meet the expected target. This study
aims to analyze multivel factors affecting neonatal visit was the first of a variety of levels.
This research is a quantitative research was supported by qualitative research. The
sample used for each level is 1014 mothers of infants to level 1, 95 managers of the village
to the village level, 51 managers of health programs Child Health Center for level 3 and 13
managers Program child health districts to level 4 in 8 Provinces in Indonesia , The data
analysis was done through univariate, bivariate, and multivariate logistic regression
modeling Multilevel analysis using multilevel logistic regression models with random
intercept using the program Stata 14.0. Triangulation method used in a qualitative study to
maintain the validity of the data.
The results showed that the achievement KN1 askes by 47.5% higher than the
quality KN1 ie 29.3%. Multilevel modeling results indicate that the variables that most
influence on KN1 Access and quality are labor Helper with PValue.0.000 and OR = 3.359
for KN1 access and pvalue 0:04 and OR = 3,035 for KN1 quality. At the end of the
modeling, jointly contribute to the KN1 access all levels of 57.27% while for KN1 quality
of 87.76%. Based on the application of total quality management largely PHC 52.6% are
in Phase 2 and Level 2 is still berorientase to process not yet led to the implementation of
total quality management (TQM). This study demonstrated the suitability of the pattern of
relationships between enablers and the result according to the pattern in the model EFQM.
Suggested to the District Health Office and the Ministry of Health, to seek and
ensure the presence and distribution of midwives in every village and optimize the planning
of health professionals (midwives) in accordance PMK N0.33 Year 2015. It is suggested
to contact the health center to seek health care workers with the baby's mother before birth
baby to improve access in the next period that is KN1. The need for cooperation and
partnership between local health centers with managers of the village to strengthen the
empowerment of villagers in the health sector so that at the level of individual mothers
become more empowered and have a great opportunity to bring his son in the
implementation KN1, in addition to improving the quality of management of PHC need for
supervision and implementation of QMS (quality Management System) health centers for
example through the implementation of ISO to guarantee the quality Service and quality
management of the health center."
2016
D2194
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kris Widyarto
"ABSTRAK
Nama:Kris WidyartoJudul:Persepsi Masyarakat Terhadap Layanan Publik Bidang Kesehatan di Kabupaten WonosoboProgram Study:Magister Perencanaan dan KebijakanPublikPembimbing:Sri Mulyono, SE, M.Si Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat Kabupaten Wonosobo terhadap kualitas pelayanan Kesehatan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis. Survey dilakukan terhadap 384 responden di Kabupaten Wonosobo. Analisis data menggunakan dengan tabulasi silang crosstab dan analisis regresi. Variabel-variabel yang diteliti terdiri dari 9 unsur standar kepuasan masyarakat SKM yang merupakan parameter dalam pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat IKM . Hasil penelitian menunjukkan bahwa 9 unsur mendapatkan persepsi baik, yaitu : Persyaratan 72,1 , Sistem Mekanisme dan Prosedur 63,2 , Waktu Penyelesaian 50,6 , Biaya 62,3 , Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan 67,2 , Kompetensi Pelaksana 69,8 , Perilaku Pelaksana 55,2 , Sarana dan Prasarana 48,5 , dan Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan 65,9 . Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan jika kualitas pelayanan Kesehatan di Kabupaten Wonosobo cukup baik. Namun hasil survey setelah dioleh sesuai Peraturan Menpan RB, kinerja pelayanan publik di bidang kesehatan dinilai tidak baik dengan nilai IKM 2,57. 5 lima unsur mendapat nilai dengan mutu C yaitu : Persyaratan 2,65 , Biaya/Tarif 2,62 , Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan 2,60 , Kompetensi Pelaksana 2,70 dan Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukkan 2,81 . Sedangkan 4 empat unsur lainnya mendapat nilai dengan mutu D : Sistem, Mekanisme dan Prosedur 2,57 , Waktu Penyelesaian 2,42 , Perilaku Pelaksana 2,53 dan Sarana dan Prasarana 2,42 . Kata kunci :Kualitas Pelayanan, Persepsi, Pelayanan Kesehatan

ABSTRACT
Nama Kris WidyartoJudul Wonosobo rsquo s Residents Peception About Public Service of Health Sector Programme Master of Planning and Public PolicyCounsellor Sri Mulyono, SE, M.Si Purpose of this study is to know the perception of people in the WonosoboDistrict about the quality of health services. This reaserch use primary data on questioning 384 people in Wonosobo. This research use descriptive statistical, cross tabulation analysis and regression. By stipulating 9 elements to be examined which are parameters of public satisfaction index. Those elements showed good perceptiont. Requirements 72,1 , System and Procedure 63,2 , Completion Time 50,6 , Fare 62,3 , Product Specification 67,2 , Servant Competence 69,8 , Servant Courtessy 55,2 , Facilities and Infrastructure 48,5 and Suggestion and Compliant 65.9 . Based on this result, we can conclude that quality of health service Wonosobo is good. While the results of the data refers to PeraturanMenpan RB, performance of public service are rated not good.5 elements such as Requirements 2,65 , Fare 2,62 , Product specifitaion 2,60 , Servant Competence 2,70 , and Suggestion and Compliant 2,81 had C quality values. Meanwhile 4 other elements such as System, Mechanism and Procedure 2,57 , Completion Time 2,42 , Servant Courtessy 2,53 and Facilities and Infrastructure 2,42 had D quality values. Keyword Quality Sevices, Perception, Health Services"
2018
T50173
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Washington: Institute of Medicine, 1973
362.198 INF
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Rizcky Pramonanda
"Desentralisasi fiskal menyebabkan peningkatan transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Adanya desentralisasi fiskal menyebabkan peningkatan belanja daerah di Indonesia, salah satunya pada bidang kesehatan. Peningkatan belanja kesehatan diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan, yang digambarkan oleh angka kematian bayi. Dengan menggunakan data tingkat provinsi dari tahun 2002-2012 dan menggunakan metode data panel, penelitian ini menemukan bahwa belanja kesehatan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota berpengaruh negatif terhadap angka kematian bayi. Selain itu rasio tenaga kesehatan per infrastruktur layanan kesehatan juga berpengaruh negatif terhadap angka kematian bayi.

Fiscal decentralization increases cash transfer from central to local government. It also increases local government spending, which include health spending. An increases in health spending is expected to improves health status, which indicated by infant mortality rate. Using state data from 2002-2012 and using panel data estimation, this research find that municipal and state level health spending has negative impact towards infant mortality rate. In addition, number of health worker over health infrastructure also has negative impact towards infant mortality rate.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Sadji
"Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan unutk mengukur kesejahteraan suatu bangsa. AKB di Indonesia masih tinggi dan menempati urutan ke enam tertinggi di ASEAN. Banyak faktor yang menyebabkan masih tingginya AKB di Indonesia baik langsung maupun tidak langsung, diantaranya adalah masalah neonatal (asfiksia, BBLR), penyakit infeksi, sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan program kesehatan, khususnya kesehatan anak dan bayi baru lahir. Salah satu upaya untuk menekan laju kematian bayi adalah dengan mengetahui faktor-faktor penyebabnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor program kelangsungan hidup anak terhadap kematian bayi dengan menggunakan data sekunder berupa register kohort bayi dan data pendukung lain yang tersedia di puskesmas.
Desain yang digunakan dalam penelitian inii adalah kohort retrospektif dengan 1.693 sampel, adapun hasil yang didapat dalam penelitian dengan cox regresi adalah adanya hubungan yang bermakna pada pelayanan kesehatan neonatal dengan nilai p=0,000 (95%CI;10,142-33,974 dan RR=18,563. Pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir (neonatal) sesuai standar diharapkan menjadi prioritas dalam upaya untuk menekan kematian pada bayi, khususnya pada bayi baru lahir.

Infant mortality rate (IMR) is one of indicators that can be used to measure a nation's welfare. IMR in Indonesia is still high and constitutes the 6th highest rate in ASEAN. There are many direct and indirect factors causing the high IMR in Indonesia, among others are neonatal problem (asphyxia, low birth weight infant), infection disease, social economy, education level and health program, in particular child and newborn infant's health. One of efforts to suppress the infant mortality rate is finding out the causing factors.
This study is aiming at finding factors of child survival program towards infant mortality by using secondary data: infant cohort register and other supporting data that are available at primary health centre (Puskesmas).
The design used in this study is retrospective cohort of 1,693 samples, and the result found in the study using regression Cox is that there is a significant relation in neonatal health care with p=0,000 (95%CI;2,529-5,606) and RR=3,765. Health care for newborn infant (neonatal) according to the standard is expected to be a priority to suppress infant mortality, in particularly newborn infant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subur Prajitno
" Buku ini membahas kaidah-kaidah dasar tentang administrasi sarana pelayanan kesehatan. Pada buku edisi kedua ini ditambahkan beberapa pendapat para ahli, landasan teori yang berkaitan dengan manajemen, dari bebrbagai pertemuan yang penulis ikuti.
Buku ini meliputi 9 pokok permasalahan. Bab 1 menjelaskan pengertian dan tujuan ilmu administrasi kesehatan masyarakat. Bab 2 sampai 3 membahas organisasi dan manajemen. Bab 4 sampai 8 membahas fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, controlling, dan evaluation. Dan bab 9 membahas management science."
Surabaya: Airlangga University Press, 2008
362.106 8 SUB d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Uly Indrawaty
"Angka kematian bayi merupakan indikator sensitif untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara, bahkan untuk rnengukur suatu bangsa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola tingkat kematian bayi berdasarkan wilayah urban dan non urban Kota Bekasi serta hubungan indeks pendidikan, penderita kekurangan gizi, jurnlah keluarga miskin, dan fasilitas kesehatan dengan tingkat kematian bayi pada tahun 2008. Metode yang digunakan yaitu metode analisis keruangan (spatial) dan metode korelasi Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematian bayi tinggi sebagian besar terletak di wilayah urban, meliputi 7 kelurahan (12,50%), sedangkan pada Wilayah urban meliputi 4 kelurahan (7,14%). Berdasarkan perhitungan dengan rnenggunakan metode korelasi Pearson didapatkan hasil bahwa pada Wilayah urban di Kota Bekasi, tingkat kematian bayi memiliki hubungan negatif dengan jumlah keluarga miskin, artinya semakin tinggi jumlah keluarga miskin, maka tingkat kematian bayi akan semakin rendah. Sedangkan pada wilayah non urban, tingkat kematian bayi dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak rnasuk dalam penelitian ini.

Infant mortality is a sensitive indicator for the degree of health of a country, even to measure a nation. Goal of this research is to know the pattern of infant mortality rate based on urban and non urban in Bekasi City, beside that this research is to know about the influence of relationship index of education, lack of nutrition, the number of poor families, and health facilities to the rate of infant mortality in the year 2008. This research use spatial analysis method, which is Pearson correlation method.
The results of research shows that high rate of infant mortality are mostly located in urban areas, covering 7 kelurahan (l2.50%), while in the non urban area covers 4 l"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34121
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Universitas Indonesia, 1993
R 614 UNI f
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Mhd Indra Gunawan
"Salah satu permasalahan sistem rujukan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik, maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit dalam permasalahan kesehatan hal ini juga terjadi juga di kota Batam. Untuk mengatasi hal tersebut sistem pelayanan kesehatan di era BPJS Kesehatan mengutamakan optimalisasi di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), seperti Puskesmas, klinik pratama, maupun dokter praktek perorangan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam menyediakan layanan kesehatan bagi masyarakat. Namun masih sering kita temui masalah rujukan pelayanan rumah sakit yang terjadia ketidak tepatan dalam rujukan yang dialami oleh IGD Rumah Sakit dan Klinik-klinik di Batam. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahuai penyebab ketidak tepatan atau penyimpangan dalam rujukan FKTP yang terjadi di kota Batam.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa BPJS selalu menghimbau pimpinan dan dokter klinik untuk menahan laju rujukan yang relatif tinggi (berdasarkan asumsi yang banyak beredar di kalangan klinik dan tenaga medis baik di rumah sakit dan klinik). Dan rujukan non spesialistik yang rationya tidak lebih boleh lebih dari 15% agar tidak berdampak pada turunnya jumlah kapitasi (pasien kepesertaan BPJS kesehatan dalam tiap bulannya) yang dimiliki klinik. Disarankan Saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian merupakan peningkatkan kualitas atau mutu tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan, mengadakan sosialisasi terhadap aturan-aturan kebijakan secara berkesinambungan mengingat agar terhindari dari konflik dalam pelayanan, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan. Dan perlu adanya edukasi akan sebuah sistem dan aturan pelayanan untuk mengatasi masalah rujukan dan mengembalikan peran dokter umum sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan tingkat primer.

One of the problems of the health referral system that regulates the delegation of tasks and responsibilities on a reciprocal basis, as well as the structural and functional aspects of illness in health problems is also happening in the city of Batam. To overcome this the health care system in the era of BPJS Health prioritizes the optimization in first-rate health facilities (FKTP), such as health centers, clinics, and individual practice physicians in collaboration with BPJS Health in providing health services for the community. But still we often encounter the problem of hospital service referral that happened inaccurate in the references experienced by IGD Hospital and Clinics in Batam. The purpose of this research is to know the cause of inaccuracy or deviation in FKTP reference that occurred in Batam city.
The results found that BPJS always appealed to clinical leaders and clinicians to withhold relatively high referral rates (based on widely circulated assumptions among clinics and medical personnel in hospitals and clinics). And non-specialist referrals whose ration is no more than 15% in order not to affect the decrease in the number of capitals (monthly health membership BPJS patients) owned by the clinic. Suggested suggestions that can be submitted in relation to the results of the study is to improve the quality or quality of health personnel in health services, socialization of policy rules continuously in order to avoid the conflict in service, increasing the competence of health workers. And there is need for education of a system and rules of service to overcome the problem of referrals and return the role of general practitioners as the spearhead of primary health care.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>