Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121237 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herlinda Ekapraja
"Initiation of joint attention merupakan kemampuan dasar yang diperlukan individu dalam berinteraksi secara sosial. Kemampuan ini melibatkan aspek bahasa, komunikasi, dan interaksi sosial, yang merupakan area defisit utama pada individu dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan modifikasi perilaku melalui penerapan prompting dan reinforcement oleh ayah dapat meningkatkan kemampuan initiation of joint attention pada anak dengan ASD. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah DFM, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dan duduk di kelas IV sebuah sekolah dasar negeri inklusi di Jakarta Timur. DFM didiagnosa PDD-NOS saat berusia 2,5 tahun. Program intervensi dilaksanakan dalam 23 sesi dengan terlebih dahulu melatih ayah subjek untuk menerapkan prosedur prompting dan reinforcement. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program intervensi yang dijalankan tidak efektif dalam meningkatkan kemampuan initiation of joint attention pada subjek. Prosedur prompting dan reinforcement belum berhasil diterapkan dengan tepat dan konsisten oleh ayah. Kesiapan ayah dalam menerima pelatihan, kemampuan anak dalam memproses tatapan mata, dan kondisi keluarga subjek merupakan sebagian faktor yang mempengaruhi hasil penelitian. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meningkatkan intensitas pelatihan kepada ayah sebagai persiapan intervensi, dan evaluasi terus-menerus sepanjang intervensi.

Initiation of joint attention has been considered essential in the establishment of human social interaction. Three aspects are involved in this skill, namely communication, language, and social interaction. These are areas found to be deficit in autistic individuals. This research aimed to determine the effectiveness of father-implemented behavior modification in improving initiation of joint attention on a child with autism. The procedures involved were prompt and reinforcement. The subject of this research was a 10-year old boy who was diagnosed with PDD-NOS at the age of 2.5 years. He is now a 4th-grade-student in an inclusive public school. The intervention program was conducted in 23 sessions, with father`s training preceding the initial intervention. The research resulted in the ineffectiveness of the program. Father-implemented behavior modification`s procedures were found to be non-optimal. Father`s readiness in taking instructions, child`s ability in perceiving eye gaze, and family condition were amongst factors considered to be contributing to the results of the research. Intensifying father`s training preceding intervention and continuous evaluation during intervention were suggested for future research."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Gita Mardian
"Anak-anak dengan autism spectrum disorder (ASD) mengalami hambatan dalam komunikasi dan interaksi sosial. Salah satu defisit yang tampak adalah kurangnya joint attention, padahal kemampuan tersebut penting bagi anak untuk membangun komunikasi serta interaksi timbal balik dengan orang lain. Developmental, Individual Differences, Relationship-Based (DIR)/Floortime merupakan salah satu intervensi bagi anak-anak dengan masalah perkembangan seperti ASD dalam mengembangkan JA dalam interaksi sosial, sebagai hasil dari keterlibatan dan hubungan yang terjalin antara pengasuh dan anak.
Maka dari itu, penelitian ini bermaksud untuk mengevaluasi penerapan prinsip-prinsip DIR/Floortime untuk meningkatkan JA dalam interaksi sosial anak laki-laki berusia 7 tahun 4 bulan dengan ASD (level 1), dengan melibatkan nenek sebagai pengasuh utama. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip DIR / Floortime mampu meningkatkan JA dalam interaksi sosial anak dengan ASD yang terukur dari peningkatan frekuensi dan kualitas JA, jumlah siklus komunikasi, serta peningkatan skor pada alat ukur FEAS.

Children with autism spectrum disorder (ASD) encounter difficulties in social communicating and interacting. One of deficits that is seen is the deficient of joint attention (JA), whereas JA is important for children for developing communication and reciprocal interaction with other people. Developmental, Individual Differences, and Relationship-Based (DIR)/Floortime is one of the interventions which can help children with developmental problem such as ASD in developing JA, as a result of engagement and relationship of child and responsive caregiver.
Thus, this study is interested in evaluating the application of DIR/Floortime principles to improve JA in social interaction of a seven-year-old Indonesian boy with ASD (level 1), by involving his grandmother as his primary caregiver. This results showed that the application of DIR / Floortime principles is able in improving JA in social interaction of a child with ASD, as reflected in the enhancement on frequency and quality of JA, number of circle of communication, and the scoring enhancement of FEAS instrument.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danar Tri Kusuma Ramdani
"Berbagai literatur mengemukakan bahwa joint attention merupakan defisit yang khas dialami anak dengan autism spectrum disorders (ASD). Joint attention merupakan dasar utama dari perkembangan sosial-komunikasi anak, dan anak dengan ASD umumnya mengalami masalah dalam hal ini (Volkmar, 2007). Pivotal response training (PRT) merupakan salah satu bentuk intervensi yang dapat diterapkan untuk membantu anak dengan ASD meningkatkan kemampuan joint attention. Penelitian ini menggunakan desain single-subject untuk melihat apakah penerapan PRT secara efektif dapat meningkatkan kemampuan joint attention pada anak dengan ASD. Penerapan teknik PRT akan dilakukan oleh ibu. Hasil menunjukkan bahwa terdapat peningkatan perilaku joint attention setelah diterapkannya intervensi PRT oleh ibu.

Various literatures have been explaining that joint attention deficiency is unique to children with autism spectrum disorders (ASD). Joint attention is the main fundamental for social-communication development of children, and children with ASD usually have problem with this skill (Volkmar, 2007). Pivotal response training (PRT) is one of the interventions that can be used to increase joint attention skill. This current study used single-subject design to find whether PRT is effective to increase joint attention skill for child with ASD. PRT intervention is used by the mother. Results indicated the increase of joint attention after PRT intervention have been used.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfani Prima Kusumasari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas stimulasi penggunaan foto terhadap kemampuan menggosok gigi anak autis usia sekolah. Metodologi penelitian kuantitatif kuasi eksperimen dengan menggunakan desain subyek tunggal (single subject design). Sebanyak tiga orang responden yang merupakan anak autis usia sekolah beserta orangtua mereka berpartisipasi dalam penelitian ini. Intervensi diberikan menggunakan rangkaian foto mengenai tahapan dalam menggosok gigi setelah terlihat trend kemampuan pada fase baseline. Pengukuran kemampuan menggosok gigi dilakukan pada fase baseline, intervensi, maintenance, dan generalisasi. Hasilnya, kemampuan menggosok gigi pada ketiga anak meningkat setelah dilakukan intervensi dan menetap pada fase generalisasi.

The aim of this research is to know the effectiveness of stimulation using photograph to the ability of school-age children with autism in performing oral hygiene. The methodology used in this research is quantitative approach using quasi experiment, single subject design. There are three school-age children with autism together with their parents participated in this research. Intervention is given to the children right after the exact trend has measured in the baseline phase. Measurements are done in baseline, intervention, maintenance, and generalization phase. Result showed that the ability of those children is increasing after given the intervention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muliana
"Pola asuh merupakan serangkaian interaksi intensif yang melibatkan orang tua dan anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik orang tua dengan jenis pola asuh dalam merawat anak penyandang autisme. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan melibatkan 49 orang tua yang mempunyai anak autisme (6-12 tahun) di wilayah Jakarta Selatan. Instrumen yang digunakan adalah Parenting Styles and Dimensions Questionnaire-Short Form (PSDQ). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden (53,1%) menggunakan pola asuh permisif. Hasil uji Chi Square menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik orang tua dengan jenis pola asuh (p>0.05, α=0.05). Namun, karakteristik orang tua mungkin dapat mempengaruhi jenis pola asuh yang digunakan oleh orang tua. Perbedaan nilai-nilai budaya dan karakteristik orang tua menjadikan pola asuh dimasing-masing daerah berbeda. Penelitian ini merekomendasikan untuk diadakannya kerjasama antara pihak sekolah, klinik, dan orang tua dalam memberikan informasi terkait jenis pola asuh yang digunakan oleh orang tua dan dampaknya bagi perkembangan anak autisme.

Parenting is series of intensive interaction that involves parents and children. This study purposed to examine the relationship between parental characteristics with type of parenting style in caring for children with autism. This study used a correlation descriptive design and involved 49 samples of parents who have children with autism (6-12 years old) in South Jakarta. This study using the instruments used the Parenting Styles and Dimensions Questionnaire-Short Form (PSDQ). The results of this study indicated that the majority of respondents (53.1%) using permissive parenting style. Based on Chi Square test, there was no significant relationship between parental characteristics with type of parenting style (p>0.05, α= 0.05). However, parental characteristics may influence the type of parenting style that used by parents. The difference of cultural and parental characteristics make parenting style in each of the different regions. This study recommends the holding of cooperation between the schools, clinics, and parents in providing information related to the type of parenting that used by parents and its impact on the development of children with autism."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Autism a behaviorally defined disorder which occurs within the first three years of life first discribed by Leo Kanner. Autism is a life a life - long, complex and severe disorder...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Peeters, Theo
Jakarta : Dian Rakyat, 2004
616.898 2 PEE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyandang autis di Indonesia diperkirakan jumlahnya meningkat mengingat bahwa sudah banyak anak-anak di sekeliling kita yang menderita autisme (Kasran,2003), walaupun belum ditemukan jumlah yang pastikarena belum banyak hasil penelitian tentang autisme dan sulitnya memperoleh data...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila Abdullah Mashabi
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris tentang pola makan dan hubungan antara pengetahuan gizi ibu
dengan pola makan anak autis. Penelitian ini dilaksanakan di tiga sekolah khusus gangguan perkembangan anak di
wilayah Jakarta Selatan, yaitu: (1) Sekolah Dasar Khusus “Pantara”, (2) Sekolah Khusus ”Permata Hati”, dan (3)
Sekolah Khusus Terpadu ”Mandiga”, pada April-Mei 2005. Sampel penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang
mempunyai anak autis usia sekolah, yaitu 7–13 tahun. Sampel yang diambil sebanyak 30 orang yang dipilih secara
acak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan dengan
metode survei. Pengujian hipotesis menggunakan persamaan regresi diperoleh Ŷ = 50,50 + 1,29X. Hubungan antara
kedua varibel dinyatakan oleh koefisien korelasi rxy= 0,57. Uji keberartian korelasi terlihat bahwa thitung = 3,65 lebih
besar dari ttabel= 1,70 yang berarti koefisien korelasi 0,57 adalah berarti. Koefisien determinasi yang diperoleh (rxy)² =
0,32, hal ini berarti bahwa 32,19% pola makan anak autis ditentukan oleh pengetahuan gizi ibu.
Relationship between Maternal Nutrition Knowledge with Diet Autistic Child. This research aims to get empirical
data on eating pattern and the relation between mother knowledge of nutrition with autis child food consumption. This
research was executed in three special schools of child growth trouble, that is: (1) Special Elemantary School of Pantara
(2) Special School of Permata Hati and (3) Special School of Mandiga all are un South Jakarta, in April–May 2005.
This research sample done at housewife having child of school age autis, that is 7-13 years. Sample that is accurate 30
persons who selected at random in this case. Sampling technique applied is technique purposive sampling. Hypothesis
test conducted by using equation of Y regresi = 50.50 + 1.29X. Equation show result which are positive between
accurate variable. Correlation coefficient (rxy) between mother knowledge of nutrition with autis child consumption is
equal to 0.57, later then got determinasi coefficient by correlation square (rxy)2 obtained by value 32.19%. Calculatioan
of coefficient determinasi above indicating that autis child food consumptioan determined by mother knowledge on
nutrition equal to 32.19%."
Universitas Negeri Jakarta. Fakultas Teknik, , 2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ainina Novara
"Anak dengan autism spectrum disorder (ASD) memiliki kemampuan komunikasi yang belum berkembang optimal karena adanya gangguan pada masa perkembangan. Mereka memiliki cara meminta yang kurang tepat, misalnya menampilkan perilaku yang kurang sesuai sebagai bentuk permintaan. Diperlukan cara lebih efektif untuk mengganti perilaku meminta yang kurang tepat pada anak dengan ASD. Picture Exchange Communication System (PECS) merupakan sistem komunikasi berbasis gambar yang dirancang untuk membantu meningkatkan kemampuan komunikasi fungsional anak dengan ASD. PECS memungkinan anak untuk berkomunikasi dengan cara menukarkan kartu untuk mendapatkan keinginan dan kebutuhannya yang dilatih menggunakan reinforcement, prompt, dan error-correction. Pada penelitian ini, terdapat dua subjek anak dengan ASD, yakni laki-laki berusia 8 dan perempuan berusia 9 tahun dengan kemampuan komunikasi verbal yang terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan program intervensi PECS fase dua dalam meningkatkan kemampuan komunikasi. Desain penelitian yang digunakan adalah single subject research design dengan metode pengukuran pre dan post intervensi. Program intervensi PECS fase dua merupakan kelanjutan dari intervensi PECS fase satu yang sebelumnya dilakukan. Hasil dari intervensi ini menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan anak dalam melakukan PECS fase dua sebelum dan sesudah intervensi. Hasil ini dipengaruhi oleh faktor karakteristik anak, motivasi terkait reinforcement, serta dukungan orang tua.

Children with autism spectrum disorder (ASD) have communication difficulties due to developmental disorders. They have inappropriate ways to communicate, such as displaying aggressive behavior as a form of request. Therefore, a more effective way to replace inappropriate behaviors in children with ASD is required. Picture Exchange Communication System (PECS) is a communication system designed to help improve the functional communication skills of children with ASD. PECS allows children to communicate by exchanging cards to get their wants and needs which are trained using reinforcement, prompt, and error-correction. In this study, there were two children with ASD (8 years-old boy and 9 years-old girl) with limited communication skills. The purpose of this study was to determine the effectiveness of PECS phase two in improving children communication skills. This study used single subject research design with pre and post intervention measurement method. The PECS phase two program is a follow-up intervention to the previously implemented PECS phase one program. The results of this intervention showed that there was an increase in children's ability to perform PECS phase two before and after the intervention. This result was influenced by child characteristics, motivation, and parental support."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>