Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119999 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sofyan Yamin
"Nuansa kebijakan pengentasan orang miskin selama ini terkesan menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dengan peran Negara yang sangat dominan. Meskipun tingkat kemiskinan menurun tapi tidak terlalu signifikan. Revitalisasi pengentasan orang miskin dengan mendorong faktor non ekonomi dan partisipasi masyarakat menjadi sangat penting. Penelitian sebelumnya seperti Narayan dan Pritchett (1997), Grootaert (1998), Krishna dan Uphoff (1999) mengkonfirmasi bahwa modal sosial dinilai sebagai jembatan yang memfasilitasi kerjasama lebih baik dalam penyediaan pelayanan serta memberikan keuntungan kepada semua anggota masyarakat dan komunitas.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa peran modal sosial terkait dengan bonding dan bridging dalam mendorong pengentasan orang miskin dan melindungi kerentanan kelompok miskin. Dengan menggunakan data BPS Susenas 2012 Modul Sosial Budaya dan Pendidikan dan dengan mengaplikasikan model ekonometrik persamaan simultan (untuk menghilangkan permasalahan endogeinity problem antar variable antara modal sosial dan kondisi kemiskinan) menunjukan bahwa modal sosial melalui dimensi bonding (jaringan pertemanan, saudara dan bertetangga) dan dimensi bridging (jaringan perkumpulan) terbukti secara empiris mempunyai peran penting dalam mengurangi kedalaman kemiskinan dan juga mampu mendorong orang miskin keluar dari kemiskinan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Woolcock dan Narayan (2000) bahwa rumah tangga miskin akan keluar dari garis kemiskinan bila memiliki peran sinergi yang tidak terpisahkan antara modal sosial bonding dan bridging yang tinggi. Mengingat masyarakat Indonesia mempunyai minat tinggi (82.3%) untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan (BPS, 2013). Maka pendekatan pengentasan orang miskin berbasis modal sosial sudah sepantasnya perlu diperhatikan oleh pembuat kebijakan.

The poverty alleviation program that formulated by government had focussed on economical approach, in which government took a dominant role. Poverty rate has been reduced, but not in significant way. Revitalization of poverty alleviation programs by promoting non-economic factors and participation of community becomes important. Previous studies, such as Narayan dan Pritchett (1997), Grootaert (1998), Krishna and Uphoff (1999) confirmed that social capital has taken role as a bridge which facilitate a better cooperation in providing service and give benefits for the community.
This study aims to analyze the role of social capital related to the bonding and bridging dimension in promoting poverty alleviation and protecting the poor from vulnerability. This study uses BPS Susenas 2012 data, Social Culture and Education Modul. Using the simultaneous equation model to facilitate the endogeneity problem between social capital and poverty variable, the bonding and bridging dimension has showed the significant effect to decrease the vulnerability and pulled out the poor from the poverty line.
This result is in line with Woolcock and Narayan (2000) that the poor would be able to leave the poverty line if they maintain high bonding and bridging level. The Indonesians showed high willingness (82.3%) to participate in social activity (BPS, 2013), therefore social capital approach should be considered by policy maker to formulate poverty alleviation program."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Algiffary Riony
"Indonesia adalah salah satu negara yang paling beragam di dunia, secara etnis maupun secara agama. Kolektivisme di antara masyarakat di Indonesia juga masih kuat. Di samping itu, tingkat penurunan kemiskinan sudah melambat, disebabkan oleh penurunan kemiskinan di daerah pedesaan yang lambat dibandingkan di perkotaan. Dengan latar belakang tersebut, saya termotivasi untuk menganalisa bagaimana modal sosial mempengaruhi peluang miskin seseorang. Saya menggunakan kepercayaan sebagai ukuran modal sosial. Data yang saya gunakan berasal dari IFLS, dimana sebelumnya disesuaikan dengan IRT, dan diagregasikan pada level distrik. Sebagai perbandingan, saya juga menggunakan partisipasi masyarakat sebagai ukuran modal sosial. Saya meregresikan kemiskinan pada tingkat rumah tangga dengan modal sosial dan determinan kemiskinan sebagai variabel kontrol. Saya juga menambahkan variabel interaksi antara subsidi pemerintah dan modal sosial untuk melihat interaksi keduanya. Hasil dari analisis saya menunjukkan bahwa kemiskinan tidak mempunyai dampak signifikan terhadap peluang miskin dan kebijakan kemiskinan pemerintah.

Indonesia is one of the most diverse countries in the world, ethnically and religiously. Collectivism is also very prevalent inside the societies in the country. The rate at which poverty rate is going down is slowly halting. This phenomenon is mainly caused by the drop of poverty rate in rural areas not going down as fast as it is in the urban areas. Motivated by these facts, I try to analyze how social capital affects poverty incidence in Indonesia. I use trust as a measure for the level of local social capital. To do this, I use trust data from IFLS adjusted using IRT to better reflect the real level of trust, and aggregate the data in district level. For comparison, I also used social participation as a proxy of social capital. Furthermore, I regressed incidence of poverty at household level against the aggregated trust, as well as social participation, and a set of control variables consisted of theoretized poverty determinants. I also add the interaction between government subsidies and social capital to see how the two interact. The result suggests that social capital doesn`t have a substantial impact on poverty incidence and government policies."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agung Lazuardi
"Studi ini ingin melihat bagaimana pengaruh modal sosial terhadap probabilitas rumah tangga menjadi miskin di Indonesia. Dengan menggunakan metode probit pada data Indonesia Family Life Survey IFLS wave 5 tahun 2014, penelitian ini menemukan bahwa modal sosial bridging, yang diwakili oleh partisipasi rumah tangga pada arisan, koperasi, ataupun simpan pinjam desa dalam 12 bulan terakhir, signifikan mengurangi probabilitas rumah tangga menjadi miskin. Selain itu dengan metode ordinary least square OLS ditemukan pula bahwa modal sosial berpengaruh signifikan positif terhadap pengeluaran rumah tangga. faktor lain, seperti: sosial demografi, modal manusia, modal fisik, dan modal finansial yang signifikan mempengaruhi probabilitas rumah tangga menjadi miskin. Akan tetapi, ditemukan bahwa modal sosial bonding berupa bantuan dari kerabat terdekat tidak signifikan mempengaruhi probabilitas rumah tangga menjadi miskin.

This study attempts to learn how social capital affects the households probability of being poor in Indonesia. By using probit method and utilizing the data of Indonesia Family Life Survey IFLS wave 5, this study discovered that social capital bridging, which is participation household in arisan, cooperation, and local microcredit for the last 12 months, statistically and significantly lower the household's probability of being poor. In addition, by using OLS method, this study confirms that social capital significantly increase household's per capita expenditure. Furthermore, this study reavealed that other factors such as social demographic, human capital, physical capital, and financial capital statistically and significantly affect the household's probability of falling into poverty. However, social capital bonding, which is realized by assistances of their closest relatives, does not statistically and significantly affect the the household's probability of becoming poor."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Dhani Syarif
"Dalam beberapa tahun terakhir, laju pengurangan kemiskinan relatif lebih lambat karena tingkat kemiskinan telah menurun. Ini karena kebijakan pengentasan kemiskinan hanya fokus pada modal fisik, modal finansial dan modal manusia. Karena itu, revitalisasi kebijakan dengan mendorong modal sosial adalah penting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran ikatan modal sosial dan menjembatani dalam mendorong pengentasan kemiskinan yang dinamis di Indonesia menggunakan metode logistik tertata dan studi lapangan. Hasilnya menunjukkan bahwa menjembatani modal sosial berperan dalam mengurangi kemungkinan rumah tangga jatuh ke dalam kemiskinan. Sementara itu, modal ikatan sosial ditemukan hanya berperan dalam mengurangi kemungkinan rumah tangga menjadi miskin di wilayah desa.

In recent years, the pace of poverty reduction has been relatively slower because poverty rates have declined. This is because poverty alleviation policies only focus on physical capital, financial capital and human capital. Therefore, revitalizing policies by encouraging social capital is important. This study aims to analyze the role of social capital ties and bridging in encouraging dynamic poverty reduction in Indonesia using orderly logistics methods and field studies. The results show that bridging social capital plays a role in reducing the likelihood that households fall into poverty. Meanwhile, social bond capital was found to only play a role in reducing the likelihood of households becoming poor in the village area."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Wisnu Utomo
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini, penulis berusaha mengkaji hubungan antara ekspektasi orang tua dan keikutsertaan anak dalam pendidikan tinggi di Indonesia. Tak hanya ekspektasi orang tua, penulis juga ingin sedikit berkontribusi di topik tentang pendidikan tinggi dengan menguji hubungan antara modal sosial dan keputusan untuk melanjutkan kuliah karena penelitian yang mencoba menghubungkan ekspektasi oran tua, modal sosial dan partisipasi dalam pendidikan tinggi di Indonesia masih langka. Dengan menggunakan IFLS Indonesia Family Life Survey gelombang 4 tahun 2007/2008 dan gelombang 5 2014/2015 , penulis menemukan bahwa ekspektasi orang tua memiliki hubungan yang positif dengan partisipasi anak dalam pendidikan tinggi. Lebih lanjut, dua variable partisipasi masyarakat yang penulis gunakan untuk mengukur modal sosial juga menunjukan hubungan yang signifikan. Regresi Logistik juga menunjukan bahwa umur, status pernikahan, gender, etnis, agama, kapasitas akademik sang anak, pendidikan orang tua, kesejahteraan dan lokasi merupakan factor-faktor yang signifikan. Hasil penelitian yang menarik adalah, bahwa di Indonesia, perempuan memiliki peluang untuk melanjutkan pendidikan tinggi lebih besar daripada laki-laki dan pernikahan dini merupakan hambatan terbesar dalam pendidikan tinggi.

ABSTRACT
In this research paper, I attempt to investigate the correlation between parental expectation and postsecondary education enrolment in Indonesia. Not only parental expectation, I also aim to shed a light in higher educational attainment topic by examine the correlation between social capital and the enrolment decision because the studies that connecting parental expectation and social capital to postsecondary education enrolment were not many, especially in Indonesia. Using fourth and fifth wave of IFLS Indonesia Family Life Survey in 2007 2008 and 2014 2015, I find that parental expectation has a positive connection with the postsecondary education enrolment. In addition to that, two community participation variables from the dataset that I use to measure social capital also shows a significant relationship. Furthermore, the logistic regression also shows that age, marriage status, gender, ethnicity, religion, student rsquo s academic capacity, parent rsquo s education, wealth, and location are significant determinants. I also find interesting results that in Indonesia, girls are more likely to participate in postsecondary education compared to boys, and early marriage is the biggest obstacle to the higher education enrolment."
2015
T47517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Wisnu Utomo
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini, penulis berusaha mengkaji hubungan antara ekspektasi orang tua dan keikutsertaan anak dalam pendidikan tinggi di Indonesia. Tak hanya ekspektasi orang tua, penulis juga ingin sedikit berkontribusi di topik tentang pendidikan tinggi dengan menguji hubungan antara modal sosial dan keputusan untuk melanjutkan kuliah karena penelitian yang mencoba menghubungkan ekspektasi oran tua, modal sosial dan partisipasi dalam pendidikan tinggi di Indonesia masih langka. Dengan menggunakan IFLS Indonesia Family Life Survey gelombang 4 tahun 2007/2008 dan gelombang 5 2014/2015 , penulis menemukan bahwa ekspektasi orang tua memiliki hubungan yang positif dengan partisipasi anak dalam pendidikan tinggi. Lebih lanjut, dua variable partisipasi masyarakat yang penulis gunakan untuk mengukur modal sosial juga menunjukan hubungan yang signifikan. Regresi Logistik juga menunjukan bahwa umur, status pernikahan, gender, etnis, agama, kapasitas akademik sang anak, pendidikan orang tua, kesejahteraan dan lokasi merupakan factor-faktor yang signifikan. Hasil penelitian yang menarik adalah, bahwa di Indonesia, perempuan memiliki peluang untuk melanjutkan pendidikan tinggi lebih besar daripada laki-laki dan pernikahan dini merupakan hambatan terbesar dalam pendidikan tinggi.

ABSTRACT
In this research paper, I attempt to investigate the correlation between parental expectation and postsecondary education enrolment in Indonesia. Not only parental expectation, I also aim to shed a light in higher educational attainment topic by examine the correlation between social capital and the enrolment decision because the studies that connecting parental expectation and social capital to postsecondary education enrolment were not many, especially in Indonesia. Using fourth and fifth wave of IFLS Indonesia Family Life Survey in 2007 2008 and 2014 2015, I find that parental expectation has a positive connection with the postsecondary education enrolment. In addition to that, two community participation variables from the dataset that I use to measure social capital also shows a significant relationship. Furthermore, the logistic regression also shows that age, marriage status, gender, ethnicity, religion, student rsquo s academic capacity, parent rsquo s education, wealth, and location are significant determinants. I also find interesting results that in Indonesia, girls are more likely to participate in postsecondary education compared to boys, and early marriage is the biggest obstacle to the higher education enrolment."
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ide Juang Humantito
"Tesis ini membahas keterkaitan ketersediaan infrastruktur terhadap persentase penduduk miskin. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif regresi data panel dengan variabel dependen adalah persentase penduduk miskin dan variabel independen adalah jumlah SD, jumlah SMK, cakupan jumlah puskesmas keliling, dan kapasitas produksi efektif perusahaan air bersih serta panjang jaringan distribusi listrik dan cakupan jalan per provinsi. Variabel kontrol yang digunakan adalah Distribusi Persentase PDRB tanpa Migas atas Dasar Harga Konstan 2000 Lapangan Usaha Pertanian, Laju Pertumbuhan PDRB, Tingkat Inflasi, Kredit Bank Umum berdasarkan Lokasi Bank Penyalur dibagi dengan PDRB tanpa migas atas dasar harga konstan 2000, Rata - Rata Besarnya Anggota Rumah Tangga, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dari Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas, Angka Partisipasi Sekolah umur 7-12 dan Persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu menurut provinsi.
Hasil penelitian menunukkan bahwa seluruh variabel independen ketersediaan infrastruktur berpengaruh signifikan dan negatif terhadap variabel persentase penduduk miskin. Disarankan kepada Pemerintah agar dalam perencanaan pembangunan infrastruktur yang bertujuan untuk mengurangi prosentase penduduk miskin, dapat menyusun prioritas berdasarkan nilai koefisien variabel independen yang membentuk model, berturut - turut yaitu cakupan jumlah puskesmas keliling, cakupan panjang jalan, jumlah SMK, jaringan distribusi listrik, jumlah SD dan kapasitas produksi efektif perusahaan air bersih.

The objective of this research is to analyze the relationship between the availability of infrastructure and poverty in Indonesia using econometric model of panel data regression model of 26 provinces for the years 2001 - 2007. The dependent Variable used is percentage of population below poverty line, and the independent variables used are the number of Primary School (SD), the number of Vocational Senior Secondary School (SMK), Mobile Health Center Coverage, Effective Production Capacity of Clean Water Company, Electric Energy Distribution Network and Road Coverage. The controlled variables used are Percentage Distribution of GRDP without Oil and Gas at 2000 Constant Price by Industrial Origin of Agriculture, Growth Rate of GRDP at 2000 Constant Price, Inflation Rate, Credit of Commercial Bank based on Location of Banks divided by GRDP without Oil and Gas at 2000 Constant Price, Average Household Size, Labor Force Participation Rate, School Enrollment of population aged 7-12 years and Percentage of Population Who had Health Complaint During The Previous Month.
Based on the result of this research, all the independent variables of infrastructure availability have a significant and negative relationship to percentage of population below poverty line. According to this conclusion, the government should continue to improve the quantity and availability of infrastructure in the sector of education, health, transportation, electric energy and clean water to eradicate poverty in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T28774
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Malau, Andi William Ade Putra
"Studi ini bertujuan untuk mengindentifikasi dan menganalisis kontribusi infrastruktur transportasi yang terbagi dari rel, jalan, dan air terhadap pengurangan kemiskinan di tujuh negara di Asia Tenggara yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Filippina, Laos, Kamboja, dan Myanmar. Infrastruktur Transportasi mempunyai peran penting dalam perkembangan Ekonomi dan pengurangan kemiskinan, seperti diketahui bahwa Infrastruktur Transportasi adalah salah satu factor yang penting untuk perkembangan Ekonomi di sebuah negara dan menjadi salah satu pertimbangan dalam melihat pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi. Studi ini akan menggunakan panel data 2004-2014 untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari Infrastruktur Transportasi terhadap pengurangan kemiskinan. Melalui panel data analisis, hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang jalan beraspal berpengaruh secara signifikan dan mempunya korelasi negative terhadap kemiskinan.

This study aims to identify and analyze the contribution of transport infrastructure that consist of Rail, Road, and Water Transport to the poverty alleviation in seven ASEAN countries, which are Indonesia, Malaysia, Thailand, Philippines, Laos, Cambodia, and Myanmar. The question on the role of transport infrastructure in the economic development and poverty reduction has been debated among academicians and policy makers. Transportation infrastructure is one of the important factor to the economic development of a country and it is used as one the consideration that impacts the economic development. This Thesis will use annually panel data 2004 2014 to find out the impact and then the significance of each transportation infrastructure to poverty reduction. Through Fixed Effect Panel Data Analysis, the result implies that road length is negatively significant to the poverty alleviation and that give justification that infrastructure transportation improvement will accelerate the poverty reduction in Southeast Asia Countries.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S65603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neno Prayitno
"ABSTRAK
Modal sosial merupakan salah satu modal pembangunan yang memfokuskan pada upaya mendayagunakan relasi-relasi sosial. Sikap toleransi, saling percaya, saling menghormati merupakan modal sosial yang sangat penting untuk meningkatkan kerjasama dan kekompakan masyarakat demi tujuan pembangunan nasional. Sayangnya seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, relasi sosial antara sesama terancam semakin berkurang. TIK khususnya internet memang mampu mendekatkan hubungan sosial yang jauh, namun disisi lain seringkali malah justru menjauhkan yang dekat. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi internet saat ini dibarengi dengan semakin maraknya penyebaran berita bohong (hoax), ujaran kebencian dan merebaknya kejahatan siber yang berpotensi menurunkan sikap toleransi, sikap saling percaya sebagai komponen utama pembentuk modal sosial. Studi ini dilakukan untuk melihat pengaruh penggunaan internet oleh masyarakat terhadap modal sosial di Indonesia. Dengan menggunakan data utama yang bersumber dari Indonesian Family Life Survey gelombang lima (IFLS-5) tahun 2014, kajian menemukan bahwa penggunaan internet di masyarakat berpengaruh negatif terhadap indeks modal sosial masyarakat Indonesia. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa tingkat pendidikan dan wilayah (perkotaan/perdesaan) berpengaruh signifikan terhadap modal sosial. Hasil pengujian interaksi antara variabel penggunaan internet dan pendidikan menunjukan bahwa orang yang menggunakan internet dan berpendidikan lebih tinggi mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan golongan lainnya. Peran pemerintah
sangat dibutuhkan tidak hanya dalam hal pemerataan pembangunan infrastruktur TIK saja, namun juga dalam hal peningkatan kapasitas sumber daya manusia serta peran dalam menangani derasnya arus informasi dan mengatasi maraknya tindak kejahatan siber.

ABSTRACT
Social capital is one of development capital that focuses on efforts to utilize social relations. Tolerance, mutual trust, mutual respect are very important social capital to increase community cooperation and cohesiveness for the purpose of national development. Unfortunately along with the development of information and communication technology, social relations between people are threatened with
diminishing returns. ICTs, especially the internet, are indeed able to bring social relations far away, but on the other hand they often keep the close ones instead. It is undeniable that the development of internet technology is currently accompanied by the increasingly widespread spread of hoaxes, expressions of hatred and the spread of cyber
crime that has the potential to reduce the attitude of tolerance, mutual trust as the main components forming social capital. This study was conducted to see the effect of the use of the internet by the community on social capital in Indonesia. Using main data sourced from the fifth wave of the Indonesian Family Life Survey (IFLS-5) in 2014, the study found that the use of the internet in the community had a negative effect on the social capital index of the Indonesian people. The results also showed that the level of education and the region (urban/rural) had a significant effect on social capital. The results of testing the interaction between the variables of internet use and education show that people who use the internet and have higher education have a greater influence than other groups. The role of government is needed not only in terms of equitable distribution of ICT infrastructure development, but also in terms of enhancing the capacity of human
resources and the role in dealing with the swift flow of information and overcoming the rise of cyber crime."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ujianto Singgih Prayitno
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997, yang telah mempengaruhi sendi-sendi dasar kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung, kondisi perekonomian yang memburuk itu diperparah dengan datangnya musibah banjir, sehingga mereka mendapatkan tekanan besar dari kondisi perekonomian tersebut. Ketahanan ekonomi keluarga miskin ini diperlukan mengingat banyaknya kebutuhan yang paling pokok yang tidak bisa dipenuhi, seperti air bersih, tempat berteduh, fasilitas mandi-cuci-kakus yang sehat, fasilitas kesehatan dan pendidikan.
Penelitian dilakukan di masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung, yang hampir setiap tahun mengalami musibah banjir. Karakteristik pekerjaan golongan masyarakat berpenghasilan rendah ini bekerja pada sektor informal. Mereka mendapat tekanan yang besar, dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup, apakah ada peran modal sosial, baik yang dimiliki keluarga, dalam interaksi sosial kebertetanggaan, dan masyarakat umumnya terhadap ketahanan ekonomi keluarga, terutama menghadapi kondisi ekonomi keluarga yang memburuk. Ataukah justru modal sosial masyarakat menjadi tidak bekerja, yang termanifestasi dalam bentuk ketidakpercayaan, memudarnya kehidupan saling tolong menolong dan jaringan kerja sama ?
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah memadukan model kuantitatif dan kualitatif sekaligus. Melalui pendekatan kuantitatif, penelitian dilakukan melalui teknik survai, yang secara konseptual, dipakai untuk mengukur variabel-variabel yang merepresentasikan eksplanasi, dan kemudian mengujinya secara statistik. Sedangkan melalui pendekatan kualitatif, memusatkan perhatian pads prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan sosial manusia. Analisis dilakukan secara induktif, karena proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagaimana yang terdapat dalam data. Selain itu, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel.
Secara umum, analisis kuantitatif, baik melalui uji hipotesis ataupun korelasi ditemukan bahwa tidak ditemukan hubungan bermakna yang kuat diantara variabel-variabel yang diuji. Uji hipotesis menunjukkan penerimaan terhadap hipotesa nol (H0), kecuali untuk variabel informasi dan komunikasi yang hipotesa nolnya tidak terbukti, sehingga harus ditolak. Sementara itu, hasil uji korelasi memperlihatkan bahwa antara variabel ketahanan ekonomi keluarga dengan variabel kelompok dan jaringan kerja sama (.108), aksi kolektif dan bekerja sama (. 114), informasi dan komunikasi (.223), serta kohesi sosial dan inklusi sosial (.096) terdapat hubungan yang bermakna meskipun sangat lemah. Sedangkan melalui uji regresi memperlihatkan, bahwa variabel aksi kolektif dan bekerja bersama, dan variabel informasi dan komunikasi secara bersama-sama mempengaruhi ketahanan ekonomi keluarga (.317). Aksi kolektif dan bekerja bersama adalah variabel yang paling berperan dalam memprediksi ketahanan ekonomi keluarga (.204), kemudian diikuti variabel informasi dan komunikasi (.- 237).
Temuan dan analisis kualitatif yang telah dilakukan dalam penelitian ini secara umum menghasilkan kesimpulan, bahwa meskipun tidak ada modal sosial yang secara spesifik muncul di kalangan masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung, namun mereka memiliki ketersediaan modal sosial yang cukup baik, karena didalam interaksi sosial yang terjadi kepercayaan dan kebersamaan dalam interaksi antar warga masyarakat masih terbina, dan mereka tidak menjadi individualis. Hal ini terlihat dari penanganan masalah yang memerlukan penanganan bersama, seperti musibah kematian, pesta pernikahan, ataupun pesta lainnya, selalu dilakukan bersama-sama. Kebersamaan, saling pengertian, dan kepercayaan terhadap sesama anggota keluarga merupakan faktor penting yang mendukung ketahanan ekonomi keluarga.
Modal sosial dapat dipergunakan sebagai alat untuk melakukan assessment, terutama untuk mengetahui apakah di kepercayaan dan partisipasi di dalam komunitas itu besar atau kecil. Jika tingkat kepercayaan dan partisipasi warga masyarakat itu besar, maka kebijakan sosial, terutama bagi penanggulangan kemiskinan dapat dilaksanakan dan dapat diperkirakan program itu akan berhasil. Tetapi, jika ternyata tingkat kepercayaan dan partisipasi warga di dalam komunitas itu rendah, maka perlu dilakukan intervensi sosial, atau program-program sosial yang dapat meningkatkan kepercayaan sosial. Setelah kepercayaan dan partisipasi sosial warga memadai, barulah program-program penanggulangan kemiskinan dapat dilaksanakan. Program pemulihan kepercayaan perlu dilakukan, karena merupakan usaha penciptaan kondisi yang kondusif terhadap proses sosiabilitas, yang memungkinkan warga komunitas berpartisipasi dalam upaya peningkatan kehidupannya sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
D575
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>