Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151396 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Nurmayni
"Sistem komunikasi merupakan salah satu bagian penting pada Wireless Sensor Network (WSN), karena sistem komunikasi tersebut dapat mendukung proses pengiriman data traffic dari beberapa grup sensor traffic surveillance ke Base Station. Umumnya, Zigbee adalah standar yang digunakan untuk protokol komunikasi wireless dengan menggunakan radio digital berukuran kecil dan berdaya rendah yang memiliki standar IEEE 802.15.4.
Pada penelitian ini telah dirancang pemodelan scheduling protocol sensor AMR dan video kamera dengan menggunakan metode queueing CBQ (Class Based Queueing) dan algoritma scheduling WRR (Weighted Round Robin) untuk memperoleh performansi QoS (Quality of Service) sistem dari segi throughput, packet delivery ratio, dan packet loss rate yang lebih baik. Simulasi pemodelan scheduling protocol dilakukan menggunakan software Netwok Simulator (NS-2) dengan dua skenario simulasi yaitu skenario perubahan interval transmisi dan skenario perubahan ukuran payload paket data. Analisis yang dilakukan adalah saat sistem menggunakan pemodelan scheduling protocol yang dirancang dan tanpa scheduling protocol.
Hasil penelitian ini, diperoleh pada skenario perubahan interval transmisi mempunyai throughput paling bagus dari grup sensor video sebesar 36,008 Kbps pada interval transmisi 0,02 detik, packet delivery ratio sebesar 99,915 %, dan packet loss rate sebesar 0,0845 %. Sedangkan, pada skenario perubahan ukuran payload paket data diperoleh throughput grup sensor video sebesar 91,368 Kbps pada ukuran paket 100 byte, packet delivery ratio sebesar 99,94 % pada ukuran 50 byte, dan packet loss rate 0,06 % pada ukuran 50 byte. Pemodelan scheduling protocol pada penelitian ini dapat meningkatkan throughput rata-rata sekitar 96,80 % - 388,25 %, meningkatkan packet delivery ratio rata-rata sekitar 25,5 % - 51,6 %, serta mengurangi packet loss rate rata-rata sekitar 58,51 % - 73,16 %.

Communication system is an essential part in Wireless Sensor Network (WSN), because it supports sending traffic data between groups of traffic surveillance sensor and the base station. Generally, ZigBee is a standard that is used in wireless communication protocols using small-sized and low power digital radio which has the IEEE 802.15.4 standard.
In this research, the scheduling protocol modeling of AMR and camera video is proposed using CBQ (Class Based Queueing) queueing method and WRR (Weighted Round Robin) scheduling algorithm. The proposed modelling aim to obtain QoS (Quality of Service) system performance that is better throughput, packet delivery ratio and packet loss rate. This modelling schedulling protocol is simulated by using the Network Simulator (NS-2) software. The simulation scenarios are varying the transmission intervals and changing packet data payload size. The simulation analysis are comparing when use scheduling protocol modeling and without scheduling protocol modeling.
The result of this research are in transmission interval scenario achieved by video sensor group which have the best throughput is 36.008 kbps in transmission interval 0.02 second. The packet delivery ratio is 99.915%. The packet loss rate is 0.0845%. In payload size of packet data scenario, the best throughput achieved by video sensor group is 91.368 kpbs in the packet size of 100 byte. The packet delivery ratio is 99.94% in size of 50 byte. The packet loss rate is 0.06% in the packet size of 50 byte. Modeling of scheduling protocol in this research can improve QoS (Quality of Service) system. Increase average throughput is about 96.80 % - 388,25 %. Increase average packet delivery ratio is about 25,5 % - 51,6 %. Decrease average packet loss rate is about 58,51 % - 73,16 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T42893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Dewandaru
"Pada downlink LTE, scheduler merupakan elemen penting yang bertugas untuk mengatur pembagian RB untuk user yang berbeda dalam satu cell. RB adalah elemen terkecil yang bisa diatur oleh scheduler. Pengajuan Algoritma baru dilakukan dengan mempertimbangkan keseimbangan tradeoff antara nilai throughput dan fairness antaruser serta optimalisasi fairness. Algoritma diajukan dengan menggabungkan kelebihan dari scheduler round robin dan best CQI pada setiap time slot dengan optimalisasi fairness pada Best CQI. Algoritma round robin diletakkan pada time slot pertama dengan kontinuitas urutan user pada seluruh subframe. Algoritma best CQI ditempatkan pada time slot kedua dengan peningkatan nilai fairness. Pada pengambilan sampel pada titik SNR 15dB nilai throughput yang dihasilkan masing-masing scheduler adalah 61.2Mbps pada Best CQI, 48Mbps pada new scheduler, dan 32.3Mbps pada Round Robin. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa nilai throughput scheduler yang diajukan berada diantara nilai throughput best CQI dan round Robin. Dalam hal fairness, nilai fairness dihitung berdasarkan Jain?s fairness Index, yang menghasilkan nilai index 0.97 untuk index fairness pada scheduler baru yang diajukan pada SNR 15dB. Average queuing delay pada kondisi penggunaan oleh 20 user pada bandwidth 5MHz menunjukkan nilai 0.5ms untuk scheduler Round Robin, 0.94 ms untuk new scheduler, dan 29.38ms untuk scheduler Best CQI.

In downlink LTE, scheduler is an important element which assigns RB allocation for different users in a cell. RB is the smallest element which can be assigned by scheduler. This work proposes a new scheduler algorithm by considering the tradeoff balance between throughput and fairness among users. The proposed scheduler combines the benefit from the best CQI and Round Robin Scheduler. The first time slot applies a round robin algorithm in the basis of a continuity in user sequence at the entire subframes. The second time slot applies the best CQI algorithm with a fairness enhancement. At 15dB SNR, the throughput of each scheduler is 61.2Mbps for best CQI scheduler, 32.3Mbps for Round Robin scheduler, and 48Mbps for the proposed scheduler. Based on Jain's Fairness Index, the proposed scheduler has a fairness index of 0.97. For 20 users at 5MHz bandwidth, the average queuing delay gives the value of 5ms for Round Robin scheduler, 29.38ms for best CQI scheduler, and 0.94ms for the proposed scheduler.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Yudhistira
"Driver radio merupakan suatu perangkat lunak yang digunakan untuk menghubungkan dan mengatur fungsionalitas antara mikrokontroler dengan sistem radio yang digunakan pada suatu sistem IoT (Internet of Things). Tulisan ini membahas implementasi driver radio yang berbasis standar IEEE 802.15.4 dengan mikrokontroler berjenis ARM pada suatu sistem jaringan sensor sederhana. Sistem jaringan sensor dibuat untuk membantu menggambarkan fungsionalitas dari radio yang disediakan oleh driver. Jaringan sensor terdiri dari dua buah divais jaringan yang masing-masing dapat saling berkomunikasi secara nirkabel. Masing-masing divais jaringan menggunakan radio MRF24J40 sebagai transceiver-nya dan mikrokontroler ARM STM32F407VG. Driver yang dibuat dalam penelitian ini mengikuti standar yang dispesifikasikan oleh dokumentasi teknis 802.15.4-2003. Performa dari driver didapat dengan menganalisa hasil pengujian yang terdiri dari perhitungan Round Trip Time (RTT), Response Time, dan Throughput. Rata-rata nilai throughput untuk pengiriman 45-bit data adalah 41.263825 bit/s, 80-bit data adalah 72.7877 bit/s, dan 160-bit data adalah 143.01065 bit/s. Hasil pengujian menunjukkan bahwa driver sudah dapat menjalankan fungsinya cukup stabil, namun masih diperlukan evaluasi lanjut untuk mengoptimalkan waktu pengiriman pesan.

Radio's Driver is a software that help connecting and configuring some functionalities between microcontroller and radio system that is used in the IoT (Internet of Things) system. This paper describes the implementation of radio?s driver based on IEEE 802.15.4 standard with ARM microcontroller in the simple wireless sensor network. Wireless sensor network is made to help depict the functionality of the radio that is provided by the radio?s driver. Wireless sensor network is consisted by two network devices which can communicate wirelessly with each other. Each of the network device use MRF24J40?s radio as the transceiver and ARM STM32F407VG as the host microcontroller. The driver that is made in this research following the standard that is specified by technical documentation of 802.15.4-2003. The driver performance is obtained by analyzing testing results that consist of Round Trip Time (RTT), Response Time, and Throughput measurement. The average throughput for delivery of 45-bit data is 41.26 bit/s, 80-bit data is 72.78 bit/s, and 160-bit data is 143.01 bit/s. The testing result conclude that the driver is able to work fairly stable, but still need further evaluation to optimize message delivery time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Asvial
"In the case of downlink LTE, scheduler is an important element which assigns RB allocation for different users in a cell. RB is the smallest element which can be assigned by scheduler. This work proposes a new scheduler algorithm by considering the tradeoff balance between throughput and fairness among users. The proposed scheduler combines the benefit from the Best CQI and Round Robin Scheduler. The first time slot applies a Round Robin algorithm in the basis of a continuity in user sequence at the entire sub frames. The second time slot applies the Best CQI algorithm with a fairness enhancement. At 15dB SNR, the throughput of each scheduler is 61.2Mbps for Best CQI scheduler, 32.3Mbps for Round Robin scheduler, and 48Mbps for the proposed scheduler. Based on Jain’s Fairness Index, the proposed scheduler has a fairness index of 0.97. For 20 users at 5MHz bandwidth, the average queuing delay gives the value of 5ms for Round Robin scheduler, 29.38ms for Best CQI scheduler, and 0.94ms for the proposed scheduler."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Husni Safruddin
"ABSTRAK
Kebutuhan terhadap Broadband Wireless Access (BWA) menjadi sangat penting dalam sistem komunikasi saat ini dan masa depan. BWA menawarkan solusi yang fleksibel, efisien dan sangat efektif dari sisi biaya (cost-effective solution) dalam mengatasi problem pengembangan komunikasi pada area pedesaan. WiMAX adalah salah satu teknologi BWA masa depan yang didesain untuk melayani berbagai jenis trafik. WiMAX dapat memenuhi permintaan QoS pada berbagai aplikasi dan informasi melalui jaringan komunikasi. WiMAX juga dirancang untuk dapat menerapkan berbagai algoritma penjadwalan guna meningkatkan pelayanan terhadap permintaan kelas QoS yang berbeda. Algoritma
penjadwalan sangat penting dalam WIMAX guna pemakaian sumber daya radio secara efisien.
Pada tesis ini penulis melakukan simulasi untuk membandingkan kinerja algoritma penjadwalan Weighted Round Robin (WRR) scheduler dan the Temporary Removal Scheduler yang dikombinasikan dengan Round Robin (TRS_RR) pada kelas QoS rtPS dengan menggunakan Network Simulator (NS-2). Simulasi dilakukan pada beberapa modulasi. Berdasarkan pengamatan terhadap throughput dan jitter, ternyata WRR memiliki besaran throughput dan jitter yang sedikit lebih baik daripada TRS_RR pada berbagai modulasi yang disimulasikan.

ABSTRACT
The demand for Broadband Wireless Access (BWA) becomes more and more important for current and future communication systems. BWA offers a flexible, efficient and cost-effective solution especially to deploy in remote areas. WiMAX is the next generation of BWA technology that was designed to serve all kind of traffic. Therefore, WiMAX is required to fulfill QoS requirements of any applications and information passing over the network. WiMAX enable to use any
scheduling algorithms to improve their service on different QoS class. Scheduling algorithms are of utmost importance in WiMAX for efficient use of radio resources.
The focuss of this paper is to compare the performance between the Weighted Round Robin (WRR) scheduler and the Temporary Removal Scheduler that combined with Round Robin (TRS_RR) on the real-time Polling Service (rtPS) QoS class using the Network Simulator (NS-2). The simulation running in several modulation. Base on the throughput and jitter, WRR scheduler posses throughput and jitter small better compare with TRS-RR on overall simulation modulation."
2009
T26204
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Sri Sugesti
"Pertumbuhan pengguna Internet sangat signifikan selama hampir dua dekade terakhir ini. Pertumbuhan ini didukung oleh kemudahan instalasi perangkat serta fleksibilitas aksesnya. Teknologi pendukung yang demikian itu adalah WLAN. Ekspansi area cakupan WLAN menggunakan medium serat optik membentuk jaringan hibrida yang disebut WiLANoF menemui masalah pada protokolnya. Diperlukan suatu rekayasa protokol untuk menyelesaikan masalah tersebut. Transmisi aplikasi yang berbeda memiliki persyaratan yang berbeda pula. Aplikasi elastik menggunakan protokol 802.11g DCF, sedangkan aplikasi waktu nyata menggunakan 802.11e HCCA. Untuk menjaga throughput, delay yang dihasilkan dirancang agar tidak melebihi suatu nilai tertentu yang tergantung pada persyaratan aplikasi. Dalam riset ini diusulkan prosedur komputasi 802.11b/g yang mempermudah proses desain dan pengendalian protokol DCF WiLANoF. Di samping, itu diusulkan suatu pendekatan baru yaitu optimasi TXOP menggunakan metode Knapsack untuk menghasilkan utilisasi kanal yang tinggi pada protokol HCCA.
Hasil analisis penggunaan prosedur komputasi 802.11 b/g untuk aplikasi elastik pada WiLANoF menunjukkan bahwa delay bound dipengaruhi oleh kelas dan mode operasi WLAN, skema CSMA/CA serta ukuran frame. Delay pada teknologi ERP-OFDM skema basic access 483 µs dan RTS/CTS 649 µs, dicapai untuk kondisi panjang frame 1500 byte, panjang serat optik 3780 m dan timeout 43 µs. Untuk teknologi DSSS-OFDM 54 Mbps mengalami delay skema basic access 1,2 ms dan RTS/CTS 2,05 ms untuk kondisi panjang frame 1500 byte, panjang serat optik 21,7 km dan timeout 22,2 ms. Optimasi TXOP aplikasi waktu- nyata menggunakan metode Knapsack berfungsi untuk mengendalikan parameter delay sehingga utilisasi kanal maksimum dapat dicapai. Hasil yang diperoleh adalah 22 TXOP untuk 45 TU CFP dan 4 laju mandatory, sedangkan panjang serat optik mencapai 1700 m.

The growth of Internet users are very significant for the last two decades. This growth may be supported by the installation easiness and the access flexibility of the Internet technologies. Such supporting technologies are Wireless-Local Area Network (WLAN). The optical fiber applications in the expansion of WLAN coverage area which is then called WLAN-over-Fiber (WiLANoF) encounter some problems due to the protocols. To resolve such protocol problems, a protocol engineering is required. The transmission of different applications have different requirements. The elastic applications transmission is carried out by 802.11g DCF protocol, while the real-time applications is managed by 802.11e HCCA protocol. To maintain the network throughput, the resulting delay is designed not to exceed a certain value which depends on the application requirements. This research proposes a B/G computing procedure that simplify the design process and the control of WiLANoF DCF protocol. In addition, it is also proposed a TXOP optimation that uses Knapsack method to produce high channel utilization upon the HCCA protocol.
The analysis results using the B/G computational procedures for elastic applications show that the WiLANoF delay bound is influenced by the class and the operation mode of WLAN, the CSMA/CA scheme as well as the size of the payload frames. The delay of 54 Mbps ERP-OFDM is 483 µs using the scheme of basic access, while the RTS/CTS is 649 µs. The both results are achieved under the conditions of 1500 byte frame length, 3780 m optical fiber length and the 43 µs timeout. The delay of 54 Mbps DSSS-OFDM is 1.2 ms upon the scheme of basic access, while the RTS/CTS is 2.05 ms. The last couple results are under the circumstances of 1500 bytes frame length, 21.7 km optical fiber length and 22.2 ms timeout. The TXOP optimation using the Knapsack method for real-time applications, can be used to control the delay parameter so that the maximum channel utilization can be achieved. The results obtained are 22 TXOP to 45 TU CFP and 4 mandatory rates, while the length of the optical fiber reaches 1700 m.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1423
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susetyo Romadhoni
"ABSTRAK
Penerangan Lampu Jalan Umum (PLJU) yang dikelola secara cerdas mampu secara signifikan mengurangi penggunaan energi listrik untuk penerangan. Sehingga perlu dibangun suatu teknologi untuk monitoring dan controlling ribuan lampu jalan secara efektif. Penelitian ini merancang sebuah sistem lengkap yang terdiri dari node embedded system pada lampu sebagai device pengontrol dan pengirim data lampu serta node coordinator yang berfungsi mengumpulkan data serta mengirimkannya ke web server. Pada penelitian ini Device yang dikontrol ialah lampu LED 18 watt dengan power source 12 VDC, kemudian device yang mengontrol ialah Board Arduino Uno dengan Mikrokontroler ATMega 328. Sistem juga dilengkapi sensor-sensor yang berfungsi sebagai pendeteksi perubahan-perubahan parameter yang terjadi disekitar lampu jalan. Hasil pembacaan sensor kemudian dikirimkan ke Thingspeak API dengan memanfaatkan API Thingspeak kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik di dashboard. Selain itu terdapat fitur pemberitahuan melalui SMS dan juga twitter apabila terjadi kerusakan lampu ataupun baterai. Hasil data logging pemakaian daya lampu menunjukkan bahwa sistem ini lebih terjangkau dalam hal pemakaian energi dibandingkan lampu konvensional.

ABSTRACT
Public Street Lighting Lamps (PJU) managed intelligently able to significantly reduce the use of electricity for lighting. So it is necessary to build a technology for monitoring and controlling thousands of street lights effectively. This research is to design a complete system consisting of nodes embedded systems in the light as a device controller and the data sender light and coordinator node which serves to collect data and send it to the web server. In this study controlled device is 18 watt LED lamp with a power source 12 VDC, then device control board is the Arduino Uno with Microcontroller ATMega 328. The system is also equipped with sensors that function as detection parameter changes that occur around the street lights. Results of sensor readings is then sent to Thingspeak API by using the API Thingspeak then displayed in graphical form on the dashboard. In addition there is an SMS notification feature and also twitter the event of damage the lamp or batteries. Data logging results show that the lamp power consumption of the system is more affordable in terms of energy consumption than conventional lighting.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudiyanto
"Nilai Superframe Order Dan Beacon Order pada protokol IEEE 802.15.4 untuk menentukan besarnya paket data yang bisa ditransmisikan dalam setiap Superframe dan juga lamanya masa tidak aktif dalam setiap Superframe. Jaringan multihop mempunyai ketersedian bandwith yang bagus sehingga digunakan pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan simulasi NS2 untuk menganalisis pengaruh nilai Beacon Order dan nilai Superframe Order terhadap kinerja jaringan nirkabel multihop yang memiliki topologi pohon pada protokol IEEE 802.15.4. Kinerja jaringan telah dievaluasi secara rinci pada throughput rata-rata, delay rata-rata, delivery ratio dan persentase dari energi rata-rata yang digunakan terhadap variasi nilai Beacon Order dan nilai Superframe Order. Nilai Beacon Order dan nilai Superframe Order optimum yang diperoleh dari eksperimen adalah 9.

Superframe order value and beacon order value on IEEE 802.15.4 protocol determine the number of data packets that can be transmitted in each Superframe and also the length of the inactive period in each Superframe. Multihop networks with good bandwidth availability are used in this study. This study uses NS2 simulation to analyze the influence of the Beacon Order value and Superframe Order value to the performance of multihop wireless networks with a tree topology base on IEEE 802.15.4 protocol. The performance of the network which have been evaluated in detail are the average throughput, average delay, delivery ratio and the percentage of the average energy used towards the variation of the Beacon Order value and Superframe Order value. The optimum number of Beacon Order and Superframe Order found from the experiment is 9."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T32528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Hedi Santoso
"ABSTRAK
Dua tantangan teknis yang menjadi kunci bagi terselenggaranya Internet of Things adalah banyaknya peranti yang aktif secara bersamaan dan bandwidth link yang terbatas. Untuk dapat melayani banyak peranti pada bandwidth link yang terbatas, maka diperlukan sebuah algoritma penjadwalan (scheduling algoritthm) yang mengatur timing dari peranti-peranti tersebut dalam menggunakan kanal-kanal bandwidth. Salah satu algoritma penjadwalan yang disebutkan dalam dokumen IETF adalah Traffic Aware Scheduling Algorithm (TASA), sebuah algoritma penjadwalan terpusat untuk jaringan IEEE802.15.4e TSCH. Dengan mengacu pada TASA, penelitian ini mengusulkan sebuah algoritma penjadwalan link baru yang dinamakan Iman Ramli Bursty Transmission Scheduling Algorithm (IRByTSA). Algoritma IRByTSA memiliki tingkat kompleksitas yang rendah dan melebihi kecepatan TASA dalam menghasilkan link-scheduling decision. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kompleksitas IRByTSA adalah dengan tingkat kecepatan dalam membangkitkan link-scheduling decision sampai dengan 7,14 kali lipat dibandingkan TASA. Penelitian ini telah dapat membangun sebuah tool baru yang dinamakan TSCH Link-Scheduling Visualization and Data Processing (TLS-VaD) yang dapat membantu penelitian di bidang rancang-bangun algoritma penjadwalan link terpusat untuk jaringan IEEE802.15.4e TSCH.

ABSTRACT
Two technical challenges that are key to the implementation of the Internet of Things are the many devices that are active simultaneously and the limited link bandwidth. For serving many devices in a limited link bandwidth, a scheduling algorithm is needed to regulate the timing of these devices in using bandwidth channels. One of the scheduling algorithms mentioned in the IETF document is the Traffic-Aware Scheduling Algorithm (TASA), ie, a centralized scheduling algorithm for the IEEE802.15.4e TSCH network. Referring to TASA, this study proposes a new link-scheduling algorithm called Iman Ramli Bursty Transmission Scheduling Algorithm (IRByTSA).  IRByTSA has a low level of complexity and exceeds the TASA's speed in generating link-scheduling decisions. The results showed that the complexity of IRByTSA is  , with the rate of speed in generating link-scheduling decisions is up to 7.14 times compared to TASA. This research has also been able to develop a new tool called TSCH Link-Scheduling Visualization and Data Processing (TLS-VaD), which can be used for designing a centralized link-scheduling algorithm for the IEEE802.15.4e TSCH network."
2019
D2734
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Indrawan
"Teknologi LAN-ATM merupakan satu dari sekian banyak solusi yang ditawarkan untuk merevisi jaringan yang telah ada. Sistem tersebut memanfaatkan infrastruktur yang telah ada sebelumnya, mendukung pemakaian UTP dan STP bahkan fiber-optik, serta memiliki bandwith 25,6 Mbps, lebih tinggi dari bandwidth berbagai jaringan lokal yang umum dipergunakan seperti Ethernet 10 Mbps dan Token Ring 16 Mbps. Untuk itu diperlukan pengujian teknis sebagai suatu usaha untuk mempelajari karakteristik dan unjuk kerja jaringan LAN-ATM dalam menangani laju arus informasi yang mungkin terjadi. Pengujian tersebut dapat merupakan suatu analisa matematis, simulasi unjuk keda maupun pengujian laboratorium. Round robin merupakan sebuah mekanisme penjadwalan yang umum digunakan dalam membentuk sebuah sistem pelayanan pada ATM switch. Penjadwalan ini memberikan layanan bagi sebuah sel dari tiap terminal pada tiap siklus penjadwalan. Dengan demikian, data pada tiap terminal mendapatkan pelayanan sistem tanpa harus menunggu selesainya layanan pada terminal lain. Tugas akhir ini merupakan suatu usaha untuk mempelajari unjuk kerja ATM switch dengan penjadwalan round robin. Pada tugas akhir ini dilakukan suatu analisa dan simulasi unjuk kerja sistem untuk mengukur troughput dan waktu tunda dalam pertukaran informasi. Unjuk kerja tersebut diukur sebagai pengaruh dari jumlah terminal, kapasitas terminal dan ukuran data. Simulasi dilakukan dengan mencontoh kondisi sistem yang sebenamya sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang cukup akurat dan dapat merepresetasikan unjuk kerja jaringan LAN-ATM pada sebuah titik ATM switch."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>