Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159945 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Romi Beginta
"ABSTRAK
Latar belakang: Penentuan faktor risiko metastasis kelenjar getah bening dan prognosis pasien Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) penis tidak sebanyak KSS pada organ lain. Penggunaan parameter patologik, ekpresi p53 dan Ki67 dapat digunakan sebagai variabel penentu prognosis maupun terapi KSS penis namun masih diperlukan data yang lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara ekspresi p53 dan Ki67 terhadap parameter histopatologik yang mempengaruhi risiko metastasis.
Bahan dan Cara: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan melakukan pulasan imunohistokimia p53 (Novocastra DO-7) dan Ki67 (Biocare CRM 325) pada 25 sampel KSS penis.
Hasil: Ekspresi p53 positif ditemukan pada 48% KSS penis dan ekspresi Ki67 tinggi ditemukan pada 52% kasus. Tidak temukan hubungan yang bermakna antara ekspresi p53 dan parameter-parameter histopatologik. Didapatkan hubungan bermakna antara ekspresi Ki67 terhadap derajat diferensiasi tumor dan adanya invasi uretra.
Kesimpulan: Ekspresi p53 tidak dapat digunakan sebagai faktor prediktif risiko metastasis KSS penis. Ekspresi Ki67 secara sebagian berhubungan dengan faktor risiko metastasis KSS penis.

ABSTRACT
Background: Determination of lymph node metastasis risk factors and prognosis of patients with Squamous Cell Carcinoma(SCC) of the penis is not as much as SCC in other organs. Pathological parameters, expression of p53 and Ki67 could be used as a determinants of prognosis and therapy in SCC of the penis but more data is still needed. This study aims to clarify the relationship between the expression of p53 and Ki67 to histopathological parameters that affect the risk of metastasis.
Methode: This study was a cross-sectional study by using immunohistochemical staining of p53 (Novocastra DO-7) and Ki67 (Biocare CRM 325) in 25 samples of SCC of the penis
Result: Expression of p53positive was found in 48% of SCC of the penis and higher expression of Ki67f was found in 52% of cases. No significant association between p53 expression and histopathologic parameters. Obtained significant correlation between the expression of Ki67 on the degree of tumor differentiation and invasion urethra.
Conclusion: P53 expression can not be used as a predictive factor of risk metastatic in SCC of the penis. Ki67 expression is partially associated with risk factors for metastatic SCC of the penis."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Fardizza
"ABSTRAK
Biomarka untuk memprediksi metastasis KGB lokoregional sampai saat ini belum akurat.
Angka metastasis tersamar pada karsinoma laring bervariasi yaitu 165%. Dibutuhkan
biomarka tumor yang dapat memberikan informasi adanya metastasis KGB lokoregional
pada pasien KSS laring stadium lanjut tanpa keterlibatan KGB lokoregional (N0), sehingga
diharapkan menjadi acuan untuk dilakukan diseksi leher selektif. Beberapa biomarka yang
berhubungan dengan agresivitas dan prediksi metastasis yaitu Epidermal Growth Factor
Receptor (EGFR), Matrix Metallo-proteinase (MMP)-9, Tissue Inhibitor Metallproteinase
(TIMP)-1, Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), Epithel Calcium Adhesi (Ekaderin)
dan kolagen tipe IV serta HPV dapat digunakan untuk memprediksi luaran pada
status pasien tumor dengan dan tanpa metastasis.
Penelitian ini ingin memeriksa peran infeksi HPV sebagai faktor onkogenesis dan
kejadian metastasis KGB leher pada keganasan laring berdasarkan biomarka sebagai
penetapan diagnosis metastasis KGB lokoregional.
Dilakukan Cross-sectional, double blind study dengan pengumpulan data sekunder dari
rekam medis di Departemen THT-KL FKUI-RSCM. Pemeriksaan ekspresi biomarka
dan status HPV dilakukan terhadap jaringan berupa blok parafin dari pasien karsinoma
laring Ekspresi biomarka dilakukan dengan pemeriksaan imunohistokimia, dan identifikasi
virus HPV dengan nested PCR, dilanjutkan dengan flow-through hybridization.
Didapatkan proporsi HPV KSS laring sebanyak 28,7% dengan infeksi HPV risiko tinggi
sebanyak 9,15% dan HPV 16 merupakan tipe yang terbanyak. Analisis multivariat
Mantel-Haenszel didapatkan ekspresi tinggi biomarka EGFR, MMP-9 dan VEGF
berperan terhadap kejadian metastasis KGB pada KSS laring stadium lanjut tanpa
infeksi HPV dengan OR 3,38; 5,14. Keadaan tersebut tidak berperan lagi bila terdapat
infeksi HPV Dari penelitian ini didapatkan suatu algoritma penatalaksanaan KSS laring
stadium lanjut khususnya untuk penentuan tatalaksana diseksi leher pada N0.
Infeksi HPV didapati pada KSS laring stadium lanjut, HPV 16 merupakan tipe HPV
yang terbanyak. Biomarka penanda metastasis didapatkan pada EGFR; MMP-9; VEGF
dengan kekuatan 2;1;6.

ABSTRACT
Biomarkers to predict locoregional lymph nodes metastasis is not yet accurate until
now. The number of occult metastasis in laryngeal carcinoma varies between 165%.
A tumor biomarker that can give information on the existence of locoregional lymph
node involvement in patients with or without signs of clinical locoregional lymph node
involvement, as guidelines whether selective neck dissection is needed in N0 cases. For
patients that need additional treatment biomarkers that are correlated with aggresivity
and metastasis prediction such as EGFR, MMP-9, TIMP-1, VGEF, E-cadherin, collagen
Type IV and HPV are also needed to predict the outcome of patients with or without
lymph node metastasis.
This study aimed to investigate the evidence of HPV infection in laryngeal carcinoma
and the role of biomarkers EGFR, MMP-9, TIMP-1, VEGF, E-cadherin and collagen
type IV, in a late stadium laryngeal SCC observed clinically, especially in N0 and also
to predict diagnosis of a locoregional lymph node that has potential for metastasis.
Cross-sectional, double blind study with planned data collection was performed in the
Department of ENT FKUI-RSCM. Data were taken from Formalin Fixed Paraffin
Embedded (FFPE) of laryngeal cancer specimen after laryngectomies. Samples were
analysed by nested Polymerase Chain Reaction (PCR) and continuous flow-through
hybridizationed for genotyping. Expression of EGFR, MMP-9, TIMP-1, VEGF, Ecadherin,
and collagen Type IV as metastasis biomarker were evaluated by
immunohistochemistry.
Overall HPV proportion in laryngeal cancer was 28.7%. A total of 9,15% laryngeal
cancer patients were infected with high risk HPV type and HPV 16 was the most
frequently observed. Mantel-Haenszel multivariate analysis found that HPV infection did
not play role in neck metastasis eventhough there were positive evidence of metastasis
biomarker. In contrast, the absent of HPV infection, positif metastasis biomarker of EGFR
and VEGF have risk for neck nodes metastasis with OR 3.38; 5.14 fold consecutively.
The algorithm was formed from the PM model to determine the metastasis potential to
locoregional lymph nodes of late stadium laryngeal SCC with N0.
HPV was found to be the oncogenic factor of the laryngeal SCC and HPV 16 was the
most frequently observed type in laryngeal SCC. Biomarkers to predict locoregional
lymph nodes metastasis are EGFR; VEGF with strenght 2;1;6."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haritsyah Warli
"Pendahuluan dan tujuan: Kanker penis merupakan keganasan yang jarang terjadi dan berpotensi mematikan dengan insidensi 0,6-2,1 per 100.000. Karsinoma sel skuamosa (SqCC) adalah keganasan penis yang paling sering ditemukan. PD-L1 adalah penanda tumor yang ikut menstimulasi reseptor PD-1 untuk menekan imunitas antitumor yang dimediasi oleh sel T. Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dengan metode pengambilan sampel total. Slide yang diambil dari biopsi tujuh puluh enam pasien pria dari Rumah Sakit Haji Adam Malik yang didiagnosis dengan karsinoma sel skuamosa penis yang telah menjalani biopsi penis diperiksa ulang untuk penelitian ini, dan kadar PD-L1 diukur. Metode statistik digunakan untuk menilai hubungan antara kadar PD-L1 dan stadium SqCC. Hasil: Sebanyak 76 pasien pria menjadi subjek penelitian ini. PD-L1 positif diidentifikasi pada 25 pasien dengan intensitas +1 pada 10 pasien (13,2%), +2 pada 7 pasien (9,2) dan intensitas +3 pada 8 pasien (10,5%). Terdapat 36 pasien (47,4%) yang didiagnosis dengan stadium T3 SqCC, 35 pasien (46,1%) dengan stadium N2 SqCC, dan 10 pasien (13,2%) dengan stadium M1 SqCC. Terdapat korelasi yang signifikan antara ekspresi PD-L1 dan metastasis (p=0,022). Namun, tidak ada korelasi yang signifikan antara ekspresi PD-L1 dan tumor stadium N (p=0,167). Kesimpulan: PD-L1 diekspresikan secara tinggi pada SqCC penis stadium lanjut (32,9%), yang dikaitkan dengan fitur klinikopatologis berisiko tinggi dan hasil klinis yang buruk. Temuan ini menunjukkan potensi penggunaan imunoterapi dalam pengobatan SqCC penis stadium lanjut.

Introduction: Penile cancer is a rare malignancy and potentially lethal disease with an incidence of 0,6-2,1 per 100.000. Squamous cell carcinoma (SqCC) is the most commonly found penile malignancy. PD-L1 is a tumor marker that co-stimulates the receptor PD-1 to suppress T-cell- mediated antitumor immunity. Methods: This study is a retrospective cohort study with a total sampling method. The slides taken from the biopsies of seventy-six male patients from Haji Adam Malik Hospital diagnosed with penile squamous cell carcinoma who have already undergone penile biopsy were re-examined for this study, and PD-L1 levels were measured accordingly. Statistical methods were used to assess the association between PD-L1 levels and with SqCC stage. Results: A total of 76 male patients are the subjects of this study. PD-L1 positivity is identified in 25 patients with +1 intensity in 10 patients (13,2%), +2 in 7 patients (9,2) and +3 intensity in 8 patients (10,5%). There are 36 patients (47,4%) diagnosed with stage T3 SqCC, 35 patients (46,1%) with stage N2 SqCC, and 10 patients (13,2%) with stage M1 SqCC. There is significant correlation between PD-L1 expression and metastasis (p=0,022). However, there is no significant correlation between PD-L1 expression and stage N tumor (p=0,167). Conclusion: PD-L1 highly expressed in advanced stage penile SqCC (32.9%), which is associated with the high-risk clinicopathologic features and poor clinical outcomes. These findings showed a potential usage of immunotherapy in advanced penile SqCC treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Birril Qudsi
"belakang: Karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSSRM) adalah salah satu kanker yang paling umum dijumpai dengan angka survival 52.0% yang tidak meningkat secara bermakna walaupun tatalaksana kanker ini terus berkembang. Cornulin merupakan protein spesifik untuk sel skuamosa yang penting dalam diferensiasi epitel. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rendahnya ekspresi cornulin berhubungan dengan gambaran klinikopatologi dan survival yang lebih buruk dibandingkan dengan ekspresi tinggi. Oleh karena sifatnya yang spesifik dan belum ada penelitian mengenai ekspresi cornulin sebagai faktor prognosis di Indonesia, maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara ekspresi cornulin dan survival pada pasien dengan KSSRM.
Tujuan: Mengetahui potensi cornulin sebagai penanda biologis survival pada pasien dengan KSSRM.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif yang dilakukan dari periode Juni 2021 sampai dengan Mei 2022. Populasi penelitian ini merupakan pasien dengan diagnosis KSSRM yang ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis dan menjalani terapi di Divisi Bedah Onkologi Departemen Ilmu Bedah RSCM periode Januari 2015 – Mei 2020. Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan untuk mengetahui ekspresi cornulin dan skor imunihistokimia ditentukan menggunakan immunoreactive score (IRS). Skor IRS < 6 berarti ekspresi rendah dan ≥ 6 berarti ekspresi tinggi. Analisis statistik univariat, bivariat, dan survival dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Hasil: Cornulin tidak memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan survival pada pasien dengan KSSRM. T, N, dan stadium memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan survival pada pasien dengan KSSRM dengan nilai p masing-masing adalah 0.001, 0.040, dan 0.001. T dan N memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan ekspresi cornulin pada pasien dengan KSSRM, dengan nilai p masing-masing adalah 0.034 dan 0.030.
Kesimpulan:Cornulin sebagai protein penanda biologis KSSM tidak dapat menjadi prediktor dari survival pasien dengan KSSM.

Background: Oral squamous cell carcinoma (OSCC) is one of the most common cancers with a 52.0% survival rate which does not increase significantly even though the management of this cancer continues to develop. Cornulin is a specific protein for squamous cells that is important in epithelial differentiation. Previous studies have shown that low cornulin expression is associated with worse clinicopathological features and survival compared to high cornulin expression. Due to its specific nature and no research on cornulin expression as a prognostic factor has been done in Indonesia, the author is interested in knowing the relationship between cornulin expression and survival in patients with OSCC.
Objective: To determine the potential of cornulin as a biological marker for survival in patients with OSCC.
Methods: This study used a retrospective cohort study design that was conducted from June 2021 to May 2022. The population of this study were patients with OSCC diagnosis confirmed by histopathological examination and undergoing therapy at the Division of Surgical Oncology, Department of Surgery, RSCM for the period January 2015-May 2020. Immunohistochemical examination was performed to determine the expression of cornulin and the immunohistochemical score was calculated using the immunoreactive score (IRS). IRS score < 6 means low cornulin expression and ≥ 6 means high cornulin expression. Univariate, bivariate, and survival statistical analyses were performed using SPSS software.
Results: Cornulin did not have a statistically significant relationship with survival in patients with OSCC. T, N, and stage had a statistically significant relationship with survival in patients with SCC with p values ​​of 0.001, 0.040, and 0.001, respectively. T and N had a statistically significant relationship with cornulin expression in patients with OSCC, with p-values ​​of 0.034 and 0.030, respectively.
Conclusion: Cornulin as a biological marker protein of OSCC cannot be a predictor of the survival of patients with OSCC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanny
"Latar belakang Kanker rongga mulut dan mulut (termasuk karsinoma sel skuamosa rongga mulut/KSSRM) secara kolektif tetap menjadi kanker paling umum ke-16 di dunia. Karena kecenderungan stadium lanjut selama diagnosis, kelangsungan hidup pasien KSSRM sangat buruk. Tumor infiltrated lymphocytes (TILs) yang diekspresikan diperkirakan mempengaruhi kelangsungan hidup pasien KSSRM, termasuk CD8 + dan TIL lainnya. Tujuan Untuk menentukan ekspresi CD8+ dan TILs dalam sel KSSRM dan hubungannya dengan overall survival (OS) dan progression-free survival (PFS) pasien KSSRM. Metode Penelitian ini merupakan analisis kelangsungan hidup dengan menggunakan desain kohort retrospektif pada pasien KSSRM yang datang ke Rumah Sakit Umum Nasional Cipto Mangunkusumo, Indonesia, dari Januari 2017 hingga Desember 2021. Kriteria inklusi penelitian adalah pasien KSSRM dengan diagnosis histopatologi, sedangkan kriteria eksklusi adalah pasien dengan data yang tidak lengkap atau tidak tersedianya sampel. Ekspresi CD8+ dan TIL diukur melalui perhitungan manual pada program Image J® pada pewarnaan imunohistokimia. OS dan PFS dianalisis menggunakan grafik Kaplan-Meier dan analisis cox-regression. Hasil Sebanyak 42 subjek dilibatkan dalam penelitian ini. Rata-rata OS adalah 10,83+1,268 bulan, sedangkan rata-rata PFS adalah 9,74+1,229 bulan. OS 2 tahun adalah 21,4%, sedangkan PFS adalah 19%. Ekspresi CD8+ yang lebih tinggi terkait dengan OS dan PFS yang lebih baik, sedangkan ekspresi TIL yang lebih tinggi terkait dengan PFS yang lebih baik. Kesimpulan. Ekspresi CD8+ dan TIL yang lebih tinggi dalam sel kanker terkait dengan kesintasan yang lebih baik pada pasien KSSRM.

Background Oral cavity and mouth cancer (including oral cavity squamous cell carcinoma (OCSCC) collectively remain the 16th most prevalent cancer in the world. Due to the tendency of advanced stage during diagnosis, the survival of OCSCC patients is abysmal. The connection of OCSCC and expressed tumor infiltrated lymphocytes (TILs) is thought to affect the survivability of the OCSCC patients, including CD8+ and other TILs. Aim To determine the expression of CD8+ and TILs in OCSCC cells and their relationship with overall survival (OS) and progression-free survival (PFS) of OCSCC patients. Methods This study is a survival analysis using retrospective cohort design on OCSCC patients who came to Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Indonesia, from January 2017 to December 2021. The inclusion criterion of the study was OCSCC patients with histopathological diagnosis, while the exclusion criteria were patients with incomplete data or unavailability of the samples. The expression of CD8+ and TILs were measured by manual counting of cells using ImageJ® on immunohistochemistry staining. The OS and PFS were analyzed using Kaplan-Meier graph and cox-regression analysis. Result A total of 42 subjects were included in this study. The average OS was 10.83+1.268 months, while the average PFS was 9.74+1.229 months. The 2-years OS was 21.4%, while PFS was 19%. Higher CD8+ expression was related to better OS and PFS, while higher expressed TILs was related to better PFS. Conclusion Higher CD8+ and TILs expressions in cancer cells are related to better survivability in OCSCC patients. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rut Angelika
"Latar belakang: Peningkatan insidensi karsinoma sel skuamosa (KSS) rongga mulut dan orofaring telah memicu berbagai studi mengenai peran Human Papilloma Virus (HPV) pada patogenesis KSS rongga mulut dan orofaring. Dewasa ini, pemeriksaan imunohistokimia p16, suatu protein penanda yang dibentuk oleh sel tubuh akibat terinfeksi HPV, semakin marak digunakan sebagai alternatif dari pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan ini membutuhkan biaya tinggi dengan ketersediaannya yang rendah. Status p16 juga menentukan stadium KSS orofaring berdasarkan panduan diagnosis oleh American Joint Commitee on Cancer (AJCC) edisi ke-8. Panduan diagnosis tersebut dibuat berdasarkan penelitian yang menyatakan bahwa respons radiasi dan prognosis KSS orofaring lebih baik pada pasien dengan status p16 positif. Tujuan penelitian: Membandingkan respons radiasi pada pasien dengan KSS rongga mulut dan orofaring berdasarkan status p16. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan melibatkan 27 pasien KSS rongga mulut dan orofaring di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Data karakteristik pasien diambil dari rekam medis, anamnesis pasien, serta hasil pemeriksaan CT scan dan/atau MRI. Status p16 ditentukan dengan pemeriksaan imunohistokimia dengan pulasan antibodi p16INK4a. Analisis data dilakukan menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 20. Hasil: Status p16 positif ditemukan pada 11 dari 27 subjek (40,7%). Berdasarkan analisis bivariat, tidak terdapat asosiasi yang bermakna antara status p16 dengan respons terapi (p>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh signifikan dari status p16 terhadap respons radiasi pada KSS orofaring dan rongga mulut

Background: The increasing incidence of oral cavity and oropharyngeal squamous cell carcinoma (SCC) has led to the initiation of various studies on human papillomavirus (HPV), which plays a role in the pathogenesis of oral cavity and oropharyngeal SCC. Nowadays, immunohistochemistry examination of p16, a marker protein formed by HPV-infected cells, is increasingly used as an alternative to polymerase chain reaction (PCR) which requires high cost yet has low availability. According to 8th American Joint Committee of Cancer (AJCC) guideline on oropharyngeal cancer, p16 status also determines the staging of oropharyngeal SCC, indicating that the radiation response and prognosis of oropharyngeal SCC are better in p16-positive patients. Aim: To compare the radiation response in patients with oral and oropharyngeal SCC based on p16 status. Methods: This is a cross-sectional study involving 27 patients with oral and oropharyngeal SCC at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital. Patients characteristics were obtained from medical records, history taking, and CT scan and/or MRI results. p16 status was determined by p16INK4a immunohistochemistry and nasal polyp paraffin block examination (eosinophil infiltration and biofilm). Data analysis was performed using Statistical Program for Social Science (SPSS) version 20. Results: Positive p16 status was found in 11 of 27 subjects (40,7%). Based on bivariate analysis, no significant association was found between p16 status and radiation response (p>0.05)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesian Journal of Dentistry 2006; Edisi Khusus KPPIKG XIV:239-242
Oral squamous cell carcinorna ( OSCC ) is the most common malignant tumor of the oral cavity, and its account for 80-90% of all malignancies in oral cavity. The aim of this study was to detemine the presence
of p53 mutations and to associate these mutations with the histopathological type of OSCC such as well differentiated and poorly differentiated. Analitycal observational comparative study by cross sectional design was used. Forty untreated well and poorly differentiated OSCC biopsy sample and normal tissue biopsy material taken from 16 normal patients were analyzed for the presence of mutation in the conserved region of the p53 gene especially in exon 5 by polymerase chain reaction-single strand conformation polymorphism (PCR-SSCP). The results of this study showed that p53 gene mutations were detected in exon 5; 11/40 (27,5%) with heterozygous mutation 9/11 (81,8%). The incidence in exon 5 of p53 gene mutation was significantly accociated with well differentiated 2/20 (l0%) and poorly diferentiated 9/20 (45%) OSCC(P=0,013). This study concludes that 1) mutation in exon 5 of p53 gene occured frequently in OSCC; 2) exon 5 of the p53 gene could be one of the the specific targets for histopathological grade of OSCC; 3) mutation in exon 5 of p53 gene could be important prognostic factor in OSCC."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, 2006
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Irawati
"ABSTRAK Karsinoma sel skuamosa kepala leher (KSSKL) menempati peringkat ke-6  kanker tersering di seluruh dunia.  Perkembangan  dalam  hal  terapi yang menggunakan  beragam modalitas untuk mengontrol  lokal dan  regional masih belum dapat meningkatkan angka survival lima tahun yang hanya sekitar 50% selama tiga dekade terakhir.  Metastasis jauh  menjadi penyebab utama  morbiditas dan  mortalitas pada KSSKL.  Sebagian besar pasien dengan metastasis jauh tidak terdeteksi secara klinis dan  radiologi.  Hingga saat ini sistem staging dan radiologi konvensional tidak mampu mendeteksi metastasis sejak dini . Mikrometastasis  merupakan proses awal dari suatu makrometastasis, sehingga sel tumor yang bersirkulasi dianggap sebagai silent predictor. Deteksi  CTC dianggap sebagai metode yang inovatif, sensitif, dan spesifik untuk dapat memprediksi kemungkinan terjadinya metastasis pada pasien-pasien  KSSKL. Penelitian ini menggunakan 90 sampel darah pasien penderita KSSKL stadium I-IV yang berobat di poli Bedah Onkologi dan THT RSUPNCM  pada periode Januari hingga Desember 2018.  Sampel darah  sebanyak 8 ml dikirim ke Laboratorium Patologi Klinik FKUI/RSUPNCM untuk dianalisa jumlah CTC -nya dengan  menggunakan flow cytometry, penanda epitel EpCAM dan CK19 serta penanda lekosit CD45. Analisa statistik dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi antara status klinikohistopatologi pasien KSSKL dengan deteksi CTC. Flow cytometry mampu  mendeteksi CTC positif sebanyak 28 dari 90 sampel darah (31.1%). Dari analisa bivariat dan multivariat, tidak didapatkan adanya asosiasi yang bermakna antara status klinikohistopatologi pasien KSSKL dengan deteksi CTC (p>0.05).    Pasien dengan stadium lanjut  memiliki kecenderungan 4.192 kali untuk mendapatkan CTC positif dibandingkan dengan stadium awal. Begitu pula pasien  yang memiliki sublokasi  tumor di daerah  faring  dan  laring   memiliki  kecenderungan 2.634 kali  untuk mendapatkan CTC positif bila dibandingkan dengan sublokasi anatomi bibir, rongga mulut, hidung dan sinus paranasal. Flow cytometry mampu mendeteksi CTC pada KSSKL dengan presentase 31.1%  bila menggunakan dua penanda epitel. Tidak terdapat asosiasi yang bermakna antara status klinikohistopatologi pasien KSSKL dengan deteksi CTC. Diperlukan studi lanjutan untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas serta mengkonfirmasi dapat tidaknya CTC dipakai sebagai prediktor dan prognostikator di bidang KSSKL.
ABSTRACT
HNSCC is the sixth most common cancer worldwide. The therapy of choice for newly diagnosed patients consists of combined modality treatment for locoregional control. Despite of improvement in treatment, for all stages combined, the 5-year survival rate is approximately 50% and this rate has not changed significantly in the last 3 decades. As distant metastases develop, the chance for cure becomes low and survival decreases. Tumor metastasis is an important contributor to mortality in cancer patients. Mostly distant metastases are not seen by clinical examination and/ or conventional imaging. To date, TNM staging  system and  the existing image technology are not sufficient to detect tumor metastasis in early stages. The concept of the development of metastasis involves a tumor cell that dissociates from the primary tumor (micrometastasis) and circulates within lymphatic or vascular channels. The true utility of a circulating tumor cell (CTC) is that it acts as a silent predictor of metastatic disease. Detection of CTCs serves as an innovative, sensitive and specific marker and providing early and definitive evidence of metastatic disease. In this study, peripheral blood samples from 90 patients with SCCHN stage I-IV from Surgical Oncology and ENT OPD were taken. CTCs were quantified using flow cytometry of anti-EpCAM, CK19 and CD45. Their detection was correlated with clinicohistopathologic characteristics. CTCs were identified in 28 (31.1%) patients at any time point with a mean + standard deviation of  0.9 + 3.2 CTCs. In bivariate and  multivariate analysis, we observed no significant correlation between the presence of CTCs and clinicohistopathologic characteristics (p>0.05). However the odds for the patients with advanced stages to have positive CTCs  is 4.192 times higher than early stage. Moreover, patients with pharynx and larynx cancer have the odds 2.634 times higher than those with lips, oral cavity and paranasal sinuses cancer. The rate of CTCs detection in HNSCC by flow cytometry was 31.1%. Detection of CTCs does not correlate with any clinicohistopathological characteristics. Further studies is needed to increase the sensitivity and specificity  and  also to confirm the potential of CTC to serve as a predictor and prognosticator in patients with HNSCC.
"
[Depok, Depok, Depok]: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welly Hartono Ruslim
"ABSTRAK
β-catenin merupakan protein yang memiliki peran penting dalam
adhesi antar sel dan transduksi sinyal. Pada keadaan tanpa stimulasi β-catenin hanya
tampak pada membran sel, namun bila terdapat stimulasi maka β-catenin akan
tampak pada sitoplasma dan inti. Perubahan ekspresi β-catenin diketahui
berhubungan dengan progresivitas dan metastasis pada berbagai penyakit keganasan
manusia. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi ekspresi β-catenin di daerah
peritumor pada karsinoma sel skuamosa oral (KSSO) derajat rendah dan tinggi
berdasarkan sistem grading Bryne.
Bahan dan Metode: Penelitian dilakukan pada 20 kasus KSSO derajat rendah dan
20 kasus derajat tinggi. Pewarnaan imunohistokimia β-catenin digunakan untuk
menilai perbedaan yang tampak pada membran, sitoplasma, dan inti sel tumor pada
area peritumor.
Hasil: Ekspresi β-catenin pada membran, sitoplasma, maupun inti sel tumor
memiliki perbedaan yang bermakna antara KSSO derajat rendah dan derajat tinggi
(p=0,000; p=0,005; dan p=0,035). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara
ekspresi β-catenin dengan variabel umur, jenis kelamin, maupun lokasi tumor.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan ekspresi β-catenin di daerah peritumor antara
KSSO derajat rendah dan derajat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ekspresi β-
catenin yang salah menyebabkan perubahan morfologi sel-sel KSSO ke arah yang
lebih ganas dan prognosis yang lebih buruk.

ABSTRACT
β-catenin is an important protein in cellular adhesion and signal
transduction. In unstimulated condition, β-catenin only appears on the cellular
membrane. Altered expression of β-catenin has been associated with progressiveness
and metastatic process of malignancy in human. The aim of this study was to
evaluate the expression of β-catenin on oral squamous cell carcinoma (OSCC) and
also to assess its different expression in low grade and high grade lesions based on
Bryne grading system.
Materials and methods: This study was conducted on 2 groups of OSCC which
included 20 cases of low grade and 20 cases of high grade. Immunohistochemistry
staining of β-catenin was used to identify the difference of its expression in cell
membrane, cytoplasm, and nuclei on invasive tumor front.
Results: The expression of β-catenin on cell membrane, cytoplasm, and nuclei
showed significant difference between low and high grade OSCC (p=0.000;
p=0.005; and p=0.035, respectively). There has not been any significant association
between β-catenin expression with age, sex, and tumor location.
Conclusion: Oral squamous cell carcinoma, both low and high grade, showed
significant differences in β-catenin expression in cell membrane, cytoplasm, and
nuclei. Thus, it showed that the altered expression of β-catenin could change the
OSCC to become more aggresive and have a poorer prognosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gafit Hartadi Noerwendo, Author
"ABSTRAK
Penderita metastase kelenjar getah bening leher yang tumor primernya tidak diketahui, umumnya datang untuk pengobatan radiasi sudah berada dalam tingkat klinis yang lanjut.
Pengamatan terhadap respons radiasi pada kasus metastase kelenjar getah bening leher yang tumor primernya tidak diketahui ini membuktikan prognosa yang relatif baik. Dosis yang diberikan selai untuk eradikasi metastase pada kelenjar, juga untuk tumor primerya. Diperlukan pengamatan yang lebih lama dan pendataan ukuran kelenjar yang teliti pasca radiasi.
Penggolongan tingkat klinis dirasakan tidak memadai karena tidak mencantumkan ukuran dan jumlah kelenjar"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>