Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78560 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henricus Nova Yudiawan
"ABSTRAK
Bisnis perbankan tidak bisa terpisahkan dari teknologi informasi untuk mampu bersaing secara kompetitif. Tuntutan nasabah akan kemudahan layanan dan transaksi yang murah mengharuskan kehandalan aplikasi perangkat lunak yang dipergunakan. Kehandalan tersebut tentu didukung dengan kualitas aplikasi yang baik.Kualitas aplikasi perangkat lunak yang baik hanya bisa terwujud jika pengujian atas aplikasi perangkat lunak juga memadai. Penelitian ini berupa assesment atas proses pengujian perangkat lunak sehingga akan diperoleh pemetaan kondisi yang ada terhadap frameworkTest Process Improvement-Next yang menjadi acuan dalam proses assesment, key area yang masih memiliki kelemahan, prioritas perbaikan dan action plan yang direkomendasikan.
Penulis mengambil kesimpulan bahwa maturity level atas proses pengujian perangkat lunak di tempat studi kasus adalah level Initial. Terdapat beberapa key area dalam proses pengujian perangkat lunak yang membutuhkan perbaikan untuk mencapai maturity level-Controlled antara lain Degree of Involvement, Test Strategy, Reporting, Test Environment, Test Profesionalism dan Test Tools. Perbaikan atas keenam key area tersebut meliputi sembilan checkpoint seperti tersebut dalam Test Maturity Matrix dengan urutan prioritas yang mengikuti metode process driven dalam Test Process Improvement - Next.
Kata Kunci: assesment, action plan, framework, kualitas, key area, Test Process Improvement-Next, , maturity level, pengujian perangkat lunak, Test Maturity Matrix.

ABSTRACT
Banking business can not be separated from information technology in order to be able to compete competitively. Customers requireeasy transaction services and low transaction costso that software application’s reliability is a must. Reliability certainly needs support from good quality applications. The quality of a good software application can only be achieved if the testing of application software is also adequate.This work consist of the assessment of software testing process that results in the mapping of existing conditions toTest Process Improvement-Next framework(as the reference in the assessment process), key areas that still have weaknesses, priorities and action plan improvements recommended.
The author concludes that the maturity level of the software testingprocess in this case study is in the initial level. There are several key areas in the process of software testing that need improvement to achieve maturity level-Controlled such as Degree of Involvement, Test Strategy, Reporting, Test Environment, Test Profesionalism and Test Tools. Improvement on these six key area consist of nine checkpoints as mentioned in Test Maturity Matrix with priority follows process driven method of Test Process Improvement-Next.
Key word :assesment, action plan, framework, quality, key area, Test Process Improvement-Next, , maturity level, software testing, Test Maturity Matrix."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fifeka Onanda Wahid
"Perangkat lunak AB Pro merupakan produk dari PT XYZ. Perusahaan mengharapkan produk ini bebas dari failure kategori major, critical dan blocker yang tidak dapat diselesaikan pada level support call. Semua jenis failure ini menyebabkan operasi bisnis pelanggan terganggu. Failure terjadi karena kurang maksimalnya proses pengujian. Untuk mengetahui kualitas proses pengujian yang sedang berlangsung dibutuhkan asesmen tingkat kematangan proses pengujian tersebut. Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kematangan proses pengujian dan memberikan rekomendasi perbaikan proses pengujian perangkat lunak AB Pro. Model yang digunakan untuk mengevaluasi kematangan proses pengujian pada penelitian ini adalah Test Maturity Model Integration (TMMi). Model ini memenuhi kebutuhan perusahaan, terutama tahapan yang jelas untuk menentukan arahan komitmen manajemen. Metode penilaian mengacu pada TMMi Assessment Method Accreditation Requirements (TAMAR). Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan metode reduksi. Pengambilan data dilakukan dengan FGD bersama dua orang ketua tim pengujian, observasi proses, dan studi dokumen pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan proses pengujian perangkat lunak di PT XYZ berada pada tingkat kematangan 1 initial. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengujian belum dikelola dengan baik dan terdapat pelaksanaan proses yang tidak konsisten. Penelitian ini merekomendasikan perusahaan melakukan enam perbaikan proses pengujian. Tiga rekomendasi jangka pendek (1-6 bulan), yaitu: melakukan monitor kualitas produk; menggunakan teknik desain pengujian; mengembangkan prosedur proses pengujian. Tiga rekomendasi jangka menengah (7-12 bulan), yaitu: membentuk seperangkat indikator kinerja proses pengujian; menentukan estimasi proses pengujian; menjaga serta mendistribusikan komitmen untuk pengujian.

Software AB Pro is a product of PT XYZ. The company expects this product to be free from major, critical and blocker failure that cannot be resolved at support call level. All these failures disrupt the customer’s business operations. Failures occur when the testing process is unoptimized. To analyze current testing process quality, testing process maturity level assessment is required. Thus, this study aimed to determine testing process maturity level and provide recommendations to improve AB Pro testing process. The assessment model used in this study is Test Maturity Model Integration (TMMi). The chosen model meets the company requirements, especially having clear steps to determine the direction of management commitment. The assessment method refers to the TMMi Assessment Method Accreditation Requirements (TAMAR). The research was conducted qualitatively with the reduction method. Data collection was carried out through FGD with two team leaders, process observation, and study of supporting documents. From the result, software testing process maturity is still at initial level. This result indicates the testing process has not been appropriately managed, and there is inconsistency of process implementation. There are six recommendations for PT XYZ to improve their testing process. Three short-term recommendations (1-6 months): monitor product quality; use test design techniques; develop process testing procedures. Three medium-term recommendations (7-12 months): establish a set of performance indicators of the testing process; determine the estimation of the testing process; maintain and distribute commitments for testing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Polin Bakara
"PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) merupakan lembaga kliring dan penjaminan di pasar modal Indonesia. Dalam mencapai visi dan misinya diperlukan layanan sistem berkualitas yang ditandai dengan tercapainya zero defect sistem di lingkungan produksi. Kenyataannya, gangguan terhadap sistem bisnis utama telah menjadi top risk organisasi karena terjadi 36 kali dalam setahun terakhir ini yang berdampak terhadap finansial dan reputasi organisasi. Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa permasalahan utama yang dihadapi organisasi adalah kurangnya proses pengujian. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan penilaian tingkat kematangan dan memberikan rekomendasi perbaikan proses pengujian. Penilaian tingkat kematangan proses pengujian perangkat lunak dilakukan menggunakan Test Maturity Model Integration (TMMi) pada tingkat kematangan 2 (managed) dan mengacu pada ketentuan TMMi Assessment Method Accreditation Requirements (TAMAR). Praktik yang belum dipenuhi akan menjadi rekomendasi perbaikan proses menggunakan metode deming cycle (PDCA). Berdasarkan hasil penilaian diperoleh bahwa PT KPEI masih berada pada tingkat kematangan 1 (initial). Area proses yang memperoleh nilai terendah adalah test planning (PA 2.2) dengan nilai partially achieved. Rekomendasi perbaikan yang perlu dilakukan yaitu penyusunan test plan secara konsisten dan ditinjau secara berkala serta perbaikan isi dokumen test plan. Rekomendasi perbaikan proses pengujian ini diharapkan dapat mengurangi kemunculan bugs sistem di lingkungan produksi.

PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) is a clearing and guarantee institution in the Indonesian capital market. In achieving its vision and mission, a quality system service is needed, which is marked by the achievement of zero-defect systems in the production environment. In fact, disruption to key business systems has become an organization's top risk because it has occurred 36 times in the past year, which has an impact on the organization's finances and reputation. Based on this, it is known that the main problem faced by the organization is the lack of a testing process. To overcome this, an assessment of the maturity level is carried out and provides recommendations for improvement of the testing process. The assessment of the maturity level of the software testing process is carried out using the Test Maturity Model Integration (TMMi) at maturity level 2 (managed) and refers to the provisions of the TMMi Assessment Method Accreditation Requirements (TAMAR). Practices that have not been met will be included as recommendations for process improvement using the Deming Cycle (PDCA) method. Based on the results of the assessment, it was found that PT KPEI is still at maturity level 1 (initial). The process area that obtained the lowest score was test planning (PA 2.2) with a partially achieved value. Recommendations for improvements that need to be made are the preparation of a test plan consistently and reviewed periodically as well as improvements to the contents of the test plan document. Recommendations for improving the testing process are expected to reduce the appearance of system bugs in the production environment."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi
"Proses perangkat lunak memainkan peranan penting dalam menghadapi kompleksitas yang ada dalam pengembangan perangkat lunak. Dalam lingkungan proyek, proses membantu perbaikan dalam memberikan perangkat lunak yang berkualitas tinggi dalam waktu dan biaya yang tepat. Penelitian ini melakukan penilaian terhadap kematangan proses Scrum dalam lingkungan proyek dalam organisasi pengembang perangkat lunak dengan studi kasus PT. Badr Interactive. Penilaian proses dilakukan menggunakan Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement SCAMPI kelas C berbasis Scrum Maturity Model yang sudah diperbarui.
Dari hasil penilaian, rekomendasi perbaikan disusun berdasarkan Lewin's Force Field Model dalam manajemen perubahan untuk membantu implementasi proses Scrum di proyek menjadi lebih baik lagi dan meningkatkan kemungkinan tingkat kesuksesan proyek di organisasi.
Hasil penilaian menggunakan Scrum Maturity Model level 2 dan level 3 memperlihatkan PT. Badr Interactive mendapatkan level kematangan 1 dengan nilai pencapaian sebesar 89.58 Fully Achieved untuk area tujuan 2.1 Basic Scrum Management, 85.71 Largely Achieved untuk area tujuan 2.2 Software Requirements Engineering, 88.89 Fully Achieved untuk area tujuan 3.1 Customer Relationship Management, dan 60.52 Largely Achieved untuk area tujuan 3.2 Iteration Management. Selanjutnya 16 rekomendasi perbaikan dibuat untuk mencapai kematangan proses Scrum yang lebih tinggi berdasarkan Scrum Maturity Model di proyek perangkat lunak lain berikutnya.

Software process plays important role to face the complexity in developing software. In project environment, process helps improving in delivering high quality software in defined time and cost. This research appraised Scrum process maturity in project environment in software organization with case study PT. Badr Interactive. The process appraisal is done using Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement SCAMPI class C based on revised Scrum Maturity Model.
From the appraisal result, recommendation for improvement is developed based on Lewin's Force Field Model in change management to help the Scrum process implementation better and increase the chance of project success rate in the organization.
The result using Scrum Maturity Model level 2 and level 3 revealed that PT. Badr Interactive reached maturity level 1 with achievement score of 89.58 Fully Achieved for goal area 2.1 Basic Scrum Management, 85.71 Largely Achieved for goal area 2.2 Software Requirements Engineering, 88.89 Fully Achieved for goal area 3.1 Customer Relationship Management, and 60.52 Largely Achieved for goal area 3.2 Iteration Management. From this result, 16 recommendations for improvement are created to achieve higher Scrum process maturity based on Scrum Maturity Model in the next software projects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Galih Pratama
"Evaluasi tingkat kematangan terhadap proses pengembangan perangkat lunak menggunakan Scrum Maturity Model di UrRemote telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan karena permasalahan yang dihadapi UrRemote, yaitu target dan waktu pengerjaan task dalam suatu sprint tidak sesuai dengan rencana. Permasalahan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi jadwal pengerjaan proyek secara keseluruhan. Data dikumpulkan melalui pelaksanaan Focus Group Discussion, studi dokumen, dan observasi. Data kemudian dianalisis menggunakan perhitungan KPA Rating untuk mendapatkan tingkat kematangan.
Hasil analisis tingkat kematangan didiskusikan dengan project manager untuk menentukan tingkat kematangan yang ingin dicapai. Sasaran perbaikan diidentifikasi dari praktikpraktik SMM yang belum dicapai organisasi. Usulan perbaikan dihasilkan dari pemetaan sasaran perbaikan dengan best practices Scrum dan kemudian divalidasi agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi sudah mencapai tingkat kematangan 2 dengan target pencapaian tingkat kematangan 3. Sasaran perbaikan ditentukan dari praktik-praktik yang belum tercapai pada SMM tingkat 2 dan 3. Usulan perbaikan yg dihasilkan dari pemetaan sasaran perbaikan adalah 10 usulan perbaikan. Hasil validasi menunjukkan bahwa semua usulan perbaikan sesuai kebutuhan dan dapat diterapkan oleh organisasi.

The evaluation of the maturity level of the software development process using Scrum Maturity Model SMM in UrRemote has been implemented. This evaluation was conducted because UrRemote experienced problems which are the target and the time spent on task in a sprint was not run as planned. This problem affect the overall project schedule. Data were collected with Focus Group Discussion, study documents, and observation. Data were analyzed by using the KPA Rating calculation.
The results of the analysis to be discussed with the project manager to determine the maturity level needed to be achieved. Targets for improvement are identified from the SMM practices that have not been reached. Proposed improvements resulting from the mapping targets for improvement with Scrum best practices and validated to fit the needs of the organization.
The result showed that the organization has reached maturity level 2 which is the target to be achieved is the maturity level 3. Improvement targets determined by practices that have not reached the level of SMM 2 and 3. The result of proposals improvement from mapping targets improvement are 10 proposals. Validation result showed that all of the proposed improvements as needed and can be implemented by the organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dika Anjar Pratiwi
"Selama beberapa tahun terakhir, kompleksitas perangkat lunak yang berkembang berlipat ganda dan diperparah oleh perluasan dalam cakupan, ukuran dan cakupan teknologi menyebabkan peningkatan kompleksitas dalam siklus hidup pengujian. Hal ini memicu organisasi yang bergerak pada bidang teknologi informasi menyadari pentingnya pertumbuhan pengujian perangkat lunak dalam ekosistem pengembangan perangkat lunak secara keseluruhan. Oleh karena itu, organisasi memperkuat proses pengujian dalam upaya meningkatan kualitas perangkat lunak yang disajikan kepada pelanggan. Test Maturity Model integration TMMi merupakan salah satu kerangka kerja test process improvement berbasis model yang ditujukan untuk peningkatan berkelanjutan terhadap keefektifan dan efisiensi proses pengujian dalam keseluruhan proses pada perangkat lunak. Penggunaan TMMi dengan assessment dijalankan berdasarkan panduan yang ditetapkan pada TMMi Assessment Method Application Requirements TAMAR. Fakta dan kajian pada proses pengujian perangkat lunak saat ini yang dianalisis memperlihatkan kekuatan dan kelemahan pada setiap area dan menghasilkan tingkat kematangan.Hasil evaluasi yang dilakukan melalui assessment dengan TMMi menunjukkan bahwa proses pengujian pada PT. AS berada pada tingkat kematangan TMMi Level 2. Selanjutnya dalam mendapatkan proses area yang diajukan sebagai fokus penyusunan rekomendasi, penulis melakukan pengurutan prioritas dengan prioritazion matrix terhadap kategori manfaat dan tiga proses area yang memiliki nilai terendah dari proses area lain. Proses pengurutan prioritas menghasilkan PA 3.3 Test Lifecycle and Integration dengan nilai prioritas paling tinggi. Penyusunan rekomendasi pada PT. AS dilakukan menggunakan deming cycle.

Over the past few years, the complexity of software which multiplied and aggravated by expansion in the scope, size and coverage of technology cause to increased complexity in the test life cycle. This provoke the organizations which engaged in the field of information technology realize the importance of software testing growth in the overall software development lifecycle. Therefore, organizations are reinforce the testing process in effort to improve the quality of software delivered to customers. Test Maturity Model integration TMMi is one of the model-based test process improvement frameworks aimed at continuous improvements to the effectiveness and efficiency of the testing process in the overall software process. The use of TMMi with assessment is carried out according to the guidelines set forth in the TMMi Assessment Method Application Requirements TAMAR . Facts and studies on the current software testing process analyzed show strengths and weaknesses in each area and result in a level of maturity.The evaluation results through assessment with TMMi prove that testing process in PT. AS is at TMMi maturity level 2. Furthermore to acquire the process area as the focus of the recommendations, the author performs priority ranking with prioritazion matrix against defined categories and three process areas which have the lowest value among others. The priority ranking process obtain PA 3.3 Test Lifecycle and Integration with the highest priority value. Finally, the author construct the recommendations to PT. AS with deming cycle."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
William Adjandra Hogan N
"PT XYZ adalah salah satu perusahaan teknologi rintisan terkemuka di Indonesia yang bergerak di bidang e-commerce. Selain di bidang e-commerce, PT XYZ juga melakukan eksplorasi bisnis baru pada bidang teknologi finansial. Tim investasi dan asuransi (Investment and Insurance, IIS) adalah salah satu tim yang mengembangkan produk asuransi dan investasi pada PT XYZ. Dalam proses pengembangan perangkat lunak, IIS menggunakan kerangka kerja Scrum agar dapat beradaptasi dengan cepat sesuai dengan kebutuhan pasar. Dalam pelaksanaannya, ditemukan bahwa deliverable produk mengalami keterlambatan dan objective and key result (OKR) yang tidak terpenuhi. Data pendukung juga memaparkan bahwa rata-rata penyelesaian pada setiap sprint masih berada pada angka 44%. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah, salah satunya adalah proses acara Scrum yang belum dilakukan sesuai dengan Scrum Guides. Untuk dapat memperbaiki permasalahan ini, penelitian melakukan evaluasi tingkat kematangan pengembangan perangkat lunak dengan Scrum Maturity Model (SMM) dan Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) C untuk melakukan penilaian terhadap praktik Scrum. Hasil dari evaluasi ini, ditemukan bahwa IIS masih berada pada level 1 melalui penilaian SMM dengan rentang level 1 hingga 5. Terdapat satu goal yang belum fully achieved, masih terdapat satu goals basic Scrum management dengan penilaian 67,86% (largely achieved) yang menyebabkan organisasi belum dapat mencapai level 2. Selanjutnya, hasil penilaian SCAMPI C digunakan sebagai acuan untuk memilih praktik SMM yang sesuai dengan pertanyaan penelitian dan menyusun usulan rekomendasi perbaikan. Hasil akhir penelitian adalah lima belas rekomendasi terkait acara Scrum. Rekomendasi disusun dan divalidasi dengan harapan untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja proses pengembangan perangkat lunak sehingga dapat tercapai target OKR sesuai dengan harapan perusahaan
PT XYZ is one of the leading technology start-ups in Indonesia engaged in e-commerce. Apart from e-commerce, PT XYZ also explores new businesses in the field of financial technology. The investment and insurance team (Investment and Insurance, IIS) is one of the teams that develops insurance and investment products at PT XYZ. In the software development process, IIS uses the Scrum framework to quickly adapt to market needs. In its implementation, it was found that the product deliverables were delayed, and the objectives and key results (OKR) were not met. Supporting data also explains that the average completion of each sprint is still at 44%. This is influenced by several root causes, one of which is the Scrum event process that has not been carried out in accordance with the Scrum Guides. To be able to fix this problem, the research evaluates the maturity level of software development using the Scrum Maturity Model (SMM) and Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) C to assess Scrum practices. The results of this evaluation, it was found that IIS is still at level 1 through the QMS assessment with a range of levels 1 to 5. There is one goal that has not been fully achieved, there is still one basic goal of Scrum management with an assessment of 67.86% (largely achieved) which causes the organization has not been able to reach level 2. Furthermore, the results of the SCAMPI C assessment are used as a reference for selecting QMS practices that are in accordance with the research questions and formulating recommendations for improvement. The results of the study are fifteen recommendations related to Scrum events. Recommendations are compiled and validated with the hope of being able to improve and improve the performance of the software development process so that OKR targets can be achieved in accordance with company expectations."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahlijati Nuraminah
"Scrum merupakan kerangka kerja bersifat agile yang didesain secara sederhana untuk menghasilkan perangkat lunak secara bertahap dan iteratif. Manajemen proyek pengembangan perangkat lunak yang menerapkan Scrum bersifat kolaboratif antara tim pengembang dengan konsumen. PT. XYZ telah menerapkan Scrum sejak 2012, namun dalam pelaksanaanya menemui beberapa permasalahan. Permasalahan utama yaitu tidak tercapainya target waktu pelaksanaan pengembangan perangkat lunak. Penelitian ini mengkaji tentang tingkat kematangan manajemen proyek pengembangan perangkat lunak yang menerapkan kerangka kerja Scrum.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian kuantitatif menggunakan Scrum Maturity Model. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner terhadap pegawai PT. XYZ yang berperan sebagai Scrum Master pada proyek pengembangan perangkat lunak yang telah menerapkan kerja Scrum. Analisis data dilakukan dengan menilai tingkat kematangan setiap proses pada kerangka kerja Scrum. Hasil analisis tingkat kematangan manajemen proyek pengembangan perangkat lunak digunakan untuk memberikan rekomendasi perbaikan untuk mencapai tingkat kematangan yang lebih tinggi.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu PT. XYZ berhasil mencapai tingkat kematangan 2 Scrum Maturity Model. Tingkat kematangan 2 dicapai melalui sasaran umum Basic Scrum Management dan Software Requirement Engineering. Rekomendasi sasaran perbaikan diberikan untuk memperbaiki proses- proses untuk mencapai tingkat kematangan 3, 4, dan 5. Untuk mencapai tingkat kematangan 3, sasaran perbaikan difokuskan pada perbaikan manajemen hubungan dengan pelanggan dan manajemen iterasi. Sementara itu, untuk mencapai tingkat kematangan 4 sasaran perbaikan direkomendasikan untuk praktik-praktik yang terkait standarisasi manajemen proyek. Untuk mencapai tingkat kematangan 5, sasaran perbaikan direkomendasikan untuk memperbaiki praktik-praktik terkait manajemen kinerja proyek.

Scrum is an agile framework designed for simplicity to produce software incrementally and iteratively. Scrum project management implement collaboration between developer?s team and the consumers. PT. XYZ has implemented Scrum since 2012, but encountered some problems in its implementation. The main problem is the projects don't achieve the time target of software development timeline. This research is aimed to examine the maturity level of project management of software development that implement Scrum frameworks.
This research was conducted using quantitative research methodology using Scrum Maturity Model. Data were collected through questionnaires to employees of PT. XYZ which acts as a Scrum Master on software development projects that have implemented Scrum framework. Data analysis was performed by assessing the maturity level of each process on the Scrum framework. The results of the analysis of project management maturity level of software development process are used to provide recommendations for improvement to achieve a higher level of maturity.
The conclusion from this research is PT. XYZ reached maturity level 2 of Scrum Maturity Model. Maturity level 2 is achieved through a common goal of Basic Scrum Management and Software Requirement Engineering. Recommendations for improvement are given to improve processes to achieve maturity level 3, 4, and 5. To achieve maturity level 3, the recommendation focused on improving customer relationship management and iteration management. Meanwhile, to achieve maturity level 4, the recommendations are to improve practices related to standardization of project management. To achieve maturity level 5, the recommendations are to improve practices related to project performance management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosua Bisma Putrapratama
"PT XYZ merupakan perusahaan rintisan yang menjual produk-produk alami melalui situs web dan aplikasi mobile mereka. Proyek perangkat lunak di PT XYZ diimplementasikan menggunakan metode agile dan kerangka kerja Scrum agar tanggap dengan kebutuhan pasar dan pelanggan. Nyatanya, proses pengembangan perangkat lunak masih mengalami keterlambatan dalam perilisan karena rendahnya tingkat ketercapaian target untuk sprint. Dampak yang ditimbulkan adalah tidak tercapainya Objective and Key Result (OKR). Berdasarkan wawancara dengan narasumber dari PT XYZ, yaitu anggota tim Scrum yang terdiri dari Product Manager, Technical Lead, Senior Software Engineer, dan QA Analyst menunjukkan bahwa akar permasalahaan yang dihadapi perusahaan erat kaitannya dengan proses implementasi Scrum, terutama acara dan artefak Scrum. Permasalahan tersebut menjadi pemicu penelitian ini untuk melakukan evaluasi terhadap implementasi Scrum di perusahaan. Evaluasi implementasi Scrum dilakukan dengan menggunakan kerangka kerja Scrum Maturity Model (SMM) dan metode penilaian Standard Capability Maturity Model Integration Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) kelas C. Hasil penilaian menunjukkan bahwa implementasi Scrum di PT XYZ masih berada pada tingkat kematangan 1 karena terdapat sebuah goal di tingkat kematangan 2 belum fully achieved, yaitu goal basic Scrum management dengan nilai 71,43% largely achieved. Setelah melakukan penilaian, penelitian ini menghasilkan 3 rekomendasi untuk artefak Scrum, 4 rekomendasi untuk acara Scrum, 2 rekomendasi untuk komponen pendukung Scrum, dan 5 rekomendasi untuk akar permasalahan penelitian. Penelitian ini juga menyertakan langkah-langkah perubahan yang dapat dilaksanakan perusahaan untuk memperbaiki alur proses Scrum terkait acara dan artefak Scrum. Rekomendasi dan langkah-langkah perubahan diharapkan mampu untuk meningkatkan ketercapaian target sprint sehingga memungkinkan perilisan proyek perangkat lunak yang tepat waktu dan mencapai nilai bisnis yang diharapkan perusahaan
PT XYZ is a start-up company that sells natural products through its website and mobile application. The software project at PT XYZ is implemented using agile methods and the Scrum framework to respond to the market and customer needs. In fact, the software development process is still experiencing delays in release due to the low rate of achieving targets for sprints. The impact is not achieving the Objective and Key Result (OKR). Based on interviews with representatives from PT XYZ, namely members of the Scrum team consisting of Product Manager, Technical Lead, Senior Software Engineer, and QA Analyst, it shows that the root problems faced by the company are closely related to the Scrum implementation process, especially Scrum events and artifacts. These problems are the trigger for this research to evaluate the implementation of Scrum in the company. Evaluation of Scrum implementation is carried out using the Scrum Maturity Model (SMM) framework and the Standard Capability Maturity Model Integration Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) Class C assessment method. The results of the assessment show that the implementation of Scrum at PT XYZ is still at maturity level 1 because there is a goal at maturity level 2 that has not been fully achieved, namely the basic Scrum management goal with a value of 71.43% (largely achieved). After conducting the assessment, this research resulted in 3 recommendations for Scrum artifacts, 4 recommendations for Scrum events, 2 recommendations for Scrum supporting components, and 5 recommendations for the root causes of the research. This research also includes change steps that companies can implement to improve the Scrum process flow regarding Scrum events and artifacts. Recommendations and change steps are expected to be able to improve the achievement of the sprint targets to enable the timely release of software projects and achieve the expected business value of the company."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aryaputra Athallah
"Pengukuran tingkat kematangan implementasi scrum dunia pengembangan perangkat lunak memerlukan survei berbasis scrum maturity model. Namun demikian, terdapat keterbatasan waktu dalam membuat survei secara berulang di setiap awal bulan untuk mengevaluasi proses tersebut. Hambatan tersebut mendorong dibuatnya sebuah aplikasi bernama Scrum Maturity Tool (SMT) yang berbasis web untuk mengukur tingkat kematangan scrum. Aplikasi SMT dikembangkan menggunakan metode waterfall karena seluruh kebutuhan sistem sudah matang dari awal sehingga meminimalisir adanya perubahan kebutuhan pada aplikasi. Aplikasi yang dikembangkan akan memiliki manfaat untuk mempersingkat waktu anggota scrum dalam pembuatan, pengisian, dan pengolahan data survei pada setiap sprint retrospective. Pada evaluasi fungsionalitas aplikasi, semua skenario usability testing yang dilakukan oleh developer dan product manager perusahaan XYZ serta user acceptance testing berhasil dilalui dengan sukses. Nilai dari System Usability Scale (SUS) masuk dalam kategori good dengan skor B. Performa dari aplikasi SMT juga dapat dikatakan sangat baik dari segi response time dan aksesibilitas pengguna yang diukur menggunakan Locust untuk backend dan Google Lighthouse untuk frontend.

Measuring the maturity level of scrum implementation in the world of software development requires a survey based on the scrum maturity model. However, there is a time limit for conducting repeated surveys at the beginning of each month to evaluate the process. These obstacles prompted the creation of a web-based application called the Scrum Maturity Tool (SMT) to measure the level of scrum maturity. The SMT application was developed using the waterfall method because all system requirements have been prepared from the start so as to minimize any changes in application requirements. The developed application will have the benefit of shortening Scrum members' time in creating, filling in, and processing monitoring data at each sprint retrospective. In the evaluation of application functionality, all scenario usability tests conducted by XYZ company developers and product managers as well as user acceptance tests were passed successfully. The value of the System Usability Scale (SUS) is in a good category with a score of B. The performance of the SMT application can also be said to be very good in terms of response time and user accessibility as measured using Locust for the backend and Google Lighthouse for the front end."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>