Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Dala Intan Sapta Nanda
"ABSTRAK
Latar Belakang : Low-level Laser Therapy (LLLT) merupakan suatu modalitas fisik yang digunakan dalam menunjang rehabilitasi. Pada pasca operasi impaksi molar tiga, dapat terjadi penurunan kualitas hidup karena beberapa respon fisiologis yaitu perdarahan ringan, bengkak, kekakuan dan nyeri. Yang menyebabkan disabilitas dalam aktivitas sehari-hari seperti makan dan minum. Dan mempengaruhi kualitas hidup pasien selama hari-hari pertama pasca operasi.
Metode :Desain penelitian studi Randomized Control Trial (RCT), single blind, terdiri dari 21 subjek grup intervensi LLLT dan 21 subjek grup kontrol (sham-LLLT) dengan rentang usia 18-30 tahun. Subjek grup intervensi diberikan dosis 54 J, densitas energi 18J/cm2 di hari 0, 3 & 7 pasca operasi impaksi molar tiga bawah. Kualitas hidup dinilai dengan memakai Short Form 36 (SF-36) sebelum dan sesudah terapi Laser.
Hasil : Terdapat perbedaan signifikan menurunkan nyeri (VAS) pasca operasi di hari ke 3 & 7 (p<0,05) antara kedua grup. Terdapat pengurangan trismus secara statistik bermakna pasca operasi di hari ke 3 dan 7 (p<0,05) antara kedua grup. Terdapat perbedaan statistik yang bermakna (p<0,05) terhadap kualitas hidup SF-36 domain Peran Fisik (PF), Rasa Nyeri (RN), Kesehatan Umum (KU) antara kedua grup. Perbaikan kualitas hidup SF-36 juga terlihat bermakna secara statistik (p<0,05) pada komponen fisik (KF) setelah pemberian LLLT.
Kesimpulan : LLLT dapat menurunkan nyeri pasien pasca operasi impaksi molar 3 bawah dari hari 0 hingga 3 dan nyeri menghilang di hari ke 7 pasca-operasi. LLLT mengurangi trismus pasien terutama di hari ke 3 pasca operasi, trismus menghilangkan di hari ke 7 pasca operasi. Gambaran kualitas hidup melalui SF-36 pasien pasca operasi impaksi pada penelitian ini menunjukkan hasil lebih rendah pada komponen fisik dibandingkan komponen mental. Dan terdapat peningkatan kualitas hidup pada pasien pasca operasi impaksi molar tiga bawah post-LLLT.

ABSTRACT
Background: Low-level Laser Therapy (LLLT) is a physical modality used in rehabilitation support. In lower third molar impacted patients, a decline in QOL due to some physiological response such as mild bleeding, swelling, stiffness and pain. This leads to disability in daily activities such as eating and drinking. And also can affect QOL of patients during the first days after surgery.
Methods: Study design Randomized Control Trial (RCT), single blind, consisting of 21 subjects in intervention group & 21 subjects LLLT sham-LLLT with an age range of 18-30 years. Subjects in the intervention group was given a dose 54 J, energy density 18J/cm2 at day 0, 3 & 7 pasca lower third molar removal. Both groups were assessed QOL using the Short Form 36 (SF-36) before and after LLLT.
Results: There was a statistically significant reduction in pain (VAS) post-operative on day 3 and 7 (p <0.05) between both groups. There is a statistically significant reduction of post-operative trismus at day 3 and 7 (p <0.05) between both groups. There is QOL improvement on the SF-36 domains Role Physical (RP), Bodily Pain (BP), General Health (GH), which was statistically significant (p <0.05) in both groups. Improvement of QOL SF-36 was also statistically significant (p <0.05) on the Physical Component (PCS) between both groups.
Conclusion: LLLT can reduce post-operative pain of lower third molar impacted patients from day 0 to 3 and disappeared at day 7 post-surgery. LLLT therapy reduces trismus under particularly at day 3 post-surgery and eliminate trismus on post-surgery day 7. Profile of the QOL through the SF-36 after lower third molar removal showed lower results on the Physical Component than the Mental Component. And increase QOL of lower third molar removal patients after post-LLLT."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Purnomo
"Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif yang sering terjadi pada sendi, dimana dapat mengakibatkan ketidakmampuan beraktifitas dan perubahan kualitas hidup karena adanya inflamasi dan nyeri. Ketika masyarakat sunda merasakan nyeri maka akan memendam rasa nyeri yang dirasakannya. Walaupun merasakan nyeri masyarakat sunda tetap melakukan aktifitas sehari hari hal ini sesuai dengan pepatah Mun teu ngarah moal ngarih, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngoprek moal nyapek yang berarti kalau tidak berusaha tidak mungkin bisa menanak nasi atau makan. Derajat nyeri dapat diukur menggunakan skor VAS Visual Analogue Scale dan kualitas hidup menggunakan skor SF 36. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik Non Probability Sampling Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan derajat nyeri dengan kualitas hidup pasien osteoartritis. Hasil uji analisa menggunakan uji Pearson Chi square menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat derajat nyeri dengan kualitas hidup pasien osteoartritis pada suku sunda p=0,000;p<0,05. Direkomendasikan penelitian selanjutnya untuk dapat membandingkan terkait persepsi derajat nyeri pasien osteoartritis yang dirasakan suku sunda dengan suku lain di Indonesia terhadap kualitas hidup.

Osteoarthritis is a degenerative disease that often occurs in joints, which can lead to inability to activity and changes in quality of life due to inflammation and pain. When Sundanese people feel pain, they will harbor the pain they feel. Although feeling the pain Sundanese people continue to do daily activities this is in accordance with the saying Mun teu ngarah moal ngarih, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngoprek moal nyapek which means that if you do not try it is impossible to cook rice or eat. The degree of pain can be measured using the VAS Visual Analogue Scale score and quality of life using an SF 36 score. This study used a cross sectional design with the Non Probability Sampling technique. The results of the analysis test using the Pearson Chi square test showed a significant relationship between the degree of pain and the quality of life of osteoarthritis patients in the Sundanese tribe p = 0,000; p <0,05. Perceived Sundanese tribes with other tribes in Indonesia towards quality of life."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juniarto Jaya Pangestu
"Pendahuluan: Nyeri bahu merupakan salah satu masalah yang kerap menjadi keluhan pasien di klinik orthopaedi. Saat ini belum ada instrumen untuk menilai luaran klinis bahu berbahasa Indonesia yang sudah teruji validitas dan reliabilitas. Constant Score (CS) merupakan alat ukur luaran yang sering digunakan dalam literatur untuk mendeskripsikan kondisi fungsional bahu.
Metode: Adaptasi Constant Score ke dalam bahasa Indonesia dilakukan sesuai dengan pedoman yang direkomendasikan oleh Beaton et al. Pengambilan sampel secara konsekutif dilakukan di klinik orthopaedi RS Cipto Mangunkusumo dan RSUP Fatmawati pada pasien dengan keluhan nyeri bahu. Uji validitas dan reliabilitas kuisioner CS-INA versi final dilakukan oleh satu orang peneliti dalam 2 kali kesempatan dengan rentang 1-2 minggu. Responden juga diminta mengisi kusioner SF-36 berbahasa Indonesia pada pertemuan pertama.
Hasil: Sebanyak 102 bahu (101 pasien) diikutsertakan dalam studi validasi dan reliabilitas. Uji validitas konstruk antar poin kuisioner menunjukkan korelasi moderat hingga kuat (Koefisien korelasi 0,429-0,846; p < 0,05). Validitas kriteria dengan kuisioner SF-36 juga menunjukkan korelasi kuat (Pearson correlation 0,90; p < 0,05). Uji reliabilitas menunjukkan konsistensi internal yang sangat baik (Cronbach’s  = 0,85) dan korelasi intrakelas yang baik (ICC = 0,86). Hasil yang baik juga ditunjukkan dari skor SEM 7,32 dan 6,82 serta MDC 14,4 dan 13,3. Dalam penelitian ini tidak didapatkan efek floor and ceiling.
Kesimpulan: Adaptasi Constant Score ke dalam bahasa dan kultur Indonesia menghasilkan alat ukur luaran yang valid dan reliabel untuk digunakan dalam populasi pasien Indonesia dengan keluhan nyeri bahu.

Introduction: Shoulder pain is one of the main complaints of patients coming to the orthopaedic clinic. To the extend of our knowledge, there has been no outcome measure relating to shoulder complaints in Indonesian language. Constant Score (CS) is widely used in publications and literatures to explain shoulder functional outcome.
Method: Cross-cultural adaptation of the Constant score to Indonesian language and culture was performed according to recommendation by Beaton et al. Data from patient with shoulder pain were collected consecutively in the orthopaedic clinic in Cipto Mangunkusumo National General Hospital and Fatmawati General Hospital. Validity and reliability study of the final version of CS-INA was conducted by one researcher in 2 meetings, within 1-2 weeks. The Indonesian version of the SF-36 questionnaire was also given to the respondents.
Results: A total of 102 shoulders (101 patients) was included in the study. CS-INA showed excellent construct validity between items of questionnaire (correlation coefficient 0.429-0.846; p < 0.05) and criterion validity with SF-36 (Pearson correlation 0.90; p < 0.05). Reliability study showed good internal consistency (Cronbach’s  = 0.85) and intraclass correlation (ICC = 0.86). The SEM of the test and retest were 7,37 and 6,82, while the MDC were 14,3 and 13,3. There is no floor and ceiling effects observed in this study.
Conclusion: The Indonesian version of the Constant Score exhibits good validity and reliability for Indonesian population complaining of shoulder pain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Sugiyono
"Latar belakang: Nyeri leher merupakan salah satu keluhan muskuloskeletal tersering menduduki urutan ke 2 setelah nyeri punggung bawah dalam menyebabkan disabilitas, kehilangan produktivitas dalam pekerjaan dan rekurensi. Nyeri leher berhubungan dengan berbagai hendaya dan disabilitas mulai dari nyeri, kekakuan, gangguan keseimbangan, kognitif dan gangguan emosi serta mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan berpengaruh pada kualitas hidup. Pengukuran disabilitas akibat nyeri leher menggunakan self-reported questionnaire yang sahih dan andal menjadi komponen penting dalam evaluasi dan pemantauan nyeri, disabilitas dan keadaan psikososial pada pasien nyeri leher. Tujuan studi ini adalah untuk menilai kesahihan dan keandalan Neck Disability Index (NDI) untuk mengukur disabilitas pasien nyeri leher di Indonesia.
Metode : Kuesioner NDI orisinil dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan metode adaptasi transkultural dari Mapi Research Trust ke bahasa Indonesia melalui proses forward translation, backward translation, cognitive debriefing dan proofreading. Kuesioner NDI bahasa Indonesia yang telah disetujui oleh peneliti dan pengelola kuesioner dinilai kesahihan dan keandalannya dengan diuji pada 50 pasien nyeri leher di Poliklinik Rehabilitasi Medik RS Cipto Mangunkusumo. Kesahihan konstruksi dinilai dengan menggunakan korelasi antar item terhadap skor total. Keandalan dinilai dengan konsistensi internal berdasarkan Cronbach alpha dan keandalan test-retest yang dinilai dalam jangka waktu 2-3 jam dengan kuesioner kedua yang telah dirandomisasi.
Hasil : Subjek penelitian berada pada rentang usia 45.3±14.7 tahun dengan 74% merupakan perempuan. Kesahihan konstruksi dari kuesioner didapatkan korelasi sedang – kuat dengan koefisien korelasi 0.416-0.761. Konsistensi internal didapatkan baik dengan Cronbach 0.839. Keandalan test-retest didapatkan baik dengan intraclass correlation sebesar 0.92 (95% CI 0.86-0.955).
Kesimpulan : Kuesioner Neck Disability Index bahasa Indonesia merupakan kuesioner yang sahih dan andal dalam penilaian disabilitas pada pasien nyeri leher.

Background: Neck pain is one of the most common musculoskeletal complaint and ranks second after low back pain. It causes disability, loss of productivity at work and recurrence. Neck pain is associated with various disabilities ranging from pain, stiffness, balance disorders, cognitive and emotional disorders and affects daily activities and quality of life. Measurement of disability due to pain using self-reported questionnaires that is valid and reliable becomes an important component in the evaluation and monitoring of pain, disability and psychosocial conditions in neck pain patients. The aim of this study was to assess the validity and reliability of Neck Disability Index (NDI) to measure disability in neck pain patients in Indonesia. Method : The original English NDI questionnaire was translated using the transcultural adaptation method from Mapi Research Trust into Indonesian through the process of forward translation, backward translation, cognitive debriefing and proofreading. The Indonesian NDI questionnaire which was approved by the NDI developer was assessed for validity and reliability by being tested on 50 neck pain patients at the Medical Rehabilitation Polyclinic of Cipto Mangunkusumo Hospital. The construct validity was assessed using the item-total correlation. Reliability was assessed by internal consistency based on Cronbach alpha and test-retest reliability which was assessed within a period of 2-3 hours with a second randomized questionnaire.
Results : The research subjects were in the age range of 45.3±14.7 years with 74% being women. The validity of the construction of the questionnaire obtained a moderate - strong correlation with a correlation coefficient of 0.416-0.761. Internal consistency was good with Cronbach 0.839. Test-retest reliability was good with an intraclass correlation of 0.92 (95% CI 0.86-0.955).
Conclusion : The Indonesian Neck Disability Index questionnaire is a valid and reliable questionnaire in assessing disability in neck pain patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Martina Wiwie
"Hubungan antara disabilitas dengan kondisi psikik pasien nyeri punggung ba~ah kronik perlu diperhatikan pada dalam melakukan penatalaksanaan / program rehabilitasi, oleh permasalahan nyeri kronik erat kaitannya dengan hal - hal emosional. Pendekatan yang bersifat biopsikososial mengikutsertakan berbagai disiplin sangat bermanfaat mengatasi disabilitas.
Penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana korelasi kondisi psikik dengan derajat disabilitas, khususnya keadaan ansietas dan depresi pada pasien nyeri punggung bawah kronik. Disamping itu juga meninjau hubungan kondisi fisik serta intensitas nyeri terhadap disabilitas.
Penelitian dilakukan terhadap 65 orang pasien NPBK yang berobat jalan di poliklinik Unit Rehabilitasi Medik RSCM selama bulan Agustus - Oktober 1994. Instrumen yang dipergunakan adalah DAS , PPDGJ II, HDRS, HARS, VAS dan tes Schober. Analisa hubungan antara variabel variabel tersebut dilakukan dengan tehnik korelasi matriks dan regresi bertahap.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang bernakna secara statistik antara disabilitas dengan kondisi psikik, dan tidak ada korelasi bermakna dengan intensitas nyeri maupun kondisi fisik Diperoleh hasil korelasi yang bermakna secara statistik antara derajat depresi dengan tingkat kinerja peran sosial ( r = 0,46 ) dan dengan tingkat disabilitas perilaku keseluruhan (r = 0,43). Kondisi psikik dspresi memberikan sumbangan sebanyak 21 % varians kinerja peran sosial. Penilaian psikopatologi dengan PPDGJ II mendapatkan 58,4 % pasien NPBK mengalami gangguan yang termasuk dalam kelompok Depresi.
Keterbatasan fungsi pasien NPBK yang tampak menonjol disfungsinya adalah underactivity, slowness, marital afective, marital sexual, sexual relation, work'performance dan interest in
job."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmania Kannesia Dahuri
"Pendahuluan : Percutaneous nephrolithotomy (PCNL) adalah pilihan utama untuk batu ginjal yang berukuran lebih dari 2 cm. Tindakan ini dapat menimbulkan nyeri pasca operasi yang merupakan masalah yang sering terjadi dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Prevalensi nyeri pasca PCNL di Indonesia bervariasi. Penanganan nyeri pasca operasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri dengan efek samping yang minimal. Saat ini, metode standar dalam menangani nyeri pasca operasi yang digunakan di seluruh dunia adalah dengan penggunaan opiod. Namun penggunaan opioid memiliki banyak efek samping dan dapat mempengarui kualitas hidup pada pasien. Sehingga diperlukan tatalaksana yang aman, nyaman dan efektif dalam mengatasi nyeri pasca PCNL, salah satunya adalah dengan Elektroakupunktur telinga Battlefield Acupuncture (BFA).
Metode : Desain studi ini adalah serial kasus dengan jumlah sampel 8 pasien PCNL. Studi dilakukan dari November 2023 sampai Januari 2024. Elektroakupunktur telinga BFA dilakukan selama 30 menit pada kedua telinga, satu jam sebelum PCNL. Luaran yang dinilai adalah skor nyeri ( VAS ), kualitas hidup dengan kuesioner Short Form-36 (SF-36) ,penggunaan analgesik juga efek samping yang dialami pasien dicatat pada studi ini
Hasil : Terapi elektroakupunktur telinga BFA dapat menurunkan skala nyeri berupa Visual Analog Scale ( VAS ) pada pasien operasi PCNL batu ginjal. Pada 24 jam pasca PCNL dan EA BFA, 7 dari 8 pasien dengan presentase 87,5% pasien mengalami penurunan skor VAS dan pada 7 hari pasca PCNL dan EA BFA, ke 8 pasien dengan presentase 100 % pasien mengalami penurunan skor VAS. Terapi elektroakupunktur telinga BFA juga dapat meningkatkan kualitas hidup pada 7 hari pasca tindakan yang diukur dengan menggunakan short form 36 ( SF36 ) pada pasien pasca PCNL dan EA BFA. Terapi elektroakupunktur telinga BFA aman, tidak menimbulkan efek samping dan pada pasien hanya mendapatkan tambahan terapi Paracetamol 1000mg .
Kesimpulan : Terapi Elektroakupunktur BFA dapat diberikan pada pasien PCNL dengan keamanan yang terbukti baik pada ke 8 pasien dengan presentase 100 % pasien tidak mengalami efek samping pasca EA BFA.

Introduction : Percutaneous nephrolithotomy (PCNL) is the main choice for kidney stones larger than 2 cm. This procedure can cause post-operative pain, which is a problem that often occurs and can affect the patient's quality of life. The prevalence of post-PCNL pain in Indonesia varies. Postoperative pain management aims to reduce or eliminate pain with minimal side effects. Currently, the standard method of treating post- operative pain used throughout the world is the use of opioids. However, the use of opioids has many side effects and can affect the patient's quality of life. So safe, comfortable and effective treatment is needed to treat post-PCNL pain, one of which is Battlefield Acupuncture (BFA) ear electroacupuncture.
Methods : The design of this study was a case series with a sample size of 8 PCNL patients. The study was conducted from November 2023 to January 2024. BFA ear electroacupuncture was performed for 30 minutes on both ears, one hour before PCNL. The outcomes assessed were pain scores (VAS), quality of life with the Short Form-36 (SF-36) questionnaire, use of analgesics as well as side effects experienced by patients recorded in this study.
Results : BFA ear electroacupuncture therapy can reduce the pain scale in the form of a Visual Analog Scale (VAS) in kidney stone PCNL surgery patients. At 24 hours after PCNL and EA BFA, 7 of 8 patients with a percentage of 87.5% of patients experienced a decrease in VAS scores and at 7 days after PCNL and EA BFA, all 8 patients with a percentage of 100% of patients experienced a decrease in VAS scores. BFA ear electroacupuncture therapy can also improve quality of life 7 days after the procedure as measured using the short form 36 (SF36) in patients after PCNL and EA BFA. BFA ear electroacupuncture therapy is safe, does not cause side effects and patients only receive additional 1000mg Paracetamol therapy.
Conclusion : BFA Electroacupuncture therapy can be given to PCNL patients with proven safety in 8 patients with a 100% percentage of patients not experiencing side effects after EA BFA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Marpati Yanti
"ABSTRAK
Tujuan : Membandingkan efektivitas pemberian terapi laser tenaga rendah
yang diaplikasikan setiap hari dengan aplikasi 2 kali perminggu dalam
menurunkan derajat nyeri pada penderita osteoartritis servikal.
Metode : Uji klinis acak tersamar tunggal, empat puluh subyek penelitian
dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok I mendapatkan terapi laser tenaga
rendah tiap hari kerja selama 10 hari terapi (2 minggu), sedangkan kelompok II
mendapatkan terapi laser tenaga rendah 2 kali perminggu selama 10 hari terapi
(5 minggu).
Tempat : Departemen Rehabilitasi Medik RSUPN-CM Jakarta.
Hasil : Hasil intervensi selama 10 kali pertemuan berturut-turut
menunjukkan penurunan nilai VAS yang bermakna (p<0,05). Dengan analisis
general linier model for repeated measure didapatkan tren penurunan nilai VAS
kelompok yang diintervensi setiap hari menunjukkan penurunan yang lebih baik
dibandingkan kelompok yang diintervensi dengan interval 2 kali perminggu. Pada
kelompok pertama didapatkan penurunan nilai VAS lebih besar pada terapi laser
tenaga rendah setiap hari mulai pada pertemuan ke-6 hingga pertemuan ke-10.
Kesimpulan : Laser tenaga rendah efektif menurunkan nyeri leher penderita OA
servikal.Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap penurunan nilai VAS antara
terapi laser tenaga rendah setiap hari dan terapi laser tenaga rendah 2 kali
perminggu, dengan penurunan nilai VAS lebih besar pada terapi laser tenaga
rendah setiap hari

ABSTRACT
Objective : Comparing the effectiveness between everyday and twice weekly
application of Low Level Laser Therapy, in lowering rate of pain in patients with
cervical osteoarthritis.
Design : Single-blind randomized clinical trials, forty subjects were
divided into two groups. Group I get a low level laser therapy everyday for 10
days of therapy (2 weeks), whereas group II get a low level laser therapy twice
weekly for 10 days of therapy (5 weeks).
Setting : Physical Medicine and Rehabilitation Department Dr Cipto
Mangunkusumo Hospital Jakarta.
Result : The results of the intervention for 10 consecutive sessions shows
a significant decrease in VAS values (p <0.05). Result analysis with general linier
model for repeated measure in both groups show a better VAS decline in everyday
application group. In first group, the decrease in VAS is greater in application of
Low Level Laser Therapy from session six to ten.
Conclusion : Low level laser therapy effectively decreased neck pain in
cervical OA. There was significant difference in VAS between everyday and
twice weekly application of low level laser therapy, with a greater reduction in
VAS value in every day application."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Muhsinah
"Keluhan utama pasien pasca bedah orthopedi adalah nyeri. Nyeri yang dialami pasien juga dapat menyebabkan kecemasan. Terapi musik religi merupakan intervensi pelengkap nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri dan kecemasan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi musik religi terhadap nyeri dan kecemasan pada pasien fraktur pasca bedah orthopedi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimen dengan pre and post test control group, menggunakan consecutive sampling. Jumlah sampel adalah 32 orang 16 kelompok kontrol dan 16 kelompok intervensi.
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat nyeri p value = 0,01; ? = 0,05 , tidak ada pengaruh signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan p value = 0,796; ? = 0,05 . Tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, dan riwayat operasi sebelumnya terhadap tingkat nyeri dan kecemasan. Penelitian ini merekomendasikan terapi musik religi sebagai salah satu intervensi alternatif mandiri keperawatan untuk mengurangi nyeri pasca bedah orthopedi.

Pain is the most common problem on orthopaedic surgery. Pain becomes one aspect that make patient feeling anxious. Religious music therapy is a nonfarmakologic intervention to decrease pain and anxiety. The purpose of this studi was examine the effect of religious music therapy to reduce pain and anxiety on fracture patient`s post orthopaedic surgery. This study used quasi experimen pre and post test control group using consecutive sampling, recuiting 32 respondents.
The result shows, that there was a significant effect on reducing pain level p value 0,01 0,05 , but there was no significant effect to anxiety p value 0,796 0,05 . There was no significant correlation between age, sex and previous surgery with pain level and anxiety. Recomendation, religious music therapy becomes one of the nursing intervention in reducing post orthopaedic surgery`s pain."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T47013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Purwanto
"Keluhan utama pasien dengan pascapembedahan fraktur ektremitas bawah adalah nyeri. Nyeri yang dialami pasien dapat menjadi salah satu penyebab ketidaknyamanan pada pasien pasca pembedahan fraktur. Edukasi nyeri dan terapi dzikir dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan. Penelitian ini Mengidentifikasi pengaruh edukasi nyeri dan terapi dzikir terhadap nyeri dan kenyamanan pada pasien pascapembedahan fraktur ekstremitas bawah.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment pretest-posttest with control group design dan teknik sampling yang digunakan yaitu probability sampling, yaitu randomisasi blok. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan edukasi nyeri dan dzikir dengan p value= 0.0000. Nilai kenyamanan pasien juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kenyamanan sebelum dan sesudah diberikan edukasi nyeri dan terapi dzikir Penelitian ini merekomendasikan penerapan edukasi nyeri dan terapi dzikir untuk membantu pasien pascapembedahan fraktur ektemitas bawah untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanannya.

Pain is the most common problem on patient with a lower extremity post operative fracture. Pain becomes one aspect that makes patient with fracture experience discomfort. Pain education and dhikr theraphy can to reduce pain and impoved comfort. The purpose of this study was to examine the influence pain education and dhikr theraphy y to pain and level of comfort in patient with closed fracture. This is quasi experiment pretest-posttest with control study using probability sampling (block randomization) recruiting 40 respondents. The result shows that there was a significant difference in pain level before and after pain education and dikr theraphy (p value=0.000). There was also significant difference on level of comfort before and after pain education and dikr theraphy (p value=0.000). It is recommended that pain education and dikr theraphy should be applied to decrease pain and level of discomfort in patient with fracture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setia Wati Astri Arifin
"Latar Belakang: Osteoartritis (OA) lutut seringkali menyebabkan disabilitas akibat nyeri dan penurunan kemampuan fungsional berjalan. Low Level Laser Therapy (LLLT) dan High Intensity Laser Therapy (HILT) telah terbukti mampu menurunkan nyeri dan kemampuan fungsional pada OA lutut, namun hingga saat ini belum ada penelitian di Indonesia yang membandingkan kedua modalitas tersebut.
Tujuan: Mengetahui perbedaan efek LLLT dan HILT terhadap derajat nyeri dan kemampuan fungsional pasien OA lutut.
Metode: Studi ini merupakan uji klinis acak terkontrol tersamar ganda yang melibatkan 61 subjek yang diacak ke dalam kelompok LLLT (n=31) dan HILT (n=30). Subjek adalah pasien OA lutut di Poliklinik Muskuloskeletal Departemen Rehabilitasi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan VAS ≥ 4 dan mampu berjalan 15 meter. Terapi laser diberikan 3 kali seminggu selama 2 minggu. Derajat nyeri dinilai dengan VAS dan kemampuan fungsional dinilai dengan uji jalan 15 meter.
Hasil: Setelah 6 kali terapi, didapatkan penurunan VAS kelompok LLLT dan HILT sebesar 3 (2 – 4) dan 3 (2 – 5) serta peningkatan kecepatan berjalan sebesar 0,23
(0,02 – 1,24) meter/detik dan 0,22 (0,08 – 0,7) meter/detik) yang bermakna secara statistik (p<0,001) maupun secara klinis. Pada perbandingan antar kelompok didapatkan kelompok HILT mengalami penurunan VAS yang lebih cepat dan lebih besar dibanding kelompok LLLT (p<0.001), namun tidak didapatkan perbedaan perubahan kecepatan berjalan yang bermakna antara kedua kelompok (p=0,655).
Simpulan: Pemberian HILT pada pasien OA lutut mampu menurunkan derajat nyeri dengan lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan pemberian LLLT.

Background: Osteoarthritis (OA) of the knee causes disability due to pain and decreased functional ability to walk. The degree of pain will affect the functional ability to walk. Low Level Laser Therapy (LLLT) has been shown to reduce pain in knee OA, while High Intensity Laser Therapy (HILT) is able to reach deeper joint areas.
Aim: To compare the differences of LLLT and HILT on pain and functional capacity knee OA.
Methods: This is a double-blind randomized controlled trial with 61 subjects randomized into LLLT (n=31) and HILT (n=30) groups . Subject was knee OA patient with VAS ≥ 4 in Muskuloskeletal Polyclinic of Medical Rehabilitation RSUPN Cipto Mangunkusumo. Laser therapy was given 3 times per week for 2 weeks. Pain measured with VAS and functional capacity evaluated with 50-feet walk test.
Result: After 6 therapy sessions, both LLLT and HILT group showed reduced VAS score [LLLT = 3 (2 – 4), HILT = 3 (2 – 5)] and increased walking speed (LLLT =
0.23 (0.02 – 1.24) m/s, HILT = 0.22 (0.08 – 0.7) m/s) which was statistically (p<0.001) and clinically significant. HILT group had faster and greater VAS reduction compared to LLLT group (p<0.001), but there was no significant difference in walking speed between the two groups (p=0.655).
Conclusion: HILT and LLLT combined with exercise were effective in reducing pain and increasing functional capacity in knee OA patient after 6 sessions of treatment. Pain improvement was faster and greater in HILT group than LLLT group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58569
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>