Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158859 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rara Firlina
"JKT48, grup penyanyi yang merupakan sister group idola asal Jepang AKB48, saat ini merupakan penyanyi yang cukup dikenal di Indonesia karena fanatisme fansnya. Salah satunya adalah Kaskus JKT48 yang merupakan komunitas fandom penggemar JKT48 dan terbentuk online dari forum online kaskus. Kaskus JKT48 cukup terkenal karena kekompakan dan eksistensinya di kalangan fans JKT48. Penelitian ini kemudian ingin mengetahui bagaimana dinamika hubungan yang terjadi pada Kaskus JKT48 sehingga membuat Kaskus JKT48 sebagai komunitas online menjadi kompak. Dinamika hubungan dapat terjadi dari interaksi online dan offline, ikatan, pemaknaan identitas anggota sebagai bagian dari Kaskus JKT48, dan penggunaan media sosial (forum online dan Twitter) sebagai media komunikasi komunitas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan paradigma interpretif dan menggunakan strategi etnografi.
Hasil dari penelitian ini yaitu terjadi dinamika komunitas Kaskus JKT48 karena interaksi online offline yang terus menerus terjadi. Dinamika berdampak pada ikatan dan kekompakan komunitas yang berkurang. Dinamika juga terjadi karena identitas anggota mulai terkontestasi dan muncul clique (kelompok dalam kelompok). Interaksi online dengan menggunakan berbagai media sosial juga menjadi pemicu munculnya dinamika dalam Kaskus JKT48 akibat adanya overload information dan membuat kejenuhan pada anggota komunitas.

JKT48, a singer group which is Japanese idol sister group of AKB48 , is now a well-known singer in Indonesia because of fanaticism fans. One of them is Kaskus JKT48, the fandom community JKT48 fan that formed online by online forums known as Kaskus. Kaskus JKT48 is quite famous because of its coheisveness and its existence among JKT48 fans. This study want to know how the dynamics of the relationships that occur on Kaskus JKT48 thus making Kaskus JKT48 as a cohessive online community. The dynamics of the relationship can occur from online and offline interaction, bonding, meaning the identity of members as part of JKT48 Kaskus, and the use of social media ( online forums and Twitter ) as a community communication medium. This research use qualitative and interpretive paradigm by using ethnographic strategy.
The results of this study are the dynamics of JKT48 Kaskus community due to online and offline interactions that keep happen in it. The dynamics caused impact on bond and reduced community cohesiveness. Dynamics also occur because of the identity of the members began contested and appear clique ( groups within groups ). Online interaction using a variety of social media is also a trigger of dynamics in Kaskus JKT48 due to information overload and began appearing saturation on community members.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58279
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edria Sandika
"Tesis ini membahas observasi dan partisipasi kegiatan komunitas tokusatsu dalam kaitannya dengan budaya konsumsi dan dinamika budaya penggemar teks budaya populer tokusatsu di indonesia. penelitian etnografis ini bertujuan untuk melihat interaksi budaya penggemar dalam komunitas yang menggemari budaya populer dan produksi budaya yang tercipta dari kegiatan penggemar budaya tersebut. hasil penelitian menyimpulkan bahwa aktivitas yang dilakukan di komutoku merupakan bentuk konsumsi kreatif dan menjadi komunitas sosial alternatif bagi penggemarnya.

This thesis discusses the observation and participation of tokusatsu community activities in relation to the culture of consumption and the dynamics of the fan culture of the popular tokusatsu cultural texts in Indonesia. This ethnographic study aims to see the interaction of fan culture in the community who favor popular culture and cultural production created by the activities of these cultural enthusiasts. the results of the study concluded that the activities carried out in comedy are a form of creative consumption and an alternative social community for fans."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T38590
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Angela Gunawan
"Twitter menjadi salah satu media sosial terpopuler yang digunakan penggunanya untuk berinteraksi, berkolaborasi, berkomunikasi, berbagi, dan membentuk jaringan komunitas. Salah satu komunitas dan aktivitas yang terbentuk melalui Twitter adalah roleplay. Roleplayer membentuk identitas virtual sesuai dengan persona yang diinginkannya. Makalah ini disusun untuk mendeskripsikan komunitas roleplay di Twitter Indonesia dan hubungannya dalam membentuk identitas virtual. Teori dan konsep yang digunakan dalam makalah ini meliputi identitas virtual dan computer mediated communication (CMC) dengan metode pengumpulan data yang terinspirasi dari etnografi digital dan studi literatur. Studi ini menemukan, praktik roleplay di Twitter Indonesia tidak hanya sebatas pada roleplayer yang memainkan karakternya sesuai dengan identitas virtual yang dibangunnya, tetapi juga memfasilitasi roleplayer untuk melakukan banyak hal.

Twitter is one of the most popular social media used by its users to interact, collaborate, communicate, share,
and form a community network. One of the communities and activities formed through Twitter is roleplay. The
roleplayer forms a virtual identity according to the persona he wants. This paper is prepared to describe the
roleplay community on Twitter Indonesia and its relationship in forming a virtual identity. The theories and
concepts used in this paper include virtual identity and computer mediated communication (CMC) with data
collection methods inspired by digital ethnography and literature studies. This study found that the practice of
roleplay on Twitter Indonesia is not only limited to roleplayers who play their characters according to the virtual
identity they have built, but also facilitates roleplayers to do many things.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salvaditya Tama
"Artikel tersebut menjelaskan fenomen Arsenal Fan TV terhadap basis penggemar Arsenal di dunia yang semakin jenuh dengan media digital dan bagaimana penggemar sepak bola membentuk identitas mereka melalui konten media sosial, Arsenal Fan TV adalah pionir konten partisipasi penggemar sepak bola di platform media sosial YouTube . Hal ini telah mengubah sifat fandom sepak bola, karena kombinasi ‘fandom-teknologi’ memungkinkan penggemar untuk mengekspresikan pandangan mereka terhadap klub setiap hari (Woods & Ludvigsen, 2021). Tulisan ini menggunakan perspektif Nash (2000) terhadap fandom, khususnya pada lingkup sepak bola yang berhubungani kuat dengan kasus Arsenal Fan TV sebagai salah satu fan televisi terpopuler di industri fandom sepak bola. Selain itu, artikel ini mengkaji bagaimana media digital mentransformasikan fandom sepak bola untuk memperkuat identitas sosial mereka sebagai sebuah kelompok di platform media sosial. Artikel tersebut berargumen bahwa konten saluran Arsenal Fan TV mengubah dinamika fandom dan persepsi anggotanya terhadap sepak bola. klub yang berhubungan dengan teori identitas sosial Michael Hogg (2016) yang berfokus pada sosial dan norma kelompok, kepemimpinan di dalam dan antar kelompok. Fandom sepak bola memang berbeda jauh jika dibandingkan dengan fandom lainnya, karena mereka sangat mengutamakan klub sepak bola kesayangannya dalam berbagai aspek kehidupannya. Oleh karena itu, klub sepak bola yang mereka dukung akan merubah norma-norma sehari-hari dan status sosial mereka. Mengetahui bahwa kekuatan identitas sosial yang dimiliki Arsenal Fan TV dalam merubahi lebih banyak Penggemar Arsenal di seluruh dunia agar norma-norma mereka ditetapkan oleh hasil Arsenal setiap minggu melalui besar-besaran mereka. keterlibatan digital akan sangat bermanfaat untuk mempelajari fenomena ini. Karena mengatasi kekuatan loyalitas dan identitas fandom sepak bola adalah hal yang penting, belajar dari pendapat Nash (2000) dan pengalaman mengenai suporter Liverpool yang berbasis di Skandinavia dipandang sebagai pemburu kejayaan karena kurangnya persatuan dengan suporter lokal.

The article describes the phenomenon of Arsenal Fan TV on Arsenal’s fan base in an increasingly digital media- saturated world and how football fans shape their identity through social media content, Arsenal Fan TV is the pioneer in football fan participation content on the social media platform YouTube. It has changed the nature of football fandom, as its ‘fandom-technology’ combination allows fans to express their views towards the club daily (Woods & Ludvigsen, 2021). This paper use Nash’s (2000) perspective towards fandom, specifically on a football scope which connects strongly to the case of Arsenal Fan TV as one of the most popular fan television in the football fandom industry. Other than that, this article studies how digital media transforms football fandoms to strengthen their social identity as a group in social media platforms.. The article argues that the contents of the Arsenal Fan TV channel change the dynamics of the fandom and the member’s perceptions of the club which connects to Michael Hogg’s (2016) social identity theory that focuses on social influence and group norms, leadership within and between groups. Football fandom is different distinctly different when being compared to other fandoms, as they really prioritize their favourite football club in many aspects of their life. Hence, the football club they support will be affecting their daily norms and social status.Knowing that the strength in social identity that Arsenal Fan TV has in influencing more Arsenal Fans around the world to have their norms set by Arsenal results every week through their massive digital engagement will be very beneficial for studying this phenomenon. As addressing the strength in loyalty and identity for a football fandom is important, learning from Nash’s (2000) take and experience on Liverpool’s Scandinavian based supporters being seen as glory hunters due to the lack of unity with the local supporters.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Chrisiani
"Meskipun Indonesia belum meratifikasi Konvensi terkait Status Pengungsi 1951, Indonesia merupakan salah satu negara transit bagi para pengungsi. Mereka merupakan tanggung jawab dari UNHCR. Pengungsi yang tidak memiliki kewarganegaraan ini menghadapi permasalahan seperti waktu tunggu yang lama dan keterbatasan sumber daya. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak bagi perkembangan psikososial pengungsi anak. Dalam penelitian ini membahas gambaran pembentukan identitas pengungsi anak yang dihadapkan dengan kondisi yang tidak memungkinkan dan apa saja yang berkontribusi pada pembentukan identitas mereka.
Penelitian ini menggunakan kerangka kesejahteraan dan perlindungan anak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dengan informan sebanyak 15 orang, dengan 5 orang pengungsi anak, 5 orang guru, dan 5 keluarga dari pengungsi anak yang diwawancarai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk dapat membentuk identitas anak dalam situasi sesulit apapun, apabila terdapat dukungan dan interaksi dari beberapa pihak seperti keluarga dan lingkungan sekitar, maka anak tidak akan mengalami kebingungan identitas.

Although Indonesia has not ratified the Convention Relating to the Status of Refugees, also known as the 1951 Refugee Convention, Indonesia is one of the transit countries for refugees. Refugees in Indonesia are the responsibility of UNHCR because the Indonesian government is not obliged to meet their needs. These stateless refugees encounter the problem of long time obscurity and scarcity of resources before being placed into their destination country. This situation is feared to affect the psychosocial development of refugee children. This study discusses about identity formation of refugee children in a difficult situation and what contributes to it.
This study uses Child Safeguarding and Promoting Welfare Framework. This study uses qualitative approach with descriptive research with 15 informants 5 refugee children, 5 teachers, and 5 family of the refugee children. Result of this study shows that in order to form the identity even amidst the most difficult situation, if there is support and interaction from family and environment, children will not suffer from identity confusion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handy Suberlin
"Skripsi ini membahas tentang pengaruh faktor-faktor yang ada pada relationship quality dan technology acceptance model terhadap sense of belonging dan inteniton to participate (intention to get knowledge & intention to share knowledge) dalam komunitas virtual Kaskus. Relationship quality memiliki 2 dimensi yakni, dimensi familiarity dan trust. Technology Acceptance Model (TAM) yang sering digunakan dalam penelitian terkait sistem informasi atau teknologi digunakan untuk mengukur kualitas dari komunitas virtual dari perceived usefulness dan perceived ease of use sistem dari komunitas virtual. Terdapat 130 responden member Kaskus yang memiliki ID atau akun Kaskus. Dengan menggunakan Structural Equation Modeling dan program LISREL 8.51, penelitian ini menunjukkan bahwa hampir semua faktor dari relationship quality maupun TAM berpengaruh positif terhadap sense of belonging dan intention to participate, kecuali hubungan antara perceived ease of use terhadap sense of belonging. Pentingnya membuat stimulus interaksi menjadi temuan penting dalam penelitian ini.

This research investigates the effect of the components of relationship quality and technology acceptance model towards sense of belonging and inteniton to participate (intention to get knowledge & intention to share knowledge) on virtual community Kaskus. Relationship quality has 2 dimensions, familiarity and trust. Technology Acceptance Model (TAM) is used in this research with its components, perceived usefulness and perceived ease of use. The 130 respondents were Kaskus members with ID’s. By using Structural Equation Modeling and the software LISREL 8.51, the findings show that most of all relationship that the components of social capital & TAM positively affect sense of belonging and intention to participate, except the relationship of perceived ease of use toward sense of belonging. The key finding of this research is the importance to create “interaction stimulus” on virtual community.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S60495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Simbol atau lambang adalah suatu tanda untuk menunjuk sesuatu berdasarkan kesepakatan bersama. Penelitian ini membahas penggunaan simbol yng berupa emotikon untuk menjelaskan hal-hal yang tidak terwakili karena keterbatasan nada, suara, dan ekspresi yang belum terwakili. Penelitian ini menggunakan semiotika Pierce yang menganalisis emotikon yang ada pada komunitas Kaskus. Penelitian ini menunjukkan emotikon Kaskus memiliki makna untuk menekankan ekspresi, mempertegas emosi, bentuk apresiasi positif, reputasi, sindiran, metafora, serta stereotip. Selain itu, emotikon yang terdapat pada Komunitas Kaskus sangat bervariatif dan menampilkan semangat anak muda yang diwakili dengan warna yang mencolok serta gambar yang kreatif.
"
JSIO 13:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Magdalena Hasiana
"Tulisan ini mengangkat persoalan ontologis dalam memahami fenomena fandom K-Pop. K-Pop merupakan bagian dari gelombang Korea (Hallyu Wave) yang memunculkan tren baru terkait relasi penggemar dan idol. Relasi identitas penggemar dan idol menjadi properti individual dalam budaya partisipasi yang memperkuat penelusuran ontologis atas fandom K-pop. Alur ketertarikan dengan sikap disinterested memunculkan proses perceiving yang menguatkan interaksi antara penggemar dengan idol. Persoalan relasi inilah yang juga menjadi bagian dari penelurusan ontologis yang dilakukan dalam penulisan ini. Melalui penggunaan metode fenomenologis, saya mengumpulkan data pustaka, riset serta berdasarkan pengalaman subjek. Data dianalisis dengan metode penelurusan ontologis berdasarkan teori dari Roderick Chisholm. Tulisan ini membuktikan adanya definisi ontologis dari fandom K-Pop melalui properti subjek dan fenomena yang melingkupinya.

This paper is about ontological issues in understanding the phenomenon of K-Pop fandom. K-Pop is a part of the Korean wave (Hallyu Wave) which has led to new trends related to the relationship of fans and idols. The relation between fans and idol's identity becomes an individual property in a culture of participation that strengthens the ontological investigation of K-pop fandom. The flow of interest with a disinterested attitude raises the process of perceiving that strengthens the interaction between fans and idols. The issue of relations is also part of the ontological investigation that carried out in this paper. With phenomenological methods, I collected the data from the books and academic papers and did some research based on the subject`s experience. The data were analyzed by ontological investigation methods based on Roderick Chisholm`s theories. This paper proves the ontological definition of K-Pop fandom through the subject`s properties and the surrounding phenomena.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafira Athifah Sandi
"Penelitian ini membahas mengenai bagaimana anggota fandom musik pop melakukan engagement dan berpartisipasi dalam komunitas fanbase di media sosial, khususnya pada Instagram, Twitter, dan LINE yang termasuk dalam jajaran platform paling populer di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan desain fenomenologi. Melalui wawancara dengan perwakilan dari lima komunitas fanbase, penelitian ini mengeksplor praktik-praktik yang dilakukan dalam fandom musik pop dari perspektif dan pengalaman penggemar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggemar aktif terlibat dalam beragam proses produksi dan konsumsi konten, mulai dari informatif, interpretif, karya transformatif, proyek bersama komunitas, hingga merchandise. Produktivitas penggemar dalam melakukan berbagai aktivitas engagement tersebut menunjukkan adanya kesetiaan dan dedikasi terhadap musisi favorit.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa komunitas fanbase beroperasi berdasarkan konsep reward industry, yang mana penggemar termotivasi oleh adanya keuntungan-keuntungan emosional yang didapat dari interaksi dengan komponen industri, antara lain musisi, label rekaman, rekan media, dan promotor konser.

This research discusses about how members of pop music fandoms engage and participate in fanbase communities on social media, specifically on Instagram, Twitter, and LINE which are among the most popular platforms in Indonesia. This research uses qualitative method with phenomenology design. Through interviews with representatives of five fanbase communities, this research explores practices in pop music fandom from the fans perspectives and experiences.
The result shows that fans are actively involved in various processes of content production and consumption, from informative, interpretive, transformative, community projects, to merchandise. Fans productivity in doing these engagement activities shows devotion and dedication to their favorite artists.
This research also finds that fanbase communities operate based on reward industry concept, in which fans are motivated by emotional rewards from interaction with industry components, such as the artist, record label, media partner, and concert promotor.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafiz Priyansyah
"Pembahasan mengenai budaya populer selalu berkembang seiring dengan perkembangan media yang mendukung penyebaran mereka. Fandom media hiburan tersebut menjadi objek studi yang menarik banyak peneliti untuk melihat praktik budaya yang ada di dalamnya. Fandom anime, contohnya, merupakan salah satu pelanggan utama dalam studi mengenai praktik budaya yang terjadi dalam komunitas mereka masing-masing. Dalam penelitian ini, terdapat pembahasan mengenai bagaimana fandom anime di Indonesia membuat animeme (meme dengan topik anime) dengan nilai budaya yang terdiri dari budaya anime dan beragam budaya masyarakat Indonesia. Melalui praktik textual poaching (Jenkins, 1992) ini, akan ditelaah bagaimana fandom anime daring di Indonesia memaknai keberadaan mereka sebagai komunitas transnasional (Appadurai, 1996). Data berupa meme anime yang didapatkan dari Twitter akan dibahas dengan menggunakan kedua konsep tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bagaimana fandom anime telah berkembang dari taraf komunitas transnasional yang memahami nilai-nilai budaya antar negara, menjadi komunitas transregional yang menunjukkan pemahaman akan nilai-nilai budaya yang berasal dari anime dan daerah-daerah tertentu di Indonesia. Istilah transregional menjadi cenderung lebih cocok untuk mewakili fenomena pengaruh budaya yang tidak lagi terbatas kenegaraan, melainkan kedaerahan ini. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat ikut berkontribusi pada perkembangan studi mengenai budaya populer, fandom, dan komunitas transnasional yang sering juga disebut sebagai global citizen.

Discussions regarding popular culture has always developed in parallel with the development of the media that spreads them. Said media’s fandom becomes an interesting study that attracts many researchers to unravel the cultural practices they conduct. The anime fandom, for example, is a usual suspect for the study of their cultural practices. This research discusses how Indonesian anime fandom creates animemes (anime-themed memes) with the cultural values of anime culture and the culture of the people in Indonesia. Through this practice of textual poaching (Jenkins, 1992), this research will analyze how anime fandom practice their existence as a transnational community (Appadurai, 1996). The data discussed by these two theories are in the form of anime memes obtained from Twitter. The result shows that anime fandom has developed from a transnational community that practices the cultural values of a nation, into a transregional community that practices the cultural value of anime and particular regions in Indonesia. The term “transregional” tend to become much more suitable to represent the cultural influence of not only a nation or a country, but also a particular region’s culture. The researcher hopes that this research can contribute to the development of popular culture study, especially the study of fandom and transnational community, who are often referred to as global citizen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>