Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127761 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gadisha Amelia Febrianti Rahayu
"ABSTRAK
Kolase, sebagai salah satu media representasi dalam arsitektur, memiliki peran yang kompleks dalam menghasilkan sebuah forma. Kolase menjadi representasi dari ide dan berperan sebagai cerita yang dikemas dalam bentuk diagram. Cerita ini kemudian melewati proses transisi dari media 2-dimensi menjadi memiliki kualitas ruang atau media 3-dimensi, baru kemudian dibangun sebagai sebuah arsitektur. Proses transisi kolase mengakibatkan munculnya ambiguitas. Kemunculan ambiguitas terjadi pada saat eksplorasi konsep kolase, penerjemahan kolase sebagai ruang 3-dimensi, dan juga pada saat arsitektur tersebut berdiri dan dicoba pahami oleh pengguna. Keberadaan ambiguitas menyebabkan proses eksplorasi dan pemahaman pada bangunan memiliki beragam persepsi. Akibatnya, dapat muncul beragam arti dari satu cerita. Ambiguitas dapat dilihat sebagai sebuah instrumen yang menghubungkan arsitek dan user. Ambiguitas juga yang memungkinkan terjadinya pemahaman yang lebih mendalam pada potensi yang sudah ada dalam sebuah arsitektur dan memungkinkan terjadinya integritas persepsi dalam mengkomunikasikan suatu ide dalam penerjemahannya.

ABSTRACT
Collage, as a form of many architectural representation media, has a complex role in producing architectural form. Collage is a representation of an idea and has a role as a story that is conveyed as diagram. The story would go through transitional process from a 2-dimensional media into the spatial quality or a 3-dimensional media, then it is translated into architectural form. The transitional process in collage may result in ambiguity in several stages; during the concept exploration of collage, the translation of collage into 3-dimensional form, and when the architecture based on collage concept is realized and experienced or understood by the users. The collage character of ambiguity might affect exploration process and the understanding of the building, causing diverse perception among users. As a result, there could be various meanings produced from one particular story. Ambiguity could be seen as a tool that connects architect and users. Ambiguity would also allow a deeper understanding on existing potential in architecture and also the integrity of perception in communicating an idea within its translation."
2015
S58157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramitha Ramadhaniar
"Dalam proses merancang, peran kolase sebagai wadah representasi visual dapat menjadikan kolase sebagai salah satu metode yang potensial untuk merepresentasikan ide seorang arsitek. Kolase dapat digunakan untuk mengkomunikasikan ide dalam bentuk visual dengan cara menggabungkan fragmen-fragmen desain (Socio, 2006) untuk menghasilkan makna baru. Peran kolase dalam merepresentasikan makna sebuah objek kedalam sebuah ruang (Socio, 2006), dapat memudahkan arsitek dalam menginisiasi dan memperkirakan penciptaan sebuah ruang arsitektur (Socio, 2006; Martin, 2007). Oleh karena itu, kolase dapat menjadi salah satu metode yang digunakan dalam perancangan arsitektur yang menghasilkan makna. Makna dalam perancangan memiliki potensi untuk mempertahankan nilai sebuah bangunan. Dengan adanya makna dalam rancangan, sebuah bangunan dapat mempertahankan eksistensinya, agar fungsi bangunan tersebut tidak hilang dimakan zaman, dapat dijadikan sebagai objek pembelajaran karya arsitektur, serta dapat berkembang menjadi bangunan cagar budaya (Nursanty & Suhalyani, n.d). Namun, kolase belum banyak digunakan sebagai metode yang dianggap potensial untuk mengkomunikasikan ide dalam proses perancangan arsitektur. Sehingga dalam skripsi ini, penulis bertujuan melihat potensi kolase sebagai metode yang digunakan pada proses merancang dan kemudian dibuktikan dengan mempelajari bangunan cagar budaya Villa Isola. Dalam proses perancangan Villa Isola, terdapat penggunaan teknik penyusunan dengan teknik kolase sehingga bangunan tersebut hingga saat ini memiliki makna yang masih berlanjut.

In the process of designing, the role of collage as a visual representation can make the collage method as one of the potential methods to represent the idea of an architect. Collages can be used to communicate ideas in visual form by combining fragments of design (Socio, 2006) to produce new meanings. The role of collage in representing the meaning of an object into space (Socio, 2006), can facilitate the architect in initiating and estimating the creation of architectural space (Socio, 2006; Martin, 2007). Therefore, collage can be one method that can be used in architectural design that produces meaning. The meaning in design has the potential to maintain the value of a building. With the existence of meaning in the design, a building can maintain the existence of the building, so that the functions of the building are not lost to the times, can be used as objects of learning architectural works, and can develop into cultural heritage buildings (Nursanty & Suhalyani, n.d). However, collage has not been widely used as a method that is considered a potential to communicate ideas in the architectural designing process. So in this thesis, the author aims to see the potential of collage as a method used in the design process and then proven by studying the heritage building, Villa Isola. In the designing process of Villa Isola, there is the use of assembling collage techniques, so that the building has a continuing meaning untill now.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Dwina Pramesti Basuki
"ABSTRAK
Melalui pendekatan fungsi dan estetika antara manusia dengan arsitektur,
desain mengalami proses perkembangannya di bidang pengetahuan arsitektur
terhadap ruang interior. Penelitian berbasis desain pun menjadi peluang sebagai
media yang dapat mempelajari pendekatan tersebut. Sistem yang dapat bekerja
pada suatu interioritas pun menjadi kunci utama penelitian ini. Bagaimana
interioritas dapat menjawab penelitian mengenai metode baru dalam mendesain
yang bergerak pada fungsi dan estetika ruang interior?
Penelitian ini diawali dengan mempelajari seputar fungsi seni kolase
terhadap sistemnya dalam merepresentasikan suatu ruang arsitektur interior.
Kolase dalam kaidahnya memiliki ruang-ruang tersembunyi dibalik lapisan objek
yang menjadi fokus utama teknik representasi ruang tersebut. Teka-teki mengenai
keberadaan ruang tersembunyi ini kemudian dapat menghasilkan seribu satu
kemungkinan cerita yang tersampaikan melalui pengalaman manusia dalam
fungsi. Dengan penelusuran lebih lanjut, kelak seribu satu kemungkinan cerita
tersebut menjadi suatu sistem yang perlu ditelusuri dengan mempertahankan
unsur fungsi dan estetika terhadap interioritas.
Image seribu satu kemungkinan cerita yang terkandung dan
bercengkerama dalam interioritas sebuah ruang dapat menjadi sistem yang disebut
sebagai mesin. Mesin tersebut adalah sistem yang dapat bekerja di antara persepsi
manusia dan pengalamannya akan ruang secara berkelanjutan. Ruang sebuah
pasar di daerah Santa pun dimanfaatkan sebagai tapak pengembangan mesin
tersebut, dengan alasan peluang image tapak yang dimiliki serta ruang yang berpotensi dapat mewadahi seribu satu cerita. Dialog antara sistem seribu satu
cerita mengenai fungsi dan estetika ini dapat disebut sebagai Living Machine yang
kelak dapat menjawab keberadaan dialog tersebut sebagai suatu interioritas.

ABSTRACT
Through the function and aesthetic approach of the relationship between
man and architecture, design has been through the development in the cognition
of architecture towards interior. Design based study became the opportunity as the
new media that can answer the study approach. The system that is able for
working throughout the interiority is the keyword of the study. How can
interiority answer the new method of design study about function and aesthetic of
an interior space?
The study begins by learning the main function of a collage art and its role
in representing an interior architecture space. Collage art in its own rule has got
some unfound space between its layers as the main focus of the space
representation technique. Puzzles of the existence of the unfound space then
collect a thousand and one probability of stories that were represented through the
human responds by each of their experience as the function of the interior space.
Thus by the further research, a thousand and one stories themselves could create
their own system that should be followed with the function and aesthetic of the
interiority.
The image that is brought by one thousand and one probability of stories
that contained and theatrically involved each other inside the interiority is called
as machine. The machine is a system that works between human perception and
its following experience of space sustainably. The existence of a traditional
market in Santa is chosen to be the site for further development of the machine.
The image that is brought by one thousand and one probability of stories
that contained and theatrically involved each other inside the interiority is called
as machine. The machine is a system that works between human perception and
its following experience of space sustainably. The existence of a traditional
market in Santa is chosen to be the site for further development of the machine
By reason of ?image? opportunities and space that potentially can contain the
combination of one thousand and one stories. The dialogue between each system
of one thousand and one stories about function and aesthetic is identified as
?Living Machine? that later can respond to the dialogue?s existence as an
interiority."
2016
S62787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Djaya Atmadja
"Skripsi ini membahas peran sketsa dalam tahapan merancang arsitektur terkait dengan penyajian pesan yang ingin disampaikan. Sketsa yang dibuat langsung menggunakan tangan dengan kualitas cepat dan bebas, merupakan salah satu representasi dan komunikasi ide arsitektur dalam proses perancangan. Sketsa merupakan proses berpikir visual terkait eksternalisasi mental image arsitek dalam penggagasan ide-ide arstekturnya. Ide arsitektur ini dieksternalisasi dalam perwujudan elemen visual yang ada pada sketsa. Hal ini berkaitan dengan potensi dan peranan sketsa yang mungkin digunakan dalam berbagai tahapan merancang.

This study discusses about the role of sketches in architectural design process associated with the presentation of the idea. Sketches, drawing that are made directly by hand with fast and free qualities, is one of the representation and communication of architecture ideas in design process. Sketches are visual thinking process related to externalization of architect's mental image in initiating his her architectural ideas. The architectural idea is externalized in the embodiment of visual elements that exist in the sketch. It relates to the potential and role of sketches that may be used in various stages of architectural design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimatussaadiyah Anar
"Skripsi ini membahas perancangan parametrik dalam arsitektur sebagai salah satu bentuk penggunaan logika dalam proses perancangan. Mulai dari definisi parameter dalam perancangan, faktor pembentuk, proses pembentukan hingga metode modifikasinya. Pembahasan dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang perancangan menggunakan parameter sebagai alat pembentuk rancangan. Menggunakan metode studi literatur yang bersumber dari buku, majalah, jurnal, tesis dan media elektronik untuk mendalami teori tentang parameter dan menganalisis studi kasus untuk melihat praktik nyata perancangan parametrik. Studi memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan parameter dalam perancangan dibandingkan dengan perancangan konvensional.

Focus on this study is about parametric design in architecture as a form of using logic in design process. Begin with the definition of parameter in design, forming factors, forming process and modification methods. The aims of this study is to know more about design that using parameter as a tools to create form. Doing literatures study method using books, magazines, journals, thesis and digital media as a source of references to understand the theories about paramater and case study to see a real work of parametric design. Study shows some advantages of using parameters in design instead of none."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42713
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Tesis ini mengungkap salah satu aspek penyusun atmosfer dalam arsitektur, yaitu quasi. Ide ini berawal dari problematika diskursus materialitas yang selalu berkutat pada form dan hardware dari arsitektur, namun masih sedikit yang berbicara mengenai aspek materialtas dan karakteristik ruang yang menghubungkan antara manusia dengan arsitektur. Quasi dalam atmosfer kemudian menjadi penting, sebab kehadiran quasi mampu menghadirkan arsitektur yang bersifat immaterial, amorphic, dan transcendental, yang mengubah material dan things dalam atmosfer menjadi Quasi-Material dan Quasi-Things. Kemampuan yang dimiliki oleh Quasi-Material dan Quasi-Things dapat dikembangkan menjadi sebuah Metode Desain Arsitektur yang menghubungkan arsitektur dengan manusia. Metode desain arsitektur dengan menggunakan Quasi-Material dan Quasi-Things dapat memindahkan fokus desain, dari atmosfer yang terbentuk secara accidental, menjadi intentional. Metode ini memberikan kebebasan pada arsitek untuk bereksplorasi dalam merancang atmosfer yang dituju tanpa harus memikirkan bentuk. Posisi form dalam metode ini adalah hasil dari rancangan atmosfer yang terbentuk dalam arsitektur. Melalui rangkaian eksperimen dan skenario alur lintasan matahari sebagai batasan desain, arsitektur yang dirancang dengan menggunakan metode Quasi-Material dan Quasi-Things mampu menghadirkan atmosfer yang terdesain untuk mempertahankan kualitas atmosfer ruangnya sehingga dapat memaksimalkan pengalaman sensori manusia.

This thesis unveils quasi as one of the components of atmospheres inside architecture. This idea emerges from problematical discourse in materiality, which likely talks about form and the hardware of architecture. However, the literature on aspects of materiality and spatial characteristics that connect humans with architecture is still less adequate. Quasi as the component of the atmosphere became important because the presence of quasi could project an immaterial, amorphic, and transcendental architecture that could turn material and things (in the atmosphere) into quasi-material and quasi-things. The capability of those quasi-material and quasi-things can be developed into architecture design methods that could connect the relationship between humans and architecture. Quasi-material and quasi-things as architecture design methods could shift the design focus from an accidental-formed atmosphere into an intentional-formed atmosphere. This method removes the architect’s circumscription to explore and design their own desired atmosphere without concern about form. This method makes form as a result of the atmospheric design that is formed in the architecture. Through several experiments and scenarios of the sun’s path as a design limitation, architecture designed using the quasi-material and quasi-things method is able to present a design atmosphere to maintain the quality of the spatial atmosphere and maximize the human sensory experience."
[Depok;Depok, Depok]: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2023
T-pdf;T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Apple Press, 2004
R 702.812 COL
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Smithies, Kenneth W.
Bandung: Intermedia, 1982
729 SMI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bimantya Septian Dwi Cahyo
"Tesis perancangan dalam hal ini membahas tentang penelusuran ruang dengan kondisi tanpa gravitasi melalui pembongkaran yang dilakukan pada ruang virtual untuk megetahui sejauh mana karakteristik ruang tersebut dapat hadir dalam ruang cartesian (tiga dimensi). Ruang yang dihadirkan adalah ruang persepsi dengan menghilangkan unsur gravitasi sehingga subyek yang berada dalam ruang tersebut mengalami disorientasi terhadap elemen arsitektural yang berupa atap, dinding dan lantai, sehingga elemen arsitektur tersebut menjadi samar secara esensi. Pemrograman perancangan didasarkan pada konfigurasi ruang tanpa gravitasi secara nyata melalui penelusuran terhadap modul ruang pesawat antariksa (ISS) yang didukung dengan beberapa teori ruang anti gravitasi. Melalui penelusuran ini diharapkan dapat dijadikan suatu metode dalam perancangan sehingga representasi ruang yang terjadi dapat dikembangkan sebagai konsep perancangan ruang arsitektural.

This thesis discusses about investigating space with zero gravity condition by tracing visual in virtual space to determine the extent of spatial characteristics that may be present in cartesian space. Space that presented is about perception by eliminating the gravity so that the subjects has disorientation to it's architectural elements (ceiling, wall and floor) and the architectural elements become vague in its essence. Programming design based on spaceship (International Space Station) and supported by anti gravity space theory. This assesement is expected to be a method in architectural design so that the representation of the space can be develop as an architectural design concept."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Mentari
"Dalam tesis ini, fokus penelitian perancangan ditujukan untuk melihat arsitektur tidak hanya pada framework yang telah ada, dimana program perancangan dipahami secara fungsional dengan kondisi fisik boundary drawing terkait order fungsi. Akan tetapi, menempatkan posisi dari sudut pandang yang lain, yaitu mengarah kepada program arsitektur dengan basis teritori. Tesis ini menunjukkan bagaimana program dengan teritori sebagai basis perancangan bekerja dengan melihat dan memahami kondisi berkehidupan yang akan terbentuk didalamnya. Teritori disini terhubung dengan konteks sosial-ekonomi yang merupakan kegiatan interaksi terkait satu sama lain mengenai produksi, konsumsi, distribusi, investasi, dan perdagangan. Implementasi terkait order dimaksudkan untuk mempengaruhi cara bekerja dan cara berpikir yang mendorong pengembangan program terkait sosial-ekonomi dengan metode pendekatan keterhubungan networking. Hal ini merupakan hubungan antara sistem yang ada pada konteks yang lahir dari praktik keseharian dan pengalaman berkehidupan didalamnya. Penelitian perancangan dilakukan dengan survey lapangan dan observasi langsung terhadap studi konteks serta penelusuran studi literatur yang terkait untuk pembelajaran dan temuan lebih lanjut yang berfokus terhadap teritori.Territorial ordering program bertujuan untuk merajut program perancangan arsitektur dengan kontribusi networking dan melihat teritori sebagai salah satu basis pembentuk program dalam arsitektur. Merupakan penelitian yang berfokus pada bagaimana setiap bagian teritori diolah dan ditandai untuk mendefinisikan program yang diintervensi dalam perancangan.

In this thesis, the focus of design research is aiming to see the architectural design process not only from the existing framework, where the design program is understood functionally based on the boundary drawing related to order of function. Instead, this design research is aiming to offer another point of view about territory, which leads to an architectural program based on territorial ordering. This thesis attempts to find out how the marking of territory works by seeing and understanding the living conditions that is formed in the context. Here, territory is linked to the socio economic context which is the interaction activity about production, consumption, distribution, investment, and trade. Implementation related to order is intended to influence the way of working and way of thinking that encourages the development of socio economic related programs with networking approach. Networking is the relationship between systems that exist in the context emerged from everyday practice and lived experience which is identified by the data information from field surveys and direct observation of context along with literature study for learning further territory focused findings. Territorial ordering program aimed at developing the architectural design program with the contribution of networking approach in order to finally use the territory as a design basis. This suggests a design approach focusing on how to create a program based on territory and how to mark territory in architectural way."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51468
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>