Ditemukan 120460 dokumen yang sesuai dengan query
Melati Salamatunnisa
"Humor adalah segala sesuatu yang membuat kelucuan. Salah satu aspek penyampaian kelucuan yang sering kali muncul pada teks-teks humor ialah ketaksaan. Penelitian ini membahas ketaksaan pada teks lelucon anak-anak berbahasa Belanda dalam buku Kidsweek-moppenboek (2011). Tujuan dalam penelitian ini antara lain untuk memaparkan proses ketaksaan hingga menghasilkan kelucuan, menemukan jenis ketaksaan yang paling dominan, dan menemukan pola kelucuan. Jenis ketaksaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah ketaksaan leksikal (homonimi, polisemi, dan idiom) dan struktural (morfologis dan sintaktis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa humor disampaikan dengan membentuk dua pola kelucuan, yaitu kesalahpahaman antar tokoh dan interpretasi oleh pembaca.
Humor is a funny or amusing quality. One particular aspect to deliver humor frequently used in humor texts would be ambiguity. This study analyzes the ambiguity on kids? joke in Kidsweek-moppenboek book (2011). The study aims to explain the process of ambiguity in order to produce humor, to find the most dominant type of ambiguity, and to find its pattern of humor. Ambiguities used in this study are lexical ambiguity (homonymy, polysemy, and idioms) and structural ambiguity (morphological and syntactic structure). The results shows that humor is delivered in two patterns, namely misunderstanding among characters and readers? interpretation."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S57867
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Widian Imantaka
"Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sosial manusia. Dalam melakukan komunikasi, manusia menggunakan suatu alat komunikasi yaitu bahasa. Manusia juga membutuhkan suatu hiburan, dan bahasa memiliki fungsi yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan menggunakan bahasa, manusia dapat menyampaikan suatu guyonan atau lelucon yang bertujuan untuk menghibur manusia lainnya. Dengan memainkan kata-kata, jadilah sebuah lelucon yang dalam bahasa Jepang adalah dajare. Di Jepang, dajare diketahui sebagai lelucon para orang tua, namun tidak sedikit anak muda yang memakainya juga. Terkenalnya dajare sebagai lelucon yang hambar membawa dajare hingga panggung pop-culture Jepang, seperti pada serial TV Kamen Rider: Zero One, Yang pada setiap episodenya terdapat dajare. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan mengklasifikasikan dajare yang ada dalam serial TV Kamen Rider: Zero One. Penelitian ini menggunakan klasifikasi dajare yang dikemukakan oleh Takashi Otake. Data yang ditemukan adalah 28 dajare, beberapa dari dajare tersebut dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi dajare oleh Takashi Otake, namun juga ditemukan beberapa dajare yang tidak dapat dimasukkan, sehingga penulis membuat beberapa klasifikasi baru.
Communication is one of the most important things in a human's social life. When communicating, humans use a communication tool called a language. Besides that, humans also need entertainment, and language has a function that fulfills that need. Using Language, humans can deliver a joke that unintendedly gives entertainment to other humans. Using wordplay, humans made a joke which in Japanese is called dajare. In Japan, dajare is known as an old man joke, but there's still young people who use it. dajare is also known as a lame joke, but that ‘charm’ made dajare shine even to the japanese pop culture segment, just like in the Kamen Rider: Zero One TV Series, in which every episode has one dajare in it. This study aims to study and classificate dajare that are contained in TV Series Kamen Rider: Zero One. This study uses the dajare classification technique by Takashi Otake. There are 28 total data of dajare found, in which some of them able to blend well with Takashi Otake’s dajare classification technique, but there are some which can’t be part of Otake’s classification, the writer made a few new classification to accommodate said dajare."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Zahra Alika Ramadhani
"Dajare merupakan salah satu permainan kata di Jepang yang memiliki bentuk seperti plesetan dari Indonesia yang digunakan sebagai candaan dalam pecakapan sehari-hari. Tetapi, orang Jepang yang mendengarkan dajare sering memberi respon dingin atau tidak tertawa. Sekarang ini, banyak media pop culture yang menyisipkan dajare ke dalam adegan percakapan. Orang asing yang mengartikan dajare sebagai candaan, sulit untuk memahami humor dajare yang diucapkan karena mitra tutur Jepang yang memberi respon dingin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dajare yang digunakan dan alasan dari respon mitra tutur terhadap dajare berdasarkan konteks situasi percakapan. Data diambil dari percakapan salah satu tokoh di gim ‘Uma Musume: Pretty Derby’ dengan metode kualitatif dan teknik simak-catat. Dari hasil analisis, ada enam bentuk dajare yaitu (i) homofoni, (ii) penambahan mora, (iii) pengurangan mora, (iv) penggunaan tanda baca berhenti, dan (v) penggunaan bahasa asing. Selain itu, ditemukan dajare yang mengkombinasikan jenis pembentukan dalam satu ujaran dajare. Berdasarkan konteks situasi, berbagai respon mitra tutur bisa terjadi karena jarak hubungan penutur dan mitra tutur, latar peristiwa pada percakapan yang berlangsung, dan pemahaman mitra tutur terhadap dajare.
Dajare is a word game in Japan that has a form like plesetan from Indonesia which is used as a joke in everyday conversation. However, Japanese people who listen to dajare often give a cold response or don’t laugh. Nowadays, many pop culture media insert dajare into a conversation scene. Foreigner who interpret dajare as a joke, is difficult to understand the humor of the spoken dajare because the Japanese interlocutor gives a cold response. This study aims to determine the form of dajare used and the reasons for the speech partner’s response to dajare based on situation context. The data is taken from the one of the characters’s conversation in the game ‘Uma Musume: Pretty Derby’using qualitative methods and note-taking techniques. From the results of the analysis, there are six forms of dajare, i.e. (i) homophony, (ii) mora addition, (iii) mora omission, (iv) pause transference, and (v) mix of languages. In addition, it was found there is a dajare that combines types of formation in one speech. Based on the context of the situation, various responses of the interlocutor can occur due to the relationship between the interlocutor, the conversation’s background, and the speech partner in understanding the dajare."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Koster, Caroline
"kumpulan cerita lucu dalam bahasa belanda"
Houten: van Holkema & Warendorf Uitgeverij Unieboek, 2011
BLD 830 KOS k
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Abudl Chaer
Jakarta: Masup, 2007
899.232 08 ABD k
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Pitra Dewi Sekartaji
"Skripsi ini menganalisis onomatope yang terdapat dalam lagu anak-anak Rusia secara kaidah semantik Stephen Ullmann dan kaidah onomatope Rusia A.N Tikhonov. Dalam skripsi ini, onomatope dalam bahasa Rusia mencerminkan kenyataan referensial kepada bunyi yang diacunya sehingga kata-kata ini digunakan dalam lagu anak-anak Rusia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa onomatope yang terdapat dalam lagu anak-anak Rusia didominasi oleh onomatope primer. Selain itu, dalam skripsi ini juga ditemukan bahwa kata onomatope mempunyai sifat terbuka dan tertutup jika dilihat dari ada atau tidaknya pengaruh motivasi morfologis dalam pembuatan kata baru yang berasal dari kata onomatope.
This thesis analyzes onomatopoeia in the Russian children songs with semantic rules from Stephen Ullmann and Russian onomatopoeia rules from A. N. Tikhonov. In this thesis, onomatopoeia in Russian language reflects the reality of the referential to the sound which it refers, so that these words are used in the Russian children songs. The results indicate that onomatopoeia in Russian children songs dominated by primary onomatopoeia. Besides, in this thesis is also found that the word onomatopoeia has the open and closed characteristics in views of whether there are influences of morphological motivation in making new word derived from an onomatopoeia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46339
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sarumpaet, Riris Kusumawati
Jakarta: Pustaka Jaya, 1976
028.5 SAR b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Meyrina Megasari
"Abad ke-17 di Lage Landen juga dikenal sebagai abad keemasan. Pada abad ini Lage Landen menempati posisi teratas di Eropa dalam bidang perdagangan, ilmu pengetahuan, seni, dan pertahanan khususnya pertahanan laut. Hal ini menjadikan Lage Landen menjadi salah satu negara terkaya di Eropa saat itu. Namun di sisi lain kemiskinan masih tetap ada di negara itu. Masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan dan masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kehidupan masyarakat Lage Landen pada abad keemasan tidak hanya mempengaruhi kehidupan orang dewasa tapi juga mempengaruhi kehidupan anak-anak. Kesejahteraan yang dialami oleh Lage Landen ini tidak dirasakan oleh seluruh anak. Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin harus berhenti sekolah untuk bekerja membantu perekonomian keluarga. Anak-anak miskin pada abad keemasan juga rentan akan penyakit pes dan diare yang saat itu banyak mewabah di Lage landen khususnya di daerah-daerah kumuh. Berdasarkan keadaan anak-anak pada abad keemasan, penulis tertarik untuk melihat gambaran kehidupan anak-anak Lage Landen dari cerita-cerita pendek dalam buku Heksen en Helden dan Ketters en Kapers yang mengambil latar waktu abad keemasan di Lage Landen. Aspek-aspek yang dibahas dalam skripsi ini adalah penokohan, latar, tema dan amanat. Melalui keempat aspek tersebut penulis akan melihat dan menelaah gambaran anak-anak Lage Landen pada abad keemasan. Kesimpulan yang selanjutnya dapat ditarik adalah gambaran anak-anak dalam keempat cerpen adalah tidak pergi ke sekolah dan harus bekerja untuk membantu keluarga mereka. Keempat cerpen juga memperlihatkan kekontrasan pada abad keemasan di Lage Landen. Saat Negara ini maju dalam berbagai bidang masih tetap ada gambaran masyarakat miskin yang diwakili tokoh anak-anak yang tidak dapat ditolong oleh _keemasan_ abad ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15843
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sarumpaet, Ratna
Jakarta : Pustaka Pencerahan, 2004
808.82 SAR a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Lina Zubaedah Hamid
"
ABSTRAKErich Kastner adalah seorang pengarang yang diealis. Ia ingin memperbaiki keadaan dan situasi dunia yang buruk. Maka sesuai dengan inti ajaran moral Aufklarung yang dianutnya, Erich Kastner bermaksud menciptakan dunia yang harmonis dan tentram di bawah naungan akal budi (Vernanft). Dasar pemikiran Aufklarung ini pula yang membawa Erich Kastner pada pemahaman bahwa manuisa dan masyarakat dapat diperbaiki melalui ratio. Erich Kastner memang berhasrat memperbaiki dunia ini dan memulainya dengan anak-anak, sedangkan pada orang dewasa ia bersikap skeptis karena orang dewasa dianggapnya sebagai makhluk yang sulit dinasehati dan tidak mau belajar dari pengalaman buruk. Oleh karena itu ia lalu memilih bentuk satire dalam penulisan karya-karyanya. Berdasarkan pertimbangan di atas maka saya berpendapat bahwa buku anak-anak yang ditulis Erick Kastner mengandung satire. Untuk membuktikan hal tersebut saya lalu mengajukan 4 (empat) buku cerita anak-anak sebagai bahan penelitian dalam skripsi ini, yaitu: Punktchen und Anton. Der 35 Mai, Das fliegende Klassenzimmer dan Die Konferens der Tiere.
Oleh karena itu masalah yang saya ajukan adalah mengapa buku anak-anak karya Erich Kastner
"
1990
S14720
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library