Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169479 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Biyan Bahtiar Ramadhan
"Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi S. scabiei var. hominis. Penyakit tersebut menular pada masyarakat dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan perilaku hidup individu yang tidak baik. Untuk membentuk perilaku hidup yang bersih dan sehat pada individu, diperlukan pengetahuan yang berkaitan dengan penyakit yang sering terjadi di kelompok masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri pesantren X Jakarta Timur mengenai penularan skabies dan hubungannya dengan kriteria demografis santri sebagai langkah awal untuk memberikan pemberian informasi penularan skabies yang tepat pada santri. Penelitian dilakukan di pesantren X Jakarta Timur dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner kepada 154 santri yang telah diberi informed consent sebelumnya. Kuesioner berisi pertanyaan mengenai media penularan skabies dan faktor risiko skabies.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas santri bernilai kurang (64,9%). Analisis bivariat terhadap tingkat pengetahuan penularan skabies dengan karakteristik demografis, sumber informasi dan informasi paling berkesan menghasilkan nilai p>0,05. Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan penularan skabies dengan faktor-faktor tersebut sehingga disarankan penyuluhan yang diberikan tidak perlu memperhatikan karakteristik demografis dan sumber informasi yang berperan.
Scabies is a skin disease caused by infestation of S. scabiei var. hominis and the prevalence is high in population who has unhygienic and unhealthy behavior. To form a hygienic behavior and healthy behavior in each individual, the knowledge related to diseases which often occur in population is needed.
Thus, this study focus on determining the level of knowledge related to transmission of scabies in X boarding school students in East Jakarta correlated with demographic factor so the output can be used to determine which factor should be focused in the next counseling. The study was conducted in East Jakarta boarding X in cross-sectional design. Data collection is held on January 22, 2011 by giving questionnaires to 154 students who had previously given informed consent. The questionnaire contains questions about the media and risk factors of scabies transmission.
The results showed that the most sudentshave low score (64.9%). Bivariate analysis between level of knowledge of scabies transmissionand demographicfactor, information sources quantity and most liked information sources yield p values> 0.05. This concludes that there was no relationship between the level of knowledge in scabies transmission with demographic factors, information resources quantity and most liked information resources. It is recommended that the next counseling shouldbe done to all of students without considering the differences in demographic factors, resources quantitiy and resources which students liked most.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Eltapama Landika
"Skabies adalah penyakit kulit yang sering terjadi di pesantren. Untuk mencegah skabies, santri perlu diberikan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan santri mengenai penularan dan pencegahan skabies. Desain penelitian adalah pre-post study. Data diambil tanggal 10 Juni 2012 menggunakan kuesioner berisi 10 pertanyaan tentang penularan dan pencegahan skabies. Data diolah menggunakan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji chi-square dan marginal homogeneity. Hasilnya menunjukkan jumlah responden 181 orang; terbanyak pada usia ≤ 15 tahun (64,6%), laki-laki (60,8%) dan pendidikan tsanawiyah (60,8%), informasi skabies dari 3 sumber informasi (43,1%) dengan sumber informasi paling berkesan adalah dokter (76,8%). Sebelum penyuluhan tentang penularan 30,9% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 47,5% sedang, dan 21,6% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan 56,3% berpengetahuan baik, 39,8% sedang, dan 3,9% berpengetahuan kurang. Sebelum penyuluhan tentang pencegahan 32,6% responden berpengetahuan baik, 48,6% dan 18,8% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan 60,8% memiliki pengetahuan baik, 32,6% sedang, dan 6,6% berpengetahuan kurang. Sebelum penyuluhan, tingkat pengetahuan berhubungan dengan umur, tingkat pendidikan, dan jumlah sumber informasi (p<0,05). Uji marginal homogeneity terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan responden mengenai penularan dan pencegahan skabies.

Scabies is skin disease that often occurs in Pesantren. To prevent scabies, students should be given the health promotion about the transmission and prevention of scabies. This study was needed to determine the effectiveness of health promotion in improving students? knowledge about the transmission and prevention of scabies. This study?s design was a pre-post study. Data was taken on June 10th, 2012 using a questionnaire containing 10 questions about scabies. The data processed using SPSS version 20 and analyzed using chi-square and marginal-homogeneity test. The results from 181 people show; highest at age ≤15 years (64.6%), male (60.8%) from tsanawiyah (60.8%), and from 3 sources of information (43.1%) with doctor as the most memorable source (76.8%). Before health promotion about transmission, 30.9% had good knowledge, 47.5% moderate, and 21.6% was poor. After health promotion 56.3% had good knowledge, 39.8% and 3.9% was poor. Before health promotion about prevention, 32.6% of respondents had good knowledge, 48.6% and 18.8% was poor. After health promotion 60.8% had good knowledge, 32.6% and 6.6% was poor. Before health promotion was held, knowledge level is related to age, education level, and number of sources (p<0.05). Marginal-homogeneity test found significant differences in knowledge level before and after health promotion (p<0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervandy Rangganata
"ABSTRACT
Skabies merupakan penyakit kulit menular akibat infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varian hominis. Skabies biasanya menginfeksi lingkungan padat penduduktingkat sosial ekonomi dan hygiene rendah, contohnya pesantren. Prevalensi skabies di pesantren di Jakarta tergolong tinggi (78,7%). Gejala skabies dalam tahap lanjut dapat mengganggu kegiatan belajar santri. Tingkat pengetahuan yang baik mengenai pencegahan skabies diharapkan dapat mengubah pola, sikap, dan perilaku santri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai pencegahan skabies dan hubungannya dengan karakteristik demografi santri meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi, dan sumber informasi yang paling berkesan. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan desain penelitian studi potong lintang. Santri diberikan kuesioner mengenai sebaran karakteristik demografi mereka dan pengetahuan mengenai pencegahan skabies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa santri yang berpengetahuan baik sebanyak 9,29%, sedang sebanyak 8,57%, dan kurang mencapai 82,14%. Pada uji chi-square didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) antara tingkat pengetahuan mengenai pencegahan skabies dengan usia (p=0,181), jenis kelamin (p=0,605), tingkat pendidikan (p=0,186), dan sumber informasi yang paling berkesan (p=0,697). Uji Kolmogorov-Smirnov memberikan hasil bahwa tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) antara tingkat pengetahuan dengan jumlah sumber informasi (p=0,999).Santri tinggal dalam ligkungan yang sama dan belajar di tempat yang sama pula. Hal tersebut dapat menyebabkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan santri mengenai pencegahan skabies dengan karakteristik demografi santri yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi, dan sumber informasi yang paling berkesan.

ABSTRACT
Scabies is a contagious skin disease which is caused by Sarcoptes scabiei mite. Scabies usually infects lower socio-economics group with dense population and people who live in environment with poor hygiene, such as boarding school. Scabies prevalence at boarding school in Jakarta remains high (78,7%). The symptoms occured bother students? learning activities. Good knowledge about scabies prevention may change the behavior of the students. This research aims to know knowledge level of scabies prevention among boarding students and its association to their demographic characteristics in order to be used as a reference for health promotion. Regarding the goals of this research, this research used cross-sectional study by giving a questionnaire consisting demographic characteristics and questions about scabies prevention to the students.This research shows that the percentage of students who have good knowledge about scabies prevention is 9,29%, while the fair is 8,57% and poor reaches 82,14%. Using chi-square analysis, it is known that there is no significant association (p>0,05) between knowledge level of scabies prevention with age (p=0,181), gender (p=0,605), educational level (p=0,186), and the most memorable information source (p=0,697). Kolmogorov-Smirnov analysis shows that there is no significant association (p>0,05) between knowledge level with number of information sources gotten (p=0,999). Students live in the same environment and learn in the same place. It may cause there is no significant association between knowledge level of scabies prevention among boarding school students with their demographic characteristics including age, gender, educational level, number of information sources, and the most memorable information source.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenneth Gunawan
"Skabies merupakan penyakit kulit yang memiliki prevalensi cukup tinggi di pesantren Karena itu perlu adanya tindakan pemberantasan skabies salah satunya dengan diadakannya penyuluhan Penyuluhan diharapkan dapat mencegah terjadinya skabies maupun rekurensinya Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri mengenai penularan skabies Penelitian ini menggunakan metode pre post study Pengambilan data dilakukan pada tanggal 9 Juni 2013 dengan cara total sampling terhadap 100 orang santri kemudian santri diminta untuk mengisi kuesioner mengenai penularan skabies sebelum dan sesudah penyuluhan Hasil pengambilan data menunjukkan sebaran responden terbanyak pada kelompok usia 17 tahun 69 jenjang pendidikan Tsanawiyah 53 memperoleh informasi dari 3 sumber informasi 76 dan telah menderita skabies 3 bulan 61 Sebelum penyuluhan santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 10 28 berpengetahuan sedang dan 62 berpengetahuan kurang Setelah penyuluhan sebanyak 24 memiliki tingkat pengetahuan baik 38 berpengetahuan sedang dan 38 berpengetahuan kurang Uji Chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan usia tingkat pendidikan dan sumber informasi p 0 05 namun terdapat hubungan dengan lama menderita skabies p 0 05 Uji marginal homogeneity menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan santri sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan p 0 05 Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai penularan skabies.

Scabies is a skin disease that has high prevalence in pesantren Therefore scabies needs to be eradicated by doing counseling Counseling was expected to prevent scabies and its reccurence The objective of this research was to know the effectivity of counseling to the level of knowledge about scabies transmission This research used pre post study method Data was collected on June 9 2013 with total sampling method to 100 students who were asked to fill out questionnaires about scabies transmission before and after counseling The results from data collection showed that most respondents were 17 years old 69 in Tsanawiyah education level level 35 got information about scabies from 3 sources 76 and had suffered from scabies 3 months 61 Before the counseling was given 10 of the respondents had good knowledge 28 had moderate knowledge and 62 had poor knowledge After counseling 24 subjects had good knowledge level 38 had moderate knowledge and 38 had poor knowledge Chi square tests showed that there is no relation between the level of knowledge and age education level and source of information p 0 05 However there is relation between level of knowledge and duration in which the subjects suffered from scabies p 0 05 Moreover marginal homogeneity tests showed that there is significant difference between the level of knowledge before and after the counseling p 0 05 In conclusion counseling is effective in improving students rsquo level of knowledge about the transmission of scabies."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aslambotilangih
"Skabies merupakan penyakit kulit yang banyak terdapat di pesantren. Santri yang menderita skabies merasakan gatal di telapak, sela jari, pergelangan tangan, dan tempat predileksi lainnya terutama pada malam hari sehingga prestasinya menurun. Oleh karena itu skabies perlu diberantas dan santri perlu diberikan penyuluhan mengenai skabies lalu dievaluasi. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2011. Metode yang digunakan adalah pre-post study. Responden diambil secara total sampling, sebanyak 140 orang. Hasilnya menjukkan sebaran responden terbanyak pada kelompok usia ≤ 15 tahun (56,4%), sebagian besar laki-laki (57,9%) dan tingkat pendidikan Tsanawiyah (51,4%). Responden paling banyak mendapatkan informasi tentang skabies dari 3 sumber informasi (36,4%) dengan sumber informasi paling berkesan dari dokter (62,8%). Sebelum penyuluhan, sebanyak 2,9% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 71,4% berpengetahuan sedang, dan 25,7% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan, sebanyak 28,6% memiliki tingkat pengetahuan baik, 44,3% berpengetahuan sedang, dan 27,1% berpengetahuan kurang. Uji chi-square dan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tingkat pengetahuan responden tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, sumber informasi, dan sumber informasi paling berkesan sebelum dan setelah penyuluhan (p>0,05). Uji marginal homogeneity menunjukkan hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan santri sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Kesimpulannya adalah tingkat pengetahuan responden mengenai penularan skabies tidak dipengaruhi oleh karakteristik namun dipengaruhi oleh penyuluhan.

Scabies is prevalent among students of pesantren as skin disease. Students who are infected with scabies feel itch in palms, fingers, wrists, and other predilection place especially at night. That condition can decrease student?s achievement . Therefore scabies should be eradicated and students should be given health promotion about scabies and than evaluated. This research was was pre-post studies method. Data was collected on January 22, 2011 with total sampling. Total respondent was 140 students. Result of the study showed distribution of respondent in <15 years (56.4%), mostly male (57.9%), and education level of Tsanawiyah (51.4%). Most respondents took information from 3 sources (36.4%) with the most trace source from a doctor (62.8%). Before health promotion, 2.9% of respondents had good level of knowledge, 71.4% were enough, and 25.7% were less. After health promotion, 28.6% respondents had a good level of knowledge, 44.3% were enough, and 27.1% were less.The chi-square and Kolmogorov-Smirnov tests showed the level of knowledge of respondents was not relate with age, gender, source of information, and the most impressive source of information (p>0.05). The marginal homogeneity tests showed that there was a significant relationship between level of the knowledge before and after health promotion. In conclusion the level of the knowledge of students about transmission of scabies were not influented with their characteristic but related with health promotion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisah Aulia
"ABSTRAK
Skabies merupakan salah satu penyakit kulit yang menyerang komunitas padat, salah satunya pesantren. Penyakit skabies berdampak besar bagi produktivitas belajar santri. Jika santri memiliki pengetahuan yang baik mengenai penyakit skabies maka santri berprilaku hidup bersih dan sehat.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mengenai penyebab skabies dengan karakteristik demografi pesantren. Setelah mengetahui tingkat pengetahuan santri mengenai penyebab skabies maka pemberian penyuluhan harus sesuai dengan tingkat pengetahuan santri. Dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional proses pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2011 melalui pemberian kuisioner kepada 140 santri yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian.
Setelah proses analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, penelitian memberikan hasil santri dengan tingkat pengetahuan baik 2 orang (1,4%), cukup 7 orang (5%), dan pengetahuan rendah 131 orang (93,6%). Hasil penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan santri dengan usia(Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), jenis kelamin(Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), tingkat pendidikan(Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), jumlah informasi(Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), dan informasi yang paling berkesan(Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan santri mengenai penyebab skabies tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, jumlah informasi, dan informasi yang paling berkesan.

ABSTRACT
Scabies is one of skin diseases that strikes dense community, for example boarding schools. Scabies has an enormous impact for students learning productivity. If students have good knowledge about scabies, hopefully, it can reduce the incidence of scabies.
The purpose of this study is to determine the relationship of the level of knowledge about the etiology of scabies with the demographic characteristics of the school. Once students know the level of knowledge about the etiology of scabies, then counseling activity should be in accordance with the level of knowledge of the students. By using cross-sectional research design, the data was collected on January 22nd 2011 by giving questionnaires to 140 students who choose the criteria of the sample.
After the data analysis performed using Kolmogorov-Smirnov test, the result shows that students with good knowledge 2 students (1,4%), fair 7 students (5%), and poor 131 students (93,6%). The result also shows, that there was no relationship between the level of knowledge of students with age (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), sex (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), educational level (Kolmogorov-Smirnov, p> 0, 05), the amount of information (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), and the most memorable information (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05). From the description above, it can be concluded that the level of knowledge of students about the etiology of scabies is not related to age, gender, the amount of information, and the most memorable information."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Sarayar
"Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan Sarcoptes scabiei, merupakan penyakit kulit ketiga terbanyak di Indonesia. Pada komunitas padat penduduk tanpa kebersihan yang baik, seperti asrama, pesantren, dan barak tentara, skabies hampir menyerang seluruh individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara prevalensi skabies dengan perilaku kebersihan di sebuah pesantren, di Jakarta Timur.
Desain penelitian berupa cross sectional study dan semua santri dijadikan subyek penelitian. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 Juni 2012 dengan menggunakan kuesioner yang berisi 7 pertanyaan mengenai perilaku kebersihan. Data prevalensi skabies diperoleh berdasarkan pemeriksaan kulit. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji fischer exact.
Hasilnya menunjukkan 149 (79%) dari 188 santri menderita penyakit kulit dan penyakit kulit terbanyak yang diderita adalah skabies (50%). Perilaku kebersihan umumnya buruk dan hanya 8 (6%) santri yang berperilaku baik. Uji fischer exact menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara prevalensi skabies dengan perilaku santri, nilai p=0,567. Disimpulkan bahwa perilaku kebersihan santri tergolong buruk dengan prevalensi skabies adalah 50%, dan tidak terdapat hubungan antara prevalensi skabies dengan perilaku kebersihan.

Skabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei, the third most prevalent skin disease in Indonesia. In densely populated communities without good hygiene, such as dormitories, boarding schools, and military barracks, skabies infests almost all of the individuals. This study aims to determine the prevalence of skabies and its relationship with hygiene behavior in an Islamic boarding school (pesantren), in East Jakarta.
The research is a cross-sectional study and total sampling is used. Data were collected on June 10, 2012 using a questionnaire containing seven questions regarding hygiene behavior of the students. Physical examination is performed to obtain the prevalence of skin disease among the students, in which skabies has the highest prevalence. The data were processed with SPSS version 20 and analyzed by Fischer?s exact test.
The results showed that 149 out of the 188 students (79 %) suffer some form of skin diseases, in which skabies is the majority (50 %). Hygiene behavior is generally poor where only 8 (6 %) students were considered having good hygiene behaviour. Fischer's exact test showed no significant difference between the prevalence of skabies with the hygiene behavior of students, p value=0,567. It is concluded that the hygiene behavior of students is relatively poor as the prevalence of skabies was 50 %,and there was no relationship between the prevalence of skabies with hygiene behavior.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zalicha Bintang Nindrya
"Skabies merupakan penyakit kulit yang menular dan identik dengan rasa gatal yang disebabkan mikroorganisme Sarcoptes scabiei var. hominis. Skabies lebih sering menginfeksi kelompok sosial-ekonomi rendah dengan keadaan pemukiman padat penduduk, lingkungan yang tidak terawat serta higienitas yang buruk, salah satunya adalah pesantren. Prevalensi skabies di pesantren padat penghuni di Jakarta tergolong tinggi,yaitu 78,7 %. Untuk itu diperlukan pemberian pengobatan yang disertai dengan penyuluhan sebagai upaya pencegahan.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri mengenai gejala klinis skabies dan hubungannya dengan karakteristik demografi santri dengan desain cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di pesantren X ,Jakarta Timur pada tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner berisikan pertanyaan mengenai gejala klinis skabies kepada santri. Pengolahan data menggunakan program SPSS versi 16 dan dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
Hasil yang diperoleh menunjukkan santri yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 4,2%, sedang 27,9 % dan kurang 67,9%. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan usia (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), jenis kelamin (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), tingkat pendidikan (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), jumlah sumber informasi (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05) dan informasi yang paling berkesan (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05).
Dari uraian tersebut, disimpulkan tidak terdapat hubungan tingkat pengetahuan santri mengenai gejala klinis skabies dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah informasi, dan informasi yang paling berkesan.

Scabies is a contagious skin disease and identical wtih itching sensation caused by microorganisms Sarcoptes scabiei var. hominis. Scabies is more commonly infect lower socio-economic groups with a dense population and the environment with poor hygiene, one of which is a boarding school. The prevalence of scabies in dense boarding schools in Jakarta is high (78.7%).
The research aims to determine the level of knowledge of students of clinical symptoms of scabies and its association with demographic characteristics of students with a cross-sectional design. The research was conducted in a boarding school X, East Jakarta on January 22nd , 2011 by giving questionnaires containing questions about the clinical symptoms of scabies to the students. The data was processed using SPSS version 16 and analyzed using the Kolmogorov-Smirnov test.
The result shows that students with good knowledge 4.2%, regular 27.9% and 67.9% . There were no significant differences between the level of knowledge with age (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), sex (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), educational level (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), number of information sources (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05) and the most memorable information (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05).
From the description, it was concluded that there is no relationship between the level of knowledge of students about the clinical symptoms of scabies with age, gender, education level, the amount of information, and the most memorable information.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifda Luthfi Afina
"Pedikulosis kapitis adalah penyakit kulit yang mudah menular dalam lingkungan padat seperti pesantren. Pemberantasan pedikulosis membutuhkan perilaku yang tepat, sehingga dibutuhkan pengetahuan yang baik yang dapat diperoleh melalui penyuluhan. Karakteristik demografi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan sehingga penyuluhan perlu disesuaikan dengan karakteristik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis dengan karakteristik demografi. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner kepada 151 santri pesantren X yang dipilih dengan metode total populasi. Data diolah dengan program SPSS 11.5.
Hasil penelitian ini menunjukkan responden terbanyak adalah santri berusia 16-18 tahun (47%), laki-laki (58,3%), madrasah Tsanawiyah (50,3%). Tidak ada santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 23,2% santri memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 76,8% santri memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari uji chi-square tidak didapatkan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis dengan usia (p=0,587), jenis kelamin (p=0,814) dan tingkat pendidikan (p=0,358). Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan santri tergolong buruk dan tidak berhubungan dengan karakteristik santri.

Pediculosis capitis is a skin disease that could be transmitted easily in a crowded environment like Islamic boarding school. Eradication of pediculosis needs appropriate behavior which requires good knowledge which can be given through health promotion. Demographic characteristics might influence the knowledge level, therefore health promotion needs to be adjusted according to the characteristic. This study aims to know the relationship between students? knowledge level about transmission and eradication of pediculosis capitis and their demographic characteristic. This study was conducted on January 22 2011 by giving questionnaire to 151 students (total population method). The data was processed using the SPSS 11.5 program.
The result showed that the majority of respondents are students aged 16-18 years old (47%), males (58,3%), Tsanawiyah students (50,3%). No student had good knowledge, 23,2% had fair knowledge, and 76,8% had poor knowledge. Based on chi-square test, there were no significant differences between knowledge level of transmission and eradication of pediculosis and age (p=0,587), sex (p=0,814) and grade of study (p=0,358). It was concluded that the students? knowledge about transmission and eradication of pediculosis was poor and had no association with their characteristics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahresa Hilmy
"Skabies merupakan penyakit kulit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di lingkungan padat penduduk dengan higiene dan sanitasi kurang baik misalnya pesantren. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi skabies dan hubungannya dengan karakteristik santri Pesantren X, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Data diambil tanggal 22 Januari 2011 dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan dermatologi terhadap semua santri (157 orang). Hasilnya menunjukkan prevalensi skabies adalah 51,6% (putra 93,8% dan putri 6,2%), usia 14-16 tahun (42,1%), pendidikan tsanawiyah (58%), lokasi lesi sela jari tangan (19,2%), keluhan gatal malam hari (64,1%), lama menderita 1-3 bulan, riwayat pengobatan pada putra sudah pernah diobati (89,8%) dan pada putri belum pernah diobati (0,8%). Hasil pengobatan santri membaik pada putra (62,3%) sedangkan putri sembuh (100%). Uji chi square menunjukkan perbedaan bermakna pada prevalensi skabies berdasarkan jenis kelamin (p=0,001) dan pendidikan (p=0,001). Uji Fisher’s exact menunjukkan perbedaan bermakna pada riwayat pengobatan (p=0,039). Uji Kolmogorov Smirnov tidak didapatkan perbedaan bermakna pada usia (p=0,994), keluhan gatal (p=0,992), lama menderita skabies (p=0,992) namun pada hasil pengobatan (p=0,001) didapatkan perbedaan bermakna. Disimpulkan prevalensi skabies pesantren x adalah 51,6% dan berhubungan dengan jenis kelamin, pendidikan, riwayat pengobatan, dan hasil pengobatan tetapi tidak berhubungan dengan usia, keluhan gatal dan lama menderita skabies.

Skabies is a skin disease that becomes public health problem especially in boarding school because they live in crowded environments with hygiene and poor sanitation. The aim of this study is to know the prevalence of skabies and its association with characteristics of boarding school students X, East Jakarta. This cross sectional study was conducted on January 22, 2011 by performing anamnesis and dermatology examination to all students. The results showed that the prevalence of skabies was 51.6% (male 93.8% and female 6.2%), aged 14-16 years (42.1%), education level tsanawiyah (58%), location of lessions on the sidelines of the fingers (19.2%), complaints of itching at night (64.1%), long suffering in 1-3 months, the treatment history of male students had already treated (89.8%) and the treatment history of female students had not been treated (0.8%), the result of treatment outcomes had improved of male students (62.3%) and the female students of treatment outcomes had cured (100%). Chi square test showed meaningful difference in the prevalence of skabies by sexes (p = 0.001) and education level (p =0.001). Fisher’s exact test showed meaningful difference in history of treatment (p=0.039). Kolmogorov Smirnov test didn’t obtain meaningful difference in age (p=0.994), complaints of itching (= 0.992), long suffering from skabies (p= 0.992) but the outcome of treatment (p=0.001) obtained meaningful difference. But there are some tables that states are not significantly different from that. In conclusion, the prevalence of skabies in boarding school X, is 51.6% and the prevalence of skabies associated with gender, educational level, history of treatment, and outcome of treatment but had not associated with age, complaints of itching and long-suffering skabies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>