Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215973 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Divo Ario Noercahyo
"Penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan metode Video Belt Transect (VBT) dan Line Intercept Transect (LIT) dalam survei terumbu karang di Desa Gondol, Bali. Perbandingan persen tutupan karang di dapatkan dari metode LIT dan VBT pada dua stasiun dengan dua kedalaman berbeda (3 dan 7 m). Sebanyak 90 frame video didapatkan dengan mengekstrak data video VBT per transek. Persen tutupan karang dari tiap frame video kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Coral Point Count with Excel Extension (CPCe). Hasil analisis dari metode VBT lalu dibandingkan dengan hasil dari metode LIT yang digunakan sebagai standar. Hasil uji T berpasang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata (P > 0.05) antara hasil tutupan karang metode VBT dan LIT. Selama pengambilan data di lapangan, metode LIT membutuhkan waktu lebih lambat dibandingkan metode VBT. Pengolahan data di laboratorium, metode LIT membutuhkan waktu lebih cepat dibandingkan metode VBT. Keuntungan lain dari penggunaan metode VBT terletak pada jangkauan area survei yang lebih luas dan tersedianya rekaman data permanen yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa metode VBT dapat dipergunakan sebagai metode alternatif untuk memantau ekosistem terumbu karang.

This study evaluated the use of Video Belt Transects (VBT) and Line Intercept Transects (LIT) methods for surveying coral reefs in Gondol, Bali. Comparisons were made between coral coverage datasets obtained by the LIT and VBT on two nearby coral sites with different depth, 3 m and 7 m. Ninety regularly spaced frames were then taken from the videotape in each transect. Coral coverage (%) from video frames was then examined using Coral Point Count with Excel Extension (CPCe) software. The results from VBT were compared with the results from LIT as a standard. Pairwise T-tests revealed that there was no significant difference (P > 0.05) between the VBT and LIT coral coverage results. In the field, LIT was slower and VBT was faster; however, in the laboratory LIT was faster and VBT was slower. Other advantages of the VBT method lie in its wider survey areas and permanent records for subsequent studies. This implied that the VBT and LIT survey methods can be used interchangeably for monitoring coral reef ecosystem.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Reza
"Penelitian bertujuan untuk membandingkan tingkat akurasi dan efisiensi penggunaan metode Foto Kuadran sebagai metode digital dalam menghitung persentase luasan tutupan karang dibandingkan metode LIT (Line Intercept Transect) sebagai metode visual. Data diambil dengan tiga kali pengulangan dengan jarak total 100 m. Titik pertama adalah jarak 0 m--30 m, titik kedua adalah jarak 35 m--65 m, dan titik ketiga adalah 70 m--100 m. Data diambil di dua stasiun dengan dua kedalaman, 3 m dan 7 m. Tutupan karang di kedalaman 3 m lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman 7 m. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengambilan data lapangan menggunakan metode LIT memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode Foto Kuadran. Waktu yang digunakan untuk pengolahan data dengan metode LIT lebih sedikit dibandingkan dengan metode Foto Kuadran. Hasil persentase tutupan karang dengan metode LIT lebih tinggi dibandingkan dengan metode Foto Kuadran. Persentase tutupan karang dengan kedua metode diuji dengan Paired Sample TTest dan menghasilkan kesetaraan nyata. Metode Foto Kuadran lebih akurat dan efisien dalam pengambilan data jangka panjang. Persen tutupan karang Desa Gondol hingga 51,5 %, termasuk kedalam kategori baik.

This research is aiming to compare efficiency and accuracy of LIT (Line Intercept Transect) Method and Photo Quadrat as digital methods to calculate coral cover percentage. Data were taken in 3x repetitions with total length of 100 m. First sample point was 0 m--30 m, second sample point was 35 m--65 m, and third sample point was 70 m--100 m. Data were taken in two stations with two depths respectively, 3 m and 7 m. Coral cover in 3 m depth is higher than in 7 m depth. Results indicate that field data sampling using LIT method require longer periods than Photo Quadrat method. LIT method needs shorter period than Photo Quadrat method to analyze data. LIT method generates higher coral cover percentage than Photo Quadrat. Coral cover percentages of those two methods were examined using Paired Sample T-Test and obtain high similarity. Photo quadrat method is more accurate and efficient than LIT method in long term research. Coral cover percentage in Gondol is 51,5 %, included in good category.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55888
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurellia Azahra Syahalan
"Keberadaan ekosistem terumbu karang berperan penting secara ekologis karena menjadi sumber kehidupan bagi berbagai biota laut. Penurunan kualitas ekosistem terumbu karang di Indonesia, disebabkan oleh aktivitas manusia dan pengaruh alam. Penelitian dilakukan di empat stasiun Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu (Utara, Timur, Selatan, dan Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi kesehatan terumbu karang dengan mengetahui persentase tutupan dan warna terumbu karang, mengidentifikasi bentuk koloni terumbu karang, serta menganalisis dominansi, keanekaragaman dan keseragaman karang. Metode yang digunakan yaitu metode Underwater Photo Transect (UPT) dan dianalisis menggunakan software CPCe (Coral Point Count with Excel extension), lalu metode CoralWatch (CW) dengan Coral Health Chart, serta perhitungan indeks dominansi (Simpson), keanekaragaman (Shannon-Wiener), dan keseragaman (E). Analisis CPCe menunjukkan bahwa tutupan persentase terumbu karang berada pada kategori sedang (30,87-42,20%). Analisis CoralWatch menunjukkan Stasiun 1, 2, dan 4 mayoritas terumbu karangnya mengalami stres dengan persentase karang sehat masing-masing sebesar 29,36%, 9,23%, dan 15,22%, sedangkan Stasiun 3 memiliki proporsi karang sehat lebih tinggi (35.65%).  Ditemukan 10 bentuk koloni karang, Coral Massive mendominasi di Stasiun 1 (50), Stasiun 2 (69), dan Stasiun 3 (19). Stasiun 4 di dominasi oleh Coral Foliose (34). Hasil analisis indeks biodiversitas terumbu karang berada pada kategori dominansi rendah (0,25), keanekaragaman sedang (2,47), dan keseragaman rendah (0,36).

The existence of coral reef ecosystems plays an important role ecologically because it is a source of life for various marine biota. The quality of coral reef ecosystems in Indonesia can decline, due to human activities and natural influences. The research was conducted at four stations on Pramuka Island, Seribu Islands (North, East, South and West). This research aims to analyze the health condition of coral reefs by knowing the percentage of coral cover and color, identifying the shape of coral reef lifeform, and analyzing coral dominance, diversity and uniformity. The method used is method Underwater Photo Transect (UPT) and analyzed using CPCe software (Coral Point Count with Excel extension), method CoralWatch (CW) with Coral Health Chart, as well as calculation of dominance (Simpson), diversity (Shannon-Wiener) and uniformity (E) indices. CPCe analysis shows that the percentage cover of coral reefs is in the medium category (30.87-42.20%). CoralWatch analysis shows that Stations 1, 2, and 4 have the majority of coral reefs experiencing stress with healthy coral percentages of 29.36%, 9.23%, and 15.22%, respectively, while Station 3 has a higher proportion of healthy corals (35.65%). About 10 lifeform were found, Coral Massive are dominating at Station 1 (50), Station 2 (69), and Station 3 (19). Station 4 is dominated by Coral Foliose (34). The results of the coral reef biodiversity index analysis are in the categories of low dominance (0,25), medium diversity (2.47), and low uniformity (0.36)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinnya Indri Pratiwi
"Terumbu karang merupakan salah satu kekayaan alam yang terkenal dalam sektor pariwisata bahari, dimana terumbu karang memiliki manfaat yang baik dari segi ekologi maupun ekonomi. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pola spasial perubahan kondisi karang dan menganalisis aktivitas wisata bahari yang dapat mempengaruhi kondisi sebaran terumbu karang di Nusa Dua dan Nusa Penida. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis spasial dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini yaitu luasan sebaran karang di Kawasan Nusa Dua dan Nusa Penida berjumlah 592,61 Ha, didalamnya terdapat 3 klasifikasi yaitu karang hidup, karang mati, dan pasir. Pada tahun 2012, luasan sebaran karang hidup di Nusa Dua berkisar 111,09 Ha dan di Nusa Penida berkisar 186,31 Ha. Luasan sebaran karang mati di Nusa Dua sebesar 157,02 Ha dan 53,80 Ha di Nusa Penida, sedangkan untuk luasan sebaran pasir di Nusa Dua berkisar 39,77 Ha dan 44,61 Ha di Nusa Penida. Pada tahun 2016, luasan sebaran karang hidup di Nusa Dua berkisar 111,71 Ha dan di Nusa Penida berkisar 186,53 Ha. Luasan sebaran karang mati di Nusa Dua sebesar 156,40 Ha dan 53,59 Ha di Nusa Penida, sedangkan untuk luasan sebaran pasir di Nusa Dua berkisar 39,77 Ha dan 44,61 Ha di Nusa Penida. Pada Kawasan Wisata di Nusa Dua dan Nusa Penida memiliki bermacam-macam jenis kegiatan wisata bahari diantaranya seperti: snorkeling, diving, dan watersports. Untuk Pola spasial perubahan kondisi terumbu karang yang berdasarkan aktivitas wisata dibagi menjadi 3 kelas kategori untuk mengetahui tingkat kepadatan wisatawan pada lokasi-lokasi dive point yaitu jarang, sedang, dan padat di Kawasan Nusa Dua dan Nusa Penida. Lokasi dive spot pada kelas tingkat kepadatan wisatawan yang padat pada lokasi dive spot Nusa Dua, Crystal Bay, Batu Gede, Manta Point, dan Malibu Point.

Coral reefs are one of the renowned natural wealth in the marine tourism sector, where coral reefs have both ecological and economic benefits. The purpose of this research is to analyze spatial pattern of coral condition change and to analyze marine tourism activity that can influence the condition of coral reef distribution in Nusa Dua and Nusa Penida. The method used in this research is spatial analysis using descriptive method. The results of this study are the extent of coral distribution in the area of Nusa Dua and Nusa Penida amounted to 592.61 Ha, in which there are 3 classifications of live coral, dead coral, and sand. In 2012, the extent of live coral distribution in Nusa Dua ranges from 111.09 Ha and in Nusa Penida around 186.31 Ha. The extent of dead coral distribution in Nusa Dua is 157.02 Ha and 53.80 Ha in Nusa Penida, while for the extent of sand in Nusa Dua ranges from 39.77 Ha and 44.61 Ha in Nusa Penida. In 2016, the extent of live coral distribution in Nusa Dua ranges from 111.71 Ha and in Nusa Penida around 186.53 Ha. The extent of dead coral distribution in Nusa Dua is 156,40 Ha and 53,59 Ha in Nusa Penida, while for the amount of sand distribution in Nusa Dua is around 39,77 Ha and 44,61 Ha in Nusa Penida. In Nusa Dua and Nusa Penida Tourism Area has various kinds of marine tourism activities such as snorkeling, diving, and watersports. For spatial pattern changes of coral reef condition based on tourism activity divided into 3 categories category to know the level of tourist density at dive point location that is rare, medium, and solid in Nusa Dua and Nusa Penida. The location of the dive spot on the crowded tourist density class at the Nusa Dua dive spot, Crystal Bay, Batu Gede, Manta Point and Malibu Point.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Darma Putra Wangsa
"ABSTRAK
Ujunggenteng adalah lokasi yang banyak terdapat terumbu karang dan sebagai kampung nelayan, banyak aktivitas manusia yang terjadi diatas terumbu karang yang menyebabkan rusaknya terumbu karang, tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik lokasi terumbu karang pada perairan sekitar Ujunggenteng, serta mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan kerusakan terumbu karang dari faktor fisik dan faktor manusia menggunakan metode Lyzenga. Faktor fisik terumbu karang, suhu permukaan laut, salinitas dan arus permukaan laut diperoleh melalui hasil pengolahan citra Landsat 5-TM dan Landsat 8-OLI yang di padukan dengan survei lapangan. Faktor manusia merupakan faktor utama pada kerusakan terumbu karang dengan perubahan yang besar berada pada wilayah dekat dengan tubir yang menghadap langsung ke arah laut lepas.

ABSTRACT
Ujunggenteng is the location that there are many coral reefs and as a fishing village, many human activities that occur on coral reefs which cause the destruction of coral reefs, the purpose of this study was to investigate the characteristics of the location of the coral reefs in the waters around Ujunggenteng, and to know what are the factors that cause damage to reefs corals of physical factors and human factors using methods Lyzenga. Physical factors coral reefs, sea surface temperature, salinity and sea surface currents obtained through the processing of Landsat 5 TM and Landsat-8-OLI is in the mix with field surveys. The human factor is a major factor in the destruction of coral reefs with large changes that are in the area close to the edge facing directly toward the open sea."
2016
S65606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aidan Daffa Junaidi
"Terumbu karang merupakan organisme laut yang memberikan keuntungan untuk banyak mahluk hidup lainnya. Semakin parahnya polusi pada air dan perubahan iklim yang tidak menentu menyebabkan kesehatan terumbu karang terancam. Proyeksi untuk tahun 2050 menunjukkan bahwa 95% terumbu karang kemungkinan akan mengalami pemutihan. Penelitian ini mengusulkan untuk menerapkan deep learning untuk mengklasifikasikan tipe dan level kesehatan terumbu karang yang klasifikasinya dibagi berdasarkan bagan kesehatan CoralWatch, yaitu dibagi menjadi level 1 – 6. Klasifikasi kesehatan terumbu karang pada penelitian ini dibagi menjadi 6 label, yaitu lv.6, lv.5, lv.4, lv.3, lv.2, dan lv.1. Sedangkan untuk klasifikasi tipe terumbu karang terdapat 3 kelas, yaitu Boulder, Table, dan Branching. Hasil akhir penelitian ini adalah model untuk klasifikasi tipe dan level kesehatan terumbu karang. Bahasa pemograman yang digunakan adalah python, dan arsitektur yang digunakan adalah ResNet, MobileNetV2, DenseNet, dan VGG19. Pada penelitian ini didapat akurasi terbaik sebesar 100% untuk klasifikasi tipe terumbu karang dengan arsitektur DenseNet dan untuk klasifikasi kesehatan terumbu karang didapat akurasi sebesar 55% dengan arsitektur DenseNet.

Coral reefs are marine organisms that provide benefits to many other living creatures. The worsening pollution in the water and unpredictable climate changes threaten the health of coral reefs. Projections for 2050 indicate that 95% of coral reefs are likely to experience bleaching. This research proposes to apply deep learning to classify the types and health levels of coral reefs, with classifications divided based on the CoralWatch health chart, ranging from level 1 to 6. The health classification of coral reefs in this study is divided into 6 labels: lv.6, lv.5, lv.4, lv.3, lv.2, and lv.1. Meanwhile, for the classification of coral reef types, there are 3 classes: Boulder, Table, and Branching. The final outcome of this research is a model for classifying the types and health levels of coral reefs. The programming language used is Python, and the architectures used are ResNet, MobileNetV2, DenseNet, and VGG19. In this study, the best accuracy obtained for the classification of coral reef types is 100% with the DenseNet architecture, while for the classification of coral reef health, the accuracy obtained is 55% with the DenseNet architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Musyaddad
"Mumby dkk. (2008) membuat model matematika terumbu karang dalam suatu persamaan diferensial biasa nonlinier. Model ini menggambarkan interaksi antara makro alga, karang, dan alga turf yang merupakan organisme yang menutupi dasar laut terumbu. Salah satu asumsi modelnya disebutkan bahwa grazing terhadap makro alga dapat menyebabkan tumbuhnya alga turf. Beberapa tahun berikutnya, Li dkk. (2014) mengembangkan model terumbu karang Mumby dengan adanya waktu tunda. Hal tersebut didasarkan pada fakta bahwa dibutuhkan waktu yang lama untuk alga turf tumbuh setelah makro alga dimakan. Tujuan dari skripsi ini ialah memberikan perbandingan kestabilan titik kesetimbangan pada kedua model beserta bifurkasi yang terjadi.

Mumby et al. (2008) constructed a mathematical model of coral reef with nonlinear ordinary differential equation. This model described interaction between macro algae, coral and algal turf which are organism who live in seabed of reef. One assumption of model mentioned that grazing on macro algae giving rise to algal turf. The next few years, Li et al. (2014) extended Mumby?s coral reef model with time delay. It is based from the fact that it takes a long period of time for algal turf to arise after macro algae are grazed. The aim of this undergraduate thesis is to present comparison of stability of the equilibrium points in both model and the occurance of bifurcation."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S61290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadi Aryo Nugroho
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai bagaimana kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia terhadap perlindungan dan pengelolaan terumbu karang ditinjau dari peraturan perundang-undangan. Selanjutnya skripsi ini juga membahas mengenai kasus perusakan terumbu karang di Indonesia yaitu kasus perusakan terumbu karang di Raja Ampat oleh Kapal MV Caledonian Sky serta bagaimana penegakan hukum dari kasus tersebut. Tujuan dari skripsi ini adalah mengetahui hubungan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah dalam perlindungan terumbu karang di Indonesia serta mengetahui penegakkan hukum terhadap perusakan terumbu karang di Indonesia. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah yuridis normatif. Hubungan kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap pengelolaan terumbu karang didasarkan kepada urusan konkuren UU Pemda. Akan tetapi terdapat hambatan yaitu tidak adanya kewenangan pemerintah kabupaten/kota terhadap pengelolaan wilayah pesisir. Penegakkan hukum terhadap kasus perusakan terumbu karang berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 yaitu penegakan hukum administrasi, perdata, dan pidana. penegakan hukum administratif cara penghentian kegiatan, pembongkaran, penyitaan, dan pencabutan izin. Penegakan pidana tersebut terbagi atas sanksi pidana penjara dan sanksi pidana denda. hukum perdata dapat dilakukan melalui penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan melalui pengadilan.

ABSTRACT
This thesis discusses how the authority of the Central and Regional Governments in Indonesia towards the protection and management of coral reefs is viewed from the laws and regulations. Furthermore, this paper also discusses the case of coral reef destruction in Indonesia, namely the case of destruction of coral reefs in Raja Ampat by the MV Caledonian Sky Ship and how the law enforcement of the case. The purpose of this paper is to find out the relationship between the responsibilities of the central government and the regions in protecting coral reefs in Indonesia and to know the law enforcement on the destruction of coral reefs in Indonesia. The research method in this paper is normative juridical. The relationship between the authority of the Central Government and the Regional Government towards coral reef management is based on the concurrent affairs of the Regional Government Law. However, there are obstacles, namely the absence of district/city government authority over the management of coastal areas. Law enforcement for cases of coral reef destruction based on Law No. 32 of 2009, namely the enforcement of administrative, civil and criminal law. administrative law enforcement on how to terminate activities, demolition, confiscation and revocation of licenses. The criminal enforcement is divided into imprisonment sanctions and fine criminal sanctions. Civil law can be done through settlement of disputes outside the court and through the court."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Mulkan
"Skripsi ini membahas mengenai pengaturan perlindungan terumbu karang dalam hukum internasional. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif. Pembahasan dalam skripsi ini membahas mengenai kondisi terumbu karang di dunia dan pengaturan perlindungan terumbu karang menurut konvensikonvensi internasional. Akan dibahas pula mengenai empat kerjasama regional yang dibentuk oleh negara-negara yang peduli terhadap eksistensi terumbu karang. Pada akhir pembahasan, akan diulas mengenai perlindungan terumbu karang di Indonesia dan keikutsertaan Indonesia pada CTI-CFF dalam rangka melindungi terumbu karang di wilayah Indonesia. Pada akhir skripsi ini, terdapat tiga simpulan dan tiga saran yang berkaitan dengan perlindungan terhadap terumbu karang.

This thesis discusses the protection of coral reefs in the regulation of international law. The research method in this thesis is a normative juridical study. The discussion in this thesis to discuss the condition of the world's coral reefs and coral reef protection regulation according to international conventions. Will be also discusses four regional cooperation formed by the countries concerned with the existence of coral reefs. At the end of the discussion, review the protection of coral reefs in Indonesia and Indonesia's participation in the CTI-CFF in order to protect the coral reefs in areas of Indonesia. At the end of this thesis, there are three conclusions and three suggestions relating to the protection of coral reefs."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S53955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafdi Fadhli
"Terumbu karang merupakan salah satu potensi sumberdaya laut yang sangat penting di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik fisik perairan terhadap persebaran terumbu karang di Wilayah Perairan Karawang pada tahun 2001, 2010 dan 2017. Metode yang digunakan adalah survei lapang dan pengolahan data citra menggunakan algoritma Lyzenga untuk mengetahui persebaran terumbu karang di Wilayah Perairan Karawang.
Hasil penelitian menunjukan terumbu karang di Wilayah Perairan Karawang tersebar di 3 Pantai, yaitu Pantai Ciparage, Pantai Desa Pasirjaya dan Pantai Desa Sukajaya. Terumbu karang tersebar dengan pola mengelompok. Adapun jenis terumbu karang yang ada di wilayah penelitian adalah gugusan karang gosong patch reefs.
Pola pertumbuhan terumbu karang di wilayah penelitian ini memiliki pola semakin jauh dari daratan maka perubahan luas terumbu karang akan semakin bervariasi. Karakteristik fisik perairan pada penelitian ini yaitu suhu permukaan laut, salinitas dan arus di wilayah perairan Karawang pada penelitian ini sudah sesuai dengan baku mutu perairan untuk terumbu karang, sehingga terumbu karang dapat tumbuh dan berkembang.
Adapun pengaruh dari karakteristik fisik perairan ini mempengaruhi persebaran terumbu karang dalam jangka waktu lama yang dalam penelitian ini adalah tahun 2001-2017, karena ketika karakteristik fisik perairan tidak sesuai dengan baku mutu, terumbu karang tidak langsung mati tetapi akan mengalami berbagai proses hingga akhirnya mati. Adapun ketika suhu permukaan laut tidak sesuai dengan baku mutu, terumbu karang akan mati, sedangkan pada salinitas tinggi diluar nilai ambang batas baku mutu, terumbu karang tidak dapat tumbuh dan berkembang. Pada arus permukaan laut, terumbu karang hidup cenderung memiliki pola yang searah dengan rata-rata arah arus laut dalam waktu setahun.

Coral reefs are one of the most important marine resource potentials in Indonesia. The purpose of this research is to analyze the influence of physical characteristics of waters on the distribution of coral reefs in the Waters of Karawang region in 2001, 2010 and 2017. The method used is field survey and image data processing using the Lyzenga algorithm to determine the distribution of coral reefs in the Waters of Karawang.
The results showed coral reefs in the Waters of Karawang spread in 3 Beaches, namely Ciparage Beach, Beach Village Pasirjaya and Beach Village Sukajaya. Coral reefs are scattered with clumping patterns. The type of coral reefs that exist in the research area is a cluster of charred rubbers patch reefs.
The pattern of coral reef growth in this study area has a pattern farther from the land, the changes in coral reefs will be more varied. Physical characteristics of the waters in this study are sea surface temperature, salinity and current in the waters of Karawang in this study is in accordance with the standards of water quality for coral reefs, so that coral reefs can grow and develop.
The influence of physical characteristics of this water affect the distribution of coral reefs in the long term which in this study is the year 2001 2017, because when the physical characteristics of the waters are not in accordance with the standard of quality, coral reefs do not die immediately but will experience various processes until finally die. As the sea surface temperature does not conform to the quality standard, coral reefs will die, while at high salinity beyond the standard quality threshold values, coral reefs can not grow and develop. At sea level currents, living coral reefs tend to have a unidirectional pattern with an average direction of ocean currents within a year.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>