Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176076 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhiatfa Amanda Sylvania
"Latar Belakang: Prevalensi early childhood caries di Indonesia terus meningkat. Streptococcus mutans merupakan bakteri utama penyebab terjadinya karies yang memiliki habitat di lidah dan saliva.
Tujuan: Menganalisa korelasi antara kuantitas Streptococcus mutans di lidah dan saliva anak usia 3-5 tahun dengan risiko karies tinggi.
Metode: Kuantifikasi Streptococcus mutans dengan metode qPCR.
Hasil: Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kuantitas Streptococcus mutans di plak lidah dan saliva dengan risiko karies tinggi (p>0,05).
Kesimpulan: Kuantitas Sreptococcus mutans di plak lidah dan saliva tidak memiliki korelasi dengan risiko karies tinggi.

Background: Prevalence of early childhood caries in Indonesia continues to increase. Streptococcus mutans is the main bacterial cause of caries which inhabit tongue plaque and saliva.
Aim: To analyze the correlation between quantity of Streptococcus mutans in tongue plaque and saliva of children aged 3-5 years and high risk caries.
Methods: Quantification of Streptococcus mutans by qPCR method.
Result: There was no significant correlation between quantity of Streptococcus mutans in tongue plaque and saliva and high risk caries (p>0.05).
Conclusion: The quantity of Streptococcus mutans in tongue plaque and saliva has no correlation with high risk caries.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanya Aurellian Kusuma
"ABSTRAK
Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan adanya satu atau lebih gigi berlubang, hilang, atau ditambal pada anak anak dengan usia sampai dengan 71 bulan. Mikroorganisme utama dari karies adalah Streptococcus mutans yang terklasifikasi menjadi empat, yaitu serotipe c, e, f, dan k. Menurut penelitian sebelumnya, ditemukan banyak Candida albicans pada plak anak dengan ECC, namun interaksinya dengan Streptococcus mutans belum diketahui secara pasti. Tujuan: Menganalisis kuantitas dan hubungan dari antigen Streptococcus mutans serotipe e dengan Candida albicans pada plak anak dengan karies dini serta bebas karies dikaitkan dengan laju alir saliva. Metode: Kuantitas antigen dari 36 sampel plak karies dan 14 sampel bebas karies diketahui melalui uji ELISA kemudian dikaitkan dengan laju alir saliva. Hasil: Perbandingan antara kuantitas kedua antigen pada laju alir saliva <30 detik didapatkan nilai 0,000 dan pada laju alir 30-60 detik sebesar 0,001. Hubungan antara kuantitas Streptococcus mutans serotipe e dan Candida albicans pada plak karies didapatkan nilai r = 0,639 dan r = 0,247 untuk plak bebas karies. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara kuantitas kedua antigen pada masing-masing tingkat laju alir saliva dan terdapat korelasi positif antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe e dengan Candida albicans pada plak karies dan plak bebas karies. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasti Raissa
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang terbanyak di Indonesia dan dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan mulut salah satunya menyikat gigi yang dapat menurunkan bakteri Streptococcus mutan. Bakteri ini akan membentuk plak dan menghasilkan asam yang dapat menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi.
Tujuan: Mengetahui perbedaan kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan terhadap subjek yang berumur 19-22 tahun.
Metode: Desain pada penelitian ini dengan menggunakan metode crossover. Pengambilan data dilakukan terhadap 20 orang subjek, yang mana dibagi secara random alokasi menjadi dua kelompok yang masing-masing akan dilakukan perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan dengan waktu washout selama seminggu.
Hasil: Analisis statistik mengunakan metode uji mann-whitney diperoleh p-value 0,598 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi yang signifikan antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan. Akan tetapi kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi dengan menyikat gigi sebelum makan yaitu 193.333 CFU/ml lebih besar di bandingkan bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi dengan menyikat gigi setelah makan sebanyak 180.000 CFU/ml.
Kesimpulan: Kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi dengan perlakuan menyikat gigi setelah makan lebih sedikit dibandingkan dengan menyikat gigi sebelum makan. Akan tetapi dari analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak yang signifikan antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan.

Background: Dental caries is the most dental and oral disease in Indonesia and can be prevented by maintaining oral hygiene, one way is by toothbrushing which can reduce the bacteria Streptococcus mutan. These bacteria will become dental plaque and produce acid which can causes demineralization of hard tissue.
Objective: To determine the different in the numbers of bacteria Streptococcus mutan in dental plaques between toothbrushing before and after eating in 19-22 years.
Method: The design of this study using the crossover. Data retrieval was carried out on 20 subjects, which were randomized allocation in two groups with washout time for a week.
Results: Analysis statistic using the mann-whitney test obtained p-value 0.598 that there was no significant difference between brushing teeth before and after eating. However, the number of bacteria Streptococcus mutan on dental by toothbushing before eating is 193,333 CFU/ml bigger than the number of bacteria Streptococcus mutan on dental plaque by toothbushing after eating is 180,000 CFU/ml.
Conclusion: The number of bacteria Streptococcus mutan on dental plaque by toothbrushing after eating was less than the group brushing before eating. However, the results from analysis statistic showed that there is no statistically significant difference between the numbers of bacteria Streptococcus mutan brushing teeth before and after eating.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Dzikriya Rahman
"

Latar belakang: Early Childhood Caries (ECC) atau karies anak usia dini masih merupakan masalah kesehatan yang serius terutama di kalangan anak-anak. Streptococcus mutans diketahui sebagai penyebab utama dari ECC. Sementara bakteri lain seperti jamur, yaitu, Candida albicans, dianggap terlibat dalam proses perkembangan ECC. Resistensi atau kerentanan terhadap karies juga dipercaya dapat berkorelasi secara signifikan dengan perubahan komponen protein saliva. Beberapa mikroorganisme oral dan protein saliva tersebut dapat berfungsi sebagai biomarker untuk memprediksi risiko dan prognosis karies. Tujuan: Mengetahui kuantitas dari antigen Streptococcus mutans serotype c dan Candida albicans pada saliva pasien ECC serta menganalisis hubungan keduanya yang dikaitkan dengan OHI-S dan skor dmf-t. Metode: S. mutans serotype c dan Candida albicans yang diisolasi dari sampel saliva pasien ECC dan caries free diuji menggunakan Indirect ELISA untuk memperoleh kuantitas antigen S. mutans serotype c dan Candida albicans, yang selanjutnya dikorelasikan dengan OHI-S dan skor dmf-t pasien ECC dan caries free. Hasil: Kuantitas antigen S. mutans serotype c dan Candida albicans paling tinggi ditemukan pada pasien caries-free. Kuantitas antigen S. mutans serotype c paling tinggi ditemukan pada pasien dengan OHI-S sangat baik, sebaliknya pada Candida albicans kuantitas paling tinggi ditemukan pada pasien dengan OHI-S sedang. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kuantitas antigen S. mutans serotype c dan Candida albicans pada pasien ECC dan caries-free. Secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan antara kuantitas antigen Candida albicans pada kelompok OHI-S baik dan sedang, namun tidak pada antigen S. mutans serotype c. Pada pasien ECC dan caries free, antigen S. mutans serotype c dan Candida albicans memiliki arah dan bentuk korelasi yang positif. Kesimpulan: Peningkatan kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype c dan Candida albicans tidak mencerminkan kondisi mulut pasien ECC maupun caries free. Peningkatan kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype c dan Candida albicans dapat mencerminkan kondisi OHI-S pasien. Streptococcus mutans serotype c dan Candida albicans pada pasien ECC berkorelasi sementara pada pasien caries-free tidak.

 


Background: Early Childhood Caries (ECC) or early childhood caries is still considered as serious health problem, especially among children. Streptococcus mutans is known as a major cause of ECC. While other bacteria such as fungi, that is, Candida albicans, are considered to be involved in the ECC progression. Resistance or susceptibility to caries is also believed to be significantly correlated with changes in salivary protein components. Some of these oral microorganisms and salivary proteins can be functioned as biomarkers to predict caries risk and prognosis. Objective: To determine the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens in the saliva of ECC patients and analyze the relationship between the two antigens and associated with OHI-S and dmf-t scores. Methods: S. mutans serotype c and Candida albicans were isolated from saliva samples of ECC and caries free patients were tested using Indirect ELISA to obtain the quantity of S. mutans serotype c and Candida albicans antigen, which were correlated further with OHI-S and dmf-t scores of ECC and caries free patients. Results: The highest quantity of S. mutans serotype c and Candida albicans antigens was found in caries-free patients. The highest quantity of S. mutans serotype c antigen was found in patients with very good OHI-S, whereas the highest quantity of Candida albicans was found in patients with moderate OHI-S. There was no statistically significant difference between the quantity of S. mutans serotype c antigens and Candida albicans in ECC and caries-free patients. There is a significant difference statistically between the quantity of Candida albicans antigen in the good and moderate OHI-S group, but not in the S. mutans serotype antigen c. In patients with ECC and caries free, S. mutans serotype c antigens and Candida albicans have a positive direction and form of correlation. Conclusion: Increasing the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens did not reflect the oral condition of ECC or caries free patients. The increase in the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans can reflect the patient's OHI-S condition. Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans in ECC patients correlated but in caries-free patients they did not correlate.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiya Nur Husniah
"Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme yang berkoloni pada permukaan gigi dan membentuk plak penyebab utama terjadinya karies. Salah satu bentuk upaya pencegahan karies yaitu dengan cara menggosok gigi secara teratur menggunakan pasta gigi yang mengandung lilin propolis. Lilin propolis merupakan residu dari proses pean propolis lebah madu yang memiliki kandungan antibakteri.
Tujuan: Menganalisis efektivitas pasta gigi dengan kandungan lilin propolis terhadap pertumbuhan koloni Streptococcus mutans dan pembentukan plak dan membandingkannya dengan pasta gigi yang mengandung propolis.
Metode: Sebanyak 24 subjek karies yang diinstruksikan menyikat gigi 2 kali sehari dan tidak melakukan prosedur kebersihan mulut lainnya. Plak gigi diukur menggunakan indeks plak Sillness-Loe dan sampel plak diambil dari permukaan bukal gigi insisif atas subjek karies sebelum dan sesudah penggunaan pasta gigi selama 7 hari, selanjutnya dibiakan pada media agar TYS20B selama 2x24 jam, kemudian dilakukan penghitungan jumlah koloni S.mutans yang dihitung dalam CFU/ml.
Hasil: Pasta gigi lilin propolis dapat menurunkan jumlah koloni Streptococcus mutans dan indeks plak gigi. Secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara jumlah koloni S.mutans dan indeks plak sebelum dan sesudah pemakaian pasta gigi dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara penggunaan pasta gigi yang mengandung lilin propolis dan propolis.
Kesimpulan: Pasta gigi lilin propolis berpotensi sebagai alternatif pencegahan karies gigi.

Streptococcus mutans is a microorganism that colonizes on the tooth surface and forms plaque which is the main cause of caries. One form of prevention of caries is by tooth brushing regularly with toothpaste containing propolis wax. Propolis wax is a residue from the purification process of pure honey bee propolis which has antibacterial contents.
Purpose: To analyze the effectiveness of toothpaste containing propolis wax on growth of Streptococcus mutans and dental plaque formation and compare it with toothpaste containing propolis in caries patient.
Methods: 24 caries subjects were instructed to brush their teeth twice daily refrain from any other oral hygiene procedures. The plaque was measured using the Sillness Loe plaque index and plaque samples were collected from subjects buccal surface upper incisors before and after using toothpaste for 7 days, subsequently cultured on TYS20B agar medium for 2x24 hours then counting the number of colonies of S.mutans in CFU ml.
Results: In this study toothpaste containing propolis wax can decrease the number of Streptococcus mutans colonies and dental plaque index. There is a significant difference between the amount of S.mutans colony and plaque index before and after using toothpaste.
Conclusion: The use of toothpaste containing propolis wax has the potential as an alternative to prevention of dental caries.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buanita Kusumawardhani Farsyah Dwi Putri
"Latar belakang: Prevalensi karies pada anak (ECC) cukup tinggi. Karies gigi merupakan penyakit kronis akibat infeksi bakteri yang salah satunya disebabkan Veillonella spp. yang terdapat di saliva, lidah, dan mukosa bukal. Veillonella spp. ditemukan pada anak yang mengalami karies dini.
Tujuan: Mengetahui korelasi antara kuantitas Veillonella spp. di plak lidah dan saliva anak usia 3-5 tahun dengan kategori risiko karies tinggi.
Metode: Kuantifikasi menggunakan qPCR.
Hasil: Terdapat korelasi yang tidak bermakna antara kuantitas Veillonella spp. plak lidah dan saliva dengan risiko karies tinggi.
Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi antara kuantitas Veillonella spp. di plak lidah dan saliva dengan risiko karies tinggi.

Background: The prevalence of caries in children (ECC) is quite high. Dental caries is a chronic disease caused by bacterial infection, which is caused by Veillonella spp. in saliva, tongue, and buccal mucosa. Veillonella spp. found in children with severe early childhood caries.
Aim: To know the correlation between the quantity of Veillonella spp. on tongue plaque and saliva of children aged 3-5 years with high risk caries.
Methods: Quantification using qPCR.
Results: There?s no significant correlation between the quantity of Veillonella spp. on tongue plaque and saliva with high risk caries.
Conclusion: The quantity of Veillonella spp. in tongue plaque and saliva has no correlated with high risk caries.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Saputri
"Latar Belakang : Resesi gingiva penyebab dentin hipersensitif (DH). Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus pada plak menghasilkan asam. Produk asam menyebabkan demineralisasi akar gigi.
Tujuan: Menganalisis jumlah serta distribusi S. mutans dan S. sobrinus dari plak dan saliva penderita resesi gingiva dengan DH dan non sensitif.
Metode: Dari sampel saliva dan plak subjek DH dan non sensitif diperiksa jumlah S. mutans dan S. sobrinus menggunakan real-time PCR dengan SYBR Green.
Hasil: Jumlah S. mutans lebih banyak pada plak DH daripada non sensitif, S. sobrinus lebih banyak pada saliva non sensitif.
Kesimpulan: Jumlah S. mutans lebih banyak pada plak penderita DH.

Background : Gingival recession cause of dentine hypersensitivity (DH). Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus in dental plaque will produce of acid. Acid can cause demineralization that involved in hypersensitivity.
Objectives : To analyze the amount and distribution of S. mutans and S. sobrinus from plaque and saliva in patients with DH and non sensitive.
Methods :, S. mutans and S. sobrinus from saliva and plaque samples was quantify by real-time PCR using SYBR Green.
Results : The number of S. mutans is higher in plaque of DH and S. sobrinus is higher in saliva of non sensitive.
Conclusion : Patients with DH had higher level of S. mutans in plaque.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31475
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Tri Wardhani
"Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang ketika diberikan dalam jumlah yang tepat dapat memberikan manfaat bagi kesehatan host. Lactobacillus Casei merupakan salah satu contoh bakteri asam laktat yang digunakan dalam probiotik. Bakteri ini dapat mencegah adhesi dan invasi bakteri patogen, memodifikasi lingkungan usus dan memodulasi respon imun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni S.mutans pada plak gigi anak sebelum dan setelah minum minuman probiotik di Jakarta. Subyek penelitian berusia 9-12 tahun, sebanyak 13 orang anak. Sampel penelitian berupa koloni S.mutans yang terdapat dalam plak gigi anak. Jumlah koloni diukur dengan colony forming unit. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan rerata jumlah koloni S.mutans pada hari ketiga dan ketujuh, sebelum dan setelah minum probiotik. Pada perhitungan statistik ditemukan perbedaan bermakna antara jumlah koloni S.mutans pada plak gigi anak sebelum dan setelah minum minuman probiotik.

Probiotics are live microorganisms which when administered in adequate amounts confer a health benefit on the host. Lactobacillus Casei is one example of lactic acid bacteria used in probiotics. These bacteria may prevent bacterial adhesion and invasion of pathogens, modify the intestinal environment and modulate the immune response. This research was conducted to determine the differences of total S.mutans colony on children dental plaque before and after probiotics consumption in Jakarta. Subjects aged 9-12 years, 13 children. Research sample are S.mutans on children dental plaque. Total S.mutans colony were measured using colony forming unit. The results showed a mean difference between total S.mutans colony on children dental plaque, on the third day and the seventh day, before and after probiotics consumption. From the results of statistical analysis showed significant differences between total S.mutans colony on children dental plaque before and after probiotics consumption."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31730
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amrita Widyagarini
"ABSTRAK
Streptococcus mutans (S. mutans) diketahui merupakan bakteri patogen utama
dalam proses karies. Koloni S. mutans pada anak dapat terbentuk melalui
transmisi S. mutans yang terutama bersumber dari ibu. S. mutans serotipe c, e, dan
f diklasifikasikan berdasarkan pada komposisi kimia polisakarida spesifik serotipe
dan sering ditemukan pada sampel plak. Sampel plak didapatkan dari 66 pasang
anak usia 3-5 tahun dan ibunya. Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang
dipakai dengan menggunakan primer gtfB dalam penelitian ini telah
mengkonfirmasi keberadaan S. mutans pada 46 sampel plak pasang anak dan
ibunya. Terdapat hubungan yang bermakna antara karies anak dan karies ibunya
(p<0,05). Skor karies anak akan meningkat seiring dengan peningkatan skor
karies ibu. Distribusi S. mutans serotipe c ditemukan dalam proporsi yang banyak,
sedangkan S. mutans serotipe e ditemukan paling sedikit pada sampel plak anak
usia 3 – 5 tahun dan ibunya.Terdapat hubungan tidak bermakna antara S. mutans
serotipe c dan e dengan status karies anak dan ibunya (p>0,05). Terdapat
hubungan sangat lemah, tidak bermakna antara S. mutans serotipe c dan e anak
dengan ibunya (0,000 < r < 0,199; p>0,05).

ABSTRACT
Streptococcus mutans (S. mutans) are considered to be an important bacterial
pathogen of dental caries. The major reservoir from which children acquire these
organisms is their mothers. S. mutans is classified into three serotypes, c, e and f,
based on the chemical composition of its cell surface serotype-specific
polysacharide. S. mutans serotypes c,e and f were reported to be frequently
isolated from human dental plaque. Plaque samples were collected from 66 3- to
5-years-old and mothers with caries. Polymerase chain reaction (PCR) method
using gtfB primer in this research has confirmed S. mutans from 46 dental plaque
samples child-mother pairs. There is significant relationship between children
caries score and mother caries score (p<0.05). Child caries score increases as
mother caries score rise. Distribution of serotype c S. mutans has more prevalent
detected than serotype e S. mutans. There is no significant relationship (p>0.05)
between serotype c/e S. mutans and child-mother caries score. There is also no
significant relationship (0,000 < r < 0,199 ;p>0,05) between serotype c/e S.
mutans in children and their mothers."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gadia Canaparimita Ghrena Duhita
"Latar Belakang : Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang sering ditemukan di Indonesia. Diperlukan upaya alternatif pencegahan, yang dalam penelitian ini dilakukan dengan menggabungkan dua bahan aktif CPP-ACP dan lilin propolis dalam satu sediaan permen karet bebas gula dengan lima konsentrasi yang berbeda (0% Prop, 0% CPP-ACP ; 0% Prop + CPP-ACP ; 2% Prop + CPPACP ; 4% Prop + CPP-ACP ; dan 6% Prop + CPP-ACP).
Tujuan : Menganalisis kadar pelepasan ion kalsium dan fosfat oleh CPP-ACP untuk mendukung remineralisasi dan keefektifan lilin propolis dalam menekan pembentukan massa biofilm S.mutans pada subjek bebas karies serta melihat apakah kedua bahan aktif ini efektif jika digabungkan dalam satu sediaan permen karet bebas gula.
Metode : 25 sampel saliva bebas karies sebelum dan sesudah simulasi pengunyahan lima konsentrasi permen karet in vitro dilakukan uji pelepasan ion kalsium dan fosfat serta uji biofilm. Pelepasan ion kalsium dideteksi menggunakan AAS, ion fosfat menggunakan Spektrofotometri UV-VIS, dan uji biofilm menggunakan uji crystal violet 96-well plate ELISA dan dibaca menggunakan microplate reader.
Hasil : Permen karet CPP-ACP-Propolis dengan konsentrasi 0% Prop + CPP-ACP menunjukkan kadar pelepasan ion kalsium (p≤0,05) dan fosfat (p>0,05) tertinggi dan signifikan dalam menekan pembentukan massa biofilm S.mutans (p≤0,05).
Simpulan : Terjadi peningkatan kadar ion kalsium dan fosfat pada saliva bebas karies, serta, penurunan massa biofilm S.mutans setelah pengunyahan permen karet CPP-ACP-Propolis.

Background: Dental caries is an oral disease commonly found in Indonesia. Alternative prevention are needed, which in this research is going to be combining two active components which are CPP-ACP and propolis wax into one substance of sugar-free chewing gum with five different concentrations (0% Prop, 0% CPPACP ; 0% Prop + CPP-ACP ; 2% Prop + CPP-ACP ; 4% Prop + CPP-ACP ; and 6% Prop + CPP-ACP).
Objectives: To analyze the amount of calcium and phosphate ion released by CPP-ACP to support the remineralization and to analyze the effectiveness of propolis wax in suppressing the mass formation of Streptococcus mutans biofilm in caries-free subjects and also observing if these two active components are effective when combined into one substance of sugarfree chewing gum.
Methods: 25 samples of caries-free saliva before and after the mastication simulation (five concentrations of chewing gum) in vitro, observed the release of calcium and phosphate ion along with a biofilm assay. The release of calcium ion is detected using AAS, while phosphate ion using the Spectrophotometry UV-VIS, and the biofilm assay using the crystal violet 96-well plate ELISA and evaluated with a microplate reader.
Result: Chewing gum with a concentration of 0% Prop + CPP-ACP has shown the highest release level of calcium (p<0,05) and phosphate ion (p>0,05) and is significant in suppressing the mass formation of S.mutans biofilm (p<0,05).
Conclusion: Increased calcium and phosphate ion level in caries-free saliva and decreased of S.mutans biofilm mass after mastication simulation of CPP-ACP-Propolis chewing gum are detected."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>