Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172690 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Latifah
"Buah Leunca (Solanum nigrum L.) adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang dikenal memiliki aktivitas sebagai antidisentri, antiinflamasi, dan fitoestrogen. Kandungan kimia buah leunca antara lain diosgenin, solanin, solamargin, dan chaconine. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etanol buah leunca (Solanum nigrum L.) terhadap pengurangan kerapuhan tulang pada tikus betina galur Sprague-Dawley. Tiga puluh ekor tikus dibagi dalam 6 kelompok terdiri atas kelompok kontrol normal, kelompok ovariektomi (OVX), kelompok OVX-tamoxifen dosis 1,8 mg/kg bb, dan 3 kelompok OVX-ekstrak etanol buah leunca dosis 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, dan 600 mg/kg bb. Bahan uji diberikan selama 12 minggu berturut-turut. Parameter yang diamati adalah kadar kalsium dan alkalin fosfatase (ALP) darah serta histologi tulang femur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulai dosis 300 mg/kg bb terjadi peningkatan densitas dan ketebalan trabekula tulang femur yang bermakna (α < 0,05) bila dibandingkan kontrol ovariektomi dan setara dengan kontrol normal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak etanol buah leunca memiliki potensi mengurangi kerapuhan tulang.

Black Nightshade fruit (Solanum nigrum L.) is one of Indonesian medicinal plant which known showing many activities such as antidisentry, antiinflamation, and also as phytoestrogen. Black Nightshade fruit contains diosgenin, solanine, solamargine, and chaconine. This research was conduct to investigate the effect of ethanolic extract of black nightshade fruit (Solanum nigrum L.) on ovariectomized rats bone loss. Thirty-3-months-old female rats Sprague-Dawley strain were randomly divided into six groups, namely 3 control groups and 3 treatment groups. The control groups consist of normal group, ovariectomized (ovx) group, and ovx group treating with tamoxifen 1,8 mg/kg bb. The treatment groups consist of the ovx group treating with ethanolic extract of black nightshade fruit dose of 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, and 600 mg/kg bb. The treatment done every day for 12 weeks.
The result showed that start on 300 mg/kg bb, ethanolic extract of black nightshade fruit increased significantly (α < 0,05) the density and thickness of trabecular of femur bone. We can conclude that ethanolic extract of black nightshade fruit has potentially effect to decrease bone loss."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44480
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Magdalena
"Studi pendahuhian untuk melihat efek diuretik ekstrak buah Ananas comosus L. terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar telah dilakukan. Pencekokan diberikan dengan larutan kontrol dan dengan perbandingan dosis larutan murni : akuabidestilata 1: 3, ! 2, 1 : I clan I : 0 I ml/1 00 g berat badan. Pengaruh pencekokan terhadap volume urin dapat diketahul 6 jam sesudah pencekokan. Uji statistik terhadap hasH percobaan menunjukkan bahwa ekstrak buah Ananas cotnosus dengan dosis larutan murni akuabidestilata 1 2, 1 mI/i 00 g berat badan tidak mempengaruhi volume total urin, tetapi dosis larutan murni : akuabidestilata I 3 I mlIIOO g berat badan meningkatkan volume total i.win. Dengan demikian Ananas cornosus dengan konsentrasi tersebut mempunyai efek diuretik terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohmad Joni Pranoto
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam susu kedelai terhadap kadar zat besi plasma darah tikus (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebanyak 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu KK 1 yang diberi pakan dan minum standar; KK 2 yang diberi pakan minum standar dan susu kedelai tanpa fortifikan; dan KP 1, 2, dan 3 yang diberi pakan minum standar dan susu kedelai dengan fortifikan NaFeEDTA berturut-turut dosis 1,35 mg Fe/ kgBB, 2,7 mg Fe/ kg BB, dan 5,4 mg Fe/ kgBB selama 21 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 dan setelah perlakuan pada hari ke-21. Darah dipreparasi menggunakan destruksi basah lalu ditentukan kadar zat besinya dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil uji ANAVA satu arah dan uji LSD (P < 0,05) menunjukkan perbedaan nyata pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam susu kedelai terhadap kadar zat besi antar kelompok perlakuan. Peningkatan kadar zat besi tertinggi terjadi pada KP 3 di hari ke-21 yaitu 31,74% terhadap KK 1; dan 23,52% terhadap KK 2.

The effect of NaFeEDTA fortificant addition to soymilk on plasma iron concentration of male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.) had been studied. By using Complete Random Design (CRD), twenty five rats were divided into five groups. Normal control group (KK 1) which was administered with standard feeding and drinking only. Treatment control group (KK 2) which was administered with extra soymilk non fortificant, and three treatment groups which were administered with extra soymilk added with NaFeEDTA fortificant 1.35 mg Fe/kgbw (KP 1); 2.7 mg Fe/kgbw (KP 2); and 5.4 mg Fe/kgbw (KP 3). All of the five groups were treated for 21 days consecutively. The plasma iron concentration was measured by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). One way ANOVA test and post hoc LSD test (P < 0.05) showed significant effect of NaFeEDTA fortificant addition to soymilk on plasma iron concentration in all treatment groups. The highest increase of plasma iron concentration was detected on KP 3 at t21 which is 31.74% to KK 1; and 23.52% to KK 2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hosana Ernila Shanet
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fortifikan Fe Fumarat dalam tepung tempe terhadap kadar zat besi plasma darah tikus (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu KK 1 yang diberi larutan CMC 0,5%; KK 2 yang diberi CMC 0,5% dan suspensi tepung tempe tanpa fortifikan; dan KP 1, 2, dan 3 yang diberi CMC 0,5% dan tepung tempe dengan fortifikan Fe Fumarat dosis 1,35 mg Fe/ kgBB, 2,7 mg Fe/ kg BB, dan 5,4 mg Fe/ kgBB selama 21 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 dan setelah pencekokan hari ke-21. Darah ditentukan kadar zat besinya dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil uji Anava satu arah (P < 0,05) menunjukkan perbedaan nyata pemberian fortifikan Fe Fumarat dalam tepung tempe terhadap kadar zat besi antar kelompok perlakuan. Peningkatan kadar zat besi tertinggi terjadi pada KP 1 yaitu sebesar 13,21% terhadap KK 1 dan 11,48% terhadap KK 2.

The effect of Fe fumarate fortificant addition in tempeh flour on plasma iron concentration of male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.) had been studied. By using Complete Random Design (CRD), twenty five rats were divided into five groups, consist of normal control group (KK 1) which was administered with CMC 0.5%, treatment control group (KK 2) which was administered with CMC 0.5% and tempeh flour non fortificant, and three treatment groups which were administered with tempeh flour added with Fe Fumarate fortificant 1.35 mg Fe/KgBW (KP 1); 2.7 mg Fe/KgBW (KP 2); and 5.4 mg Fe/KgBW (KP 3). All of the five groups were treated within 21 consecutive days. The plasma iron concentration was measured by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). One way ANOVA test (P < 0.05) showed significant effect of Fe Fumarate fortificant addition in tempeh flour intake on plasma iron concentration in all treatment groups. The highest increase of plasma iron concentration was detected on KP 1 which is 13.21% to KK 1 and 11.48% to KK 2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ari Nugrahaningrum
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam tepung tempe dan susu kedelai terhadap kadar natrium plasma darah tikus (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague Dawley. Sebanyak 25 ekor tikus dibagi ke dalam 5 kelompok: kelompok kontrol 1 (KK1) yang diberi CMC 0,5%, kelompok kontrol 2 (KK2) yang diberi tepung tempe atau susu kedelai, dan tiga kelompok perlakuan (KP1, KP2, KP3) yang diberi tepung tempe atau susu kedelai dengan fortifikan NaFeEDTA dosis 1,35 mg Fe/ kgBB; 2,7 mg Fe/ kgBB; 5,4 mg Fe/ kgBB selama 21 hari berturut-turut. Penentuan kadar natrium plasma dengan alat AES (Atomic Emission Spectroscopy). Hasil uji Anava satu arah (P > 0,05) menunjukkan tidak ada pengaruh nyata pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam tepung tempe dan susu kedelai terhadap kadar natrium antar kelompok perlakuan. Kadar natrium plasma pada T21 dengan bahan uji tepung tempe dan susu kedelai tetap berada pada rentang normal antara 0,456 mg/ml -- 0,586 mg/ml.

The effect of NaFeEDTA fortificant inserted in tempeh flour and soy milk intake on plasma sodium concentration in male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.) had been studied. Twenty five rats were divided into five groups: control group 1 (KK1) was administered with CMC 0.5%, control group 2 (KK2) was administered with tempeh flour or soy milk; three treatment groups (KP1, KP2, KP3) were administered with tempeh flour or soy milk added with fortificant NaFeEDTA 1.35 mg Fe/kgBw; 2.7 mg Fe/kgBw; 5.4 mg Fe/kgBw consecutive for 21 days. Plasma sodium concentration was measured by AES (Atomic Emission Spectroscopy). One way Anova test (P > 0.05) showed there is no significant effect of fortificant NaFeEDTA inserted in tempeh flour and soy milk intake on plasma sodium concentration in all treatment groups. Plasma sodium concentration on T21 which was administered with tempeh flour and soy milk remains in normal range between 0.456 mg/ml ? 0.586 mg/ml.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rahayu Purwasih
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31636
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Findra Mellya Normasiwi
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui bahwa ekstrak etanol rimpang temu mangga Curcuma mangga Val. berpengaruh terhadap kadar bilirubin total dan bilirubin direct akibat kerusakan hati yang diinduksi oleh karbon tetraklorida CCl4 . Hewan uji yang digunakan dalam penelitian yaitu 24 ekor tikus Rattus norvegicus L. jantan galur Sprague-Dawley yang dibagi menjadi enam perlakuan KK1, KK2, KP1, KP2, KP3, dan KP4 dengan empat kali ulangan. Kelompok KK1 merupakan kelompok kontrol normal yang tidak diinjeksikan CCl4 dan dicekok CMC 0.5 , KK2 merupakan kelompok kontrol perlakuan yang diinjeksikan CCl4 sebanyak 1 ml/kgBB secara intraperitoneal dan dicekok CMC 0,5 . Kelompok KP1, KP2, KP3, dan KP4 merupakan kelompok perlakuan yang diinjeksikan CCl4 1 ml/kgBB dan diberikan ekstrak temu mangga dengan dosis berturut-turut 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, 40 mg/kgBB, dan 80 mg/kgBB. Hasil uji non parametrik Kruskal-Wallis ? = 0,05 menunjukkan bahwa dosis 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, 40 mg/kgBB, dan 80 mg/kgBB berpengaruh terhadap kadar bilirubin total dan bilirubin direct. Hasil uji perbandingan berganda Dunnett T3 ? = 0,05 menunjukkan bahwa dosis-dosis tersebut tidak berbeda bermakna dengan KK1. Dengan demikian dosis-dosis tersebut memiliki efek kuratif karena dapat menurunkan kadar bilirubin total dan direct sampai mendekati kadar normal.

This study was conducted in order to observe that the ethanol extract of mango ginger rhizome Curcuma mangga Val. affect the level of total bilirubin and direct bilirubin due to liver damage induced by tetrachloride carbon CCl4 . The test animals in the study were 24 male rats Rattus norvegicus L. of Sprague Dawley strain that was divided into six treatment KK1, KK2, KP1, KP2, KP3 and KP4 and repeated four times. The KK1 group is a normal control group that was not injected with CCl4 and 0.5 CMC fed, KK2 group is a treatment group that was intraperitoneally injected with CCl4 treatment in the amount of 1 ml kgBW and 0.5 CMC fed. KP1, KP2, KP3 and KP4 are treatment groups that got injected with CCl4 1 ml kgBB and were given mango ginger rhizome ethanol extract each with a dose of 10 mg kgBW, 20 mg kgBW, 40 mg kgBW, and 80 mg kgBW respectively by oral. The results of Kruskal Wallis non parametric test 0,05 shows that the dose of 10 mg kgBW, 20 mg kgBW, 40 mg kgBW, and 80 mg kgBW impacted on total bilirubin and direct bilirubin levels. Dunnet rsquo s T3 0,05 multiple comparison test result shows that the dosages had no significant differences with KK1 group. In conclusions, the dosages could be deemed as have curative effects since they successfully reduce the level of total bilirubin and direct bilirubin until it approached normal level.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68302
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karin Gina Suherman
"Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 atau yang dikenal dengan PCSK9 adalah protein yang berasal dari hati dan berperan dalam degradasi reseptor low-density lipoprotein, sehingga menjadikannya target terapeutik yang menjanjikan dalam penurunan kolesterol. Pengembangan obat yang menargetkan PCSK9 telah menarik banyak perhatian, maka dari itu perlu adanya metode pembuatan hewan model PCSK9 yang dapat diterapkan di Indonesia, di mana hewan uji yang paling sering ditemukan dalam penelitian adalah mencit dan tikus tipe wild yang memiliki beragam gen walaupun jenis atau galur yang digunakan sama. Sebuah studi menunjukkan diet tinggi fruktosa dapat meningkatkan kadar dan ekspresi PCSK9 pada manusia. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan model hewan PCSK9 dengan tikus Wistar jantan yang diinduksi diet tinggi fruktosa selama 4 minggu. Parameter yang dinilai adalah kadar PCSK9 di plasma dan hati yang diukur dengan ELISA dan ekspresi PCSK9 beserta faktor transkripsi lainnya seperti LDLR, HNF1α, dan SREBP2 hati yang diukur dengan western blot dan RT-qPCR. Pada tikus yang diinduksi fruktosa, terdapat peningkatan yang tidak signifikan terhadap kadar PCSK9 di plasma dibandingkan dengan kontrol (p>0,05). Sedangkan pada hasil ekspresi gen yang diuji dengan western blot dan RT-qPCR, menunjukkan mature PCSK9, LDLR, HNF1α, dan SREBP2 terjadi peningkatan ekspresi yang tidak signifikan (p>0,05) pada kelompok dengan induksi fruktosa dibandingkan kelompok kontrol. Penelitian ini menunjukkan tikus yang diinduksi fruktosa mungkin dapat menjadi pilihan sebagai model hewan PCSK9, namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan pengaruh diet tinggi fruktosa terhadap ekspresi PCSK9 dengan menganalisis faktor transkripsi lainnya.

Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9, also known as PCSK9, is a protein originating from the liver and plays a role in the degradation of low-density lipoprotein receptors, making it a promising therapeutic target in cholesterol reduction. The development of drugs targeting PCSK9 has garnered significant attention, hence there is a need for methods to create PCSK9 animal models that can be applied in Indonesia, where the most commonly used test animals in research are wild-type mice and rats with diverse genes, even within the same strain or type. A study shows that a high fructose diet can increase the levels and expression of PCSK9 in humans. In this research, a PCSK9 animal model was developed using male Wistar rats induced with a high fructose diet for 4 weeks. The parameters evaluated were PCSK9 levels in plasma and liver measured by ELISA and PCSK9 expression along with other transcription factors such as LDLR, HNF1α, and SREBP2 in the liver measured by western blot and RT-qPCR. In fructose-induced rats, there was an insignificant increase in plasma PCSK9 levels compared to the control (p>0.05). Meanwhile, the gene expression results tested with western blot and RT-qPCR showed that mature PCSK9, LDLR, HNF1α, and SREBP2 had an insignificant increase in expression (p>0.05) in the fructose-induced group compared to the control group. This study indicates that fructose-induced rats may be a viable option as a PCSK9 animal model, but further research is needed to explain the impact of a high fructose diet on PCSK9 expression by analyzing other transcription factors."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>